Title : Lightsaber
Author : DandelionLeon
Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Oh Sehun, Kim Kai, Do Kyungsoo, Vernon, Luhan.
Cameo cast : Irene (RV)
Genre : Romance, Friendship, Drama, Action, Shool-life.
Rate : Mature - NC 21+
Disclaimer : this story is mine, cast milik agensi masing-masing.
Warning! typo! YAOI! Adegan kekerasan beserta adegan ranjang, yang merasa masih kecil, tekan tombol close kalo ga mau dosa. Tidak untuk dipraktekkan dirumah! XD
.
.
BGM : EXO - Monster
Sung Si Kyung - You are my spring
EXO - Lightsaber
.
.
Okay, enjoy~
.
.
Chanyeol masih terdiam, mencoba meresapi perkataan Baekhyun sebelumnya. Apakah ia baru saja mendengar Baekhyun menyatakan perasaannya? Katakan jika ini bukanlah mimpi!
"K-kau serius?" Tanya Chanyeol dengan tampang bodohnya.
"Aish! Ternyata selain bodoh, telingamu juga tuli ya?! Fikirkan saja sendiri!"
Chanyeol menatap Baekhyun yang telah bergelung masuk kedalam selimutnya. Jika sifat tsunderenya sudah kembali, jadi susah kan?
"Besok ganti saja ranjang bodoh ini, tubuhmu seperti raksasa, tetapi ranjangmu seperti milik balita, dasar payah!"
Diam-diam Chanyeol mengulas senyumannya saat mendengar pemuda itu mengoceh dengan gaya khasnya. Chanyeol jadi gemas sendiri, lelaki itu langsung memeluk Baekhyun lalu menciumi wajah Baekhyun membabi buta hingga yang bertubuh mungil memekik protes.
"Jadi, sekarang kita adalah sepasang kekasih?" Tanya Chanyeol penuh harap.
"Aish! Liurmu menjijikkan! Sepasang kekasih bokongku! Aku mau tidur!"
Bahu Chanyeol merosot jatuh, ia menatap Baekhyun penuh protes.
"Baek, kita sepasang kekasih kan? Kau juga mencintaiku, ayolah~"
Oh god! Sebenarnya berapa umur Chanyeol itu? Tingkahnya benar-benar menggelikan dengan melakukan aegyeo yang sama sekali bukan style lelaki itu. Baekhyun menatap lelaki itu jengah setelahnya ia memilih menutup tubuhnya dengan selimut, mengabaikan rengekan Chanyeol yang membuatnya sakit kepala. Diam-diam ia mengulas senyuman manis yang tidak Chanyeol ketahui.
.
.
Baekhyun memasuki rumahnya dengan wajah mengantuk. Pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah sang ayah. Raut wajah ayahnya tampak lelah. Baekhyun segera melewati lelaki itu tak peduli. Sejak kejadian di rumah sakit beberapa waktu lalu, bukan kebencian yang Baekhyun rasakan, melainkan kecanggungan pada sang ayah. Ia hanya merasa tidak terbiasa dengan sikap lembut ayahnya.
"Darimana?"
"Rumah Chanyeol, aku menginap disana."
"Syukurlah, ayah kira kau pergi balapan liar lagi."
Baekhyun tidak menjawab. Ia tak bergeming ditempatnya. Mata Baekhyun memperhatikan gerak-gerik sang ayah yang tampak begitu lemah. Pria itu tampak pucat. Baru beberapa langkah ia ingin meninggalkan Baekhyun, Tuan Byun terjatuh ke lantai.
"AYAH!" Refleks Baekhyun segera berlari, memapah sang ayah yang tampak lemas.
"Ayah tidak apa-apa Baekhyun." Terang sang ayah dengan senyuman. Ia merasa senang karena Baekhyun masih mengkhawatirkannya. Anaknya itu memapahnya menuju sofa berada.
"Kau terlalu gila bekerja hingga tak mengkhawatirkan kesehatanmu sendiri." Omel Baekhyun.
Tuan Byun masih tetap tersenyum teduh. Ia mengusap rambut sang anak membuat tubuh Baekhyun menegang sejenak.
"Terimakasih masih mengkhawatirkan ayahmu ini."
Baekhyun tak menjawab, ia tak membalas pandangan mata ayahnya.
"Maafkan aku, nak. Ayah selama ini menyia-nyiakanmu. Maaf..."
"..."
"Ayah tidak masalah jika kau masih benci dengan sikap ayah. Itu hakmu. Namun ketahuilah, ayah benar-benar tulus meminta maaf. Umur ayah sudah renta, seharusnya ayah sadar diri dengan sikap kerasku ini."
Baekhyun masih tak bergeming, ia memandang sang ayah saat pria paruh baya itu terbatuk.
"Baiklah... Bersiaplah ke sekolah." Ucap tuan Byun, pria itu menepuk pelan kepala sang anak.
Namun tak disangka, Tuan Byun terkejut saat Baekhyun memeluknya erat.
"Justru aku yang ingin meminta maaf. Maafkan keegoisanku selama ini, kekeras kepalaanku dan juga sikapku. Maafkan aku, ayah."
Pria paruh baya itu merengkuh anaknya ke dalam pelukan hangatnya. Mereka saling merindukan satu sama lain. Baekhyun tersenyum, ia merasa seperti menemukan kembali sosok ayahnya.
"Ayah juga sayang, maafkan ayah."
.
.
Kedatangan Chanyeol ke sekolah membuat heboh teman-temannya. Bagaimana tidak? Lelaki itu diduga takkan selamat dari maut, kini sudah bisa tersenyum lebar kembali seperti sedia kala. Tak hanya itu, yang membuat warga sekolah terkejut juga karena lelaki itu berjalan bersama ketua Lightsaber dengan merangkul pundak lelaki pendek itu.
"ssst... itu Park Chanyeol kan?"
"Hey, berani sekali dia merangkul ketua Byun-ku!"
Bisik-bisik tidak senang terdengar dari mulut penggemar setia Byun Baekhyun. Chanyeol tidak mempedulikan itu, toh Baekhyun bukan milik mereka kan? Kenapa mereka harus protes?
Baekhyun juga tak ambil protes karena Chanyeol itu tipe keras kepala, dibentak juga takkan mempan.
