"Buka matamu" Sasuke berdecak pelan "Kubilang buka matamu."

Hinata kemudian perlahan membuka kedua matanya. Matanya terus menunduk mengingat jarak wajahnya dengan Sasuke yang sangat dekat hingga bibir mereka masih sedikit bersentuhan.

"Lihat aku" Retina Hinata perlahan memandang obsidian kelam milik Sasuke.

"Dua. Ini kedua kalinya aku menciummu. Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya bibirmu selalu saja menarik bibirku untuk menciumnya."

"Baiklah aku akan pergi sekarang juga" kemudian Sasuke kembali mengecup bibirnya pelan.

"Setidaknya ucapkan terimkasih karena aku menemukan kuncimu"

Setelah mengatakan hal tersebut Sasuke segera melepaskan pelukannya kepada Hinata dan berjalan meninggalkan Hinata yang merona hebat.

I'm Without You

Disclaimer: Mashashi Kishimoto

Main pairing: Sasuke and Hinata (fiction canon)

Genre: Drama, Romance

Rated: Semi M

Hinata memandang ke luar jendela, sambil menopang dagunya. Entah kenapa kali ini pelajaran yang di sukainya tidak lebih menarik dari awan yang menggantung di langit. Ia seakan tidak memiliki kekuatan untuk berpikir jernih kali ini. Ia hanya merasa sangat lelah, sungguh sangat lelah.

"Nona Hyuga apakah pelajaranku terlalu membosankan bagimu?" Hinata tersentak kaget saat Kakashi Senpai menginterupsi lamunannya.

"T-tidak sensei, maafkan aku" Hinata tertunduk malu akibat teguran halus guru yang memiliki banyak fans di kampusnya ini. Masker yang menutupi sebagian wajahnya menambah kesan misterius bagi guru dengan surai perak tersebut.

"Hm tidak biasanya kau mengabaikan kelasku Hyuga Hinata. Kau tidak perlu khawatir kau sudah ku maafkan" ujar Kakashi sensei dengan santai

"T-terima kasih sensei"

"Bagaimanapun juga kau akan mendapatkan detensi dariku walaupun aku sudah memaafkanmu. Usai kelas temui aku" senyum ramah terpatri di wajah guru eksentrik tersebut.

Hinata menghela napas pelan sebelum menjawab dengan lirih "Baiklah sensei"

Sakura mengerut khawatir melihat sahabatnya terlihat lebih murung dari biasanya " Apa kau baik-baik saja Hinata? Kau tidak terlihat seperti biasanya."

Mendengar Sakura mengkhawatirkannya Hinata menoleh ke arah Sakura dengan senyum terbaiknya "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku Sakura, tapi sungguh aku baik-baik saja"

Kakashi senpai menutup bukunya tiba-tiba, membuat seisi kelas terdiam. Bagaimanapun juga itu adalah kebiasan guru berambut perak itu jika kelasnya telah selesai, namun ini baru setengah jam pelajaran yang artinya 1,5 jam kemudian kelas akan usai.

"Karena hari ini cuaca terlalu dingin dan serial terbaru film kesukaanku telah tayang. Jadi kelas sampai di sini"

Kelas hening beberapa saat

"Benarkah sensei?" tanya Naruto yang kebetulan mengambil kelas yang sama dengan Hinata.

"Kau ingin aku berubah pikiran Naruto?"

"Narutooooooooooooo" seketika kegaduhan dengan beberapa botol minuman yang melayang ke arah pemuda matahari itu. "Tidak sensei, maafkan naruto. Selamat menikmati filmnya sensei" sahut Ino cepat dengan senyum seribu jari dan telapak tangan yang melambai-lambai di depan dada.

"Kau sangat pengertian Yamanaka-san, baiklah nikmati hari kalian juga. Dan Hyuga jangan lupa detensimu" Kakashi sensei keluar kelas setelah mengatakan hal tersebut dengan senyum yang tak pernah hilang di wajahnya.

Hinata melihat teman-temannya yang menatap iba kepadaya sambil memberikan dukungan melalui kepalan tangan mereka.

.

.

.

.

Tok tok tok

Suara Kakashi sensei terdengar dari dalam menginzinkan Hinata untuk masuk.

"Ne, Hinata duduklah" Kakashi sensei mempersilahkan Hinata untuk duduk terlebih dahulu. "Aku tidak tahu masalah apa yang menyita pikiranmu saat ini, namun seperti yang kau tahu aku tidak menyukai idemu itu Nona Hyuga."

"Maafkan aku sensei, aku tidak akan mengulanginya lagi" wajah Hinata tertunduk lesu

"Iya-iya, nah seperti yang kukatakan aku akan pergi menonton film. Namun ada tugas yang harus kuselesaikan, kau tidak perlu khawatir ini bukan tugas yang sulit. Aku hanya ingin kau menyampaikan tugas ekonomi lingkungan ini di kelas C" kemudian Kakashi Senpai menjelaskan tugas yang akan diberikan pada kelas tersebut. Sesekali Hinata mengangguk paham saat Kakashi Senpai bertanya padanya.

"Baiklah Hyuga aku percayakan tugas ini padamu. Pastikan mereka mengumpulkan tugas ini, jika tidak kau juga harus bertanggung jawab Hyuga" jelas Kakashi dengan tersenyum hendak membuka pintu sebelum mendengar gumaman Hinata yang cukup jelas untuk sebuah gumaman.

