A Forced Marriage

M-Rated, PG-17, YAOI (Hunhan; Baekyeol slight)

Genre: SchoolxMarriage Life, Hurt/Comfort, Angst(?), Comedy, Smut

Length: Chaptered

Dedicated For: Hunhan Indonesia YAOI FF Giveaway

Author: KSewl31

Main Cast: Oh Sehun, Luhan

Support Cast: Find out soon!

Are you ready?

KSewl31 Present:

Chapter 4: Why are We Getting Far Away?

"Kalau Sehun tidak bisa melindungi dirinya sendiri, aku yang akan melindunginya."

"Luhaaan! Aah, akhirnya aku bertemu denganmu jugaa! Kau tahu tidak? Banyak hal yang telah terjadi kemarin, ah, harus mulai darimana ya? Bayangkan Luhan, aku belum tidur karena kemarin sangat banyak hal yang –argh, lihat kantung mataku! Apakah ini besar? Oh Tuhan, bagaimana ini? Aku sudah mengganti dua masker mata tadi pagi, tapi sepertinya ini belum menghilang juga. Aku harus apa sebenarnya, Luhan?"

Pagi Baekhyun diawali dengan celotehan dan keluhannya sendiri begitu ia sampai di kelas, seperti biasa. Namun bedanya kali ini, sahabatnya yang selalu mendengarkan curhatannya, malah melamun lemas.

"Luhan? Kau tampak pucat. Sakit?" tanya Baekhyun. "Kau bosan mendengarku, ya? Kau sedang tidak ingin mendengarkanku? Apakah aku sudah tidak berarti bagimu?" -^-

"Baekhyun, aku—"

"Ah, ya! Kau meneleponku kemarin! Ada apa? Duh, maaf sekali. Kemarin itu—"

"Baekhyun! Bisa tidak kau mendengarkanku dulu!?" bentak Luhan, sedikit terisak. Airmata mulai memenuhi kedua kelopak matanya. Baekhyun terkejut, serba salah. Ada sesuatu yang membuat sahabatnya sedih. Entah apapun itu, tapi Baekhyun harus tahu dan tentu saja ia tidak akan membiarkan itu berlangsung lama.

"Ma-maaf, Luhan. Kau tahu, aku sangat bersemangat tiap kali bertemu denganmu. Tapi baiklah, hei, bagaimana kalau cokelat panas?"

"Maksudmu... bolos kelas? Apakah tidak apa-apa kalau kita membolos kelas?" Luhan mengusap matanya yang basah.

"Ei. Tentu saja! Apakah kau tidak tahu bagaimana caraku membolos kelas selama ini? Tidak akan ada yang tahu, kau tenang saja. Lagipula kau kan sedang sedih? Mau mendengarkan pidato kesehatan guru Jeong, memangnya?"

Luhan terdiam, namun mengangguk juga. Rasanya senang punya sahabat yang rela tidak ikut pelajaran demi sahabatnya sendiri –meskipun Baekhyun memang pemalas, yah. Luhan benar-benar tidak ingin masuk kelas dalam keadaan bad mood begini. Tidak ingin memahami pelajaran biologi dalam hati yang kacau –tidak juga. Luhan sendiri masih ragu untuk sekadar bilang bahwa ia menghindari Sehun. Bolos kelas sekali-sekali rasanya tidak mungkin untuk menurunkan ranking duanya di kelas. Bukannya pamer, ia hanya cukup senang bisa meraih ranking dua dan mempetahankan beasiswanya di sekolah. Setidaknya, ayahnya tidak perlu lagi menanggung biaya sekolahnya di Korea –itu yang membuat Luhan sangat bangga sampai sekarang.

