Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pairing: SasuSaku
Warnings: Alternative Universe, OOC
Chapter 3: Challenge
A Collab by
KiRei Apple – Chiwe Sakura
…
Happy Reading
.
.
Sasuke mengeryitkan alis melihat pemandangan sekitar. Sebuah kawasan hutan yang terdapat pepohonan besar nan lurus dan menjulang tinggi. Hamparan hutan hijau itu dikelilingi perbukitan berbatu-batu di bagian timur sampai barat.
Jika dipikir-dipikir, untuk apa ia diundang ke tempat seperti ini?
Selama tiga hari penuh Sasuke diminta menemani wanita itu. Hey, apakah di hutan perbukitan ada tempat untuk berkencan romantis? Sepertinya tidak. Jadi, wanita itu benar-benar ingin menantangnya bukan? Kalau begitu ia akan menunjukan siapa Uchiha Sasuke dan akan menunjukan kepadanya betapa berbahayanya lelaki tampan ini.
''Ayo turun."
Suara Sai membuyarkan pikiran Sasuke. Berdehem, Sasuke hanya bergumam dan keluar dari mobil hitam kesayangannya.
"Hn."
Sai tersenyum dan turun dari mobil mengikuti Sasuke, kemudian ia memencet tombol di sebuah remot kecil untuk mengunci mobil secara otomatis.
Terlihat Sakura berpakaian ala militer berjalan mendekati mereka dengan membawa salah satu rekannya yang tak mereka berdua kenali.
"Beruntung sekali kau tepat waktu," Sakura membungkuk dan mengulurkan tangannya kepada Sai dan Sasuke. Saat bersalaman dengan Sasuke, Sakura menatapnya datar. "Jika terlambat nyawamu taruhannya." ujarnya membuat Sasuke meringis seketika. Sial. Wanita ini benar-benar kejam.
Sakura menyuruh rekan atau mungkin bawahannya memberikan sesuatu yang dibawanya sejak tadi kepada Sasuke.
"Gantilah!" Titahnya memaksa.
Sasuke menaikan alis heran. "Untuk apa?" Bukankah dia sudah berpakaian mewah dan elegan, menunjukan bahwa ia adalah seorang Uchiha.
"Apa kau ingin aku yang menggantikannya?" tanya Sakura dengan suara datar. "Jangan-jangan kau tidak bisa memakai baju." Ia memandang Sasuke remeh.
Berdecak, Sasuke menuruti wanita itu, merebut kasar remot kecil yang dipegang Sai dan berganti di dalam mobilnya. Meninggalkan Sakura yang masih menatapnya dalam diam dan Sai yang tengah tertawa kecil.
"Anda sangat menyeramkan."
"Aku hanya tidak ingin dia berada dalam bahaya." Jelas Sakura.
Sai terdiam. Ia tahu alasan Sakura menjadi tentara, Madara pernah menceritakannya beberapa bulan lalu.
"Karena menjadi tentara lah kau bisa melindunginya, bukan?" tanya Sai dan tidak dijawab sama sekali oleh Sakura. Ia pun melanjutkan. "Aku percaya kau bisa merubahnya, setidaknya kejadian dulu tidak akan terulang lagi bukan?"
Sakura lagi-lagi terdiam. Ia mengingat masa lalu yang membuatnya bertekad untuk melindungi pemuda itu. Masa lalu kelam yang menimpa Sasuke dan keluarganya yang telah menyebabkan seorang anak kecil berusia lima belas tahun harus kehilangan semua ingatannya.
Rasanya benar-benar menyeramkan.
Suara pintu mobil membuat Sakura dan Sai menoleh. Sasuke sudah berganti pakaian dan dia terlihat sangat mengagumkan dengan tubuh tinggi dan kekar. Pakaian itu cocok sekali dengannya.
"Apa berkencan harus berpakaian anti mainstream seperti ini, eh?" decaknya saat sampai di depan Sakura. Wajahnya masam merasa tak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya.
Sakura meneliti penampilan Sasuke sejenak dan berkata, "Ayo!"
