RE-WRITE OUR STORY

YoonMin fanfiction

By : Americano

.

..

.

..

.


Yoongi menyentuh kepalanya yang seakan masih terasa usapan lembut dari Jimin. Dia memandang pantulannya di cermin lalu dengan cepat dia menggosok-gosok kedua pipinya yang merona karena memikirkannya. Suara getaran ponselnya mengalihkan pikirannya dengan cepat dia mengambil ponsel itu dan melihat banyak sekali pesan yang masuk yang paling banyak dari adiknya Jihoon.

-Hyung kau pindah rumah?

Temanmu memcarimu ke rumah. Kenapa tidak memberitauku?

Ibu bisa mati berdiri saat mengetahuinya dan aku tidak bisa menahan mulutku untuk membicarakannya-

Lebih dari 3 pesan berisi pesan yang sama. Yoongi menghela nafas saat melihat waktu pesan itu dikirim, sudah tiga hari ponselnya itu tidak tersentuh bahkan tidak aktif. Teman yang mencari ke rumah? Sudah pasti itu Jimin, namja itu sudah pastinya mencari dia kemana-mana. Bocah itu memang selalu membuatnya dalam masalah. Yoongi akhirnya menekan ikon panggilan dan menempelkan ponselnya ke telingannya lama panggilannya itu di nada tunggu sampai sebuah suara klik terdengar.

"Hey! Kemana saja kau hyung?!" teriak Jihoon dari ujung sana

"Kau membuatku khawatir dan ingin sekali melaporkanmu pada ibu!" lanjutnya tanpa membiarkan Yoongi mengucapkan kata 'hallo'

"Hey! Berani sekali kau berteriak padaku?!" teriak Yoongi tak kalah keras.

"Bukankah sekarang jam sekolah? Kau tidak sedang boloskan?"

"Beruntung adikmu ini sedang ada di toilet dan aku tidak sedang membolos memangnya aku itu kau"

"Hey!"

"Sudahlah hyung, kau dimana sekarang?"

"Aku ada di tempat temanku, kau tidak memberitahukan tentang kedatangan temanku itu pada ibu?"

"Aku baru saja akan memberitahukannya saat mereka pulang nanti kalau kau tidak memberi kabar juga. Kau benar-benar pindah rumah? Kau sedang dalam masalah? Ku dengar kau juga tidak masuk kerja"

"Masalah? Kau pasti bercanda. Masalah bukan nama tengahku. Aku hanya ingin tenang kau taukan bulan depan aku sudah mulai praktek untuk tugas akhirku. Kau bisa mulai merasa bangga pada kakakmu yang akan segera menjadi sarjana magister 2 setelah tugas praktek akhir itu selesai" ucap Yoongi bangga yang dijawab decihan tidak sopan dari Jihoon.

"Tapi Jihoon'ah jangan dulu beritahu Ibu tentang ini aku ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahunnya nanti, mengerti?!"

"Oke oke. Jadi boleh aku tutup sekarang aku mau kembali ke kelas"

"Hey! Akan aku cincang kau saat bertemu nanti"

"Arra, aku mencintaimu juga hyung"

Jihoon langsung memutus sambungan teleponnya membuat Yoongi menggeram pelan, sifat adiknya itu tidak berubah. Tapi Yoongi merasa lega karena kedua orang tuanya belum tau tentang kedatangan Jimin dan menghilangnya dia beberapa hari ini. Satu pesan masuk saat Yoongi berniat menyimpannya kembali. Pesan dari nomor baru membuatnya merasakan firasat aneh.

-Kau dimana?

Aku sudah di depan rumah Bang YongNam

Cepat keluar atau aku akan masuk-

Seperti dugaannya itu pesan dari Jimin, Yoongi melihat keluar dari jendela kamar disana terlihat Jimin yang sedang bersandar di mobilnya menghadap rumah YongNam.

Ting!

-Kim Suran sudah menunggu kita di bandara.

Dia bisa ketinggalan pesawat kembali ke Jerman.

Apa kau sedang berdandan manis untukku-

Yoongi memutar bola matanya malas lalu meraih jaket jeans biru'nya dan berjalan dengan kesal keluar kamar.

"Manisnya" ucap Jimin saat Yoongi sudah berada di dekatnya. Saat Jimin membuka pintu mobil untuknya, Yoongi memilih membuka pintu mobil belakang dan duduk di kursi belakang membuat Jimin menghela nafas berat sebelum kembali menutup pintu itu lalu memutari mobilnya dan duduk di depan kemudi.

