Hyemi mengelus perutnya yang sudah membuncit sempurna. Hanya tinggal menghitung hari menuju persalinan. Justin sendiri sudah izin untuk bekerja hanya setengah hari, ia tidak ingin meninggalkan istrinya yang hamil besar sendirian di rumah.

Dor!

Hyemi terlonjak kaget, ia menatap garang suaminya yang hanya terkekeh menertawakan dirinya yang pasti menampilkan ekspresi absurd. Sadar akan kejahilannya yang membuat istrinya sedikit marah –mungkin- Justin menghentikan tawanya dan duduk di lantai.

Tangannya mengelus perut Hyemi, ia mendongak dengan senyum kecilnya. "Maaf, lagian siapa suruh melamun sampai tidak tahu ada yang membuka pintu."

Hyemi luluh, Justin memang tidak salah sebenarnya. Namun ia sebal saja karena di kagetkan seperti itu. Bagaimana jika dirinya kena serangan jantung?

"Sudah makan siang?" Hyemi membuka dasi yang melilit leher Justin. Setelah itu membantu suaminya membuka jas yang masih dikenakannya.

"Sudah. Tadi aku makan siang bersama Dad."

"Lalu apa yang kalian bicarakan?"

Justin tampak cemberut. Melihat suaminya cemberut malah membuat Hyemi semakin penasaran.

"Dad mengeluh tentang Mom yang sering sakit perut. Apa mom kontraksi?" Justin menatap Hyemi minta jawaban.

Hyemi mengendikan bahunya. "Mungkin saja."

Justin semakin mengerutkan dahinya, terlihat sekali Justin tidak menyukai jawaban tidak jelas dari istrinya. "Tapi kan kandunganmu dan Mom beda 2 minggu. Apa adikku akan lahir mendahului anakku?"

Hyemi tertawa. "Kau lebih memilih anak kita lahir pertama kemudian disusul oleh adikmu?" Justin menggeleng keras. Ya kalau di pikir memang lebih baik adikknya dulu lalu anaknya. Secara, adiknya akan menjadi paman anaknya bukan, walau mungkin umur mereka berbeda seminggu atau dua minggu.

"Calon kakak, semangat!"

Justin berdecak. "Aku juga calon ayah."

Hyemi tergelak. Justin memang selalu seperti ini, merengek seperti anak kecil. Hah! Hyemi harus membuka topik baru agar mood suaminya kembali baik.

"Justin."

"Hm?"

"Bagaimana kalau kita mengganti panggilan masing-masing?" Hyemi menggigit bibir bawahnya merasa malu pada Justin.

Justin menatap Hyemi lalu tertawa melihat tingkah malu-malu istrinya. Mommynya, Chullie Halmonie dan Teukkie Halmonie memang selalu menyuruh Hyemi dan Justin untuk memanggil satu sama lain dengan yeobo, sayang, mom, dad atau panggilan lainnya.

"Aku juga sempat berpikir seperti itu."

"Iya? Bagaimana kalau kita mencari panggilan yang tepat untuk kita berdua?" usul Hyemi.

Ada sebuah kejadian dimana seorang anak memanggil nama pada kedua orang tuanya. Karena ia sering mendengarkan orang tuanya memanggil nama masing-masing. Justin dan Hyemi tentu tidak mau hal itu terjadi pada putra mereka kelak.

Justin dan Hyemi tampak berpikir. "Mom, Dad? Ah tidak. Itu sudah di pakai oleh Mom dan Dad," gumam Justin.

"Umma, Appa juga terlalu biasa kan?"

Justin mengangguk menyetujui. "Apa ya?"

"Papa" lirih Hyemi. Justin menatap istrinya yang terlihat bersemu merah. "Bagaimana kalau, mama dan papa saja?" cicit Hyemi.

Justin tersenyum, sangat menawan. Hyemi sampai tidak bisa menatap wajah tampan suaminya. "Coba katakan lagi."