"Heol! Sepertinya aku mencium bau 'hubungan baru' disini." Ejek Kai.
Baekhyun memelototi sahabatnya itu dengan garang. Ia lantas menyingkirkan lengan Chanyeol yang sedari tadi menumpu dipundaknya.
"Baek? Kenapa dilepas?" protes Chanyeol yangmana lebih terdengar seperti rengekan manja ditelinga Baekhyun.
Sialan! Bisa-bisa Baekhyun alergi berada didekat lelaki itu. Gelarnya saja jika Phoenix adalah sosok yang ditakuti, ternyata sifat aslinya manja dan menyebalkan!
"Kau mau menjadi pusat perhatian semua orang?!"
Ucap Baekhyun seraya memelototi anak itu dengan tajamnya.
"Apa peduli mereka? Sejak kapan kau peduli dengan hal seperti itu Baek?"
Baekhyun menyerah, Chanyeol benar-benar keras kepala. Maka dengan wajah malasnya, Baekhyun segera meraih lengan Chanyeol dan meletakkannya di atas pundaknya seperti tadi. Ia hanya tidak mau mendengar Chanyeol lebih cerewet dari ini omong-omong.
"Hey! Aku diabaikan sejak tadi?"
Keduanya menoleh pada Jongin yang sepertinya hampir terlupakan keberadaannya. Chanyeol tersenyum lima jari menatap pemuda itu. Senyumannya luntur seiring dengan eratnya rangkulan lelaki itu pada Baekhyun ketika melihat Sehun. Kedua lelaki itu masih saja susah akur.
Sehun mendengus kesal. Ia merasa seperti orang jahat yang akan mencelakai Baekhyun dimata Chanyeol. Padahal Sehun lebih dulu mengenal Baekhyun dibandingkan Chanyeol kan?!
"Tidak usah melihatku begitu sialan! Kau fikir aku ini penjahat?!"
"Well, memang bukan sih. Aku hanya tidak mau kau mencium Baekhyun lagi!"
Baik Sehun maupun Baekhyun langsung terdiam dengan wajah menegang. Tetapi, alangkah kerennya Sehun karena masih bisa menutupinya dengan wajah stoic andalannya. Lelaki itu menatap Kai datar saat si pemuda tan menyeringai penuh arti padanya.
"Apa kau?!"
"Aigoo, kau sudah besar rupanya. Jika Luhan atau Irene tau bagaimana ya?"
Alis Sehun menukik tajam saat mendengar dua nama itu disebut.
"Sudah kubilang jika aku tidak ada hubungan apa-apa dengan mereka berdua!"
"Tapi kau selalu_"
"Aish! Berisik! Yak! Park Chanyeol, lebih baik kita pergi saja!" Potong Baekhyun. Ia hanya tidak sudi mendengar obrolan sampah dan tidak berguna dari Kai maupun Sehun.
"Baiklah manis, ayo kita pergi." Ujar Chanyeol yangmana terdengar seperti suara paman mesum yang hendak mengajak korbannya untuk bermalam. Baekhyun merinding seketika.
.
.
Chanyeol, Sehun dan Baekhyun berada di area Rumah sakit tempat rehabilitasi orang-orang yang memiliki penyakit kejiwaan. Dari kejauhan, Chanyeol melihat seorang temannya dengan pandangan sendu. Ia tak menyangka, Luhan, temannya itu akan mengalami hal seperti ini. Lelaki itu tampak pucat dan kurus.
"Ini sudah lebih baik dibandingkan ketika beberapa waktu lalu. Luhan sudah mau makan dan tidak mengamuk lagi." Jelas Sehun.
"Bisakah kita menemuinya?" Tanya Chanyeol ragu. Suara dengusan Baekhyun langsung terdengar keras.
"Kau mau dicakar olehnya?" Ujarnya yang terdengar dengan intonasi tidak senang.
"Dia tidak mencakar, Baekhyun. Kurasa tidak masalah." tutur Sehun, namun terselip nada keraguan disana. Lelaki itu memanggil seorang perawat cantik. Itu Irene, perempuan itu langsung datang dengan senyuman manisnya.
"Aigoo, manis sekali kau Sehun-ssi. Ingin mengunjungi Luhan lagi?" Tanya Irene dengan nada menggoda.
"Aku berkunjung atas nama 'teman', ingat itu baik-baik!" Sungut Sehun tidak suka.
"Baiklah~ terserah apa katamu. Ah! Omong-omong, mereka siapa?"
"Mereka temanku, bisakah kami melihat Luhan dari dekat?" Pinta Sehun.
Perawat itu tersenyum lalu mengangguk sopan setelahnya. Ia membawa ketiga pemuda itu untuk lebih dekat dengan Luhan.
"Luhan-a, temanmu datang."
Pemuda pucat itu terlihat tidak mendengarkan sama sekali. Ia masih asyik dengan boneka pemberian Sehun.
"Dia memang begitu, aku permisi dulu jika begitu." Irene pamit pada ketika pemuda disana.
Chanyeol meringis melihat Luhan. Ketika lelaki itu tertawa sendiri dengan bonekanya lalu disusul dengan ocehan yang tidak mereka mengerti. Ia memegang telapak tangan Luhan, membuat aktivitas lelaki itu terhenti.
"Hey, maaf... Aku baru bisa mengunjungimu."
Luhan masih terdiam, tidak merespon sama sekali. Tetapi saat Matanya menoleh pada Chanyeol, ia tersenyum sangat lebar.
"Wah! Gege tampan sekali!" Pekiknya dengan suara seperti anak-anak.
Alis Chanyeol dan Baekhyun langsung mengernyit saat mendengar penuturan Luhan itu.
"Gege? Dia tidak ingat padamu?" tanya Baekhyun dengan nada meninggi.
Luhan sontak menoleh pada sang sumber suara. Aura wajahnya meredup. Lelaki itu meringkuk ketakutan.
"Hiks... Jangan hukum aku, jangan pukuli aku."
Baik Sehun maupun dua pemuda lainnya kebingungan melihat reaksi Luhan. Sehun mencoba mendekati lelaki itu namun urung saat Luhan menepis tangannya kasar.