"Jadi Nyonya Park-"

"Berhenti bicara bukankah kita sudah terlalu lama membuat Nona Kim Suranmu itu menunggu"

Jimin menelan ludahnya dan mendengus menahan diri untuk tidak marah sebelum mulai menjalankan mesin mobilnya. Terlihat dari spion depannya Yoongi yang samar tersenyum tipis karena sudah membuat Jimin kesal dan senyuman itu meredakan semua kekesalan Jimin. Sepanjang perjalanan menuju bandara hanya diisi keheningan, Yoongi sibuk melihat jalanan di balik kaca mobil sedangkan Jimin sibuk mencuri pandang lewat spion depannya.

Yoongi hanya menjawab seperlunya saat bertemu dengan Suran, dia mengerjakan apa yang dibutuhkan oleh sekretaris itu bahkan Yoongi banyak tidak merespon pertanyaan – pertanyaan Suran tapi sepertinya gadis itu terlihat sudah biasa diperlakukan acuh oleh Yoongi. Sudah tiba waktunya Suran pergi karena 2 jam lagi pesawat yang akan mengantarnya ke Jerman akan segera berangkat jadi dia sudah harus check in dan sebelum itu Suran memeluk erat Yoongi membuat Jimin heran, memang tadipun saat dia mengenalkan Yoongi pada Suran, gadis itu langsung memeluknya seperti teman lama yang baru bertemu dan mengacuhkan pertanyaan Jimin.

"Kau akan baik-baik saja kan?" tanya Suran dengan raut khawatirnya, dia menggenggam kedua tangan Yoongi.

"Tentu saja Noona tidak perlu khawatir, aku sudah cukup banyak merepotkanmu dan sekarang aku sudah bisa bediri sendiri" jawab Yoongi sambil tersenyum memperlihatkan gigi dan gusinya membuat Jimin terpesona.

"Kalau terjadi apa-apa kau bisa memberitahukannya pada Jimin, dia berjanji akan menjagamu dengan baik" ucapnya memandang sekilas pada Jimin lalu kembali pada Jimin.

"Sudahlah Noona jangan khawatir seperti itu sebaiknya kau khawatirkan tentang keberangkatanmu"

"Kau benar, kalau begitu sampai jumpa nanti" Suran kembali memeluk Yoongi sebelum menghampiri Jimin.

"Jaga Yoongi baik-baik, kalau Yoongi sampai dalam masalah akan aku jadikan kebanggaan masa depanmu itu kimchi"

Jimin langsung meringis mendengar ancaman Suran.

"Kau kejam Noona"

Suran mencebik lalu memeluk Jimin sebelum pamit meninggalkan mereka.

Yoongi berjalan meninggalkan Jimin tapi langkahnya terhenti saat dia melihat 2 namja duduk disebuah bangku tunggu disana. Tubuhnya bergetar hebat dan lemas dia menundukan kepalanya dan berbalik berjalan tergesa tapi dia menubruk Jimin.

"Kau kenapa hyung?" tanya Jimin sambil mengerutkan alisnya bingung. Yoongi tampak ketakutan Jimin memandang kearah depan dimana ada 2 orang lelaki yang salah satunya melihat kearah mereka.

"Kau pulang duluan saja" ucap Yoongi pelan.

"Aku…. Aku mau.."

"Kau mau bersembunyi dari mereka?" potong Jimin.

"Aku pernah melihatnya di coffee Shop, kau menghampirinya dengan senyuman, lalu kenapa kau menghindarinya sekarang? Dia siapa? Mantan pacarmu?"

Yoongi terdiam dia bingung harus menjawab seperti apa karena mengingat sifat Jimin Yoongi yakin ini akan berakhir buruk.

"Diam berarti Iya" ujar Jimin dia langsung menggenggam erat tangan Yoongi.

"Kalau dia pernah membuatmu kecewa, kita buat dia lebih kecewa karena sudah meninggalkanmu" lanjutnya sambil menarik Yoongi untuk berjalan.

"Lepaskan aku!" Yoongi berusaha menarik tangannya dan menghentikan langkah Jimin.