Hyemi menggigit bibir bawahnya lagi. "Ayolah," rengek Justin. "Ayo, ayo, ayo."

"Berisik..."

"... papa."

Senyum Justin semakin lebar mendengar panggilan itu meluncur lembut dari bibir tipis istrinya.

"Araseo. Mama."

.

.

Uri Family

.

.

"Kalian sedang bertengkar?"

Sungmin berbisik pelan pada Hyunmin. Gadis itu menatap ibu kekasihnya lalu menganguk. "Kenapa?"

"Hanya salah paham saja, Umma."

"Salah paham bagaimana?" tanya Sungmin. Ya, wanita berumur 40 yang tengah hamil besar itu memang sejak dulu selalu kepo. Sebisa mungkin ia harus mengorek informasi yang ingin ia ketahui.

"Sungkyu melihat sms dari teman lelakiku, Umma. Sungkyu marah, dia pikir aku menyimpan rasa pada teman ku itu. Padahal demi Tuhan, aku tidak punya hubungan apa-apa dengan temanku itu. Umma harus percaya padaku" Hyunmin menatap Sungmin dengan mata bulat.

Detik berikutnya Sungmin mengelus rambut Hyunmin. "Tenang saja sayang, Umma percaya padamu. Huh, Sungkyu memang sepaket dengan Appanya. Dulu waktu kita pacaran juga begitu. Langsung marah-marah padahalkan itu cuman pesan biasa, pasti Sungkyu juga begitu," tebak Sungmin.

Hyunmin mengagguk antusias. Lalu kedua perempuan beda usia itu mulai asyik membeberkan kejelekan pria-pria kecintaan mereka.

Di ruang tengah. Ryeo, Li Shi dan Sandeul senang sibuk bermain playstation dengan pengawasan Kyuhyun dan Sungkyu. Beberapa kali Kyuhyun melirik pada Sungkyu yang berwajah suram, sangat suram.

"Apa?" sentak Sungkyu.

"Apa?" Kyuhyun menunjukan wajah innocent andalannya. Sungkyu berdecak lalu kembali murung.

"Sungkyu ah. Kau tahu? Kau bisa bercerita pada Appa."

Sungkyu menghembuskan nafasnya, mungkin tidak ada salahnya jika ia bercerita dan meminta saran pada Appanya. Kemudian Sungkyu pun memulai menceritakan apa masalahnya.

Jika ia mendapati sms di ponsel Hyunmin dari seorang teman laki-laki. Ia juga pernah bertemu dengan lelaki pengirim pesan itu. Dan ia tahu jika lelaki itu menyimpan perasaan pada Hyunmin. Itu kenapa ia jadi sebal dan marah pada Hyunmin. Kekasihnya itu malah santai saja saat Sungkyu marah-marah (sebenarnya Sungkyu ingin Hyunmin menenangkan).

Kyuhyun menjentikan jarinya lalu merangkul bahu putra keduanya. "Itu solusinya hanya satu."

Sungkyu menangkat sebelah alisnya. Kyuhyun tersenyum dan menampilkan smirk andalannya. "Sematkan cincin emas di jari manis Hyunmin mau yang kanan atau yang kiri. Appa yakin, para lelaki yang mendekati Hyunmin akan mundur dengan sendirinya."

Hm? Bukan ide yang buruk.

.

Bunyi kecipak dua mulut yang saling memagut terdengar nyaring memuhi tiap sudut kamar Sungkyu. Hyunmin terpojok di antara tembok dan tubuh tinggi Sungkyu yang terus melumat bibirnya.

Hyunmin sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi. Saat asik mengobrol dengan Sungmin, Sungkyu tiba-tiba datang, menyeretnya ke kamar kekasihnya itu hingga kini mereka berciuman.

"Sungkyu..." Hyunmin menghirup udara rakus saat Sungkyu melepas ciuman mereka. Namun, Sungkyu menarik dan mendorongnya hingga terlentang di ranjang. Hyunmin terkejut bukan main. Sungkyu menindihnya.