"Kelas C ya…." ucapnya lirih.

"Ada masalah Hyuga?"

Hinata tersentak kaget ternyata guru tampan tersebut belum pergi dari ruangannya dan mendengarnya pula. Kemudian ia menggeleng cepat sebagai jawabannya. "Tentu saja itu kelas paling bermasalah dengan segala ketenaran, keabsurd-an dan kekayaan mereka" jawab hinata dalam hati

"Ganbatte ne Hinata" sedang Hinata memasang senyum terpaksa untuk melepas kepergian guru nyetriknya satu itu.

Tidak ingin berlama-lama dengan tugas barunya Hinata segera melangkahkan kakinya menuju kelas C. Sebenarnya tidak ada yang berbeda antara kelas A, B atau C. Hanya saja jenis makhluk yang ada di hadapannya ini saja yang membuat kelas ini sangat terkenal seantero kampus. Hinata memegang gagang pintu cukup lama untuk sekedar mendorongnya saja. Ia menutup matanya dan mulutnya yang mungil bergerak-gerak halus memanjatkan keselamatan baginya kepada tuhan. Setelah mengangguk yakin ia mendorong pintu tersebut terbuka.

Riuh tawa, umpatan dan candaan seketika menyerbu indra pendengaran Hinata. Sejenak kelas menjadi hening dengan seluruh pandangan menuju ke arah Hinata. Sedetik kemudian riuh ramai kembali terdengar, Hinata bagaikan iklan yang kebetulan melintas di kelas mereka. Perlahan Hinata berdiri di depan kelas.

"T-t-tolong pe-perhatiannya" ucap Hinata lirih. Tidak ada yang berubah, ia mencoba lebih keras hingga mencoba sangat keras hanya satu yang berubah kelas menjadi lebih ramai.

"Demi tuhan ada apa dengan kelas ini" batin Hinata.

"Apa yang sedang kau lakukan" seseorang beranjak mendekat ke arah Hinata. Hinata terlihat mundur menghindari pemuda dengan kulit pucat dan senyum misterius. Tubuhnya semakin mendekat hingga terasa menghimpit Hinata, hampir saya Hinata melayangkan pukulan jika tidak merasakan tubuh pemuda itu mulai beranjak pergi darinya. Pemuda itu bernama Himura Sai yang kebetulan berada dalam peristiwa yang menimpa Gaara beberapa hari yang lalu. Setelah mendapatkan kapur yang berada di belakang Hinata, Sai kembali tersenyum misterius dan menggambar pada papan tulis berbagai macam binatang dengan wajah teman-temannya di bagian kepala.

"Ehm, ada tugas untuk kelas ini dari Kakashi Sensei" Hinata memberanikan diri mendekati Sai dan menyodorkan kertas kepada Sai.

"Aku bukan ketua kelas" Sai menjawab tanpa melihat langsung pada Hinata.

"L-lalu siapa?"

"Shikamaru" jawabnya singkat masih fokus dengan gambarannya.

"B-bisa kau beri tahu aku yang mana Shikamaru"

Kemudian Sai menoleh dengan senyum yang tak sampai mata kepada Hinata "Kau mengganggu sekali"

Hinata tersentak mendengar jawaban Sai yang sangat lugas. "Ah maafkan aku" setelah itu Hinata menunduk. Mengerti percuma untuk menanyakan ketua kelas kepada murid di kelas ini, Hinata kembali mencoba menyampaikan tugas yang seharusnya memang ia sampaikan. Kesal setelah mencoba untuk meminta perhatian dari mulai dengan suara halus hingga keras akhirnya Hinata menggebrak papan di belakangnya dengan penghapus.

BRAK!

Seketika kelas menjadi hening dan tatapan tajam mengarah pada Hinata.

"Kau sedang mencari masalah" tanya seseorang dengan tindik di sebagian wajahnya.

"T-tidak. Aku hanya menyampaikan tugas Kakashi Sensei"

"Bukankah kau saudara setan merah itu" tanya pemuda itu lagi

"M-m-maaf ?"

"Yang berkelahi dengan Uchiha beberapa hari lalu"

"Ya, dia Gaara bukan setan merah seperti katamu" wajah Hinata mulai memerah dengan tatapan tajam tanpa kegugupan dalam setiap katanya. Sedangkan pemuda itu hanya balas menyeringai.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka menampilkan sosok yang baru saja dibicarakan. Hinata menoleh spontan ke arah onyx yang juga mengunci ametisnya. Keduanya saling menatap beberapa saat. Tidak lama kemudian pria Uchiha itu melangkah menghampiri Hinata.

"Wo wo wo ada apa ini kau tiba-tiba ada di kelasku. Apa kau mulai merindukanku" ujarnya santai dengan senyum menggoda menghiasi wajahnya. 'Demi tuhan dari sekian banyak kelas kenapa ia harus berada di sini' batin Hinata dengan lirikan tajam pada manusia yang berada di hadapannya sekarang.

"Menyingkirlah aku tidak memiliki urusan denganmu" jawab Hinata kesal menahan amarah yang dari tadi ingin menari-nari ke permukaan. Ia tidak akan terpancing permainan pemuda itu dan membuat pertunjukan lagi dengan lakon yang sama pula. Tidak setelah semua orang tahu tawaran gila Uchiha Sasuke untuk menjadi pemuas nafsu busuknya.