"Pergi! Luhan tidak salah! Hiks... Luhan tidak salah! Kalian yang jahat!"
Situasi ini begitu membingungkan. Baekhyun terperanjat saat Luhan menarik kaosnya sangat kuat. Tatapan mata Luhan padanya kosong, namun kejadian malam itu teringat kembali. Ada sedikit rasa takut, iba dan kasihan. Namun rasa benci ketika mengingat perilaku kejam Luhan membuat Baekhyun segera mendorong lelaki itu hingga jatuh tersungkur. Teriakan keras langsung terdengar. Luhan menjambaki rambut keemasannya yang pudar dengan sangat kuat. Sehun cepat-cepat memanggil tim medis untuk menangani Luhan. Beberapa perawat berlarian kearah lelaki itu. Mereka segera menahan pergerakan Luhan yang begitu brutal. Baekhyun terpekik saat Luhan menarik kaos depannya hingga robek. Melihat itu, Chanyeol segera menarik Baekhyun kepelukannya. Ia tau, Baekhyun dilanda shock saat ini.
Lamat-lamat, Luhan mulai tenang saat Irene menyuntiknya dengan sebuah cairan, mungkin obat penenang. Lelaki itu perlahan tertidur dan beberapa perawat mengangkatnya dengan tandu untuk dibawa ke kamar lelaki itu.
"Sepertinya Luhan-ssi sedang tidak bisa mengendalikan dirinya. Aku meminta maaf atas kejadian ini. Esok kembalilah lagi ketika Luhan sudah baik. Aku rasa ia butuh waktu untuk menenangkan dirinya."
"Baiklah Irene, tolong jaga dia agar tidak membuat keributan." Ucap Sehun. Ia segera pamit karena Sehun mengerti jika Luhan memiliki trauma terkait dengan Baekhyun.
"Sebaiknya kita pulang. Chanyeol, kau antar Baekhyun ke rumahnya, bisa kan?"
"Baiklah. Kami pergi, okay."
.
.
Chanyeol melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Baekhyun. Ia menarik tangan Baekhyun agar berjalan mengikutinya. Sesampainya di motor Chanyeol, Baekhyun masih diam tak bersuara.
"Baek? Ayo naik?" Pinta Chanyeol dengan lembut. Baekhyun menurutinya dalam diam. ia segera menaiki motor Chanyeol tanpa peduli jika si pemilik motor sudah naik atau tidak. Chanyeol mengambil helm Baekhyun lalu memakaikannya pada lelaki itu. Ia menaiki motornya lalu menghidupkan mesin motor.
"Pegangan yang erat."
Baekhyun langsung memeluk Chanyeol tanpa protes. Si lelaki jangkung menghela nafasnya berat.
"Aku tidak mau pulang ke rumah." Ucap Baekhyun tiba-tiba.
"Lalu? Ini sudah petang Baek, nanti ayahmu mencari bagaimana?"
"Aku sudah besar Yeol. Lagipula, ayah sedang dalam perjalanan bisnis ke Marseilles."
helaan nafas Chanyeol terdengar.
"lalu kita kemana? Ke rumahku? Sepupuku sedang menginap di rumah. Jika kau ingin direcoki dengan kunyuk kecil itu, baiklah tidak masalah." Ucap Chanyeol setengah hati. Sejujurnya ia juga sedang malas berada di rumah karena sepupunya, Kim Jiwon berkunjung. Gadis berusia delapan tahun itu jahilnya bukan main, membuat sakit kepala saja.
"Yasudah jika begitu! Antarkan aku ke rumahku!" Bentak Baekhyun.
Chanyeol mengelus dadanya penuh sabar. Menghadapi Baekhyun butuh kesabaran ekstra.
Kendaraan roda dua itu segera melesat ke kediaman Byun dengan kecepatan konstan.
.
.
Chanyeol mengira ia bisa segera pulang untuk beristirahat. Nyatanya, ia malah menyangkut di rumah Baekhyun atas paksaan dari yang lebih pendek. Merasa ini sebuah keajaiban, Chanyeol mau saja. Jarang-jarang Baekhyun mau mengajaknya untuk ke rumah lelaki itu, tidak pernah malah.
Pemuda itu menatap kamar Baekhyun yang begitu luas. Ini sih dua kali lipat bahkan tiga kali lipat lebih besar dari kamar Chanyeol. Dindingnya di cat dengan warna cokelat muda dan krim. Sebuah ranjang king size dengan sprei bermotif zig-zag hitam putih berada samping jendela besar. Lalu, ada sebuah pintu putih yang Chanyeol yakini sebuah kamar mandi. Di sisi dinding yang lain terdapat lemari putih empat pintu. Chanyeol tidak yakin apakah isinya pakaian semua. Jika iya, banyak sekali. Pakaian robek Baekhyun tentunya tidak berarti bagi pemuda itu karena ia memiliki banyak pakaian.
Chanyeol melotot horror saat Baekhyun dengan santainya membuka jaket Chanyeol disusul kaos hitamnya yang robek. Tubuh putih itu langsung terpampang nyata di penglihatan Chanyeol.
"Yak! Kau!"
"Kenapa sih? Kau juga pernah melihatnya kan?" Ujar Baekhyun santai.
Ah, benar juga! Saat itu Chanyeol pernah menelanjangi Baekhyun kan? Oh shit! Kenapa jadi mengingat hal itu?
Baekhyun berjalan mendekati Chanyeol. Lelaki itu sudah mengenakan kaos untuk menghindari tatapan menelanjangi dari Chanyeol. Ia memencet hidung Chanyeol agar lelaki tinggi itu sadar dari lamunannya dan itu berhasil.
"Duduk disini."
Chanyeol berjalan sambil mengusap hidung mancungnya yang sedikit memerah akibat perlakuan Baekhyun tadi. Ow, dia baru sadar jika kamar Baekhyun memiliki sofa hitam beserta sebuah televisi berukuran super jumbo. Lelaki itu berjalan menuju tempat Baekhyun berada.
Keduanya tampak diam, seolah menikmati keheningan yang mereka ciptakan. Mata Baekhyun diam-diam melirik Chanyeol yang duduk disebelahnya.
