Don't Call Me Mama! Part 1

.

.

.

Suasana gaduh para pekerja yang sedang beres-beres bar yang masih terlihat kacau walau mereka sudah membersihkannya selama lebih dari satu jam. Apalagi waktu yang sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.

"BYUN BAEKHYUN!"

Semua pekerja menjadi kaku mendengar teriakan manajer Bar yang sangat ditakuti setiap karyawan dan seorang pria yang dipanggil Byun Baekhyun, berjalan kaku menuju hadapan manajer Bar tersebut.

"Ini sudah kesekian kalinya kau membuat kekacauan dan masalah di Bar! Mulai besok, jangan pernah datang kesini lagi!"

Glek

Baekhyun menelan salivanya yang terasa mengganjal hingga sulit tertelan. Tubuhnya langsung lemas begitu saja. Pekerjaan ini adalah pekerjaan satu-satunya pengangan Baekhyun untuk mencukupi kebutuhannya selama ini. Sekarang tamatlah riwayatnya untuk beberapa waktu kedepan karena tabungannya akan semakin menipis.

.

.

.

"APA? Ka-kau dipecat?"

Luhan teman seperjuangan Baekhyun yang sangat setia saat ujian masuk Universitas Seoul hingga saat ini, terkejut mendengar penuturan Baekhyun. Mereka berdua saat ini sedang berada dikantin kampus setelah selesai menghadiri kelas siangnya.

Baekhyun menghela nafas keras.

Salahkan saja para wanita yang dengan ganjen suka mendekatinya. Sudah untung baekhyun bersikap –pura-pura- ramah, masih saja menuntut lebih, dan buruknya mereka sudah mempunya kakasih sendiri! Sampai kekasih para wanita itu mengira Baekhyun-lah merayunya hingga terjadi kekacauan. Selalu Baekhyun yang salah.

Sebenarnya Baekhyun itu gay, begitu juga Luhan yang saat ini duduk berhadapan dengannya. Dia hanya bersikap biasa dengan wanita atau lebih kearah… cuek. Intinya sikap Baekhyun memang cuek.

"Bayangkan! Aku harus ganti rugi kerusakan properti bar juga! Seharusnya dulu waktu mereka memberiku nomor ponsel, aku terima saja! Aku bisa menagih ganti rugi kepada mereka! Menyebalkan!"

Baekhyun terus saja menggerutu kesal sambari tangannya membuka bekal yang dia bawa sendiri. Luhan dan Baekhyun tinggal diapartemen yang sama. Sebenarnya apatemen itu adalah milik Baekhyun dan Luhan menyewa. Itu menjadi pemasukan sendiri untuk Baekhyun. Terlebih luhan itu jarang pulang ke apartemen, luhan lebih sering menginap di apartemen pacarnya yang seorang businessman sukses –ingat, Baekhyun dan Luhan adalah gay-.

Apartemen Baekhyun hanya dijadikan tempat disaat Luhan kesepian ketika Sehun –kekasih Luhan- sibuk dengan pekerjaannya atau keluar kota bahkan keluar negri. Luhan hanya lah sesosok lelaki manis bermata rusa dengan surai madu ikal yang tak sanggup sendirian. Itulah yang membedakan dirinya dengan Baekhyun.

Baekhyun sangat suka memasak dan biasanya sisa sarapan mereka untuk dijadikan bekal, tapi Luhan sangat antipati dengan yang namanya bekal. Apalagi jika sampai dibawa ke kampus. Dalam pikiran Luhan, yang membawa bekal ketika sudah menjadi mahasiswa itu adalah tindakan yang memalukan dan tidak manly. Walaupun demikian, Baekhyun dengan santai menjawab.

"Ketika membawa bekal itu, kita bisa mengheman beberapa won, Lu. Apalagi sekarang aku pengangguran."

Dan diakhiri dengan tatapan Luhan yang sinis. Sebenarnya Luhan adalah anak orang kaya yang terlalu baik hingga hanya bergaul dengan Baekhyun si tukang irit. Tapi, karena mereka sudah cocok ya beginilah.

"Tidak seharusnya, cowok manly membawa bekal sendiri, baek."

Baekhyun membalas dengan memutar bola matanya malas.

"Ya, bagimu yang manly itu adalah saat seseorang mempunyai koleksi boneka rusa dan selalu mengantongi lipgloss yang setiap kurang dari setengah jam sekali kau memakainya."

Luhan gelapan memandang orang-orang disekitar, semoga tidak ada yang mendengar fakta yang baru saja keluar dari mulut tercela Byun Baekhyun.

"Aku sudah hidup sendiri sejak sekolah menengah atas, Lu. Aku benar-benar harus berhemat. Lagipula aku harus cepat menemukan pekerjaan baru dengan cepat."

Ya, Luhan tahu Baekhyun tinggal sendiri dan tak mau merepotkan orang lain. Selama berteman dengan Baekhyun lebih dari tiga tahun di semester enam ini, Baekhyun dikenal sebagai mahasiswa yang mandri. Dia jarang berbaur dengan yang lain walau sebenarnya pribadi Baekhyun itu pintar bergaul. Orang tua Baekhyun sudah meninggal. Uang peninggalan orang tuanya sudah habis untuk membeli apartemen yang ditinggalinya berdua dengan luhan dan membayar uang kuliah untuk semester awal.

Deg!

"Eh?..."

"…WHAT THE HELL! APA MAKSUDMU TIBA-TIBA MUNCUL DIBELAKANGKU DAN MENGAGETKANKU!"

Baekhyun dan Luhan yang awalnya melalun. Mendadak terkejut menyadari seorang pria tiba-tiba muncul di samping Baekhyun. Wajah pria itu tepat di sebelah kanan wajahnya, menengok sesuatu yang berada di meja. Helaan nafas pria itu sanggat menggelitik di bawah telinga Baekhyun.