"Baiklah-baiklah kau terlihat sedang datang bulan sayang. Aku akan membiarkanmu terlebih dahulu" dahi Hinata mengernyit mendengar ucapan Sasuke barusan. Namun ia lebih memilih mengabaikannya dan melanjutkan menuliskan tugas dari Kakashi Sensei dan kemudian menerangkan tugas tersebut sesuai permintaannya.

"Kumpulkan paling lambat besok pukul 12 siang di meja Kakashi Sensei" Hinata siap-siap akan pergi sebelum suara pemuda paling tidak ingin ia temui terdengar kembali.

"Bagaimana jika aku tidak mau melakukannya"

"Aku tidak peduli"

"Jika aku tidak mengerjakannya itu artinya seluruh kelas ini tidak akan mengerjakannya" sektika Hinata teringat perkataan Kakashi Sensei 'Pastikan mereka mengumpulkan tugas ini, jika tidak kau juga harus bertanggung jawab Hyuga'. Langkah kedua Hinata terhenti dan tidak hanya terhenti tapi tubuhnya memutar menghadap Sasuke.

"BENARR" terdengar seisi kelas mendukung pria di hadapannya ini. Hinata benar-benar kesal dengan kelas ini. Namun ia kembali menelan kekesalannya dan memohon kepada seisi kelas agar mengumpulkan tugas tersebut.

"Percuma saja melakukannya mereka tidak akan mendengarkanmu" ejek Sasuke.

"Kau bukan ketua kelas"

"Kheh, tidak perlu menjadi ketua kelas untuk mendapatkan dukungan mereka" Hinata tersenyum tidak percaya dengan tangan di pinggang mendengar perkataan Sasuke.

"Shika kau ingin menangani tugas ini?" Sasuke berteriak tanpa mengalihkan onyxnya pada perempuan di hadapannya ini.

"Ck, mendokusai. Kau saja Sasuke" Hinata melirik kepada sosok bernama Shikamaru yang terkenal dengan kejeniusannya. Benar ini baru pertama kalinya Hinata melihat pemuda yang begitu jenius tapi juga begitu malas. Sedari tadi ia melihat Shikamaru tertidur di atas mejanya.

"Kau dengar Hyuga" mendengar itu Hinata memejamkan matanya dan menengadahkan kepalanya.

"Baiklah, kuserahkan tugas ini padamu"

"Memohonlah"

"Huh?" Hinata kembali menautkan dahinya.

"Memohonlah kepadaku" jawab Sasuke datar.

"T-tolong kumpulkan tugas itu" alis Sasuke terangkat menunjukkan agar gadis itu melanjutkan ucapannya. Hinata menghela napas pasrah "K-kumohon".

"Ulangi lebih keras lagi sayang. Tolong kumpulkan tugas itu Sasuke-kun kumohon"

Dengan wajah merah padam Hinata menirukan kalimat Sasuke. "T-tolong kumpulkan tugas itu S-Sa-Sasuke kun kumohon". Melalui poni depannya Hinata melirik Sasuke yang memandang bibirnya sekilas entah itu benar atau hanya perasaannya saja. Sektika ia menggigit bibirnya teringat akan ciumannya dengan Sasuke tempo hari lalu.

"Tentu" Hinata mendongak menatap Sasuke yang membantunya begitu mudah. "Tapi, pulanglah bersamaku hari ini"

Jelas. Sasuke tidak akan membantunya begitu saja.

"Kau-" desis Hinata

"Ada apa denganku? Aku tampan? Aku tahu itu"

"Aku sudah bosan mengatakannya tapi aku memang harus mengatakannya. Kau adalah laki-laki paling menyebalkan di dunia ini. Demi tuhan kau benar-benar laki-laki paling perhitungan di dunia ini" cerocosnya frustasi.

"Aku tidak peduli. Berikan ponselmu" Sasuke terlihat senang terbukti ia tidak bisa menghentikan senyumnya dari tadi.

"Untuk apa?" balasnya sengit.

"Sudah berikan saja, aku tidak akan merusaknya"

Hinata menjauhkan tasnya dari jangkauan Sasuke. "Tidak mau" namun usahanya percuma mengingat ia terjepit antara pintu dengan tubuh Sasuke. Dengan mudah Sasuke mengambil tasnya dan menemukan ponsel gadis malang tersebut. Segera ia menekan-nekan ponsel tersebut yang kebetulan tidak tersandi.

Ia mengembalikan ponsel tersebut kepada Hinata "Aku sudah mengisinya dengan kontakku, aku akan menghubungimu nanti" dengan wajah kesal Hinata segera dan tanpa kata meninggalkan Sasuke.

"Yeah tunggu aku baby, aku mencintaimu, kemarilah baby" ocehan teman-teman Sasuke mengiringi kepergian Hinata.

.

.

.

.

Selesai dengan detensinya Hinata segera menuju ke kantin yang ia yakin teman-temannya sedang berada di sana. Benar saja Sakura dan Ino sedang menyantap semangkuk besar ramen. Hinata menjatuhkan bokongnya di samping Sakura dengan muka telipat-lipat. Ia melihat pandangan menuntut teman-temannya akan hal yang menimpa dirinya.