"Apa kau baik-baik saja saat Luhan menyerangmu tadi?" pertanyaan tersebut spontan keluar dari bibir Chanyeol.
Baekhyun tersenyum tipis.
"Tadinya tidak, tetapi setelah kau bertanya begitu aku jadi merasa baik."
Kedip.
Kedip.
Baik Baekhyun maupun Chanyeol sama-sama menjeda untuk berbicara. Ucapan Baekhyun baru saja membuat seringai Chanyeol melebar lamat-lamat. Yang lebih kecil gelagapan, namun sebisa mungkin ia mengesampingkan ekspresi paniknya dengan datar.
"Ah, begitukah? Aku bertanya karena aku mengkhawatirkanmu Baek."
Ucapan Chanyeol semakin membuat Baekhyun salah tingkah. Ia merutuki dirinya yang begitu konyol saat ini.
"Tetapi sepertinya kau begitu sedih saat Luhan menjadi seperti sekarang."
Chanyeol terdiam. Ia tau benar jika Baekhyun sedang cemburu. Namun Chanyeol mengerti jika saat ini tidak tepat untuk menggoda lelaki itu.
"Seandainya saat itu aku mati, apa kau tetap bersimpati pada dia? Kau lebih memihak padanya bukan?" Tanya Baekhyun dengan mata menatap dalam pada Chanyeol.
Telapak tangan besar Chanyeol menangkup wajah Baekhyun. Ia tersenyum lembut lalu mengusap pipi Baekhyun hingga lelaki manis itu menutup matanya.
"Baek, ini bukan masalah aku berpihak padanya atau bukan. Rasa simpatiku tak lebih dari sekedar antara teman. Aku tetap membenci kelakuannya, namun tidak dengan Luhan Baek. Dia hanya salah langkah."
Baekhyun tersenyum masam. Jantungnya seolah teremas saat mendengar ucapan Chanyeol. Ia segera menyingkirkan telapak tangan Chanyeol dari pipinya. Lelaki itu membalikkan tubuhnya, berpura-pura menyibukkan diri. Ia mengambil sebuah remote lalu menyalakan televisi untuk mengabaikan keberadaan Chanyeol.
Kelakuan Baekhyun jelas saja membuat Chanyeol menghela napasnya pelan. Apakah ia salah berucap kali ini?
"Baek?"
"hm." Respon Baekhyun dengan deheman singkat.
"Katakan jika aku berucap salah."
Baekhyun terkekeh sinis. Ia memandang Chanyeol tajam.
"Kau membelanya Chanyeol. Seolah jika aku mati, dia tetap tidak bersalah. Aku sekarat saat itu, Aku hampir mati dan kau berkata jika kau tidak membenci Luhan? Sebenarnya kau menyukai lelaki itu kan?"
Alis Chanyeol langsung tertaut mendengar penuturan Baekhyun. Ia merasa ada kesalahpahaman disini. Pula, Chanyeol merasa emosi karena Baekhyun berkata seolah perbuatan Chanyeol selama ini kepada lelaki itu tidak tulus sama sekali.
"Jika aku menyukainya, aku tidak akan menyelamatkanmu! Aku tidak membelanya Baekhyun! Dia bersalah! Sangat bersalah karena dia hampir membuat orang yang kucintai mati! Tidakkah kau mengerti? Mengapa kau berucap seolah tak pernah percaya dengan perasaanku?"
Baekhyun menunduk, memilih menatap karpet dibawah sana dibandingkan pandangan intimidasi Chanyeol. Ia tersentak saat Chanyeol sengaja menggenggam jemari lentiknya dengan remasan kuat.
"Jika aku tidak menyayangimu, aku akan membiarkanmu mati ditangan Luhan. Aku tidak perlu menyodorkan diriku menantang maut. Kau tau Baekhyun? Kenapa aku melaukan hal seperti itu? Aku hanya tidak ingin melihat kau lebih menderita lagi. Aku hanya ingin kau tetap hidup dan tersenyum. Aku tidak ingin kehilanganmu."
Tidak ada yang bersuara. Baekhyun semakin menenggelamkan wajahnya pada tundukannya. Genggaman ditangannya semakin erat.
"Belum pernah aku mencintai seseorang hingga seperti ini Baekhyun. Aku hanya ingin melindungimu, tidak lebih. Aku tidak tau harus berapa kali lagi mengatakannya jika aku_"
CUP!
Bibir Baekhyun langsung membungkam mulut Chanyeol yang hendak berceloteh lagi. Ia tak perlu mendengarnya lagi. Baekhyun merasa tolol karena tidak mempercayai Chanyeol yang begitu tulus padanya. Lelaki itu meraih tengkuk Chanyeol. Ia mengecup bibir tebal itu berkali-kali. Lidahnya menjulur untuk membasahi bibir Chanyeol yang kering.
Chanyeol yang semula terkejut mulai menikmati cumbuan dibibirnya. Ia menikmati bagaimana bibir tipis Baekhyun bergerak dengan lincah diatas bibirnya.
Tubuh Baekhyun bergetar seiring dengan usapan lembut di pinggulnya. Tangannya menarik rambut Chanyeol pelan saat lelaki jangkung itu menghisap belahan bibirnya.
Decakan lembut terdengar diiringi suara dari televisi. Mata keduanya saling menutup. Gerakan sensual dari bibir masing-masing menyalurkan rasa panas ke seluruh tubuh. Kepala Chanyeol sengaja dimiringkan untuk memperdalam ciumannya. Bibir Baekhyun membuatnya candu. Tekstur yang lembut dan manis ini membuatnya seakan tak ingin melepaskan tautan mereka. Ia terpaksa melakukannya saat Baekhyun mendorongnya menjauh.
Wajah Keduanya sama-sama terengah akibat ciuman penuh kelembutan baru saja. Mata Chanyeol menatap Baekhyun sendu. Tanpa ditanya pun Baekhyun sudah mengerti jika nafsu mulai meraup kewarasan Chanyeol, begitupun dengan lelaki itu.
"Tidak perlu kau jelaskan lagi. Aku sudah mengerti. Aku juga memiliki perasaan yang sama denganmu. Terimakasih karena berhasil membuatku terkesan, Park." Bisik Baekhyun pelan dengan suara serak.