Penasaran? Ranking pertama, tentu saja dipegang oleh si ketua dewan, Sehun. Sebenarnya Sehun tidak terlalu pintar, apalagi dalam pelajaran hafalan (makanya ia selalu mencatat pada pelajaran yang ada hafalannya) kecuali memahami rumus-rumus matematika dan fisika –Luhan akui itu. Hanya dengan melihat sebentar, Sehun dapat mengerti dan mengaplikasikannya dalam soal-soal. Selain itu, Sehun juga menjabat sebagai kesayangan para guru. Ia tidak pernah menunjukkan sifat buruk di depan guru, selalu mengumpulkan tugas tepat waktu dan selalu menawarkan bantuannya untuk membawakan barang-barang. Ditambah lagi senyumnya yang menawan dan ayahnya yang suka membantu dana sekolah –yang membuat Sehun lebih membenci ayahnya sendiri. Tapi, andai saja mereka melihat sifat Sehun yang asli. Seperti tugas-tugas yang dikumpulkannya tepat waktu, ia menyuruh anak buahnya untuk mengerjakan tugas itu dan membayarnya. Atau sifatnya kalau di apartment bersama Luhan. Yang suka menyuruh-nyuruh sembarangan, tidak pernah mandi pagi, menyebalkan, dingin, dan–

Sial! Luhan jadi ingat kejadian kemarin yang hampir membunuhnya itu.

"B-Baek, kita jadi membolos, kan? Jadi, kan?" tanyanya lagi, memastikan.

"Kau jadi semangat begini? Okelah. Ayo kita ke kantin!" Baekhyun menggenggam tangan Luhan dan segera berdiri. "Eh, tapi, traktir aku, ya! Kau tahu... aku mengeluarkan uang yang besar kemarin T^T tapi biarlah. Aku akan cerita nanti. Ayo bolos!"

"Ahjumma~ cokelat panasnya dua. Cepat, ya! Temanku sedang bersedih!" teriak Baekhyun. "Luhan, ayo duduk di sini! Ayo cerita, kenapa, kenapa? Eh, sebentar," Baekhyun mengambil teleponnya, mengetik sesuatu.

To: Park –idiot- Chanyeol

Aku dan Luhan akan membolos kelas. Tolong bilang pada guru biologi itu, Luhan tidak enak badan.

Sent: 7.45

Ting! Dan ia langsung mendapat balasan.

From: Park –idiot- Chanyeol

Oke. Tapi jangan lupa janjimu. Makanya jangan curang.

Read: 7.46

Baekhyun menghiraukannya. "Rencana bolos sudah kuatur. Ayo, mulai!"

"Kau... apakah kau tahu perasaan yang seperti sedih, takut, malu, ingin menghindar, tapi di sisi lain kau sangat ingin menolong dan memegang 'tanggung jawab' yang besar?"

"Tentu saja. Kau tahu? Aku jelek-jelek begini dulunya adalah seorang model. Jadi kalau kalah tentu saja aku merasa sangat putus asa,"

"Ada... satu lagi. Hal yang kurasakan. Oh Tuhan, Baekhyun, apa aku sudah gila?"

"Apa?"

"Melewatkan suatu hal yang penting, kau tahu? Seperti penyesalan..."

"-^- berhentilah berbicara yang macam-macam dan katakan saja, Luhan,"

"Sehun memperlihatkan bagian bawah tubuhnya padaku kemarin," ujar Luhan, dengan tangan menopang wajahnya di atas meja layaknya orang frustasi.

"A-apa!? Serius!? Kau melihatnya!? Kalian melakukan sesuatu!? Jadi sudah ada perkembangan!?"

"Baekhyun, aku serius," kata Luhan lagi, airmata kembali mengalir dari matanya.

"Lalu kenapa kau sedih!?"

"Entahlah, aku merasa tidak pantas melihatnya. Apalagi, apalagi..." Luhan terdiam, dan sedikit berbisik. "Ia memintaku menolongnya menyelesaikan –kau tahu, ketika bagian bawahmu terasa bengkak?"

"Woah, ini hebat sekali." Baekhyun melongo. "Jadi, bagaimana bentuknya?"

Luhan menelan salivanya. Bayangan Sehun menoleh, memohon tolong padanya kembali terputar dalam benaknya. Jika saja ia tidak menolak, andai saja ia tidak kabur dan menangis, Sehun dan dirinya sudah sampai di tahap selanjutnya, mungkin. Membayangkan apa yang seharusnya tidak Luhan bayangkan membuatnya yakin ia benar-benar sudah tidak waras.