Luhan yang duduk tepat di depan Baekhyun pun membulatkan mata, terkejut. Tapi beberapa saat kemudian, Luhan menyadari sesuatu.

"Baek, dia itu salah satu professor disini. Tak sopan kau membentaknya seperti tadi."

Baekhyun menyernyitkan dahi, bingung. Baekhyun merasa selama dia kuliah disini, tak pernah sekalipun melihat makhluk tinggi yang aneh tadi.

"He!? Kau tidak pernah melihat dan mendengar sesuatu tentangnya? apakah kau serius? Dia itu sering muncul di tv. Dia adalah orang yang paling terkenal di kampus ini. Dia adalah Profesor Arkeologi, Park Chanyeol. Dibalik kacamata bingkai perseginya itu, terdapat mata bulat menawan dan wajahnya sangat tampan diusianya 30 tahun. Tingginya yang bak model itu sangatlah berharga jika kau memiliki fotonya untuk disimpan. Profesor Park sangat menjadi idaman dan panutan para mahasiswa dan mahasiswi disini bahkan di kampus lain."

Luhan menjelaskan dengan pandangan mata berbinar-binar, kejadian ini sama ketika Luhan menceritakan Sehun –pacarnya yang tampan-. Luhan akan sangat menggebu-gebu jika berkaitan dengan yang seperti ini.

"Aku tak peduli, Lu. …"

Dengan pandangan malas seperti Byun Baekhyun yang biasanya, Byun Baekhyun yang tidak peduli dengan keadaan sekitar.

"… Lebih baik aku makan bekalku sa…ja, EH? Bekalku dimana?"

Jelas saja Baekhyun kaget. Bekal yang anteng-anteng tadi belum termakan sebutir nasi pun, raib dari hadapannya.

AH!

Baekhyun menoleh kebelakang. Profesor yang tadi di elu-elukan oleh luhan tadi, dengan seenaknya memakan bekal yang dibawa Baekhyun dengan lahap! Mana berdiri pula, dasar Profesor tidak tahu diri!

Duak!

Dengan genggaman keras, Baekhyun memukul kepala Profesor yang tidak tahu diri itu.

"Apa-apaan kau ini! Dasar lelaki tua tak modal!"

Luhan dan mahasiswa yang masih berada di kantin menatap ngeri berbuatan Baekhyun. Sudan memukul kepala Profesor Park dengan keras, pakai memaki pula. Tamat lah riwayat Byun Baekhyun.

"B-baek, apa yang kau lalukan?! Itu Profesor Park…!"

Baekhyun dengan tampang polos kembali bertanya, "Apakah itu salah? Dia sudah seenaknya mencuri bekalku."

Walaupun kadang menjengkelkan, Baekhyun itu lebih sering terlihat polos dibandingkan dengan usianya yang menginjak angka 21 tahun. Itu sangat menggemaskan, makanya Baekhyun banyak mempunya noona fans atau bahkan fans pria.

"Itu termasuk tidak kekerasan, Baek…"

"Ehem!..."

Suara menjadi tenang dan semua perhatian menuju kearah Profesor Park. Baekhyun merasakan seperti sebuah déjà vu dari kurang 24 jam dia rasakan hal yang serupa.

"… Byun Baekhyun, tolong sekarang ikuti aku sekarang juga."

Semua pandangan mengarah kepada Baekhyun yang berjalan mengikuti Profesor Park meninggalkan kantin. Luhan hanya memandang prihatin nasib sahabatnya.

.

.

.

Profesor Park dan Byun Baekhyun kini sudah di dalam mobil. Dalam keadaan tenang, didalam pikiran Baekhyun selalu mengira-ngira kemana Profesor Park akan membawanya pergi. Sampai dengan bayangan terburuk, mata sipitnya langsung membola dan menegakkan posisi duduknya.

"Umm… Apakah ka… eh Profesor akan membawaku ke kantor Polisi?"

Baekhyun memandang Profesor Park dengan takut dan mata berkaca-kaca minta dikasihani.

Profesor Park melirik sedikit kearah kursi penumpang dan mengulurkan tangan kanannya ke kepala Baekhyun serta mengacaknya pelan, lalu kembali fokus kedepan.

"Akan menjadi catatan buruk dan hal yang merugikan ketika kau mencari pekerjaan jika aku sampai melakukan hal seperti itu. Kau akan mendapat masalah. Ikuti dan dengarkan aku saja, ok?"

Profesor Park memberikan senyum lima jari andalannya kepada Baekhyun setelah menjawab perandaian Baekhyun yang aneh.

Di balik itu, Baekhyun merasakan akan hal yang lebih berbahaya akan terjadi, mungkin lebih bahaya dari yang di pikirkannya semula. Apalagi Profesor Park ini sangat gemar skinship dengannya selama perjalanan. Perasaan Baekhyun menjadi semakin tak nyaman.

.

.

.

"Akhirnya sampai juga. Nah, silakan duduk disana dan tunggu aku sebentar."

Dalam hati Baekhyun memaki, kenapa dia bisa berada didalam rumah Profesor Park yang sudah dicap mesum olehnya. Bagaimana jika Om mesum –panggilan baru Profesor Park dari Baekhyun- itu memperkosanya. Sepertinya Om mesum itu tipe Kinky yang akan mendandaniny dengan kotum aneh-aneh. Jangan-jangan kulit mulusnya akan ternodai jika Om mesum itu sampai melakukan hal BDSM. Ini Buruk! Jaman sekarang laki-lakipun dilecehkan! Baekhyun tidak punya uang lagi, bisa jadi dia akan cuti kuliah saja. Mendapat sodokan di pantat kenyalnya sama saja dengan mendapat gigitan anjing.

Pikiran Baekhyun sudah tidak terarah.

Grep!

Baekhyun merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya. Dia memejamkan mata, mencoba menghilangkan kegugupannya.

"Profesor… ini pertama kalinya aku melakukannya dengan pria. Jadi, tolong perlakukan aku dengan lembut dan penuh perasaan."