Hyunmin pikir Sungkyu akan kembali memagut bibirnya namun kekasihnya itu hanya menatapnya dengan sebuah arti yang belum Hyunmin tau. Saat berpikir apa yang terjadi pada Sungkyu, Hyunmin tertegun karena Sungkyu mengecup dahinya.

"Menikahlah denganku."

Hyunmin benar-benar tidak percaya apa yang dikatakan Sungkyu. "Kenapa tiba-tiba?"

"Setelah sharing dengan Appa, aku sadar akan sesuatu."

"Apa?"

"Rahasia." Hyunmin cemberut. Kemudian Sungkyu kembali berbicara. "Mungkin aku lelaki pencemburu, namun kau harus tahu aku mencintaimu." Sungkyu mengelus pipi mulus Hyunmin lalu menatap lurus pada mata coklat Hyunmin. "Menikahlah denganku."

Hyunmin sebenarnya ingin menangis. Ia memang sudah menantikan saat dimana Sungkyu melamarnya.

Gadis itu mengalungkan tangannya pada tengkuk Sungkyu. Ia memiliki sedikit ide untuk menggoda Sungkyu. "Jadi sekarang ini, kau sedang melamarku?"

"Tentu. Apa jawabanmu?"

Hyunmin mengerucutkan bibirnya. Sungkyu terlalu santai padahal ia tengah melamarnya. Dasar.

"Aku tahu, kau pasti tahu jawabanku atas lamaranmu." Sungkyu tersenyum penuh arti. Tentu saja ia tahu.

"Tapi... aku mengajukan sebuah syarat yang harus kau lakukan."

"Apa itu?"

Hyunmin menekan tengkuk Sungkyu hingga kini jarak wajah mereka hanya beberapa senti. "Lamar aku lagi, dihadapan kedua orang tuaku," bisiknya sembari menghembuskan nafasnya menggoda Sungkyu.

"Tentu saja. Itu hal yang akan ku lakukan tanpa kau pinta." Kemudian Sungkyu meraup bibir Hyunmin. Bibir mereka kembali bersatu saling berpagut penuh hasrat. Kadang Hyunmin pun sampai mengeluarkan desahannya.

Tok tok tok!

Sungkyu dan Hyunmin kaget dan langsung beranjak bangun mendengar ketukan pintu. "Siapa?" teriak Sungkyu.

"Umma heheh..."

Sungkyu bergegas membuka pintu. Ia kaget karena bukan hanya Ummanya, tapi ada Appanya juga.

"Ada apa?"

Kyuhyun bersiul tanpa menatap Sungkyu. Sedangkan Sungmin bergelayut pada lengan Kyuhyun. "Jangan sampai kebablasan."

"Mwo?"

Sungmin tersenyum lima jari membuat Sungkyu dan Hyunmin yang masih di dalam kamar merona hebat. "Kalian mengintip," seru Sungkyu.

"Hehehe..." cengir Sungmin.

"Salah sendiri membawa Hyunmin begitu saja. Appa dan Umma kan antisipasi jika saja kau kemasukan setan lalu memperkosa Hyunmin," ujar Kyuhyun.

"Appa!"

.

.

Uri Family

.

.

Pertama kali Guixian bertemu dengan Go Hyejin adalah saat dirinya mengikuti olimpiade dijepang. Mereka sama-sama atlet muda Korea dalam bidang seni bela diri Taekwondo. Entah sihir apa yang di gunakan Hyejin pada Guixian hingga menyebabkan remaja tanggung seperti Guixian jatuh hati padanya.

Perlahan tapi pasti, Guixian mulai melancarkan aksi mencuri perhatian gadis itu yang ternyata 4 tahun lebih tua dari pada dirinya. Tentu saja itu tidak mudah karena Hyejin masih menganut paham harus mempunyai kekasih yang lebih tua bukan yang lebih muda.

