"Tsk…. Ban ini kok pakai bocor segala lagi!" gerutu pria berkulit gelap sambil menggeser sepeda motornya di trotoar. Untung disana ada tukang jasa sepeda motor, tanpa berpikir panjang lagi pria yang masih berstatus mahasiswa di University of Tokyo itu membawa motornya di tempat itu.

"Ohayou! Ada yang bisa saya bantu?" Tanya salah satu pegawai disana dengan ramah. "Ban motor saya pecah tuh…. Bisa diganti saja?" Tanya pemuda tersebut yang dikenal dengan nama Aomine Daiki.

"Biar saya periksa dulu ya." Kata pegawai tersebut lalu menggerek sepeda motor pemberian Ayahnya pada ulang tahun yang ke 19. "Ano… pak, ini ban nya baru bocor sekali. Bagaimana jika ditambal saja?" tawar pegawai tersebut. "Sudah, ganti saja." Kata Aomine.

"Ha'i." balas pegawai tersebut. Tcih! Dasar anak orang kaya. Aomine adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Presiden direktur perusahaan Touou yang memproduksi bahan elektronik yang terkenal di Jepang. Memang dia terkesan sombong akan tetapi sebenarnya dia hanya menutupi kelemahannya yaitu tidak pandai berbicara pada orang.

Aomine duduk di salah satu kursi yang disediakan. Dia bersandar sambil memikirkan sesuatu yang tak penting. Lalu, terdengar ada orang yang masuk membawa delivery. "Ini pesanannya dan jumlahnya 300 yen." Kata pria berambut pirang yang bekerja sebagai tukang antar tersebut sambil mengulurkan tangan tanda meminta uang. Pegawai yang memesannya pun memberikan jumlah yang disebutkan dan pria blondie tersebut pergi.

"Oi! Delivery!" panggil Daiki sebelum orang itu kabur dari pengawasannya. "Ha'i! ada apa anda memanggil saya?" tanyanya dengan sopan. "Aku mau seperti yang dipesan orang itu." Kata Aomine yang terdengar angkuh. "Ha'i pesanan anda akan segera di antar." Katanya langsung melesat pergi.

Selang beberapa menit kemudian pria tersebut datang dengan pesanan yang diminta sudah tiba. "Harganya 300 Yen.' Kata pemuda itu sambil menjulurkan tangan persis denga apa yang dia lakukan dengan pegawai tadi. Aomine mengeluarkan uang 1000 Yen dan memberikannya kepada pelayan delivery tersebut.

"Maaf, tetapi anda ada uang yang lebih kecil dari ini soalnya ini hanya 300 Yen." Kata pelayan restoran tersebut. "Ah! Sudahlah. Ambil saja kembaliannya." Kata Aomine. "Saya tidak menerima uang yang tidak ada kembalian kecuali uang pas." Katanya lembut tetapi tegas.

"Tapi aku sudah tidak punya uang pas lagi." Kata Aomine sewot. "Coba anda periksa dompet anda! Pasti ada." Tebak Pemuda tersebut. Aomine terkejut, baru pertama kali ada orang yang tidak menerima uang yang seharusnya ada kembaliannya. Daripada berantam sama orang ini bagusan kasih saja deh uang pasnya. Lalu, Aomine mengeluarkan dompetnya kan memberikannya 3 lembar uang 100 Yen. "Terima Kasih… semoga hari anda menyenangkan." Balas pemuda delivery itu lalu pergi.

"Oi!" panggil Aomine kepada permuda itu sebelum pergi. "Ada apa?" pemuda itu berbalik. "Siapa namamu?" tanya Aomine.

"Kise Ryota desu." Balasnya lalu pergi keluar.

'Kise Ryota…. Akan kuingat nama itu' batin Aomine.

.

.

.

The Color of Green

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

AoKi (AomineXKise)

Warning: Fanfic gaje, anti mainstream, Typo(s), dll

Chapter 1

Hello, I'm Kise Ryota

.

.

.

"Dai-chan, ini bagaimana mengerjakannya?" tanya anak usia 15 tahun sambil menunjukan pr matematikanya. "Apa Satsuki? Kok kamu asik mengganguku sih?" balas Aomine Daiki malas dengan posisi tubuh berbaring di atas sofa yang di import dari prancis. "Dai-chan….. ayolahhh.." pita Aomine Satsuki memelas. "Malas ah!" jawab Daiki dengan mimik wajah malas, tubuhnya yang atletis hanya dibaringkan seperti orang umur 90 tahun yang sudah tidak berdaya.