"Bisakah kita tidak membicarakannya saat ini. Aku sangat lapar, aku akan menceritakannya pada kalian nanti" jelas Hinata. Namun keduanya terutama ratu gosip kampus Yamanaka Ino masih menatap Hinata mencari keyakinan. "Aku janji" lanjut Hinata malas.

"Kupegang janjimu Nona Hyuga" Ino tersenyum lebar dan melanjutkan kegiatan makannya bersama Hinata yang tertunda. "Aku tidak sabar mendengarnya pig" ujar Sakura kepada Ino.

"Tenang saja forehead kita akan segera mendengarnya. Dia sudah berjanji ingat itu" sedangkan orang yang dimaksud memutar ametisnya sebal. Tidak lama kemudian Hinata bergabung dengan temannya menyantap ramen dan berbicara hal-hal lain sesekali. Setelah acara santap ramen selesai Sakura dan Ino menuntut janji yang diberikan Hinata. Dan setengah jam berlalu dengan cerita pertunjukkannya dengan Uchiha babak lanjutan.

"Benarkah?" tanya Sakura terkejut.

"Ya dan kau tidak perlu mengingigatkanku lagi tentang semua ini"

"Aku turut berduka cita untukmu Hinata" dengan senyum kecut Sakura mengelus pundak Hinata.

"Sudahlah aku tidak ingin membahasnya, lagi pula aku tidak akan menuruti kemauannya untuk pulang bersama. Lebih baik kita masuk kelas selanjutnya" Ino dan Sakura mengangguk setuju dan melanjutkan kuliah mereka.

Sesampainya di kelas Hinata membuka ponselnya namun sesuatu yang mengejutkan kembali terjadi. Ponselnya tersandi. Seingatnya ia tidak pernah menyandi ponselnya karena ia tidak memiliki hal yang perlu disembunyikan. Tidak lama kemudian ponselnya berbunyi dengan nama yang sangat menggelikan "My Life" tentu ia tahu siapa My Life.

"HEII" tanpa sadar Hinata berteriak kepada seseorang diujung sana. Dan lagi-lagi berpasang-pasang mata menatapnya. Sakura dan Ino menatap heran dan meminta penjelasan melalui pandangannya. Hinata hanya menggelengkan kepalanya dan menyengir maaf kepada seluruh kelas.

"M-maaf teman-teman" setelah meminta maaf Hinata segera keluar dari kelas dan kembali mengangkat ponselnya. Terdengar gelak tawa yang sangat puas di ujung sana.

"Kau benar-benar keterlaluan brengsek" umpat Hinata.

"Kau baru menyadarinya" katanya dengan suara geli. "Jadi kau akan- tidak, pasti pulang bersamaku kan?"

Tidak ada jawaban dari Hinata

"Baiklah, kau diam berarti iya. Jam berapa kelasmu selesai?"

"Tiga" Hinata mendengus.

"Aku akan menjemputmu di-"

"Parkiran belakang" potong Hinata

"Tidak masalah, aku menunggumu. Jangan merindukanku sa-" Hinata langsung menutup ponselnya dan kembali ke kelas.

Selama kelas berlangsung Hinata berusaha sangat keras untuk tidak mengulangi kebodohannya lagi. Tidak dengan detensi yang menantinya. Alhasil jam terasa berjalan sangat lambat hanya untuk satu menit saja.

Akhirnya kelas selesai juga. Sakura dan Ino langsung menyerbunya dengan berbagai pertanyaan usai kelas. Hinata kembali memberitahu musibah yang menimpanya.

"Oh tidak Hinata-chan. Apa kau membawa pisau lipat?" Ino terlihat panik

"Aku tidak ingin dan tidak akan membunuh siapapun Ino-chan" jelas Hinata

"Ah maafkan aku" Hinata tersenyum mendengar sahabatnya mengkhawatirkannya.

"Apa kau membawa paper spray Hinata?" tanya Sakura. Hinata menggeleng lemah "Aku lupa". Sakura tampak merogoh-rogoh tasnya kemudian menyodorkan paper spray miliknya "Gunakan milikku".

"Ah terima kasih Sakuran-chan" kemudian Hinata memeluk Sakura sekilas

"Bukan masalah, aku tidak bisa membantu banyak. Jika terjadi sesuatu langsung saja kau telpon kami. Kau mengerti Hinata" sedangkan Hinata hanya mengangguk pasrah.

"Semoga Tuhan melindungimu Hinata-chan" ujar Ino.

"Baiklah berhati-hatilah" setelah mengucapkan hal tersebut Hinata berpisah dengan teman-temannya.

Ia berjalan kelewat santai tak ingin cepat-cepat bertemu chiken butt tersebut. Bahkan ia membeli sekotak susu dan snack terlebih dahulu sambil memakannya perlahan. Parkiran belakang tempat yang paling tidak ingin di kunjunginya saat ini. Dan cepat atau lambat akhirnya ia sampai juga.

Telah bertengger manis sebuah mobil jeep yang terlihat gagah dan tentu saja dengan harga selangit. Hinata mendekati mobil tersebut namun tidak ada siapapun dalam mobil tersebut.