"Kenapa? Kau tidak ingin mengecewakannya? Lalu kenapa kau bisa mengecewakanku? Kenapa kau meninggalkanku tanpa alasan? Kenapa kau bersikap seolah-olah aku yang bermasalah disini? Apa kau pikir aku sudah tidak mencintaimu saat kita kehilangan bayi kita? Kau pikir aku tidak cukup kuat untuk membangun keluarga saat itu?" Jimin meluapkan semua amarahnya dan dia pergi meninggalkan Yoongi yang merasa sangat hancur mendengar kata-kata Jimin yang sarat akan luka, tanpa terasa air mata Yoongi mengalir menelusuri kedua pipinya yang dengan cepat dia hapus menggunakan kedua tangannya dia melihat Jimin kembali tapi tanpa memandangnya dia kembali menarik tangan Yoongi untuk segera berjalan dan dituruti Yoongi tanpa penolakan

"Aku akan mengantarmu kembali ke rumah Bang YongNam" ucap Jimin sambil membuka pintu belakang lalu langsung memutari mobilnya untuk duduk di depan tanpa menunggu Yoongi masuk. Yoongipun hanya diam tanpa perlawanan atau apapun dia masuk dan duduk di kursi belakang lalu memalingkan wajahnya kearah jendela memandang Jalanan yang mulai bergerak menandakan Jimin sudah menjalankan mesin mobilnya.


Yoongi tersenyum saat meletakan kopi buatannya di atas meja seorang Namja paruh baya yang sudah menjadi pelanggan tetapnya di Coffee Shop. Akhir-akhir ini suasana hatinya kacau, dalang utamanya adalah kemunculan Jimin dan juga kata-katanya saat di bandara waktu itu. Beberapa hari ini dia tidak muncul seakan dia kembali menghilang walaupun dia masih sesekali menanyakan kabar dan kegiatannya melalui pesan singkat dan tidak dipungkiri oleh Yoongi kalau dia sedikit mengkhawatirkan Jimin, dan hari ini dia melihat Jimin datang ke coffee shop menghilangkan kekhawatirannya yang sedikit itu.

"Apa ini kau sedang bahagia? Kau menggambar bunga apa?" Tanya Namja itu.

"Itu bunga special yang hanya aku buat untukmu Paman Han" jawab Yoongi sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum penuh berharap bunga gagal itu tetap memuaskan sang pelanggan.

"Anak ini, apa kau sedang menggodaku, eoh?" ujar sang Paman sambil tertawa.

"Besok lusa aku akan kembali ke Jepang karena kedua anakku sudah menikah dan aku ingin menghabiskan sisa waktuku disana seperti yang kau sarankan. Jadi istriku mengundangmu ke rumah untuk perayaan kecil"

"Benarkah? Kalau begitu aku akan sangat merindukan paman dan juga bibi" ucap Yoongi sambil menekuk bibirnya sedih yang Jimin ketahui palsu.

"Aku pasti datang jika tidak ada halangan, silakan menikmati kopi spesialku paman" tambahnya sebelum meninggalkannya dan berjalan menuju meja Jimin yang sudah sejak awal shift Yoongi duduk disana tanpa memesan apapun. Yoongi menghampirinya dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan tanpa memandang kearah Jimin, Yoongi menatap meja Jimin seakan itu adalah pelanggannya.

"Tidak, tapi aku sedang bingung ingin meminum apa" jawab Jimin sambil tersenyum dan itu terlihat oleh Yoongi yang mencuri pandang lewat ekor matanya.

"Jadi anda sudah menentukan ingin minum apa?"

"Bagaimana kalau kopi special seperti ahjussi disana?" Jimin menunjuk meja paman yang tadi yang diikuti pandangan Yoongi, paman Han melihat kearah mereka dan tersenyum ramah, sepertinya mendengar ucapan Jimin.

"Buatkanlah untuknya dan aku yang bayar" ucap Paman Han.

"Dan jangan lupa letakan gambar hati diatasnya" tambahnya sebelum tertawa. Jimin dan Yoongi saling memandang satu sama lain sebelum Yoongi yang menunduk dan mengatakan pada Jimin untuk menunggu pesannya.

"Yoongi hyung" Jimin memanggilnya dengan nama yang tidak Yoongi pakai disini membuat Yoongi membalikan badannya dan menatap kesal kearah Jimin yang dibalas senyuman lebar khas Jimin yang melenyapkan kedua matanya.

"Daddy tunggu kopinya di meja paman itu okay"

Dengan cepat Yoongi berbalik lagi lalu berjalan memasuki coffee bar dan membuat kopi pesanan Jimin dengan gigi yang bergemeletuk kesal.

Yoongi memandangi Jimin dari balik coffee bar, namja itu langsung akrab dengan paman Han dan memang seperti itu sifatnya dari dulu.