"Lalu... Apa artinya? Kita berpacaran?" Tanya Chanyeol dengan senyuman jenaka. Ia menahan tawanya saat melihat rona kemerahan dipipi putih Baekhyun.
"Bagiku komitmen itu hanya omong kosong. Terserah kau mau menganggapku apa, yang jelas kita saling mencintai bukan? Lagipula... Pacaran seperti itu bukan gaya kita sama sekali bukan?"
Keduanya tertawa bersama. Chanyeol membenarkan ucapan Baekhyun. Kata 'sepasang kekasih' sebenarnya hanya formalitas belaka. Ikatan hanya membuat mereka muak pada akhirnya. Hubungan tanpa status yang jelas memang menyiksa namun apalah artinya ikatan pacaran jika ujung-ujungnya bertengkar lalu berpisah? Lagipula mereka masih terlalu dini untuk membuat komitmen semacam itu. Toh, tanpa ikatan keduanya juga bisa saling berbagi cinta bukan? Mereka adalah sepasang berandalan yang tidak bisa bertingkah manis seperti pasangan pada umumnya, namun ketahuilah... Jika Chanyeol mau, ia bisa lebih dari itu.
"Baiklah, kita bukan sepasang kekasih. Melainkan dua orang yang saling mencintai. Kau milikku, Baekhyun."
Apalah itu Chanyeol menyebutnya. Baekhyun mengangguk lalu tersenyum sangat manis. Ia merasa begitu senang saat Chanyeol bertingkah posesif seperti itu. Tatapan tajam Chanyeol membuatnya tersudut, namun entah mengapa rasanya begitu menyenangkan.
Wajah keduanya kembali mendekat. Kali ini Chanyeol yang memulai. Bibirnya langsung meraup bibir tipis Baekhyun dengan pelan, namun dalam. lidahnya menerobos masuk mengeksplorasi mulut Baekhyun, mencecapi sensasi mengasyikkan saat keduanya saling bertaut lidah. Benda lunak itu memutar, membelit lidah sang lawan dengan piawai. Gerakan mulut Chanyeol semakin cepat dan tergesa. Ia memeluk pinggang Baekhyun hingga kedekatan keduanya terasa kian intim.
Baekhyun menjauhkan kepalanya saat ia merasakan pening akibat kurangnya oksigen. Ia menggigit bibir bawahnya, matanya menajam. Lelaki bertubuh kurus itu mendorong Chanyeol diatas sofa lalu mulai mencium bibir Chanyeol balik. Chanyeol tersenyum disela ciuman mereka menyadari keagresifan Baekhyun. Ia sadar, mereka sama-sama lelaki yangmana memiliki sifat dominan. Jadi berbeda rasanya ketika ia mencium seorang gadis bukan.
Tangan Chanyeol merayap, memasuki kaos Baekhyun lalu mengusap pungung Baekhyun dengan gerakan memutar. Baekhyun mengangkat tubuhnya menahan geli. Ia melepas ciumannya saat tangan Chanyeol sudah sampai di depan dadanya. Jempol lelaki itu menggoda puting Baekhyun yang telah mengeras. Lenguhan pelan terlepas dari bibir Baekhyun. Lelaki itu sampai menutup matanya meresapi kenikmatan.
Chanyeol menyeringai melihat ekspresi tersebut. Membuat sesuatu dibalik celananya mulai ikut terangsang. Lelaki itu melepaskan kaos Baekhyun lalu membuangnya sembarangan. Ia segera bangkit hingga keduanya duduk berhadapan. Bibirnya tanpa sungkan langsung mendaratkan ciumannya pada ceruk leher Baekhyun. Tangannya mengangkat tubuh ringan itu dalam gendongannya lalu membawanya ke ranjang. Mereka kembali berciuman dengan posisi Chanyeol berada diatas, saling menautkan bibir hingga mereka kelelahan.
"AHH!" Baekhyun terperanjat saat mulut hangat Chanyeol mengulum putingnya. Tangannya mengusap rambut Chanyeol dan menekannya agar tidak berhenti melakukan kegiatan itu.
Tangan cekatan Chanyeol segera melepaskan celana Baekhyun hingga menyisakan sebuah celana dalam hitam.
Merasa begitu pasif, Baekhyun mendorong lelaki itu hingga keadaan terbalik. Baekhyun menduduki perut keras Chanyeol lalu membuka kemeja yang Chanyeol kenakan.
"aku yang berkuasa Chanyeol. Jangan memperlakukanku seolah aku ini gadis." Ujar Baekhyun santai.
Chanyeol mengedikkan bahunya asal. Ia tidak peduli, itu urusan belakangan, fikirnya. Yang penting nikmati saja kelakuan Baekhyun saat ini, bagaimana lelaki arogan itu menyalurkan cintanya.
Bibir Baekhyun bergerak menciumi leher Chanyeol. jemari lentiknya mengusap benda kebanggan Chanyeol yang masih berbalut celana jeans. Ia membuka resleting itu dengan pelan. Tangannya mulai mengurut penis Chanyeol hingga lelaki itu menahan nafasnya. Sial! Baekhyun terlalu pintar!
"Shit!, Baekhyun! keluarkan!"
Baekhyun mengangguk, ia bergerak kebawah diiringi ciuman ringan di sekujur dada dan perut berbentuk Chanyeol. Tangannya melepas jeans Chanyeol bersusah payah dan tersenyum saat berhasil membukanya. Ia mengeluarkan penis Chanyeol dari dalam celana dalam hitam lelaki itu dan melotot kaget saat melihat ukurannya.
"Kenapa? Terkejut dengan yang kau lihat? Kulum saja sayang_ oh damn it! Bagus Baekhyun!" Baekhyun mengulum milik Chanyeol secara tiba-tiba. Bibirnya bergerak dengan gerakan kaku, namun mampu membuat Chanyeol merasakan kepuasan.
Chanyeol mengerang saat Baekhyun melepas kulumannya disaat ia hampir klimaks. Sialan!
Alis Chanyeol berkerut saat Baekhyun mengeluarkan juniornya sendiri yang sedikit lebih kecil darinya dari celana dalam lelaki manis itu. Chanyeol terkejut bukan main saat Baekhyun sengaja menggesekkan miliknya pada lubang anal Chanyeol. What the hell?