"Hey…"

EH?

Baekhyun membuka mata, ini bukan suaranya Profesor Park. Ini suara anak-anak. Baekhyun langsung menghadap kesamping memandang seseorang yang menepuk bahunya tadi.

"… Apakah hyung bisa membuat Omelet rice?"

Apa-apaan ini! Ada anak laki-laki yang tingginya bahkan tak mencapai setengah tinggi Baekhyun, berdiri di sofa tempatnya duduk dan dengan seenaknya menyuruh membuat omelet rice! Anak laki-laki itu bertubuh bulat, sedikit tambun dan matanya sangat bulat pula. Bahkan mata Baekhyun yang sipit itu terasa terintimidasi oleh mata bulat polos anak itu.

Kemana lagi Om mesum tadi! Apakah dia pedho dan menyimpan anak laki-laki di dalam rumahnya?

"Apakah kau ingin bermain?"

Baekhyun berusaha bersikap acuh dan tidak menanggapi anak lelaki bulat itu.

"Apakah hyung bisa membuat omelet rice~? Ung?"

Tidak ada lelahnya anak itu mengulang kata yang sama. Baekhyun merasa jengkel sendiri. Pikiran Baekhyun sangat tidak fokus.

"Baik, dengan anak ini… akan melakukan threesome?"

Baekhyun trus saja bicara tidak masuh akal dan diluar kontrol.

"Bagaiman dengan memasak omelet rice? Kyungie ingin makan omelet rice"

Hell! Pikiran Baekhyun sangat buruk. Apalagi ada anak laki-laki berusia sekitar lima tahunan ini sangat berisik.

Pada akhirnya Baekhyun melangkah kedapur terbuka yang berada tak jauh dari ruang tamu. Dia membuatkan laki-laki bulat itu omelet rice pesanannya. Dari pada memikirkan yang tidak-tidak, lebih baik memasak.

"Hey, bulat. Omelet-nya sudah jadi. What the..?"

Tiba-tiba piring yang berisi omelet rice buatan Baekhyun tadi sudah raib begitu saja. Pelakunya adalah orang yang sama denga orang yang mencuri bekalnya tadi dikantin.

"Wow, lihatlah Kyungsoo! Mari makan!" Proferor Park meletakan sepiring omelet di meja makan.

"Appa! Ini enak sekali~!."

Oh, ternyata dia anak Profesor Park. Baekhyun jengah memandang Ayah dan anak makan dengan begitu rakusnya. Padalah itu hanyalah sebuah omelet.

"Hmm, iya sangat enak!..." Profesor Park membiarkan anaknya menghabiskan sisa omelet sendirian, dia langsung berdiri meninggalkan meja makan dan berjalan mendekati Baekhyun.

"Kau lolos! Mulai besok datanglah lagi kemari dan bekerjalah mulai dari jam 17.00 sampai 22.00."

Dengan santainya Profesor Park berkata demikian kepada Baekhyun.

"Eh?... Jangan memutuskan sesuatu seenakmu sendiri! AKU BUKANLAH SEORANG KOKI!"

Dengan lantang Baekhyun menolak pekerjaan yang ditawarkan. Jelas saja Baekhyun kaget dan tidak terima dengan Profesor Park. Profesor itu benar-benar gila, seenaknya saja memutuskan sesuatu sendiri. Dia langsung balik badan dan berjalan kearah pintu keluar.

"Aku akan menggajimu 20.000 won per jam."

Langkah Baekhyun mendadak terhenti. Suasana mendadak berubah menjadi begitu sunyi. Otak baekhyun langsung berpikir kali jumlah dan perbandinagan gaji yang akan diterima. Baekhyun itu sangat perhitungan. Ingat, jika Luhan yang tidur diapartemennyapun juga harus ikut membayar biaya sewa. Bayaran gaji yang akan diterima jika bekerja disini itu kalau dihitung berbulan, lebih besar dua kali lipat dari bayarannya di bar. Apalagi dengan jam kerja yang sedikit.

"Apakah tetap tidak mau?"

Suara Profesor Park tiba-tiba bertanya, membuat pendirian Baekhyun mantap.

"Baiklah aku akan melakukannya."

Profesor Park melangkah mendekati Baekhyun secara perlahan. Tangannya terulur merengkuh pipi mulus Baekhyun. Baekhyun yang masih memikirkan akan tabungannya yang semakin banyak pun menjadi kaget.

Pandangan matanya bertemu dengan manik berkacamata milik Profesor Park yang kini tersenyum dengan tampannya. Jarak mereka lebih pendek daripada penggaris yang berukuran panjang 30 cm. Baekhyun dapat melihat dengan jelas wajah Profesor Park yang ternyata memang tampan. Rambut hitam yang biasanya tertata dengan poni rapi keatas ketika dikampus, kini poni itu jatuh menutupi dahinya dan hampir menyentuh bingkai kacamata yang berwarna hitam. Kesan dewasa yang berwibawa berubah menjadi pria dewasa yang sangat mempesona.

"Terima kasih Baekhyun. Aku sangat senang." Profesor Park menebarkan senyuman lebarnya lagi. Senyum yang mampu membuat seorang lelaki yang cuek menjadi sesosok remaja yang tersipu malu.

Baekhyun mengalihkan pandangan. Entah mengapa hati Baekhyun begitu merasa senang. Semenjak lahir, dia baru pertama kalinya merasakan hal seperti ini. Perasaan senang yang mendebarkan. Baginya yang selalu hidup sendiri, apakah yang sebernarnya bisa membuat Byun Baekhyun menjadi sesenang ini?

"Eh?... Tapi, pekerjaanku hanya memasak kan?"

.

.

.

Hari berikutnya.