"Hyung" panggil Namjoon yang langsung mengalihkan atensi Yoongi dan memandangnya dengan pertanyaan apa.

"Tidak biasanya namja disana tidak memanggilmu?" tanya Namjoon sambil mengarahkan pandangan Yoongi dengan dagunya pada namja yang duduk di pojok coffee shop dengan pakaian gelap lengkap dengan masker dan topi yang ditekan dalam agar menutupi sampai alisnya.

Itu Jung Hoseok, setiap kali melihatnya Yoongi menjadi sangat sedih terlebih dia pasti mendengar apa yang dikatakan Jimin saat mereka bertemu dibandara.

"Mungkin dia sedang tidak ingin" jawab Yoongi singkat sebelum mebuka apron coffee shop.

"Aku pulang duluan, aku harus menghadiri acara, dan mulai besok aku akan masuk shift malam saja " lanjutnya yang diangguki Namjoon yang mengerti kalau sang hyung sedang tidak dalam mood yang baik.

Yoongi membuka pintu belakang menuju ruang loker dan mengganti bajunya ada pesta yang harus dihadirinya hari ini..

"aku pergi Joon'ah" ucapnya pada Namjoon.

"Hm, hati-hati hyung" jawab Namjoon yang saat itu sedang membuat kopi. Yoongi berjalan dan sempat melihat meja paman Han sudah kosong dan juga meja dimana Hoseok berada tadi.

"Kau mau kemana Istriku?" tanya Jimin yang ternyata ada di bangku luar coffee shop.

"Berhenti menyebutku istrimu, aku seorang namja dan aku tidak suka panggilan itu" ucapnya sambil berlalu meninggalkan Jimin tapi Jimin menarik tangannya menahan langkahnya.

"Aku suka semua yang tidak kau suka dan aku sedang membantumu membuat namja yang ada dimobil itu cemburu, dia mantan pacarmu kan si super 'Hobi'" ujar Jimin sambil menarik Yoongi lebih dekat dengannya dan terlihat mobil yang Hoseok naiki mulai melaju meninggalkan tempat itu. Yoongi tertawa dan itu terdengar terpaksa dia menghempaskan tangan Jimin.

"Kau sudah membuatnya pergi" lalu Yoongi berbalik yang kembali dicegah oleh Jimin, membuat Yoongi jengah dan menatap kesal Jimin.

"Apa maumu?"

"Aku ingin meminta maaf soal yang di bandara waktu itu, dan biarkan aku menjalankan tugasku sesuai dengan apa yang mendiang Ayahmu inginkan setelah itu aku akan benar-benar pergi"

"Kau pikir aku akan percaya" Yoongi menghempaskan tangan Jimin lalu berjalan kearah mobil YongNam yang sudah menunnggunya sejak tadi dan menonton drama picisan Yoongi.

"Kau pikir aku akan berhenti. Jangan panggil aku park Jimin jika aku tidak berhasil mendapatkanmu" Jimin tersenyum menyeringai sambil berjalan memasuki mobilnya.

Mata Jimin yang hampir tertutup kembali terbuka saat melihat beberapa namja keluar dari gedung dimana sebuah pesta diadakan. Salah satu dari mereka adalah Yoongi yang tampak sempoyongan karena mabuk.

"Dasar bodoh" gumam Jimin dia dengan segera meminum kopi kaleng yang sejak tadi menemaninya menunggu Yoongi keluar dari gedung dimana pesta pernikahan Yongguk kakak kembar Yongnam diadakan, Jimin melirik jam yang melingkar di tangannya sudah lewat tengah malam. Dia melihat mobil Yongnam sudah melaju dengan cepat dia mengikuti mobil itu. Ada yang aneh, laju mobil itu sudah melampaui batas Jimin tidak bisa mengejarnya. Bukan karena Jimin tidak bisa membawa mobil dengan kecepatan tinggi tapi ini Seoul hal itu terlarang dan dia tidak ingin masuk penjara karena itu, dia bukan lagi remaja gila keisengan. Reputasinya sebagai

Seorang pengacara akan rusak. Jimin belum menyerah. Keduanya dalam beberapa saat lagi pasti sudah berada di kantor polisi karena tidak mungkin kalau mobil mereka tidak tertangkap polisi dan suara sirene mobil seakan kut bersorak untuknya.

"Kena kau hyung" gumam Jimin penuh kemenangan.


TBC