"Hey! Ahh... Sedang apa kau?!"
"Aku akan memasukimu, brengsek!" Terang Baekhyun.
Chanyeol menggeleng penuh protes. Ia segera bangkit walau sempat Baekhyun menahan posisinya agar diam ditempat. Keduanya justru saling melakukan aksi dorong-maju. Chanyeol menggeram kesal lalu mendorong tubuh Baekhyun kuat hingga terjembab diatas kasur. Ia menahan tangan kurus Baekhyun kuat agar lelaki itu tidak bisa kabur.
"Yak! Lepaskan tanganku, biarkan ini segera selesai okay?" Pinta Baekhyun dengan mata berkabut nafsu.
"Tidak akan jika aku yang dimasuki. Baekhyun, kau itu bottom... Enak saja mau mendominasiku!"
"What?! Aku tidak mau, itu pasti menyakitkan! Tunjukkan jika kau memang mencintaiku. Kau tidak akan membiarkanku kesakitan kan?"
Chanyeol menggeram kesal. Dia memang tidak ingin Baekhyun merasakan sakit, tetapi ayolah! dimana harga dirinya sebagai Phoenix jika ia dibobol oleh lelaki pendek sok manly macam Baekhyun?
"Tidak akan sakit Baek, kau hanya perlu relaks saja!"
"Relaks bokongmu! Itu pasti sakit! Aku tidak mau melakukannya jika begitu!" Rajuk Baekhyun. Lelaki itu membalikkan tubuhnya hingga Chanyeol melepaskan cengkramannya.
Mata Chanyeol yang semula menatap Baekhyun malas karena gairahnya yang mulai menguap seketika melebar saat melihat punggung Baekhyun. Banyak bekas luka disana.
"B-Baek... Punggungmu_"
Baekhyun terkejut, ia segera bangkit lalu duduk dipinggiran ranjang. Lelaki itu memeluk tubuhnya sendiri.
"Kau... Pasti jijik melihatnya." Ujarnya pelan.
Chanyeol tidak menjawab, membuat senyuman pahit Baekhyun terukir. Namun detik selanjutnya, saat bibir Chanyeol mencium punggungnya, ekspresi terkejut memenuhi wajahnya.
"ini hanya bekas luka."
ciuman lembut itu perlahan menjalar ke pundak Baekhyun. Baekhyun menutup matanya, bibirnya tergigit, mencoba meredam desahan yang akan keluar. Lelaki itu menggelinjang saat ciuman Chanyeol mendarat pada bekas luka yang terdapat pada punggungnya. Kepalanya sontak mendongak, bersandar pada bahu bidang Chanyeol.
"Ahh!"
Ia terperanjat saat telapak tangan Chanyeol menyentuh miliknya. Baekhyun memejamkan matanya erat disaat Chanyeol sengaja meremas kejantanannya. Ia pening, pening akan gairah yang telah meluap. Baekhyun bahkan tidak sadar kapan Chanyeol membaringkannya di ranjang. Lelaki itu telah berada diatasnya. Menatap wajah Baekhyun begitu dalam.
"Bisakah kita memulainya?" Tanya Chanyeol dengan nada meminta. Baekhyun mengangguk, pipinya tak dapat dihindari akan rona kemerahan yang menjalar. Lelaki itu pasrah saja disaat Chanyeol membuka celana dalamnya. Tubuhnya merinding saat kejantanan mereka bersentuhan dengan sengaja. Ia melenguh saat Chanyeol mencium bibirnya lagi.
"Kau punya kondom?"
Baekhyun mendengus, Chanyeol itu banyak sekali tanya, fikirnya. Jika begini terus, bisa-bisa ia kehilangan nafsunya untuk bercinta.
"Kau fikir aku orang yang gila seks yang selalu menyediakan benda seperti itu? Aku bahkan... Bahkan baru kali ini melakukannya." Ujar Baekhyun dengan nada melirih diakhir perkataannya.
Mata Chanyeol membola, jakunnya naik turun. Jujur saja, ia juga baru kali ini melakukan hal seperti ini. Lelaki itu begitu piawai bukan karena sering melakukan hal intim begini, ia hanya mengikuti instingnya sebagai seorang lelaki.
"Aku hanya menjaga keselamatan, siapa tau kau hamil jika aku kelepasan." Goda Chanyeol disertai kekehan menyebalkan.
Pukulan mengenai pundaknya, siapa lagi jika bukan Baekhyun pelakunya. Ia menatap Chanyeol tajam, namun rona dipipinya membuat wajahnya menjadi imut.
"Jika kau terlalu banyak berfikir, lebih baik aku saja yang memasuki_"
"Stop! Tidak Baek! Aku adalah dominan. Sudahlah, kau cukup nikmati saja." Potong Chanyeol, ia berbicara dengan angkuh, tangannya mengibas-ngibas diudara.
"Terserahmu saja." Ujar Baekhyun malas.
Chanyeol menekuk lutut Baekhyun, lubang merah muda lelaki itu terlihat berkedut. Si jangkung menyeringai seram, wajahnya langsung ia arahkan pada bagian privat Baekhyun itu. Lidahnya menjulur, salivanya membasahi lubang berkedut itu.
Sementara itu, Baekhyun hampir memekik. Tangannya meremas sprei erat saat jemari Chanyeol menerobos masuk ke dalam lubangnya. Ia mendesis sakit.
"Aku masuk, okay?" Ujar Chanyeol meminta izin saat ia telah selesai membuat jalan untuk kejantanannya dilubang Baekhyun. Si mungil mengangguk pasrah. Wajahnya akan mengernyit saat penis Chanyeol mencoba masuk.
"Rileks baby... Ouhh... Sial!"
"Enghh... Pelan..." Pinta Baekhyun. Sungguh, rasanya begitu sakit, bahkan lebih sakit dibandingkan saat wajahnya dipukuli puluhan preman. Lelaki itu memeluk leher Chanyeol erat. Ia membuka matanya saat Chanyeol mengusap pipinya lembut. Lelaki tinggi itu tersenyum lembut, matanya begitu teduh terlihat walau nafsu masih membayangi. Baekhyun begitu terpana. Lelaki itu begitu mempesona. Wajahnya sangat tampan, dan senyumannya yang paling membuat Baekhyun melayang.