Sementara itu, Sehun di kelas tengah melamun, berpikir-kenapa-ia-sangat-bodoh-kemarin. Dia mungkin berpikir di luar jangkauannya. Meneriakkan nama Luhan saat sedang bermain solo? Dan dengan ibanya meminta bantuan Luhan agar penisnya bisa tenang –sekarang Luhan berpikir apa tentangnya? Sudah cukup aib Sehun yang banyak terbongkar setelah pernikahan bodoh ini, sekarang dirinya yang terekspos lebih jelas?

Sehun juga penasaran dengan apa yang membuat penisnya berdiri kemarin, maksudnya, mana mungkin hanya dengan sentuhan Luhan lalu ia bisa jadi seperti itu? Mungkin lebih tepatnya sekarang Sehun malah penasaran dengan apa yang terjadi jika Luhan menyentuhnya 'lebih dalam' dari itu, bukan penyebab inti masalahnya kemarin.

"Yo, Sehun," Chanyeol setengah berbisik, "Hari ini kita akan makan dengan Baekhyun dan istrimu itu,"

Sehun terbelalak. "Mereka masuk?" Tidak, tidak mungkin ia bisa makan semeja dengan Luhan saat ini. Biasa saja tidak pernah, apalagi pasca kejadian tidak menyenangkan seperti saat ini.

"Masuk. Kau tidak lihat tasnya? Tadi kau juga tidak mendengarku saat berbicara pada Jeong Seongsaengnim itu? Kau melamun, ya!? Apa yang sedang kau lamunkan? Apakah itu berbau sesuatu yang kusuka, hm? Kau menemukan selundupan majalah dewasa baru di perpustakaan tanpa memberitahuku jangan-jangan!?" serbu Chanyeol, menampakkan senyum if-you-know-what-I-meannya.

"Apa-apaan," celah Sehun.

"Oke. Sekarang kalian bisa memilih pasangan untuk penelitian ilmiah, yang wanita silakan berdiri dan tentukan siapa pasangan kalian. Harus lawan jenis, ya. Yang tidak berdiri karena belum memilih pasangan tidak dapat nilai. Dua menit!" kata Guru Jeong sambil memegang catatannya, bersiap menulis nama-nama pasangan.

Krystal berdiri paling dulu dan mengacungkan jarinya. "Seonsaengnim, Krystal Jung absen tujuh belas dan Sehun Oh absen dua puluh dua," katanya semangat diikuti murid-murid yang lain.

Sehun, yang merasa namanya terpanggil, bertanya kepada Chanyeol. "Apa?"

"Apa? Kau sekelompok dengannya! Kenapa tanya aku?"

"Saya rasa kalian semua sudah dapat pasangan, kan? Baiklah. Silakan diskusikan topik pengamatan ilmiah kalian. Bel istirahat akan berbunyi lima menit dari sekarang, terimakasih sudah mendengarkan pelajaran saya," ujar Guru Jeong, lalu melangkahkan kakinya dari kelas.

"Sehun!" Sehun, yang sedang membereskan buku-bukunya, menoleh dengan malas. Itu suara manja Krystal. "Kau mau apa untuk topik pengamatan ilmiah kita? Kau tenang saja, orang suruhanku akan mengamatinya dan mengetik laporannya. Kau hanya perlu—"

"Terserah kau saja, tapi laporan pengamatan bukanlah pengamatan kalau kita tidak mengamatinya, Krystal," jelas Sehun, berbohong. Padahal kalau itu adalah tugas pribadi, ia akan memilih untuk menyuruh anak buahnya yang mengerjakan tugas pengamatan itu dan hanya memberinya uang maka tugasnya akan siap dalam seminggu. Gampang, kan? Tapi Sehun tidak mungkin merusak imagenya kalau sampai orang-orang tahu.

"Aaaah, sayangku, kau memang sangat jenius," kata Krystal, berpikir berapa besar kemungkinannya bisa menghabiskan waktu bersama Sehun. "Jadi bagaimana kalau kita mulai sekarang?"

"Sekarang?"

"Makan bersama! Bukankah ini bagus? Kita bisa makan bersama sekaligus berdiskusi soal topiknya, kan?"

Mau tidak mau, Sehun rasa ia harus menuruti keinginan Krystal. Gila juga rasanya kalau ia makan bersama Luhan mengingat kejadian kemarin. Baiklah, Krystal diterima setidaknya untuk saat ini.