Sasuke menatap bosan pada wanita tanpa ekspresi itu lalu menoleh kepada Sai.
"Jangan lupa jemput aku tiga hari lagi dan jangan telat. Aku tidak ingin berlama-lama dengan seorang wanita berbahaya." Ia bergidik ngeri membayangkan hal-hal aneh terjadi pada dirinya.
Sai tersenyum.
"Ya, kau harus berhasil melewatinya. Karena tidak, mungkin aku akan menjemputmu dengan mobil jenazah." ujar Sai dengan nada berduka membuat Sasuke melayangkan tatapan membunuh kepada pemuda berkulit pucat itu.
"Aku pergi." Sasuke berbalik, bergegas pergi mengikuti Sakura. Ia tidak ingin mencari masalah dengan Sakura.
"Jaga nyawamu, jangan sampai mati!" Sai sedikit berteriak dan dibalas lemparan-lemparan kerikil kecil oleh Sasuke.
.
...
.
Sasuke berjalan dengan perasaan was-was. Setelah berjalan lebih dalam ke hutan ia sedikit merasa aneh. Entah kenapa rasanya tempat yang mereka tuju jauh dari pemukiman penduduk. Jalan setapak yang mereka lewati juga diapit jajaran pohon-pohon besar yang sudah menua.
Ia membayangkan bagaimana jika mereka bermalam di tempat seperti ini? Sasuke akan menolak dan memaksa pulang sebelum itu terjadi.
Ia sedikit berjengit ketika melihat bekas peluru dan granat berserakan di sepanjang jalan. Banyak blokade-blokade dan kawat berduri yang mengelilingi tempat ini.
Sasuke menelan ludah ngeri saat melihat apa yang tersuguhkan di depannya.
"I-Ini..." lagi-lagi Sasuke menelan ludah untuk kesekian kalinya melihat apa yang melambai ah, tidak, tapi sedang tersenyum mengerikan menunggu kulit-kulit halus terawat dan wajah tampannya dihancurkan oleh mereka.
Menoleh, Sasuke menatap Sakura horror.
"Hei, apa kau sedang bercanda?!" Ia berteriak tidak terima.
Ini adalah tempat latihan para tentara dan itu sangat menyeramkan. Terlihat jelas tentara-tentara itu sedang berlatih, mereka merangkak di bawah kawat berduri, berlari melewati setiap ranjau, melompati cincin api, bahkan berjalan di atas rantai dengan api di bawahnya, tentara itu harus mampu menyeimbangkan tubuh atau mereka akan terjatuh ke dalam api.
Baju mereka lusuh dan kotor, tak sedikit pula yang telah robek tak berbentuk. Suara tembakan terdengar memekakkan telinga.
Sakura menaikan alis menatap balik Sasuke. "Kenapa? Apa kau takut dan ingin menyerah?" Sakura berucap dengan nada terkesan mengejek.
Sasuke mendecih. Demi apapun ia ingin sekali mencekik leher jenjang nan putih itu, mencakar-cakar wajahnya yang cantik dan selalu terlihat menggoda.
Tunggu!
Kenapa di saat seperti ini ia malah memujinya?
Sasuke mendengus dan berdehem dengan tangan yang disilangkan. "Aku Uchiha Sasuke dan tid—"
"Cepat buktikan ucapanmu!'' potong Sakura tak sabaran.
Sasuke menautkan alis. "Sendiri?"
Wanita merah muda itu memutar matanya bosan. "Kau mau bertanding denganku?'' tanya sakura yang hanya dibalas Sasuke dengan mengangkat bahu.
Sakura menghela napas pelan. "Jika kau kalah harga dirimu akan terinjak-injak, Tuan." ucapnya menambahkan.
Sasuke berpikir sejenak. Benar juga apa yang dikatakan wanita menyeramkan itu, ia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya sementara Sakura sudah berpengalaman bahkan telah mendapat gelar letnan tertinggi di angkatan udara. Itu namanya curang jika ia bertandingan dengan Sakura.
Lagipula, akan sangat memalukan bukan jika para tentara-tentara yang berada di sana melihat ia dikalahkan oleh seorang wanita?