"Kau percaya padaku bukan?"
Baekhyun mengangguk, tersenyum sangat manis. Ia menerima bibir Chanyeol untuk berciuman lagi. Aroma rokok tercium jelas dari bibir lelaki itu. Mereka saling membelit lidah, berciuman terlalu dalam. Baekhyun terlena akan ciuman yang Chanyeol berikan, tak menyadari jika Chanyeol mulai memasukinya dibawah sana.
"AKKHHH!" Lelaki itu berteriak nyaring saat Chanyeol menghentakkan penisnya masuk.
"hhh... Sakit... Keluarkan!" Teriak Baekhyun, ia mencoba mendorong Chanyeol tetapi tak bisa. Chanyeol justru semakin menusukkan miliknya. Lelaki itu menggeram seperti binatang buas.
"Ssshh... Tahan sayang, sebentar lagi."
Baekhyun merasa tubuhnya seperti terbelah dua. Ia tak bisa menahan air matanya yang mendesak keluar. Lelaki itu mencengkram pundak Chanyeol erat. Ia tidak tau harus berbuat apalagi.
Chanyeol mulai bergerak saat Baekhyun dirasanya sudah bisa menerima. Gerakannya begitu konstan, mencari titik kenikmatan Baekhyun.
Tubuh keduanya mulai berpeluh. Baekhyun terlonjak saat Chanyeol menyentuh titik manisnya. Bibirnya membuka, melantunkan desahan nikmatnya. Si dominan menyeringai, ia mulai menekan titik itu lagi. Perlahan, gerakan lelaki itu mulai berubah cepat. Tubuh Baekhyun sampai terhentak kuat. Suara headboard tempat tidur yang bertubrukan dengan dinding, desahan, erangan, suara tepukan kulit mereka yang bersentuhan, ruangan itu berubah menjadi sesuatu yang panas.
"Ahh... Chanh... Yeolhh... Lagih..."
Chanyeol suka, bagaimana Baekhyun menyebut namanya. Bagaimana ekspresi kenikmatan lelaki itu. Dan juga bagaimana saat Baekhyun pasrah kepadanya. Ia merasa berkuasa disini.
"hhh... Kau lihat Baek? Kau tidak bisa melawanku disini..." Ujar Chanyeol. Baekhyun hanya mengintip dari balik kelopak matanya yang hampir menutup.
Lelaki itu berdecih sinis lalu menarik wajah Chanyeol. Melumat bibir tebal itu dengan kuat. Pinggulnya ikut bergoyang maju mundur, mencoba meraih puncaknya.
Chanyeol semakin gelap mata. Lubang Baekhyun berkedut hebat, pertanda lelaki itu akan segera datang. Chanyeol semakin mempercepat gerakannya, hingga pada tiga tusukan terakhir, keduanya meraih orgasme hebat bersama.
"AHHHH!" Desahan berat keduanya terdengar memenuhi kamar. Chanyeol membaringkan tubuhnya disebelah Baekhyun. Nafas keduanya masih terengah. Chanyeol melirik Baekhyun yang terlihat begitu manis dimatanya. Ia mengusap peluh yang berada disekitaran wajah lelaki mungilnya itu. Lelaki tinggi itu menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. Ia mengecupi pipi Baekhyun lalu tertawa pelan saat mendengar dengkuran halus dari bibir tipis itu. Ternyata kelelahan, fikirnya. Lelaki itu memeluk tubuh Baekhyun, merengkuhnya dalam pelukan hangat.
"Selamat tidur, sayangku." bisiknya pelan lalu ikut terlelap.
.
.
Tuan Byun meregangkan otot tubuhnya. Ia tersenyum memasuki rumah elitnya. Tak sabar untuk segera menemui putra tunggalnya yang nakal itu. Ia merasa seperti hidup kembali. Membaiknya hubungan mereka membuat Tuan Byun selalu ingin pulang ke rumah.
Lelaki paruh baya itu membawa sebuah paper bag coklat. Isinya tak lain adalah oleh-oleh berupa topi yang ia beli dengan harga tak murah di Marseille.
"Dimana Baekhyun?" Tanyanya pada salah seorang maid. Maid itu tersenyum kaku.
"T-tuan muda sepertinya masih tertidur dikamarnya, tuan."
"Baiklah, aku akan segera kesana_"
"Jangan! Uh... M-maksud saya... Tuan muda sedang bersama temannya di dalam sana jadi..."
"Memangnya kenapa? Aku hanya ingin bertemu dengan putraku sendiri. Sudahlah, kembali bekerja."
Maid tersebut memberi tuannya itu jalan. Ia hanya berharap Tuan Byun tidak terkena serangan jantung karena melihat putranya sedang bergumul bersama seorang lelaki di dalam sana.
Langkah tuan Byun semakin mendekat. Alisnya mengkerut saat mendengar suara aneh yang berasal dari dalam kamar anaknya tersebut.
"Ahhh... Hnnghh... Cepatlah bodoh! A-akhh,, kita harus... Sekolah."
"Ouch, sabar baby... Sedikit lagi."
Mata pria itu melotot horror. Ia segera membanting pintu kamar Baekhyun.
"Astaga!" Pekiknya keras. Pria itu segera menutupi wajahnya dengan paper bag coklat ditangannya.
Lain halnya tuan Byun, dua lelaki yang sedang berbagi cinta diatas ranjang sana langsung memisahkan diri. Keduanya bagai pasangan mesum yang digrebek warga sekampung. Chanyeol buru-buru memakai jeans beserta kaosnya. Sementara Baekhyun masih mencoba bersikap setenang mungkin, ia memakai pakaiannya tenang, walau tak dipungkiri keringat dingin sudah menetes didahinya.
"Baekhyun, Chanyeol, ikut ayah." Ujar lelaki itu dingin.
Baekhyun segera menatap Chanyeol tajam.
"Sudah kubilang jangan menyentuhku pagi ini! Brengsek!" Bisiknya.
"Sudahlah, lebih baik ikuti saja perkataan ayahmu." Bisik Chanyeol balik dengan wajah datar.
.
.