Saat ini Baekhyun sudah membereskan mainan Kyungsoo yang tadi sempat berantakan dan sekarang melipat baju Kyungsoo dengan rapi. Tugas yang diberikan Profesor Park bukan hanya memasak, tapi kurang lebih seperti baby sitter untuk Kyungsoo. Kalau dipikir-pikir, ini sangat menguntungkan. Perkerjaannya tidak terlalu berat kalau dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaannya yang sebelumya.

Pekerjaannya sekarang sangat tidak sanggup dipercaya, dia sama sekali tidak sampai berpikir mendapat pekerjaan yang lumayan nyaman. Tapi hanya satu gangguan…

Duk!

Baekhyun harus sabar.

Kyungsoo anak yang aktif, dia sangat suka mengganggu. Lihat saja, anak bertubuh bulat itu dengan seenaknya memukul Baekhyun dengan tongkat baseball. Iya sih tidak sakit, tapikan tetap saja jahil dan lagi…

"Kyungsoo! Akukan kan sudah bilang, jangan membuat kekacauan lagi ketika mau makan malam! Bereskan mainanmu sendiri!"

…anak-anak sangat suka bermain. Mereka tidak memikirkan waktu ketika bermain. Apalagi kehadiran Baekhyun seperti mempuyai teman untuk bermain. Baekhyun mengejar Kyungsoo yang masih membawa tongkat baseball mengelilingi ruang tamu. Hanya ada satu yang bisa membuat Kyungsoo diam.

"Kyungsoo! Jika kau tidak membereskan mainanmu sekarang, kau tidak akan makan apapun nanti!"

Itulah senjata Baekhyun. Untuk Kyungsoo yang sangat hobi makan, iming-iming makanan adalah senjatanya. Sangat melelahkan jika bekerja menghadapi anak 5 tahun.

Berbeda dengan anaknya yang aktif, Profesor Park malahan dengan nyenyaknya tidur dilantai, sama sekali tidak terganggu dengan kebisingan yang dibuat anaknya. Sebut saja Profesor Park lelaki tua yang mudah lelah atau lebih kearah malas.

Pria tua itu sangat tidak berbakat dalam hal mengurus rumah. Ketika Baekhyun datang tadi, dibalik ruang tamu yang rapi, ternyata di setiap kamar bak kapal pecah. Banyak sampah bertebaran, apalagi di dapur banyak sampah kardus makanan dari restoran yang buka 24 jam seminggu. Mungkin Kyungsoo selalu makan, makan junk food. Ini semua adalah tragedy seorang single parent, apalagi untuk lelaki yang tak bisa bers-beres rumah. Baekhyun merasa heran, mengapa kemarin saat memasak omelet dia tidak sadar akan hal itu.

"Mari kita sudahi pertanyaan ini, Profesor Park Chanyeol…"

Suara tv yang menyala menampilkan Profesor Park yang sedang di interview. Disana Profesor Park sangatlah rapi sengan setelan jas berwarna abu-abu selaras dengan dasinya dan kemeja putih bersih rapi. Serta kacamata persegi langganannya, bertengger apik di hidung mancung kebanggan Profesor Park.

Baekhyun sangat tidak percaya kalau pria tua yang jorok dan orang yang tampil di tv yang dia tonton sekarang ini adalah orang yang sama.

"Di tv dia terlihat keren sekali…"

"Wah… kau memujiku ya, Baek?"

Grep!

"Eh?"

Baekhyun membulatkan mata sipitnya.

Profesor mesum Park kini berada dihadapannya. Telapak tangan professor itu merengkuh rahang Baekhyun.

"Aku sangat senang!"

Profesor Park terlihat sangat bahagia dengan senyum lima jari kebiasaannya ketika senang. Dia mendekatkan dahinya dan dahi Baekhyun kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kau adalah anak yang baik, Baek. Kau anak yang sangat baik."

DUG!

"Mengapa kau tiba-tiba memukulku?"

"AKU PERNAH BILANG, JANGAN MEMPERLAKUKANKU SEPERTI MEMPERLAKUKAN ANAK KECIL!"

Akibat perbuatan Profesor Park yang mendadak dan memalukan –bagi Baekhyun- tadi. Profesor Park kena pukul kepalanya. Walaupun diperlakukan kasar oleh Byun Baekhyun, Profesor Park tidak akan marah. Baginya, ini seperti mendapatkan seseorang yang bisa menggiburnya. Dia hanya terkekeh melihat Baekhyun yang sekarang malah ngacir pergi menjauhinya. Baekhyun sangat imut ketika sedang marah. Itulah yang selalu Profesor Park catat. Ekspresi wajahnya begitu menggemaskan dengan menggembungkan pipi dan mengerucutkan bibir merahnya. Tak kalah dengan Kyungsoo, anaknya yang memang imut sesuai usianya.

Dirumah ini Baekhyun selalu merasa jengkel. Diluar, Baekhyun adalah pribadi yang selalu tenang, tiba-tiba sekarang dia menjadi seseorang yang sangat mudah terpancing emosi. Belum lagi semenjak Profesor Park sering melakukan skinship, pipinya selalu bersemu merah tanpa bisa ia kendalikan.

Walaupun demikian, Baekhyun tidak bisa membenci tempat ini… entah mengapa.

.

.

.

"Masakan Baekhyun sangat enak, kan?"

"Iya,appa! Sangat enak~!"

"Umm… terimakasih."

Ayah dan anak Park menikmati setiap suapan masakan Baekhyun. Dimeja makan, mereka bertiga seperti keluarga hangat yang sedang makan malam bersama setelah lelah dengan aktifitas harian yang melelahkan. Percakapan demi percakapan mereka lewati penuh senda gurau menghasilkan suasana yang hangat.

"Kyungie, sepertinya besok akan hujan. Kau baik-baik saja, kan?"

Profesor Park mulai bicara serius mengkhawatirkan anaknya yang selalu pulang sekolah sendirian.

"Tak apa, appa. Kyungie akan pulang kerumah sendiri seperti biasa. Jikapun hujan turun, itu sangat menyenangkan."