"Hey aku ada di sini" suara Sasuke mengejutkannya. Ia berada di balik tembok dekat Hinata. Namun yang lebih mengejutkan lagi ia tampak babak belur dengan beberapa bekas darah yang sudah mengering di bajunya. Hinata mengernyit bingung dengan kondisi ini. Bagaimanapun ia tidak akan tega membiarkannya kesusahan berdiri begitu saja. Ia beranjak mendekat dan memegang bahu Sasuke, namun dengan cepat pemuda itu menepisnya.

"Jangan mengasihaniku" desisnya tajam.

"Kau terlalu percaya diri. Kau ingat betul siapa yang menyuruhku kemari. Dan menyelasaikan permasalahan ini" dengan sarkas Hinata menjawab dan menggoyang-goyangkan ponselnya di muka pria itu. Dengan kondisi yang seperti ini Sasuke masih bisa menyeringai ke arahnya. Kemudian Hinata membiarkan pemuda itu berjalan perlahan sambil memegang daerah perutnya. Hinata tentu saja cemas tapi apa yang bisa dilakukannya mengingat seberapa besar ego Sasuke untuk sekedar menerima bantuannya. Alhasil ia hanya berjalan di belakang Sasuke bersiap-siap jika Sasuke terjatuh.

"Kau yakin kau bisa mengemudikannya" cemas Hinata ketika Sasuke sudah berada di belakang kemudinya.

"Kheh, kau meremehkanku"

"Aku hanya mencemaskan nyawaku" jelasnya kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Sepanjang perjalanan hanya di isi dengan keheningan dan sesekali rintihan yang lolos dari bibir Sasuke. Diam-diam Hinata melirik Sasuke melalui ekor matanya, ia cemas tidak sangat cemas kondisi Sasuke saat ini sangat buruk. Tanpa sadar tangannya bertautan dan saling meremas.

"Berhentilah, biarkan aku yang menyetir" akhirnya Hinata membuka suara untuk pertama kali.

"Jangan harap" balasnya ketus

"Uh, terserah" dan tidak ada lagi pembicaraan setelah itu. Tidak ada lagi perdebatan dan godaan. Sesampainya di depan apartemen Hinata keduanya terdiam. Ingin Hinata segera keluar dari mobil ini namun untuk apa ia pulang bersama laki-laki itu jika ponselnya tidak kembali seperti semula. Akhirnya ia mencoba mengalah dan kembali mengahadap Sasuke. Namun yang dilihatnya sungguh mengejutkan terlihat darah yang semakin pakat di area punggung hingga ke pundaknya bahkan wajahnya sudah mulai pucat.

"K-kau berdarah" Hinata menatapnya horor.

Sedangkan Sasuke dari tadi hanya menumpangkan kepalanya di bagian stir dan bergumam "Tidak perlu menjelaskannya". Hinata bingung dan kesal dengan Sasuke dengan kondisi seperti ini ia masih saja egois. Ia membuka pintu mobil Sasuke namun pintu tersebut masih terkunci, akhirnya ia hanya diam menunggu sampai lelaki itu membuka pintunya. Cukup lama keheningan terjadi dan Sasuke masih pada posisinya tidak bergerak sedikitpun membuat Hinata semakin cemas.

"Buka pintunya"

"Untuk apa" ternyata perkiraan Hinata salah dikiranya laki-laki itu sudah tidak sadarkan diri bagaimapun juga ia merasa lega ketika Sasuke menjawabnya.

"Ada kotak P3K di apartemenku kau bisa menggunakannya"

"Kheh, kau mengkhawatirkanku?"

"Aku hanya tidak ingin kau mati saat bersamaku" sebenarnya Hinata bingung akan menjawab apa. Melihat ego sasuke yang masih saja tinggi jawaban sarkasme yang akhirnya keluar dari bibir manisnya

"Tenang saja aku tidak akan mati hanya karena ini"

Hinata bingung harus berbuat apa lagi sedangkan ia sungguh tak tahan melihat darah yang semakin terlihat jelas tercetak di kemeja Sasuke.

"Demi tuhan Uchiha tidak bisakah kita mengobati lukamu dulu, atau pergi ke rumah sakit" teriak Hinata frustasi.

"Dan dengan kesempatan itu kau akan kabur, hmmm"

"Apa yang ada di pikiranmu bodoh" Hinata tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu.

"Ya, sedetik setelah aku membuka pintu kau akan berlari. Jangan kira aku tidak tahu"

"Dengar, kau masih menyandi ponselku. Aku t-tidak akan lari k-kemanapun" Hinata membujuk Sasuke sekuat hati. Tidak lama pemuda itu mengangkat kepalanya menghadap Hinata.

"Berjanjilah"

"A-aku janji"

"Kalau begitu cium aku"

"APA?!" ametis Hinata seakan ingin keluar dari tempatnya saat ini juga. "Hei apa makudmu?" ungkapnya tidak terima.

Sasuke hanya mengedikkan bahunya "Kau sudah berjanji ingat"

"Tapi-"

"Kalau tidak mau jangan harap kau dapat keluar dari sini" Hinata tidak memiliki pilihan lain bukan? Ia hanya perlu memutar otak sama seperti yang Sasuke lakukan.

"B-baiklah, hanya c-ciuman kan?" tanyanya ragu dengan wajah merona. Dan seketika itu pula wajah Sasuke menatap Hinata. Raut terkejut terpampang sepersekian detik di wajahnya sebelum kembali datar.