Guixian tidak pantang menyerah tentu saja. Ia terus mengusik hidup Hyejin, itu adalah salah satu trik untuk mencuri perhatian seorang gadis. Guixian pun mendapat berbagai motivasi cinta dalam perncarian internet.

Suatu hari karena sakit, Guixian terpaksa tidak mengekori Hyejin yang biasa pemuda itu lakukan. Pada malam harinya Guixian bersorak riang lupa akan dirinya yang sakit karena mendapat pesan dari Hyejin.

'Hari ini aku tidak melihatmu.'

Guixian senang luar biasa. Jika Hyejin tidak peduli padanya tidak mungkin gadis itu mengirim sms padanya bukan.

Seketika itu Guixian menghubungi Hyejin mengatakan jika dirinya sakit. Ia tahu Hyejin berbicara singkat terkesan cuek padanya namun kali ini berbeda, Hyejin sedikit mau menanggapinya. Dan Guixian yakin jika perlahan Hyejin menerima keberadaannya.

Beriringan dengan waktu yang terus bergulir. Hubungan mereka pun semakin dekat namun mereka belum resmi menjadi sepasang kekasih, walau begitu Guixian tetap senang.

"Sebenarnya kau melihat pertandingan atau melihat orang yang bertanding?" Max menyenggol bahu Guixian. Mereka sedang menonton turnamen taekwondo SMA tingkat provinsi yang Hyejin ikuti.

Guixian tersenyum miring. "Kau tahu Max apa yang ku perhatikan."

"Ternyata kau serius padanya?"

"Pria-pria keluarga Cho selalu serius dengan apa yang mereka yakini."

"Oh yeah." Max terkeheh.

Pertandingan babak penyisihan pun selesai. Guixian dengan sabar menunggu Hyejin. Hampir 20 menit, akhirnya sang calon kekasih muncul juga. Guixian melempar senyum pada gadis itu.

"Selamat, kau masuk final."

Hyejin menatap bocah tinggi di hadapannya. "Hanya ucapan selamat?"

"Heol, memangnya kau mengharapkan apa? Sebatang coklat? Aku tidak akan memberikan itu, nanti lemak tubuhnya semakin banyak."

"Tsk! Kau bocah kurang ajar. Aku lebih tua darimu."

"Lalu? Kau ingin aku memanggilmu Nunna? Memangnya aku adikmu?"

"Terserah. Sulit berbicara denganmu."

Guixian itu anaknya tengil, Hyejin selalu ingin mendaratkan jitakannya pada Guixian. walau begitu Hyejin tahu jika hatinya telah luluh oleh kegigihan bocah berumur 14 tahun itu.

Hyejin dalam mode marahnnya (pura-pura marah) dengan berjalan terlebih dulu. Guixian mengejar dengan menuntun sepeda gunung yang ia bawa. "Hey, kau marah?" panggil Guixian. Hyejin berusaha tidak peduli.

Tahu-tahu Guixian menghadangnya di depan. "Kau menghalangi jalanku." Hyejin dengan wajah cemberutnya menatap Guixian. ia sedikit penasaran saat satu tangan Guixian bergerak kebalik tas punggung yang bocah itu pakai.

"Apa lihat-lihat?" sungut Guixian. Hyejin mencebikan bibirnya lalu memalingkan wajahnya.

Dan Hyejin di buat tertegun saat setangkai bunga lily berada tepat di hadapannya. Ia menatap Guxian yang tersenyum dan menyerahkan bunga lily itu padanya. "Tuh aku bawa sesuatu untukmu."

Hyejin tersenyum kecil yang sebenarnya ia ingin menjerit senang. Bagaimana bocah 14 tahun bisa seromatis ini?

"Ih, ada yang senang sepertinya." Celetukan itu membuat Hyejin akhirnya menjitak kepala Guixian membuat bocah itu meringis.

"Banyak bicara. Antar aku pulang," seru Hyejin.