Khas anak-anak yang sangat suka hujan turun dan bisa bermain air sepuasnya.

"Eh, tunggu sebentar. Kyungsoo pulang sendirian kerumah dari TK?"

Baekhyun menyela pembicaraan keluarga Park. Ada sesuatu yang mengganjal dibenaknya.

"Ya!" dengan semangat Kyungsoo menjawab.

"Aku sering terlambat menjemputnya karena bekerja. Karena seringnya Kyungsoo menunggu, akhirnya dia pulang sendiri."

"Kyungie baik-baik saja, Appa. Appa kan sudah lelah bekerja. Karena Kyungie anak yang baik, makanya Kyungie tak akan merepotkan appa."

"Kyungsoo memang anak yang baik, aku sangat bersyukur akan itu."

Profesor Park membelai kepala Kyungsoo lembut. Ia bangga dengan anak laki-lakinya ini. Kyungsoo sangat mengerti keaadaan appa-nya yang seorang single parent yang sibuk bekerja.

Melihat Kyungsoo yang mampu melakukan sesuatu sendiri, Baekhyun mengingat masa lalunya yang selalu sendiri dan tidak ada orang yang mau membantunya.

"Ketika anak kecil sudah bisa mandiri, itu membuktikan jika orang tua mereka tidak memberi perhatian kepada mereka…"

Baekhyun menundukan sedikit kepala, kenangan demi kenangan terus bergulir memenuhi kepalanya. Gambaran ketika di sekolah, banyak anak yang menunggu jemputan orang tua mereka dan menceritakan kejadian saat disekolah dengan semangat. Sedangkan Baekhyun, hanya sendiri menyeret tas sekolah dan pulang kerumah yang sepi tanpa ucapan selamat datang. Semenjak kecil Baekhyun selalu sendiri.

"… Aku sudah tidak mempunyai ibu semenjak kecil… seperti Kyungsoo, aku pulang kerumah sendiri… tapi aku bersyukur. Dari sanalah aku belajar bagaimana melakukan segalanya sendiri. Aku bisa hidup tanpa merepotkan orang lain. Aku tak butuh bantuan siapapun karena aku bisa hidup sendiri."

Itulah mengapa aku tidak ingin Kyungsoo menjadi sepertiku. Baekhyun melanjutkan perkataannya Dalam hati.

Walaupun Baekhyun menunduk, Profesor Park dapat melihat Baekhyun mata Baekhyun terpejam dan tersenyum kelam. Senyuman pasrah yang tidak disukai Profesor Park. Entah seberapa kejam hidup yang dialami Baekhyun selama ini. Baekhyun memang terlihat sebagai pribadi yang mandiri dan kuat. Tapi yang terlihat saat ini, Baekhyun sangat lah lemah dan butuh pengayoman.

"Baiklah! Besok Kyungsoo biar aku yang menjemputnya!"

Baekhyun membulatkan tekad. Sekali Baekhyun memutuskan sesuatu, dia akan serius melakukannya.

"Baekhyun akan… datang… menjemput Kyungie?"

Kyungsoo belum mempercayai kalimat yang barusan Baekhyun ucapkan.

"Ne, jadi besok Kyungsoo jangan pulang kerumah sendirian,ya. Janji?"

Baekhyun menatap Kyungsoo dengan senyum hangat.

"Janji!"

Kyungsoo berlari kearah Baekhyun dan meneluk Baekhyun dengan erat. Kyungsoo seperti mendapat kupon makanan gratis selama setahun penuh. Wajahnya berseri-seri dengan tawa yang memperlihatkan bibirnya yang berbentuh hati.

Baekhyun menyadari bahwa sebenarnya Kyungsoo tidak suka pulang sendiri. Terlihat dari wajahnya kini yang sangat berbinar penuh kebahagiaan seperti menantikan dari lama kalau Kyungsoo memang lebih suka dijemput. Kyungsoo seperti Baekhyun. Dia tidak akan meminta bantuan orang, kecuali orang itu yang ingin membantunya. Hanya membutuhkan uluran tangan yang tulus. Hanya itu.

"Terimakasih, Baek. Kau sebenarnya memang orang yang baik."

Entah sejak kapan Profesor Park sudah berada di sebelah Baekhyun dan seperti biasa, tangan Profesor Park gemar sekali mengusap kepala Baekhyun seperti mengusap kepala anaknya. Senyum tuluspun tersirat diwajah tampannya.

Wajah Baekhyun tidak bisa dihindari kini menjadi bersemu merah –lagi-.

"Akukan sudah bilang, aku itu orang yang cuek. Hanya kau yang mengira sebaliknya."

Semburat merah masih bertengger dipipi Baekhyun. Baekhyun sepertinya menyangkal dengan apa yang barusan dikatakan Profesor Park. Baekhyun terlihat sangat manis, apalagi jarak wajah dengan Profesor Park sangat dekat.

"Aku pernah mendengar rumor kalau kau memang cuek dengan pacar-pacarmu…"

"Eh?"

"… itu biasa, saat para wanita suka berkata jika kau adalah lelaki yang berhati kaku dan suka senang dengan dunianya sendiri dengan cara mereka yang murahan. Tapi sebenarnya, kau itu sangat menggemaskan dan ramah, Baek!"

Profesor Park kembali mengusak-usak rambut Baekhyun dan tersenyum ceria.

"A…apa yang kau bicarakan? A…aku SANGAT SUKA SENDIRIAN!"

Baekhyun memang keras kepala.

"Jangan menyangkal perasaanmu terlalu sering…"

Deg!

Baekhyun merasakan hatinya begitu tersentuh mendengar perkataan Profesor Park. Baru kali ini ada orang yang begitu perhatian dan mengerti akan dirinya seperti ini. Kalaupun itu Luhan, lelaki rusa itu hanya bisa menggodanya dan mengganggunya. Tapi perasaan bersama Profesor Park yang masih berada dihadapannya terasa begitu hangat dan sedikit demi sedikit menerangi cahaya di dalam diri Baekhyun yang sudah lama terkunci di ruangan yang gelap pada dasar dirinya terdalam.