"Kalau kau mau lebih tidak-"

"Tidak!" potong Hinata cepat. "Tapi berjanjilah padaku bahwa hanya ciuman". Sedangkan Sasuke menautkan kedua alisnya melihat tingkah aneh perempuan itu. "M-maksudku kau seorang Uchiha bukan? Dan tentu kau bukan pengecut yang mengingkari j-janji" jelas Hinata tanpa menatap lawan bicaranya sekalipun, ia terlalu sibuk menyembunyikan rasa malu dan kegugupannya saat mengatakan hal tersebut.

"Ya tentu" jawab Sasuke akhirnya. Setelah Sasuke menyanggupi permintaan Hinata terjadi keheningan sejenak. Hinata yang memantapkan hatinya untuk mengilhlaskan bibirnya bersentuhan dengan kulit Sasuke. Dan Sasuke menunggu dengan tidak sabar yang ia tahan.

"Tutup matamu"

"Kau banyak permintaan Hyuga" decak Sasuke mulai dibuat sebal oleh Hinata.

"Sudahlah tutup saja" kemudian setelah Sasuke menuruti kemauan Hinata ia mulai bergerak ke arah Sasuke. Dengan segenap keberanian yang ia kumpulkan dan rona merah yang ada di wajahnya ia mulai bergerak ke arah Sasuke mendengar pergerakan dari arah Hinata dan tidak lama kemudian ia merasakan hangat nafas dengan bau lavender lembut menyapa indra penciumannya. Hangat nafas tersebut terasa sangat dekat dan membuatnya nyaman.

CUP

Setelah mencium Sasuke perempuan dengan mahokta indigo yang indah itu kembali membantingkan dirinya ke jok dengan memandang ke luar jendela.

"Hei, apa itu barusan?" Sasuke menggeram rendah antara kesal dan menahan sakit di tubuhnya.

"C-ciuman seperti yang kau inginkan"

"Ya tapi aku menginginkannya di bibir bukan di pipi"

"Kau sudah berjanji sebaiknya kau tepati janjimu Uchiha. Sekarang buka pintunya" dengan mendengus kasar Sasuke akhirnya membuka kunci pintu mobilnya.

Cklek

Hinata segera membuka pintu mobil tersebut dan berlari ke dalam apartemennya sedangkan sepasang onyx terus memperhatikan Hinata. Sasuke tertawa remeh bahwa gadis itu akan mengambil kesempatan seperti yang ia katakan lagi. Namun Sasuke segera terdiam ketika Hinata kembali dengan 2 buah payung yang sudah ada di kepalanya dan 1 lagi di tangannya.

Terlalu terkejut dengan kenyataan bahwa Hinata pergi ke dalam untuk mengambil payung ia tidak menyadari keberadaan Hinata yang telah berada di sampinh pintunya. "Cepat buka pintunya Uchiha-san. Salju mulai turun". Melihat Hinata yang terlihat kedinginan Sasuke langsung membuka pintunya dan menerima payung yang di berikan padanya tanpa berniat membuka.

"Untuk apa aku membawa payung jika tidak kau gunakan"

"Payungmu cukup besar untuk kita berdua" lelah dengan perdebatan yang tak ada hentinya. Akhirnya Hinata memilih untuk diam dan berjalan berdua dalam satu payung. Setibanya di dalam apartemen Sasuke langsung menjatuhkan dirinya di sofa empuk milik Hinata. Matanya menjelajahi seluruh ruangan dengan pandangan yang sayu. Kemudian sebelah tangannya ia angkat ke dahi untuk menghalau sinar lampu yang sebenarnya cukup redup. Tak lama kemudian ia menyembunyikan onyxnya yang indah di balik kelopak matanya.

Hinata berjalan menghampiri Sasuke dengan kotak obat di tangannya. Ia tertegun melihat Sasuke tertidur pulas di sofanya. Ia bingung antara membiarkannya tertidur atau membangunkannya bagaimanapun juga ia ingin Sasuke agar segera keluar dari apartemennya. Hanya saja ia tak cukup tega membangunkan pemuda itu dengan kondisi yang mengenaskan walau sebenci apapun Hinata kebetulan Sasuke adalah manusia ditambah dengan darah yang saat ini keluar dari tubuhnya.

Setelah memutuskan membiarkan Sasuke tertidur perempuan dengan mahkota indigo yang indah itu segera berkutat di dapur sederhana miliknya untuk menyiapkan makan malam. Hinata kembali dibuat kebingungan dengan menyipkan makan malam untuk pemuda tersebut atau tidak. Tanpa sengaja sup yang mendidih tersebut muncrat mengenai tangan Hinata sehingga membuat tangan itu melepaskan pegangan pada mangkuk yang di bawanya.

PYAR

Mendengar suara berisik Sasuke langsung terbangun dari tidurnya dan mengedarkan pandangannya mencari asal suara yang membangunkannya. Pandangannya jatuh pada Hinata dengan ekspresi kaget sambil menatap ke bawah. Sasuke mengikuti arah pandangan Hinata dan menemukan mangkuk yang terpecah-pecah. Sasuke segera berdiri untuk menghampiri Hinata.

"Kau ceroboh sekali" ucapan Sasuke membuat Hinata tersentak akan keberadaannya yang tiba-tiba.