"Kalo tidak nanti aku lapor sama okaasan." Ancam Satsuki. "Ah! Baiklah yang mana?" kata Daiki dengan terpaksa. "Nah! Ini ada dikatakan persamaan logaritma 2log (2x – 5) = 2log (x + 9) bagaimana?" tanya Satsuki setelah ancaman maut sukses besar. Daiki hanya bisa mengeluh dan terpaksa mengajarinya dan memberinya solusi. Daiki memang sudah terkenal kepintarannya dulu di SMA Teiko. Dia pintar terutama di matematika dan fisika. Makanya, banyak siswa yang tidak mengerjakan pr meminjam pr matematikanya.

"Mengerti Satsuki?" tanya Daiki. "Ha'i arigatou gozaimasu." Senyum Satsuki. "Dah sekarang minggat…. Menggangu banget." Jawab Daiki sewot. Sepertinya adiknya sudah tegar terhadap kata kata kasar bagai katana yang diasah di gunung Fuji. Lalu, Satsuki melenggang pergi sedangkan Aomine Daiki hanya kembali bermalas malasan di sofa lembut nan empuk. Pikirannya kembali melayang kejadian tadi pagi.

"Kise Ryota, nama yang sangat menarik." Gumamnya. Lalu, dia beranjak dari sofa dan pegi ke kamarnya. Begitu dia sampai di kamar, dia langsung menyambar iPhone 6s miliknya dan membuka Facebook. Dia melakukan pencarian di Facebook dengan hasil Kise Ryota namun hasilnya sama dengan nol. Dia tidak dapat menemukan Kise Ryota.

"Aku sangat tertarik dengannya." Batin Daiki. Jam menunjukan 09.47, Daiki mematikan lampu kamarnya dan tertidur. Dia harus bangun pagi pagi untuk pergi membeli minum the langganan.

.

.

.

"Tadaimaa!" suara baritone menggema ke seluruh penjuru rumah yang kecil itu. Tampak seorang wanita tua berpakaian sederhana datang sambil memeluk putra semata wayangnya itu. "Ibu… ibu bagaimana? Sehat?" tanya pria yang tadi masuk tersebut. Lalu wanita itu mengaguk tanda ya.

Bagaimana kerja kamu hari ini?

"Tidak banyak yang terjadi, hanya ada orang yang secara kebetulan meminta pesanan yang sama di bengkel itu." Jawab pria muda tersebut.

Oh! Bagus lah kalo kamu begitu terus kamu bisa dapat uang bonus banyak. Hah kalau begitu cepat ke ruang makan, ibu sudah sediakan makanan buat kamu.

"Ah! Baiklah ibu." Jawab pria bersurai kuning itu lalu berjalan 2 langkah saja sudah sampai ke ruang makan yang sederhana itu. Rumahnya memang kecil tetapi bersih dan tertata rapi di segala tempat.

Makanlah yang banyak dan oh ya! Ibu mau cuci priring dulu sebentar ya. Setelah makan kau boleh tidur.

"Aah ibu! Jangan.. nanti biar aku saja yang cuci, ibu sebaiknya istirahat saja dulu oke?" kata Pemuda tersebut sambil menghentikan ibunya untuk pergi ke dapur.

Tidak perlu, ibu belum lelah. Kau setelah makan pergi tidur saja.

"Ibu, nanti kalau ibu sakit bagaimana? Kan susah jadinya masalahnya, ibu sudah lelah, istirahatlah." Bantah putra tunggal nya.

Hah baiklah, tetapi setelah cuci piring segera tidur ya.

"Baik…. Itadakimasu!" kata pria yang bernama Kise Ryota itu melahap makananya sampai habis. Setelah habis, dia membereskan piring piring yang ada di meja dan membawanya ke tempat cuci. Dia membuka keran air dan mulai menyabuni piring dengan spons. Dalam waktu sekitar 5 menit dia menyelesaikan itu dan ke kamarnya.

Dia merogoh tasnya dan membuka buku sastra bahasa Inggris nya. Dia memang bercita cita ingin bersekolah di luar negri kan kembali untuk membahagiakan ibunya. Hanya bermodalkan 1 lampu di meja belajarnya, dia menuliskan kembali apa yang diajarkan dosen. Kadangkala terdapat kata yang dia tak mengerti, dia membuka kamus untuk mencari tahu.

Jam menunjukan pukul 11.05….. menandakan sudah waktunya tidur. Dia mematikan lampu belajarnya dan berbaring tepat disamping ibunya. Kise kemudian menoleh kepalanya ke arah ibunya.

"Ibu… maafkan aku." Katanya sambil memejamkan matanya untuk istirahat.

.

.

.