Oke, ia akan buktikan kepada istr—ah, wanita berbahaya yang mengaku istrinya ini jika ia adalah lelaki yang kuat dan tangguh.
"Jika aku berhasil kau harus pensiun, oke?" pinta Sasuke, ia tidak mengerti kenapa malah spontan mengatakan hal itu pada wanita di depannya.
Sakura hanya terdiam mendengar ucapan Sasuke. Tersenyum manis sebentar dan berubah menyeringai saat menodongkan senjata api laras panjang miliknya ke udara.
"Satu."
Wanita merah muda itu mulai menghitung.
Sasuke mendengus. "Apa wanita ini tidak mempan dirayu." dengusnya dengan bergumam namun dapat di dengar Sakura.
"Dua."
Sasuke bersiap-siap pada posisinya.
"Tiga!"
Sasuke berlari cepat, memulai satu demi satu rintangan ala pelatihan militer di depannya. Berayun di tali melewati kolam air, merangkak di bawah kawat berduri. dan Sakura akan menembakan senapannya jika ia keluar jalur.
"Fokus!" teriak Sakura yang juga mengikuti Sasuke dari samping.
Sasuke mendecih mendengarnya. Jika bukan kesalahan mulut mahalnya ini mungkin ia tidak akan berakhir seperti ini. Merasakan kulit yang tergores, jantung yang hampir berhenti berdetak saat wanita itu menembaknya jika melakukan kesalahan. Ia harus menyelesaikan secepatnya dan masih tersisa dua hari yang akan menunggunya.
Benar-benar sial.
Sasuke kini menggunakan seutas tali untuk menaiki tembok setinggi tiga meter. Napasnya terputus-putus karena kelelahan. Ia sudah sampai di atas namun tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat melihat ke bawah sana.
"Selesai dan cepat turun! Hari ini sampai di sini saja." Sakura berteriak keras di bawah tembok dan menyuruh Sasuke turun karena latihan kali ini telah selesai.
Sasuke tidak bergeming. Keringat dingin mulai menjalari wajahnya saat sepintas ingatan yang ia sendiri tidak tahu kapan terjadi tiba-tiba terlintas di benaknya.
Samar-samar pemuda itu melihat seorang anak kecil berdiri di atap gedung seorang diri dengan wajah ketakutan melihat orang-orang memukuli orang lain yang tengah melindungi seorang anak kecil. Tiba-tiba wanita dewasa datang dan berteriak...
"Sasuke!"
Kepala Sasuke berdenyut menghiraukan Sakura yang terus berteriak memintanya turun.
"K-Kaa-san..."
Sakura membulatkan matanya sempurna ketika melihat Sasuke limbung dan akan terjatuh.
"Sasuke-kun!"
BRUK
Sasuke terjatuh dari atas. Beruntung Sakura bertindak cepat dengan menangkap tubuh Sasuke sebelum membentur tanah meski ia sendiri kesakitan karena Sasuke menindihnya.
"Ughh..." Sakura mengerang merasakan rasa sakit yang luar biasa saat bahu kirinya membentur batu.
Sakura menghela napas dengan terengah. Ia mengambil ponsel di saku baju menggunakan tangan kanannya yang bebas untuk menghubungi bantuan.
Setelah menghubungi bantuan, kini tatapannya beralih kepada orang yang berada dalam pelukannya. Senyum lembut kini nampak penuh kelegaan dengan tangan bebasnya mengelus rambut hitam Sasuke yang telah basah oleh keringat.
"Maaf membuatmu mengingat kejadian mengerikan itu, Sasuke-kun." ucapnya lirih setelah mendengar Sasuke memanggil ibunya.
Meski kehilangan ingatannya saat berusia lima belas tahun, tapi kejadian yang menimpa keluarganya membuat pemuda itu takut akan ketinggian dan kegelapan. Itulah yang dikatakan kakek Madara dulu.
Dan karena itulah Sakura bertekad untuk menjadi orang yang akan melindungi Sasuke sampai waktunya tiba.
"Aku akan melindungimu apapun yang terjadi."
.
.
To be continued