"Kau suka sekali mengagetkan orang" balas Hinata setelah pulih dari keterkujutannya.

Sasuke terlihat sedikit lebih baik setidaknya ia tidak terlihat sepucat seperti tadi. Melihat kaki Hinata berdarah akibat serpihan pacahan kaya yang menancap di kakinya ia dengan spontan menarik lengan Hinata untuk menjauh.

"Minggirlah biar aku yang membereskan" ujarnya datar.

"U-untuk apa?" akhirnya Hinata menuruti Sasuke setelah mendapatkan deathglare dari laki-laki itu. Di lihatnya Sasuke dengan tangkas membersihkan serpihan kaca dengan sapu dan sekop yang ada. Setelah selesai dengan hal itu Sasuke kembali menarik Hinata duduk di sofa tanpa Sasuke sadari hal itu membuat gadis yang digenggamnya itu menegang.

"Luruskan kakimu" perintah Sasuke

"Hmm?"

"Bisakah kau lakukan saja yang kuperintahkan!"

Mendengar Sasuke yang berbicara dengan volume dan nada tinggi Hinata akhirnya menuruti perintah Sasuke. Kemudian Sasuke yang duduk sampingnya segera meletakkan kaki Hinata yang terluka di pangkuannya. Kemudian ia mulai membersihkan kaki Hinata dari seprihan yang masih tertinggal di kakinya. Perih yang dirasakannya membuat Hinata menutup mata dan tanpa sadar tangannya memegang lengan Sasuke cukup kuat. Setelah dirasakannya tidak ada aktivitas lagi tangan Sasuke di kakinya Hinata membuka mata dan Sasuke yang menyeringai ke arahnya menyambut pemandangannya. Dan seketika itu Hinata melepas pegangannya pada lengan Sasuke. Sasuke kembali mengobati kaki Hinata.

"Sudah"

"Uh, t-terimakasih" ucap Hinata dengan muka merah seperti buah kesukaan Sasuke. Setelah terdiam sesaat Hinata mengintip Sasuke melalui poninya ia kembali ingat dengan luka Sasuke.

'Tuhan kenapa jadi dia yang mengobatiku, dasar payah' batin Hinata.

"A-aku akan mengobati lukamu"

"Kau saja terluka bagaimana kau mengobatiku" tantang Sasuke.

"Yang terluka kakiku bukan tanganku" kemudian terdengar kekehan dari bibir pemuda itu

"Baiklah" setelah menyetujui bantuan Hinata pemuda itu membuka kemeja yang dikenakannya. Dada Sasuke terlihat bidang dengan bau maskulin tercamur darah yang menguar dari tubuhnya membuat pemuda itu terlihat semakin seksi. Ada beberapa luka yang terlihat sudah lama mengering di dada Sasuke membuatnya terlihat semakin jatan. Juga tato yang berada tepat di bagian perut Sasuke berbentuk lingkaran dengan tulisan-tulisan rumit di sekitarnya (a.k.a segel Naruto) membuat Hinata tanpa sadar tertegun lama melihat pemandangan indah di hadapannya.

"Terpanah eh" Sasuke kembali menggoda Hinata sambil mendengus geli. Tersadar akan kekagumannya pada pahatan tubuh Sasuke perempuan dengan suarai indigo tersebut segera mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Setelah mengatasi rasa malunya akhirnya Hinata mengambil kapas dan alkohol segera membersihkan luka-luka Sasuke. Sapuan halus kulit Hinata di permukaan kulit Sasuke membuatnya menegang beberapa saat kemudian lama-kelamaan membuatnya terasa nyaman. Sesekali Sasuke meringis kala dinginnya alkohol menyentuh lukanya yang masih basah.

"Tahanlah sebentar" Hinata melanjutkan aksinya membersihkan luka Sasuke. Lukanya terlihat cukup dalam dan panjang membuat Hinata ngilu hanya melihatnya saja. Lukanya yang melintang cukup panjang dari dada hingga pinggang Sasuke ke belakang tanpa sadar memperpendek jarak keduanya. Kemudian Hinata merasakan lengan kekar Sasuke melingkar di pinggangnya ringan tanpa benar-benar membatasi gerakan Hinata untuk mengobati lukanya.

"Uchiha-san ap-"

"Diamlah, lanjutkan saja pekerjaanmu" bahkan saat ini Sasuke juga menyandarkan kepalanya ke bahu kecil Hinata.

Dengan muka yang merah padam Hinata dan berusaha berkonsentrasi mengobati luka Sasuke.

"B-bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Hinata tiba-tiba. Mengerti maksud dari pertanyaan Hinata, Sasuke kemudian menghela napas pelan di ceruk leher Hinata membuat gadis lavender itu kegelian tanpa disadari oleh Sasuke.

"Kau tidak perlu tahu kecuali kau ingin berbagi kehangatan denganku. Aku dengan senang hati akan memberi tahumu" Sasuke menyeringai setelah medengar decakan lolos dari bibir Hinata.

Setelah selesai membersihkan Hinata mengoleskan salep untuk menyembuhkan lukanya. Setelah selesai ia kembali duduk di hadapan Sasuke dengan tangannya yang terampil berkutat dengan perban yang mulai melingkari bagian dada hingga pinggang Sasuke. Sedangkan tangan Sasuke masih setia bertengger di samping pinggang Hinata.