KRRRIIIINNGGGGGG

Bunyi jam waker Aomine. Dia mengeram dan mematikan nya dengan kasar yaitu melemparkannya ke dinding sampai hancur berkeping keping. Aomine ngesot ke tepi tempat tidurnya sambil menguap lebar. Cahaya matahari bersinar menembus kaca jendela. Daiki meregangkan tubunhnya lalu berdiri. Dia melakukan sedikit peregangan pada tulang lalu pergi ke kamar mandi untuk menjalankan ritual paginya. Dia membuka shower untuk membasahi tubuhnya dan mengambil sabun cair di sebelahnya. Aomine mengosok sabun tersebut mulai dari lehernya lalu menuju dadanya dan dilanjutkan ke perutnya yang seksi lalu menuju ke— oke mungkin itu berlebihan (Maaf, saya cowok jadi bagian ini ga usah dilanjutin deh ^^)

Aomine keluar dari kamar mandi dengan hanya handuk yang menutupi bagian vitalnya. Dia kemudian menuju lemari pakaian dan memilah pakaian yang akan dipakai. Sebenarnya sih bukan memilah namanya kalo hanya sekitar 10 detik memilih baju tapi okelah kita masukin aja deh.

Aomine kemudian memakai bajunya dan menyambar tasnya dan berlari keluar kamar. "Ohayou Dai-chan." Sapa Satsuki. "Ohayou." Balas Daiki singkat lalu turun tangga. Dia langsung berlari ke basement untuk menjemput mobilnya. Dia masuk dan menyalakan mobilnya dan pergi keluar. Mobilnya menerusuri jalan Tokyo. Lalu, Aomine masuk ke salah satu Café langganannya sejak 8 bulan yang lalu.

Aomine membayar jumlah yang disebutkan oleh kasir dan pergi. Sambil minum, dia memainkan ponselnya sampai dia mengangkat kepalanya dan melihat pria bersurai kuning berada dalam bus yang tengah melesat. Entah dia salah lihat atau bukan, tetapi yang jelas dia harus mengejar bis tersebut.

Aomine berlari menuju mobilnya dan buru buru menstarter. Setelah menyala dia langsung melesat mengejar bis itu. "Seharusnya gak terlalu jauh sih." Gumamnya. Dia terus mengendarai mobilnya dan bingo! Ketemu. Tapi, ini kan universitasnya dimana bis itu berhenti.

"Pasti dia berhenti disini!" gumamnya seperti dukun yang tahu bahwa korban sentet bakal mati. Dari kaca mobilnya, mata birunya menerusuri setiap celah orang yang berada pada area tersebut. Tiba tiba matanya menangkap rambut kuning yang berada tepat di pintu masuk dan hendak masuk. Buru-buru Daiki memarkirkan mobilnya dan pergi mengejar pria yang disangka Kise Ryota itu. Aomine Daiki masuk dengan berlari lari. Kepalanya menoleh kanan kiri untuk mencari sosok Kise Ryota.

Sosok yang dicari pun ketemu. Dia berlari dan langsung memegang pundah orang tersebut. Pria berambut kuning tersebut langsung melihat ke belakang.

"Ada apa?" tanya pria itu.

Aomine terkejut, ternyata itu bukan dia. Rambutnya saja sama. Cih dasar!

"Sumimasen, Aku salah orang." Aomine meminta maaf. "Tidak masalah." Balasnya lalu pergi.

"Kise Ryota. Kau membuatku gila." Kata Aomine sambil mengacak rambutnya frustasi.

.

.

.

"Kurokocchi!" jerit seseorang dengan nada melengking.

"Kise-kun, tolong jangan jerit. Telingaku sakit." Balas pria pendek bersurai biru muda tersebut.

"Kejamm…." Kise membuat tangisan palsu. Teman Kise yang bernama Kuroko Tetsuya hanya diam dan tetap berjalan menuju kelas sastra.

"Hey, Kurokocchi." Panggil Kise.

"Ada apa Kise-kun?"

"Kau tahu tidak anak Perusahaan Touou? Katanya ayahnya sudah mau pensiun dari perusahaan, mungkin dia bakal jadi penerusnya. Ah… enaknya jadi orang kaya." Kata Kise. Lalu sebuah tamparan keras mengenai pipi kirinya.

"Itai! Oi kok menampar wajah indahku sih!?" protes Kise.

"Tolong jangan berkata seperti itu lagi Kise-kun."

"Tapi tidak ada salahnya berangan angan." Balas Kise.

PLAK

Tamparan kedua berhasil mendarat di bagian pipi yang sama. "Kise-kun, yang kau katakan bukanlah angan tetapi keinginan buruk untuk menguasai. Kau seakan tidak menerima keadaanmu." Kata Kuroko.