"… Oleh karena itu, Aku akan menggumu seperti orang gila agar kau tidak terlalu kaku hahaha."

Profesor Park memeluk Baekhyun erat dan mengusapkan pipinya ke pipi Baekhyun.

"Hyak! Kau tidak mencukur jenggotmu dengan bersih! Menjauhlah!"

"Kau saja yang terlalu lembut..."

Baekhyun berusaha menjauhkan tubuhnya dengan tubuh Profesor Park yang berukuran lebih besar darinya. Ini sangatlah tidak mudah. Apalagi dia merasa geli merasakan sesuatu yang kasar mengelus-elus pipi mulusnya.

"…Serangan manusia jenggot!"

"Bethentilah menggelitikiku! Hahahaha."

Kedua lelaki berbeda usia itu terus saja bercanda satu sama lain. Profesor Park yang masih merusaha menempelkan jenggotnya ke leher Baekhyun sedangkan Baekhyun yang merasa geli dengan tindakan Profesor Park. Mereka hanya tertawa bersama tanpa ada beban.

Perlakuan Profesor Park ini begitu aneh Baekhyun rasakan.

Setiap kata Profesor Park seperti sihir, yang membuat Baekhyun merasa ada permen kapas didalamnya. Lembut dan manis.

Ketika bersama Profesor Park, Baekhyun merasa begitu bercahaya, hangat dan membuat perasaannya nyaman. Membuat sebuah ruang gelap dihati Baekhyun di penuhi cahaya, hanya menunggu Baekhyun membuka kunci hatinya.

"Appa curang! Kyungie juga ingin bermain dengan Baekkie hyung juga!"

Mereka bertiga Nampak seperti keluarga hangat yang saling melengkapi satu sama lain.

.

.

.

Baekhyun kini sedang berjalan pulang dengan Luhan seperti biasa. Mereka berdua sudah menyelesaikan beberapa kelas hari ini. Dia ingat kalau jam 4 Kyungsoo pasti sudah menunggunya. Jarak antara kampus dengan TK-nya Kyungsoo juga dekat, jadi tak menjadi halangan untuk Baekhyun untuk menjemputnya setiap hari.

Bip!

From: Park Chanyeol

Aku ingin sup kimchi untuk makan malam nanti.

Setiap hari kau hanya memasak sesuai keinginan Kyungsoo.

Aku sangat iri sampai ingin menangis

T-T

(Hehehe)

"Pria ini bicara seperti tidak melihat umur saja!"

Baekhyun tersenyum membaca pesan singkat dari Chanyeol. Oh ya, Baekhyun sudah mendapat izin kalau dia boleh menganggil Chanyeol tanpa embel-embel apapun. Sangat bosan memanggil Chanyeol dengan sebutan Profesor setiap hari. Apalagi sebenarnya pria yang gemar skinship itu sama sekali tak pantas menyandang sebutan Profesor.

Dilain pihak, Luhan yang melihat Baekhyunn yang tiba-tiba menghentikan langkahnya kemudian tersenyum saat melihat poselnya itu terasa aneh. Ada yang janggal. Baru kali ini Luhan melihat Baekhyun tersenyum begitu tulus seperti itu.

"Lu, aku pergi dulu, ya. Aku akan langsung tempatku bekerja saja… hahaha"

"Eh? Dia bisa tertawa seperti itu?... itu benar Byun Baekhyun yang ku kenal, kan?..."

Ini sangat membingungkan bagi Luhan.

"… dalam beberapa bulan ini, terasa ada yang berubah dari Baekhyun."

Luhan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya lucu. Luhan berusaha menganggap itu sebagai hal yang biasa, bukankan itu perkembangan bagus untuk Baekhyun. Mahasiswa yang masih berada di sekitar gerbang pun memandang Luhan dengan ekpresi seorang fanboy yang terlalu jatuh cinta dengan idolanya. Luhan itu sangat menggemaskan.

Pim!

Suara klakson mobil mengalihkan semuanya.

Mobil Audi R8 berwarna putih terhenti di tepi jalan dekat Luhan berdiri.

"Lu, ayo masuk!"

"Hun-ah!"

Dengan langkah ceria, luhan melangkahkan kakinya masuk ke mobil pacar tampannya. Setelah memasuki mobil, luhan langsung duduk dan mencium singkat bibir Sehun. Itu sudah menjadi kebiasaan.

Mobilpun melaju kencang meninggalkan fanboy luhan berguguran.

.

.

.

Seperti inilah keseharian Baekhyun sekarang. Pulang dari kuliah, dia langsung menjemput Kyungsoo ke TK dan berpamitan dengan guru TK Kyungsoo, lalu saat perjalanan pulang mereka terus mengobrol walaupun kebanyakan obrolan berkisar tentang Kyungsoo yang bercerita tentang kesukaannya dan hal-hal yang ia lakukan d TK.

Setelah menjemput Kyungsoo, meraka berdua pergi belanja sayuran, memasak untuk makan malam dan yang terakhir meninabobokan Kyungsoo hingga tertidur. Saat itulah pekerjaan Baekhyun selesai. Hari-hari berikutnya tetaplah sama dengan pekerjaannya saat ini. Ini sangat menyenangkan untuk Baekhyun dari pada keseharian Baekhyun dulu yang datar.

Dari semua kegiatan Baekhyun, bagian tersulit adalah saat Kyungsoo sulit tertidur sehingga Baekhyun terhambat untuk pulang keapartemenya, seperti sekarang ini.

"Kyungie, jika kau lelah… cepatlah tidur."