Ring!

"Ah, istirahat juga. Sehun, siang ini kita makan apa?" Chanyeol dengan gayanya, menghampiri Sehun.

"Makan apa, makan apa. Bukannya kau akan bilang 'Siang ini kau akan menraktirku apa?' lupakanlah, Chanyeol. Aku akan makan dengan Krystal Jung,"

"Apa? Krystal Jung? Kau bercanda? Kupikir kau benci padanya? Kau sampai mengganti seratus plat mobil perhari itu kan? Tidak ingat?"

"Siapa bilang aku suka padanya? Bodoh," tukas Sehun, beranjak pergi duluan ke kantin.

"Apa ini karena Luhan?" tanya Chanyeol. Pas sekali.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti,"

"Apa karena aku akan makan dengan Luhan? Kau menghindarinya?" duh, Chanyeol benar-benar mengerti dirinya.

"Sst, diam, kau bicara terlalu keras -^- tentu saja bukan begitu. Kami akan mulai membahas penelitian ilmiah kami,"

"Whoa. Ini memang proyek yang susah dan kalian yang sedang mempersiapkannya matang-matang atau Krystal yang sangat bersemangat ingin mengerjakannya denganmu? Aku dan Sojin bahkan baru mau mulai minggu depan!"

Sehun tidak menggubrisnya dan terus berjalan.

"Hei, setidaknya kita bisa berjalan bersama sampai ke kantin!" protes Chanyeol, melihat dirinya ditinggalkan Sehun begitu saja. Sehun hanya tertawa, dan beriringan bersama sahabatnya menuju kantin.

"Oke, kita sampai. Kau akan mencari Krystal dan aku akan menghubungi Baek –eh, itu Baekhyun! Sehun, duluan ya! Hei, bro. Beberapa saran untukmu, perhatikan makananmu sebelum Krystal meracuninya!" bisik Chanyeol, meninggalkan Sehun untuk membeli makan siangnya dan duduk di meja Baekhyun dan Luhan.

"Sup, Baek-Lu!" sapa Chanyeol.

"Baek-Lu?" protes Baekhyun. "Itu terdengar seperti beku!"

"Jauh, bodoh," bantah Chanyeol.

"Kalau begitu bolu. Hei, Lu, itu terdengar seperti bolu, kan?"

"Lebih jauh lagi. Ngomong-ngomong, kalian kenapa sudah disini? Katanya di uks? Eii. Membolos ya? Tidak mengajakku!?" tanya Chanyeol.

"Bingung sebenarnya kenapa kau dipilih sebagai dewan siswa. Pikiranmu kriminal," kata Baekhyun. Luhan hanya tertawa. Baekhyun dan Chanyeol cukup menjadi penghiburannya saat ini.

"Masih tanya? Itu karena karismaku~ karismaku!"

"Eh, Sehun, kenapa tidak kesini?" tanya Baekhyun lagi.

"Dia bilang ingin makan bersama Krystal," jelas Chanyeol, membuat Luhan hampir tersedak.

"Krys –Krystal?" tanya Luhan memastikan.

"Iya. Oh iya, proyek biologi. Pengamatan ilmiah lagi. Kalian bisa melihat pasangan masing-masing... kupikir itu tertempel di mading kelas. Jadi Sehun berpasangan dengan Krystal. Mereka ingin berdiskusi sekarang, katanya. Padahal deadline pengumpulannya masih bulan depan," jelas Chanyeol, panjang.

"Lagipula, kenapa sih, kalian berdua? Terjadi sesuatu? Sehun melamun dari pagi dan tumben-tumbennya dia menuruti kemauan Krystal," tanya Chanyeol lagi.

"Jadi itu, kemarin saat kita makan ramen, Luhan dan Sehun mengalami kejadian tidak terduga yaitu—" ceplos Baekhyun.

"Baekhyun! Jangan ceritakannnnn! Itu memalukan tahu!" Luhan menutup kedua telinganya.

"Yaah, tidak apa-apa. Lagipula Chanyeol tidak akan membocorkannya pada siapapun, iya, kan, Chanyeol?"