"Dasar kau ini." Guixin menarik hidung bangir Hyejin membuat gadis itu melotot. Guixian terkekeh melihat hidung Hyejin memerah. Ia menaiki sepedanya lalu menoleh pada Hyejin.

"Ayo naik."

Hyejin menurut. Ia duduk di depan hingga kepalanya kadang bersentuhan dengan dagu Guixian. Bocah tinggi itu pun mulai mengayuh, semilir angin menerpa wajah mereka.

"Bunganya harum. Kenapa bunga lili? Kenapa tidak bunga lain?"

"Hm? Memangnya kenapa? toh kau pun suka."

"Iya sih, tapi kan aku ingin tahu juga."

Guixian mengangguk walau ia tahu Hyejin tidak melihatnya. "Itu semacam turun temurun, mungkin."

"Kenapa bisa seperti itu?"

Guixian tersenyum. "Akan ku beri tahu jika kau menerima cintaku."

"Yaish." Hyejin menyikut perut Guixian pelan namun bocah itu terkekeh.

"Guixian."

"Hm?"

"Kenapa kau menyukaiku? Aku kan lebih tua darimu?"

"Usia bukan halangan dalam cinta." Guixian tahu Hyejin tengah mengerucutkan bibir. "Gombal."

"Hyejin-ah, terimalah cintaku."

"Jika kau memang menyukaiku. Kau tentu bisa bersabar menunggu jawabanku kan? Aku sedang menilaimu."

"Asal jangan lama-lama nanti takut aku memperhatikan gadis lain."

"Yak!"

Guixian tertawa keras. Memperhatikan gadis lain? Sepertinya itu tidak akan terjadi.

.

.

Uri Family

.

.

Sungkyu baru saja memejamkan matanya beberapa menit saat Kyuhyun masuk kekamarnya dan membangunkan pemuda itu dengan kasar. "Ada apa Appa? Aku ngantuk sekali."

Kyuhyun terlihat kepayahan sepertinya Appanya itu berlari. Tapi kenapa?

"Ummamu mau melahirkan," seru Kyuhyun membuat rasa kantuk Sungkyu hilang. "Appa siapkan barang-barang?"

"Barang-barang apa?"

Ya ampun. Jangan bilang kepanikan kelahiran dulu, terjadi lagi sekarang.

"Keperluan Umma, Appa! ya ampun."

"Oh ya, benar. Cepatlah, Appa tunggu di bawah oke."

Kyuhyun melesat keluar. Pria yang tetap tampan di usia 40 tahun itu segera membangunkan Priyanka, Minhyun dan Guixian dan mengumpulkanya di lantai bawah. Setelah mencuci muka, Sungkyu pun ikut bergabung.

"Sakit... huhuhu." Sungmin meringis mengelus perutnya.

"Umma..." Guixian duduk disamping Sungmin.

"Guixian, jangan bilang kau akan menangis?" cibir Priyanka. Minhyun memutar bola matanya malas. Guixian tidak memperdulikan Priyanka dan lebih memilih menggengam tangan Sungmin.

"Oke! Appa, Guixian tolong bawa Umma ke mobil. Priyanka, Minhyun bisakah kalian tidak ikut dan menjaga rumah?" Sungkyu menatap kedua adiknya itu sedangkan Kyuhyun sudah melesat mengeluarkan mobil dari bagasi dan Guixian tengah menuntun sungmin menuju pintu.

"Oppa tenang saja. urusan rumah biar aku dan Priyanka yang urus," kata Minhyun. Sebenarnya Priyanka juga ingin ikut tapi ya dia bisa menyusul saat pagi hari bersama adik-adiknya yang lain. Gawat juga jika mereka semua ikut, takut seluruh rumah sakit terganggu karena teriakan mereka.

"Baiklah," sahut Priyanka.

Sungkyu mengusak rambut Minhyun dan menoyor Priyanka yang menggerutu setelah itu berlari menuju mobil.