"Gomen…. Kurokocchi." Balas Kise dengan wajah mayun. Kise menerima kenyataan kok, dia hanya perlu menjalani hidupnya dan lihat apa yang terjadi. Cita citanya adalah untuk membahagiakan ibunya, itu saja.

Mereka masuk ke kelas sastra dan duduk di temppat mereka. Kuroko hanya diam dan mengeluarkan bukunya dari tas. Dia mengerjakan review yang diberikan dosen kemarin. Lalu, mereka berdua melakukan reading tentang 'Ancestors of ancient Greek' dan menjawab bagian pertanyaan.

Mereka tampaknya mengerjakannya tanpa kesulitan. Sesekali Kise membuka kamus untuk mencari kata sulit.

"Kurokocchi, tampaknya dosen gak bakalan datang lagi. Apa sebaiknya kita keluar saja?" tanya Kise.

"Sepertinya begitu, kalo begitu kita keluar saja." Kata Kuroko lalu mengemas barang mereka di tas dan keluar.

.

.

.

"Hey, Aomine. Kenapa kau murung hari ini?" tanya Wakamatsu. Aomine Daiki terkejut dan keluar dari lamunannya. "Ya, ada apa?" tanyanya.

"Hah? Gak apa apa." Balas Wakamatsu kesal.

Aomine Daiki kembali menerusuri otaknya dengan lamunan. Seumur hidupnya dia tidak pernah merasa sefrustasi ini. Dia bahkan tidak pernah tertarik pada apapun kecuali Basket. Bahkan ketika ayahnya menghukumnya karena bermasalah di sekolah. Tapi, mereka hanya bertemu 1 kali dan itu seperti sudah bertahun tahun.

"Kise Ryota."

"Aomine kau mengatakan sesuatu?" tanya Imayoshi.

"Ah ! tidak, Maaf." Kata Daiki.

"Kau kelihatan sakit Aomine, sebaiknya kau pulang." Imayoshi menganjurkan. Aomine hanya duduk di salah satu bangku di kelas jurusan Bisnis sambil berpikir.

"Arg! Aku akan keluar dan mencari udara segar." Katanya sambil beranjak dari tempat duduknya sambil menenteng tasnya. Daiki keluar dan menutup pintu cukup keras. "OI, AOMINE! JANGAN KABUR BEGITU SAJA!" teriak Wakamatsu. "Wakamatsu, biarkan." Kata Imayoshi.

Aomine Daiki, anak pertama dari orang terkuat di Jepang sedang mengacak rambutnya. Pikirannya kusut, pikirannya berisi pria delivery rambut pirang.

"Aku harus menemukan pria itu." Gumam Aomine dalam hati. Akibat berjalan sambil melamun, Daiki menabrak seseorang. "Maaf," kata pria yang ditabrak atau lebih tepatnya di senggol oleh Daiki. Pria itu memiliki suara yang familiar di terlinga Aomine Daiki. Atau jangan jangan….

Aomine menarik tangan pria tersebut. Tentu saja dia terkejut. Aomine manatap matanya dalam dalam.

"Ano… anda siapa?" tanya pria bersurai pirang itu. Tunggu pirang? Tidak salah lagi.

"Kau, Kise Ryota. Akhirnya aku menemukanmu." Kata Aomine puas.

"Huh?"

.

.

.

Mini Story:

"Kise-kun, aku akan beli minum jadi tunggu sebentar disini." Kata Kuroko. Kise paling benci yang namanya menunggu. Tetapi apa boleh buat? Daripada dipukul lagi bagusan tunggu. Lalu, Kuroko pergi menuju mesin minuman yang jaraknya lumayan jauh.

1 menit

2 menit

3 menit

10 menit

12 menit

"Apa saja sih yang dilakukan Kurokocchi." Kata Kise yang mulai tak sabar. Setelah 15 menit menunggu, dia pun sudah tak sabar. Kise Ryota langsung meninggalkan posisinya dan pergi mencari Kuroko. Bocah itu sulit banget di cari karena hawa keberadaannya sangat tipis. Ini menjadi tantangan buat Kise untuk mencarinya.

Karena berlari lari, Kise menabrak seseorang. "Maaf," kata Kise. Lalu pria asing itu memegang tangannya.

"Kise Ryota, akhirnya aku menemukanmu." Katanya.

EH!?

.

.

.

Tsuzuku


Hi minaa... ketemu saya lagi... stelah sekian lama gak publish akhirnya juga ya. ini FF karya saya jadi kalo misalnya ada kesamaan sama FF lainn mungkin khilaf soalnya ini dari otak saya sendiri... oke laa jangan lama lama tolong kasih reviewnya laa jaaaa minna.