Baekhyun yang berusaha menidurkan Kyungsoo, kini kualahan. Dia sudah membacakan cerita pengantar tidur untuk Kyungsoo, tiga judul dongeng tapi Kyungsoo tidak mau memejamkan mata walaupun matanya sudah tidak kuat untuk tetap terbuka. Kyungsoo sedang berusaha menghadang kantuknya.

"Tapi.. jika Kyungie tertidur, Baekkie hyung akan meninggalkan Kyungie."

Kyungsoo kembali duduk, tangan mungil mengusap-usap mata agar tidak terpejam.

"Kyungie, besokkan hyung juga kembali kesini lagi. Sekarang Kyungie tidur yang nyenyak, ya."

"TIDAK MAU! BAEKKIE HYUNG HARUS MENGINAP DISINI!... Tidak… boleh…pu"

Pluk!

"Zzzz…"

Setelah berteriak lantang, Kyungsoo jatuh tertidur dengan nyenyaknya. Baekhyun memandang gemas Kyungsoo yang begitu lucu saat tidur. Perlahan Baekhyun melangkah kakinya keluar kamar dan mematikan lampu kamar Kyungsoo dan menggantinya denga lampu tidur kecil di atas nakas tempat tidur.

"Akhirnya dia tertidur juga, akhir-akhir ini dia sering merengek agar aku menginap disini. Sangat sulit membiarkan Kyungsoo yang sebenarnya kesepian."

Baekhyun tersenyum dan menutup pintu perlahan.

"Mm… eomma…"

Andaikan Baekhyun tinggal beberapa detik lagi saja, dia pasti bisa melihat betapa kesepiannya anak berusia 5 tahun ini yang begitu merindukan kasih sayang ibunya.

"Eh?"

Ketika berbalik badan, Baekhyun melihat Chanyeol dengan santainya duduk di sofa sambil meminum wine. Chanyeol memang pria dewasa yang mempunyai banyak sisi.

"Baek, sekarang sudah larut malam. Menginap saja disini…"

Dengan senyum lima jari andalan seorang Park Chanyeol, dia berbaik hati menawarkan Baekhyun untuk menginap.

"Tak perlu. Aku pulang ke apartemen saja. Jika aku menginap disini, kau hanya akan menggangguku. Ini juga belum terlalu petang untukku..."

"Baiklah…"

Chanyeol menghilangkan senyumnya dan berwajah serius ketika Baekhyun menolak tawarannya. Tapi, itu hanya berlangsung beberapa detik karena sebelum Baekhyun menyadarinya, dia kembali memamerkan senyum idiotnya.

"… Tapi, kau pasti tidak akan keberatan untuk menemaniku minum wine, kan?"

Greb!

"Baekhyun~!"

Chanyeol menarik lengan Baekhyun agar duduk di sofa tepat sampingnya duduk dan memeluk erat Baekhyun.

"Apakah kau sudah mabuk! Chanyeol… LEPASKAN!"

Walaupun Baekhyun berusaha melepasakan pelukan dadakan Chanyeol, Baekhyun tetap tersipu malu. Inilah yang tidak diinginkan Baekhyun. Skinship dari Chanyeol yang membuatnya terus berharap. Chanyeol orang yang easy going, sangat mudah berbaur dengan orang baru. Jika Baekhyun mengharapkan Chanyeol, itu kemungkinan besar sakit hatilah yang akan ia terima.

Ketika Chanyeol minum-minum seperti ini, dia seperti remaja yang suka mengganggu di tengah jalan. Seorang pria yang bebas melakukan apapun yang ia kehendaki. Chanyeol memang terlihat muda tidak sebanding usianya. Tapi dia tetaplah pria yang mapan yang penuh pesona dan digilai semua orang.

"Jika Baekhyun tidak bersamaku, aku tidak akan hidup lagi," Chanyeol berkata dengan ceria. Sepertinya Chanyeol benar-benar mabuk. Perkataannya sudah melantur kemana-mana.

Ini sangat membuat Baekhyun menjadi gila. Gila karena dia tidak bisa menenangkan jantungnya yang tengah berdetak kencang. Perkataan Chanyeol membuat Baekhyun gila!

"Mungkin itu benar, karena kau tidak mempunyai apapun untuk dimakan."

Baekhyun mencoba berpikir dari sudut pandang sebaliknya, tidak ingin terpancing dengan keadaan yang sedang terjadi saat ini.

Baekhyun paling lemah terhadap alcohol. Hanya dengan mencium aromanya, dia akan mabuk. Kesadaran Baekhyung berangsur-angsur pergi karena mencium pekatnya aroma wine yang Chanyeol minum.

Dengan kurang ajarnya Chanyeol melepas satu-persatu kancing kemeja Baekhyun. Pria mesum itu mengelus elus tubuh telanjang Baekhyun dengan tangan besarnya. Tubuh Baekhyun begitu lembut, membuat Chanyeol ketagihan ingin menyentuhnya lagi dan lagi.

Kini Baekhyun duduk dan kepalanya bersandar pada dada Chanyeol. Chanyeol pun tak merasa keberatan. Dia melepas kacamata hitamnya dan mendekatkan diri kearah Baekhyun.

Cup!

Ciuman antara mereka tak terelaknan. Kesadaran Baekhyun semakin menghilang, kini ikut terbawa suasana. Jantung Baekhyun begitu berdebar dan perasaan yang seperti permen kapas itu kini semakin pekat. Rasanya begitu menyenangkan. Perlahan Baekhyun menutup kedua matanya dan menikmati cumbuan Chanyeol. Ciuaman Chanyeol adalah ciuman dewasa yang melibatkan pertarungan lidah dan pertukaran saliva. Selama kurang dari lima menit, Chanyeol melepaskan ciuaman mereka.

Chanyeol membuka mata dan melihat, jika Baekhyun begitu menikmati ciumannya. Dia mendorong tubuh Baekhyun agar merebahkan diri di sofa coklat tua di ruang tamu. Udara disekitarnya menjadi panas seiring dengan pergerakan tangan Chanyeol yang terus menjamah tubuh yang terkukung dibawahnya. Tangan Chanyeol mengusap dan mencubit nipple Baekhyun yang berwarna merah kecoklatan yang kini sudah berdiri kaku. Dia sudah terangsang dengan semua perbuatan yang dilakukan Chanyeol terhadap tubuh mungilnya.