"Iya. Meskipun aku adalah pria tampan selaku satu-satunya orang yang mengenal Sehun luar dalam, aku tidak akan berkoordinasi dengannya tentang masalah yang seperti ini. Memangnya ada apa? Beritahu aku," pinta Chanyeol.

"Y-yaa, terserah kalian, lah! Pokoknya jangan keras-keras! Aku tidak mau mendengar kejadian itu lagi!" kata Luhan, masih menutup kedua telinganya.

"Memangnya ada apa, sih. Ini mencurigakan dan membuatku penasaran. Hei, Baekhyun. Luhan sudah menyetujuinya, cepat katakan padaku!"

Baekhyun dan Chanyeol berbisik-bisik sekitar dua menit, sambil bergantian menatap Luhan yang ada di depan mereka bergantian. Dan muncullah reaksi Chanyeol yang sudah bisa tertebak:

"HAHAHAHAHAHA! LALU KAU AKHIRNYA PERGI KEMANA DENGAN TAS ITU?"

"Chanyeol, jangan tertawa -^- aku masih terpikir, haih. Ya, aku tidur di ruang tengah. Membawa segala macam tugas juga sih, jadi mungkin Sehun percaya kalau aku mengerjakan tugas di sana, untung aku memang sering begitu,"

"Dasar pasangan yang aneh... pantas saja Sehun, ah. Kenapa kau kemarin tidak ke toko ramen itu saja? Setidaknya kalau ada kau disana... Baekhyun bisa saja tidak meracuniku, kan!" -^-

Luhan tertawa. "Aku sudah dengar dari Baekhyun. Jadi kalian sudah benar-benar akrab ya, sekarang?"

"Akrab bagaimana? Dia berhutang padaku!" protes Chanyeol.

"Yaaah, yaah! Jangan diungkit-ungkit lagi, aku sudah membayar mahal kan kemarin" T^T

Namun sementara Baekhyun dan Chanyeol tertawa-tawa dengan senangnya, Luhan malah terus memikirkan hubungannya, Sehun, dan Krystal.

Malam itu juga berlalu dengan cukup menegangkan. Sehun yang sudah mencoba untuk menyelesaikan tugas-tugas dewan kesiswaannya dan pulang secepat mungkin ternyata tidak bisa mengalahkan Luhan yang memang selalu pulang cepat jika tidak ada tugas –dan ia menemukan Luhan, duduk di depan meja belajarnya, sudah kembali ke kamar mereka. Ah... sial.

Kemudian terpikir hal lain. Kalau Luhan bisa cuek dan bertingkah layaknya tidak terjadi apa-apa, kenapa ia tidak bisa?

Dengan tenang namun hati yang berdebar, Sehun mengambil baju dan celana gantinya, dan kembali pergi mengambil tasnya sebelum Luhan yang keheranan tiba-tiba melontarkan pertanyaannya.

"Apa karena aku?"

Sehun terkejut. "Apa?"

"Kau mau pergi lagi... apa karena aku disini? Aku bisa keluar jika kau—"

"Tidak. Aku memang akan mengerjakan tugas biologi. Jangan kunci pintunya sebelum aku kembali," jawab Sehun. Sebenarnya, tadinya ia ingin menolak ide Krystal Jung untuk mengerjakan tugasnya malam itu juga sejak ia tahu Krystal tidak benar-benar mengajaknya untuk tujuan itu, tapi keberadaan Luhan dan kecanggungan mereka berdua tidak bisa dipungkiri lagi.

"Tapi ini jam delapan," cegah Luhan lagi.

"Sejak kapan kita punya persepakatan untuk mengatur satu sama lain?" bantah Sehun, lalu pergi meninggalkan Luhan yang masih terpaku di meja belajarnya.

Sehun membanting pintu apartmennya, mengambil sepatunya dari dalam rak, lalu pergi ke basement untuk menemukan mobilnya.

To: Krystal Jung

Kau dimana? Mari kita berdiskusi untuk laporan pengamatan.

Sent: 20.03

Memang sialan kalau Sehun menyadari Krystal memanfaatkannya dalam kesempitan –seolah tahu bahwa Sehun memang sedang menghindari 'rumah.' Tapi mau tidak mau, ini merupakan alasan yang bagus untuk pergi.