Tuan Byun menatap dua lelaki muda didepannya tajam.
"Jadi, bisa kalian jelaskan? Kenapa kalian melakukan hal seperti tadi?"
Desah nafas Baekhyun terdengar.
"Ayah, aku sudah mengatakan sejak awal, aku mencintai Chanyeol dan ayah sudah memberi kebebasan untukku."
"Bebas yang ayah maksud bukan terus kau bisa bercinta seperti tadi, ya Tuhan! Aku bisa gila!"
Chanyeol berlutut dihadapan pria paruh baya itu.
"Paman... Aku tau, perbuatan kami tadi sungguh tidak terpuji. Tetapi, aku berjanji, ini yang terakhir."
Baik Baekhyun maupun Tuan Byun menatap Chanyeol terkejut. Terakhir katanya? Maksudnya Chanyeol akan meninggalkan Baekhyun setelah apa yang ia lakukan? Begitu? Hampir saja umpatan kasar keluar dari mulut Baekhyun, namun Chanyeol menyela dengan cepat.
"Maksudku... Aku akan menyentuhnya lagi ketika kami sudah berikatan resmi."
Baekhyun bersemu, walau kendati demikian ekspresinya tetap saja datar.
"Baiklah, aku akan melihat pertanggung jawabanmu beberapa tahun kemudian. Selama itu, jangan pernah menyakiti putraku atau kau akan tanggung sendiri akibatnya." Ujar Tuan Byun.
"Jadi, ayah merestui kami, begitu?"
"Mau bagaimana lagi? Kau keras kepala, tidak bisa di larang kan?" Jawab Tuan Byun malas.
Chanyeol segera memeluk tubuh Baekhyun, namun segera melepaskannya saat mendengar deheman keras dari ayah lelaki itu.
.
.
"Apa? Kalian sudah... Sudah melakukan..."
"Diamlah Kai, kau heboh sekali. Seperti tidak pernah melakukannya saja." Kata Baekhyun malas.
Sehun menatap Chanyeol dengan pandangan tajamnya.
"Kurang ajaaaar! Berani sekali kau menyentuh Baekhyun hah?! Aku menyuruhmu untuk mengantarnya, bukan bercinta dengannya!" Teriak lelaki pucat itu lalu memiting leher Chanyeol diketiaknya dengan lengannya.
Kegiatan seluruh murid terhenti saat mendengar ucapan atau teriakan Sehun. Para fans setia Baekhyun langsung berteriak histeris. Pertanyaan berbondong-bondong menghampiri mereka. Baekhyun menepuk jidatnya akan kelakuan bodoh sahabatnya itu.
"Wah... Selamat, pasangan baru."
Baekhyun mengangkat wajahnya saat mendengar suara Vernon. Lelaki blasteran itu tersenyum dengan menyodorkan tangannya.
"Apa?" Tanya Baekhyun datar.
"Hanya ingin bersalaman, memberi selamat. Kau hebat sekali sudah bercinta! Chanyeol! Selamat!"
Chanyeol tersenyum sombong, namun tak bertahan lama saat Sehun semakin menekan kepala anak itu pada ketiaknya.
"Ketua Byun memang cocok dengan Chanyeol. Kalian pasangan yang keren." Komentar Kyungsoo dengan mata berbinar.
Baekhyun semakin menundukkan wajahnya pada lipatan tangannya diatas meja. Kenapa ia harus berada disekitaran orang-orang bodoh ini?! Fikirnya, merutuki nasib.
"Ketua Byun! Ada yang mencarimu!" Baekhyun segera mengangkat wajahnya saat melihat salah seorang anak buahnya berlari dengan nafas terengah.
"Siapa?"
"Sepertinya genk dari sekolah Hankyung."
Mereka segera bangkit, berjalan menuju tempat dimana para genk berandalan itu berada.
"Ah... Lightsaber, akhirnya aku bisa mendatangimu, dan... Wow! Daebakk! Aku bertemu Phoenix dan juga Black Dragon, hebat sekali aku bisa bertemu tiga ketua genk besar seperti kalian."
"Cih! Jung Jaehyun, kau belum puas ku pukul rupanya." ejek Chanyeol.
"Sepertinya ia ingin mencari sensasi, kau ingin aku menenggelamkanmu disungai Han lagi?" Tanya Vernon datar.
"Mungkin dia ini masokis." Sambung Baekhyun tak kalah mengejek.
Siswa bernama Jung Jaehyun itu menggeram kesal. Ia segera memerintahkan anak buahnya untuk maju menyerang.
Baekhyun, Chanyeol, Kai , Sehun dan Vernon mendesah malas.
"Sepertinya satu pukulan tidak apa-apa." Ujar Chanyeol.
"SERAAAANGGG!" Teriak Kai.
Adegan pukul-memukul antara siswa berandalan itu menjadi tontonan heboh siswa sekolah. Sejak saat itu, Lightsaber, Phoenix serta Black Dragon masih sering terlibat pertarungan dengan berandalan-berandalan yang ingin adu kekuatan. Tiga genk besar itu menjadi genk yang melegenda dan ditakuti, tentu saja, Byun Baekhyun adalah sosok utama yang tak terkalahkan dalam setiap pertandingan. Kalian mau mencoba untuk melawannya? Oh, sebaiknya fikir dua kali.
.
.
END
.
.
LiGht... Light... Light... Uwooooouwooo... Lightsaber!
yosh! Akhirnya ending juga, gak nyangka bisa sampe sini... Huhuhuhu... aku syedih.
Pertama, aku mau minta maaf karena baru update. Kedua, maaf kalo adegan NC nya gak menggairahkan. Dan ketiga... Makasih buat yang nungguin FF ini.
Maaf buat banyak typo di chapter sebelumnya.
Ah iya, apakah chapter ini mengesankan? Beri komentar di kotak review ya? Hihi.
Oke, jangan lupa ikuti terus DandelionLeon. Aku bakal comeback dengan FF Chanbaek lainnya. Ada yang mau kasih ide? Kirim pesan masuk aja ya, hehehe...
Okay, makasih sekali lagi...buat beberapa orang yg udah hantuin aku di Fb atau twitter buat segera lanjut, nih, aku kasih... Hehe Annyeong~ ripiu lagi boleh?