Setelah puas dengan mencium bibir Baekhyun, bibir Chanyeol beralih menggigit dan menjilat telinga Baekhyun yang sensitive.

"Ah! Ahhh.."

Deg!

Sret!

"HENTIKAN!"

Kesadaran Baekhyun pulih seutuhnya dan duduk menjauhi Chanyeol. Ini salah!

"Eh! Baek.. oh… tidak…"

Sepertinya kesadaran Chanyeol juga sudah kembali. Kedua manik Chanyeol membesar.

Baekhyun masih merasa, semburat merah dipipipun masih terlihat jelas. Dia malu mengapa bisa menghasilkan suara desahan seperti tadi? Hanya dengan ciuman, dia lupa segalanya. Sebelumya ini tidak pernah terjadi. Tapi, ketika dengan Chanyeol…

Tuk!

Baekhyun menyentuh bibir yang tadi sempat dicium Chanyeol dengan intim.

Hanya dengan mengingatnya, jantung Baekhyun kembali berdegup dengan kencang. Tapi, bagaimana dengan Chanyeol? Dia mungkin memang sudah berpengalaman dan sering melalukan ini dengan siapa saja.

Sungguh gila pikiran Baekhyun. Dia mengusak-usak rambut coklatnya sendiri dengan kasar. Baekhyun bergegas membenahi kemejanya yang terbuka, untung tidak sampai membuka celana!

"Itu… Baekhyun. A…aku minta maaf atas kejadian tadi."

Suara Chanyeol bergetar penuh penyesalan.

"Tak apa. Aku…" Dengan lemas Baekhyun menjawab. Belum selesai Baekhyun berucap, Chanyeol menyela.

"Aku… sangat menyesal, Baek. Aku salah kira kau… adalah istriku."

Deg!

"Sa…salah… kira?"

Hati Baekhyun yang tadi sempat berbungan, kini remuk seketika. Perasaan yang dia rasakan selama ini, yang dia jaga, yang dia harapkan akan kemurahan Chanyeol agar memandangnya… agar Chanyeol peduli padanya, tapi apa balasannya? Sangat sakit jika berada diposisi orang ketiga yang dianggap serupa oleh pihak kedua. Sebegitukah Chanyeol ingin bercinta dengan istrinya sehingga dia salah sangka. Kenapa Baekhyun yang sama sekali tidak bersalah menjadi korban?

"Aku sangat menyesal. Mencium seorang lelaki… itu pasti terasa sangat buruk. Maafkan aku, Baek…"

Terasa… sangat buruk?

Baekhyun sungguh tidak terima ini semua. Dia lupa jika Chanyeol itu straight dan Baekhyun adalah seorang gay yang menjijikan bagi seorang straight seperti Chanyeol. Ini sudah cukup!

"BAEKHYUN!"

Chanyeol berteriak memanggil Baekhyun yang berlari menuju pintu keluar.

Brak!

Suara pintu tertutup menandakan Baekhyun sudah pergi dari rumahnya.

Chanyeol tidak mampu mengejar Baekhyun, pikirannya saat ini sangat kacau.

"Aku… mengapa aku tidak sanggup menahannya. Ugh!"

Chanyeol menumpukan kepalanya dengan kedua telapak tangan. Dia menyesali perbuatannya.

.

.

.

Baekhyun sudah sampai di apartemennya. Apartemen yang sudah ia tinggali sepanjang hidupnya. Luhan tadi saat kuliah bilang kalau dia seminggu ini akan menginap di rumah kekasihnya, Sehun.

Baekhyun jatuh, mendudukan diri dilantai ruang tamunya.

Tak apa, Baekhyun terbiasa sendiri. Selalu sendiri. Tak masalah jika harus kesepian seperti ini. Walau disaat hatinya sakitpun...

Tapi, entah mengapa… ruangan apartemen ini terasa begitu dingin. Suasana ini sangat berbeda dengan rumah itu, terasa hangat. Semuanya sudah berakhir. Baekhyun tidak sanggup untuk berharap lagi.

"Hiks…"

Baekhyun merindukannya. Meski terasa sakit, dia sangat merindukan rengkuhan hangat Chanyeol. Tapi, Chanyeol sendiri yang merusaknya.

Diruangan sunyi ini, hanya terdengan suara isak tangis Baekhyun yang memilukan.

.

.

.

.

.
Hay~ selamat bermalam minggu~

Biasanaya saya hanya bisa membaca ff yang ada, kini saya ingin mencoba berpartisipasi menulis kkk.

Ini adalah remake manga yang berjudul Homosexual Happy Wedding karya Fujisaki Kou. Saya sangat jatuh cinta akan ceritanya apalagi tokoh utamanya sangat CHANBAEK BANGET LOL, jadi saya ingin berbagi cerita dengan para reader. Jika kalian ingin membaca versi aslinya, silakan cari saja digugel hehhehe… Saya tidak menerjemahkan manga secara total setiap percakapan yang ada, tapi saya banyak menambah atau mengurangi dialog yang ada sesuai dengan sifat Chanyeol dan Baekhyun. Bagian Luhan adalah karangan saya total yang pengen nyempilin Hunhan kkk.

Disini saya hanya iseng mencoba menulis untuk mengisi waktu luang. Jika banyak yang tidak suka dengan karya ini, mungkin ff ini akan saya hapus.

Saya akan menunggu respon reader selanjutnya mau next chapter atau tidak^^

Tapi, karena untuk kelanjutan ff ini saya mengharapkan dukungan kalian~

Maaf jika banyak typo~

saya tunggu reviewnya^^

Akhir kata…

See you soon~

:*