"Halo? Krystal? Ya, aku sudah sampai di Seoul, di depan sini... halte bus –kenapa jauh sekali, sih? Kita kan hanya akan berdiskusi," protes Sehun.

"Ini tidak jauh, sayang. Ah, dari situ, tinggal beberapa langkah lagi. Coba belok ke kanan," balas Krystal. Sehun mendengus, jijik. Lokasi Krystal menelepon tampaknya sangat ramai hingga berisiknya terdengar sampai telepon.

"Diamlah. Memangnya kau di mana? Apa tempat itu terdaftar di gps? Dan kenapa sangat berisik, sih?" tanyanya lagi.

"Ini... ah. Aku di... pokoknya tempat yang mengasyikan! Kemarilaaah~ belok kanan dan cari lokasi yang banyak lampunya. Kau tahu? Aku ini suka memberi kejutan pada orang yang spesial. Oh, atau kau tersesat? Aku bisa kirim orang suruhanku untuk—"

Sehun mematikan teleponnya, dan mendengus lagi. Dasar gila. Dia pikir tempat-tempat di Seoul hanya sedikit yang memakai lampu?

Sehun membelokkan mobilnya ke kanan, namun dugaannya salah. Cafe di sepanjang jalan dan butik-butik yang harusnya dipenuhi lampu, sudah tutup dan gelap, menyisakan hanya satu tempat kerlap kerlip nan berisik yang Krystal maksud. Seoul Bar.

Sehun berniat pulang dan menggagalkan diskusi kelompoknya, sebelum ada pesan yang masuk di ponselnya.

From: Krystal Jung

Sayang, kenapa sangat lama? Aku sudah menunggumu:( kalau kau pulang lagi aku akan melapor bahwa kau tidak ikut campur dalam tugas pengamatannya:(

Krystal Jung memang punya banyak cara.

Sehun memutuskan untuk masuk ke dalam club itu. Kerlip cahaya disertai dengan getaran musik mendebarkan hatinya. Ini bukan pertama atau kedua kalinya Sehun pergi ke club. Hanya saja, ia sedikit curiga kenapa Krystal membawanya ke sini. Tapi kalau ini memang cara Krystal untuk merayunya, ia salah besar.

Namun lebih tepatnya, Krystal tidak melakukan cara ini untuk merayunya, belum. Ia hanya ingin tahu seluk-beluk kehidupan Sehun lebih dalam sebelum ia merayunya.

"Sehun!" Krystal yang duduk di pojok club dengan meja penuh dengan berbagai macam bir beralkohol tinggi nampak melambaikan tangannya begitu melihat Sehun datang.

"Langsung saja, apa maumu?" tanya Sehun to-the-point begitu ia duduk di hadapan Krystal.

Krystal menampakkan raut bingungnya terhadap pertanyaan Sehun. "Apa maksudmu, sayang?"

"Jangan panggil aku begitu." Sehun menatap tajam kedua mata Krystal –yang entah seberapa tebal make upnya itu. "Cepat katakan apa maumu,"

Krystal masih terdiam dengan raut wajah yang sama. Sehun menarik napas panjang.

"Aku tahu kau mengajakku ke sini bukan untuk diskusi. Katakan saja sekarang."

"Apa yang kau bicarakan ini?" Krystal terkekeh. "Santai saja. Kau mau minum? Tampaknya menjadi ketua dewan membuat wajahmu sedikit stress, ya? Ah, lihat betapa malang dirimu, sayang. Mari, ambillah. Ini adalah bir paling mahal dengan kadar alkohol yang besar dan sangat terbatas di Korea Selatan. Kau akan menyukainya, percayalah," Krystal tersenyum manja, menyodorkan gelas kecil berisi bir yang dituangnya dari botol yang paling kecil.

Sehun terdiam, berpikir apakah ia harus meneguk gelas itu atau tidak. Seteguk rasanya tak masalah. Apalagi ia memang sedang banyak masalah. Perlahan tanpa sadar, tangannya mengambil gelas kecil dari tangan Krystal dan mulai meneguknya. Terus menerus seperti mengikat tak bisa berhenti. Dan perlahan, pandangan Sehun mulai memburam.