Ini malam hari pukul 11 jalanan sudah mulai sepi karena itu Kyuhyun berhasil membawa Sungmin ke rumah sakit hanya dalam waktu 10 menit yang biasanya memakan waktu 20 menit.

Sungmin kini sudah berada di ruang persalinan. Diruangan itu pula tampak sangat ramai, di balik tirai yang menyekat ruangan itu pun sepertinya ada yang akan melahirkan juga.

"Kyu." Sungmin menarik Kyuhyun mendekat lalu berbisik dengan nafas tersengal.

"Sepertinya ada yang akan melahirkan juga."

Kyuhyun menganguk. "Sepertinya begitu sayang."

"Aku tidak mau tahu, kalau baby sudah keluar aku ingin kau langsung mengambilnya dari suster. Aku takut nanti baby kita tertukar dengan bayi sebelah ne ne ne."

"Oke oke jangan khawatirkan itu, ne." Kyuhyun mengusap peluh yang membanjiri dahi Sungmin.

"Janji."

"Ne janji."

"Kau harus segera mengambil baby-Akhhhh!"

"Sungmin sayang, bertahan sayang. Tarik nafas, buang, tarik, buang."

Sreet!

Tirai itu tersingkap sedikit memunculkan Justin yang dengan wajah terkejut. "Mom, Dad?"

"Justin?" seru Sungmin dan Kyuhyun.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Kyuhyun.

"Hyemi akan melahirkan. Oh my god! Sampai melahirkan pun bersamaan?"

"Akhh Hyemi juga ya uhhh shh sakittt." Sungmin menarik nafas lalu membuangnya.

"Oh ya ampun!" Justin mengusap wajahnya. Ia lalu menghampiri Hyemi yang terengah kesakisan karena kontraksi namun calon anaknya tidak kunjung keluar. "Mom sedang melahirkan di sebelah."

"Apa?" Hyemi menggigit bibir bawahnya.

"Akkhh Kyuuu!" jeritan Sungmin terdengar keras kemudian disusul suara tangis bayi baru lahir.

"Adiku sudah lahir. Sebentar sayang."

Justin menghampiri Sungmin dan Kyuhyun.

"Adikku laki-laki?" Justin menghampiri Kyuhyun yang tengah menggendong adiknya itu yang masih berlumuran darah.

"Kau mau menggendongnya?" tanya Kyuhyun.

"Nanti saja Dad, aku akan kembali pada Hyemi du-"

Ucapan Justin terpotong saat Sungmin kembali menjerit. "Kyu perutku sakit."

"Tuan Cho sepertinya, ada satu bayi lagi," jelas sang Dokter yang langsung bersiap lagi.

"Kembar? Lagi?" justin menghembukan nafasnya.

"Tuan Justin, bisakah anda kemari?" teriak Dokter yang menangani Hyemi. Ya ampun Justin kau sampai melupakan istrimu.

Justin berlari menuju Hyemi. Menggengam tangan istrinya sembari mengucapkan kata cinta dan semangat. Kenapa anak mereka belum lahir juga? Justin tidak tega melihat Hyemi kesakitan seperti itu.

"Baby tolong keluarlah, kasihan Mama." Justin mengelus perut buncit Hyemi.

"Kyuuuu akhh." Sungmin kembali berteriak kemudian suara tangis bayi terdengar lagi.

"Justin..." Hyemi mengejan sembari menggiit bibir bawahnya lalu tangis bayi berjenis kelamin perempuan terdengar juga.

Justin langsung membawa putri pertamanya itu pada Hyemi. Saat itu, mereka menangis menyambut penuh suka cita anak pertama mereka.

.

.

Uri Family

.

.

Sungmin dan Hyemi sudah di pindahkan ke ruang rawat. Kyuhyun dan Justin sudah sepakat untuk satu ruangan saja.

Heechul, Leeteuk, Kangin, Hangeng lalu si kembar Hana, Kayla, Ryeo, Li Shi dan juga Sandeul tengah mengelilingi 3 box bayi di ruangan itu.