Krystal terdiam, lambat kian lambat ia menyadari bahwa Sehun mulai terpengaruh di bawah alkohol yang ia minum. Ia tersenyum licik, matanya memancarkan kilat-kilat seolah siap menerkam, namun ia harus melakukan pemanasan terlebih dahulu.

"Sehun, sekolah akhir-akhir ini sangat sibuk, kan? Kita jadi harus mengerjakan tugas-tugas tidak penting seperti ini. Apakah kau tidak sibuk, hm?" pancingnya dengan mata yang dibulat-bulatkan seperti seekor anak anjing.

"Aaah, kau benar! Bersantai seperti ini sangat menghilangkan penat dalam pikiranku. Heh, kau tahu, Krystal! Aku ini sedang banyak masalah!"

Kena, kau, Oh Sehun.

"Oh ya? Apakah di apartmenmu ada sesuatu yang mengganggumu? Seperti... orang lain yang tinggal bersamamu?" Krystal mulai bertanya tentang hal yang diadukan Wendy padanya tempo hari.

"Kau benar! Kau tahu... pernikahan! Kami tidak saling cinta! Huuu aku harus bagaimana~!" Sehun 'menangis' dan menggerutu di bawah pengaruh alkoholnya.

Krystal terkejut. Sehun sudah menikah!?

"A-apa?"

"Ck. Kau ini bagaimana! Luhan, tahu? Ayah kami, ayahku... menjodoh. Jodoh. Huhuuuu" kata Sehun lagi tanpa kata yang jelas. Krystal speechless, setengah mati kehabisan kata-kata bercampur shock yang tidak tertandingi.

Namun, Krystal Jung yang cerdas tidak pernah lama berpikir karena terkejut dan terus menyusun rencana-rencana baru. Perlahan ia tersenyum licik. Jadi Luhan.

Sehun terus menerus menceritakan segalanya kepada Krystal. Menangis, tertawa atau kesal sendiri menjadi ekspresinya seraya membabat habis semua bir yang dibeli Krystal. Krystal sendiri tidak peduli seberapapun mahalnya itu, yang penting sekarang ia tahu apa yang menjadi kunci emasnya untuk tahap-tahap kedepan.

Beberapa jam kedepan, Sehun sudah menghabiskan gelas terakhir. Tubuhnya sangat lemas dan ia berhenti berbicara macam-macam, hanya meracau yang tidak jelas. Krystal sudah merasa puas, ia sudah tahu tiga perempat hal bahan yang ia butuhkan. Ia menggotong tubuh Sehun ke mobilnya, dan membawanya pulang ke apartmen Sehun.

Sementara Luhan di apartmen, mondar-mandir gelisah kenapa Sehun belum pulang dari kerja kelompoknya, sebelum...

Ting-tong!

Ah, apakah itu Sehun? Kenapa mengetuk pintu? Ujarnya di dalam hati sambil membukakan pintu apartmen mereka. Dan... tampaklah Krystal dan mata tajamnya, menggendong Sehun di sisi kanannya, setengah tertidur dan lemas.

Krystal tidak berkata apa-apa dan langsung masuk. Mencari kamar mereka berdua berdasarkan informasi yang sudah cukup diterimanya dari bibir sendiri. Menyisakan Luhan di depan pintu yang masih melongo, bingung, takut, dan segala macam keringat dingin yang mengalir lainnya yang bercampur melihat kejadian yang lewat baru saja.

Gawat. Krystal sudah tahu. Ia habis.

To be continued.

Terimakasewl!

Oktaviana Pyromaniacs, depitannabelle, OhSeXiLu, DEERHUN794, deerwinds947, Seravin509, Arifahohse, ZzzxHan, khalidasalsa, Princess Xiao, hunexohan, , Jong Ahn, Xxian, Aura626, Siti409.

Sewl's Corner:

Chap 4! Hunhan nih:3 tapi diundur lagi bagian yang ditunggu-tunggunya duh maaf berat. Chapter depan janjiiiii bakal ada kalo ngga ada juga nanti silakan hajar Sewl ㅋㅋㅋㅋ maaf kalau kurang memuaskan. Yang sudah mulai aktifitas sehabis liburan, ayo semangat! ' –')/

Sewl you again,

KSewl31