Sungmin melahirkan kembar lagi, Yuu dan Yuuji. Sedangkan putri Justin dan Hyemi bernama Jasmine.

Sungmin sempat menangis saat Justin datang padanya dengan menggendong Jasmine, cucu pertamanya. Ya tuhan! Ia sudah menjadi seorang nenek ternyata.

"Ya ampun mereka seperti malaikat." Heechul mengelus pipi cucu-cucu dan cicitnya pertamanya.

"Dad, please jangan buat mom hamil lagi." Justin protes.

Kyuhyun terkekeh disamping Sungmin yang terlihat sangat lelah. "Baiklah. Nanti Dad akan mengeluarkan'nya' di luar."

"Mengeluarkan apa?" tanya Shengmin polos.

Priyanka dan Minhyun terkikik mendengar pertanyaan polos dari Shengmin yang menatap minta jawaban pada Kyuhyun yang tak tahu harus menjawab apa.

Pintu ruang rawat terbuka memunculkan Guixian dengan wajah yang merona. Sebentar merona kenapa?

"Guixian? kenapa wajahmu memerah?" tanya Hangeng.

Bocah remaja itu tersenyum sekilas. "Aku ingin memperkenalkan seseorang."

Kangin berbisik pada Leetuk dan Heechul. "Bisa menebak siapa yang akan di perkenalkan Guixian?"

Heechul menyeringai. "Calon menantu?"

"Ayolah Chullie, Guixian bahkan belum menginjak usia 15 tahun." Heechul nyengir pada Leeteuk.

"Bawa masuk saja," kata Sungmin.

"Seorang gadis?" Kyuhyun bertanya pada Sungmin yang tersenyum penuh arti. "Tentu saja." jawab Sungmin.

Guixian kemudian menarik tangan seseorang yang tak lain Go Hyejin. Gadis itu memberi hormat. Tolong ingatkan dirinya yang harus memukul Guixian yang berani menyerat paksa dirinya untuk datang kemari menemui keluarga besarnya.

"Annyeong haseyo. Goo Hyejin Imnida."

Seketika itu Hyejin di serbu oleh Heechul, Leeteuk bertugas untuk menahan kebringasan besannya itu. Sungmin pun tak kalah dari Heechul yang menanya ini itu pada Hyejin.

"Hey. Kau tertarik pada gadis yang lebih tua?" tanya Sungkyu. Guixian mengendikan bahunya sok cool. Hyunmin terkekeh melihat Sungkyu yang terlihat sabal.

"Oh ya semuanya." Kyuhyun bersuara membuat semua orang terdiam menatapnya. "Sepertinya, Sungkyu punya sebuah pengumuman." Kyuhyun tersenyum jenaka pada Sungkyu yang mendeathglarenya.

Ayolah ini masih rahasia. Tapi kenapa Appanya membocorkan rahasianya.

Mau tak mau, Sungkyu harus mengumumkan nya bukan. Apalagi kini semua mata menatapnya.

"Aku sudah melamar Hyunmin."

Heechul berlari pada Hyunmin membuat gadis itu terhuyung kesana kemari karena pelukan Heechul.

"Cepatlah menikah dan beri Umma cucu lagi" kata Sungmin tersenyum lebar.

"Iya. Cepatlah menikah dan beri Monie cicit lagi hihihi" timpal Heechul. Sungkyu di buat pusing jadinya.

.

.

.

.

.

SELESAI

Haiii! Nih aku bawa bonus chapter heheh. Tadinya sih mau nyeritain Priyanka, Minhyun dan Shengmin tapi bakal terlalu panjang jadinya cmn 3 cowo ganteng Justin, Sungkyu dan Guixian heheh...

Ya walau ceritanya geje2 wkwkw...

Makasih banyak udah dukung FF Uri Family.

See you di ffku selanjutnya :D, ga lama kok karena udah rampung heheh

last, mind to review

Pai pai #cup atu atu.