"Selesai" dengan begitu sentuhan-sentuhan tangan Hinata meninggalkan permukaan kulit Sasuke. Pemuda itu tampak tidak menyukai sentuhan-sentuhan itu berakhir. Ia kembali mengambil tangan Hinata dan di letakkannya di dadanya.

"Ini masih sakit, usaplah" Hinata semakin kaget dengan tindakan yang Sasuke lakukan belum lagi kenyataan bahwa pemuda itu juga menjadi manja saat sakit. Dan entah kenapa Hinata tidak menolak ide Sasuke untuk mengusap dadanya.

"Kenapa tidak mau tidur denganku?" dahi Hinata bertaut mendengar pertanyaan Sasuke.

"Kenapa harus? Kau bukan orang yang kucintai"

"Banyak orang bisa tidur dengan orang lain tanpa cinta"

"Aku bukan termasuk orang-orang itu" jawabnya malas. Tanpa disadari kini ia tidak lagi tergagap saat bicara dengan Sasuke.

"Aku suka disentuh olehmu"

Hinata tunduk terdiam mendengar perkataan Sasuke.

Krryuuk

Mendengar suara protes perut Sasuke yang cukup nyaring Hinata perlahan mendongakkan wajahnya hingga ametisnya bertemu padang dengan onyx milik Sasuke. Kemudian tanpa sempat ditahan gelak tawa Hinata terdengar memenuhi pendengaran Sasuke. Sasuke hanya bisa balas menyeringai kepada Hinata. Melihat tawa lepas Hinata saat ini membuat Sasuke terhipnotis nyatanya gadis itu tidak pernah tertawa lepas seperti ini di hadapannya atau karenanya. Selama ini hanya sumpah serapah, dengusan, sarkasme dan hal buruk lainnya yang selama ini ia terima. Maka hal ini adalah momen yang langka dan berharga baginya melihat tawa lepas dan senyum tulus gadis tersebut. Semua itu membuat Hinata semakin menarik di mata Sasuke dan semakin ia memiliki gadis itu di ranjangnya-

atau di hatinya.

Hinata masih saja tertawa sambil memegangi perutnya tidak menyadari bahwa jarak antara dirinya dengan Sasuke semakin menipis. Ketika tawanya mulai mereda dan pandangannya mulai terfokus dengan objek di depannya sisa tawa Hinata seketika lenyap. Mendadak ia menjadi tegang ketika Sasuke terus saja memajukan wajahnya hingga ia bisa merasakan napas sasuke menerpa wajahnya. Ia kembali teringat tekstur bibir Sasuke yang kuat, kasar dan mendominasi ciuman Sasuke beberapa kali. Jantung keduanya berdegup kencang tanpa mereka sadari. Hinata masih berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak terbuai oleh bayangan-bayangan kenikmatan yang tidak pernah di akuinya tersebut, Namun terbersit secuil keinginan untuk menyambut segala sesuatu yang akan Sasuke lakukan saat ini padanya. Logika Hinata memenangkan pertarungan menyentak hatinya dan menyadarkannya bahwa pemuda di hadapannya saat ini adalah musuhnya orang yang telah menghajar Gaara.

Kaki Hinata mulai beranjak dari sofa sebelum Sasuke menahan sebelah tangannya dan membuat perempuan itu kembali terduduk serta memulai kontak mata mereka kembali. Dengan jarak yang sangat dekat Hinata mengambil napas dan menolehkan kepalanya ke samping hingga ujung hidung Sasuke bergesekan dengan pipi Hinata.

Masih dengan tangan kanannya yang digenggam pemuda bersurai hitam itu ia kembali merasakan bibir Sasuke kini tidak hanya sekedar bersinggungan dengan pipinya. Namun bibirnya mengecup pipi pualam Hinata yang merona hebat.

Dikecup pipi mulus tersebut dengan perlahan, kecupannya terus turun ke rahang Hinata. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk menahan sisi wajah Hinata agar berhadapan. Dikecupnya dagu Hinata rasanya ia menggilai kulit atau segala sesuatu yang ada pada diri Hinata. Bibirnya bergerak ke atas perlahan hingga berada tepat di bibir lembut dan manis Hinata. Pertama dikecupnya perlahan bibir mungil tersebut tanpa ada balasan dari pemiliknya. Melalui ekor matanya dilihat Hinata memejamkan matanya rapat-rapat. Kemudian kecupan itu berubah menjadi lumatan-lumatan yang siap menghancurkan pertahanan Hinata. Namun Hinata masih kekeh tidak membalas ciumannya, digigitnya sedikit keras bibir Hinata membuat perempuan itu memekik tak sadar. Satu tangan Hinata yang bebas bertengger mencengkram bahu Sasuke tanpa benar-benar menyakitinya.

"Akh-" segera setelah celah kecil tercipta di bibirnya Sasuke memasukkan lidahnya menjelajahi rongga mulut Hinata. Lidahnya mengajak lidah Hinata untuk menari bersama diiringi alunan musik dari decapan bibir mereka. Bibir Sasuke terus mengeklaim kehangatan bibir Hinata seakan bibir akan menyiksanya jika ia meninggalkannya barang sedetik saja. Melalui ciumannya Sasuke meyakinkan Hinata untuk membalasnya ditambah dengan tangan sasuke yang mengelus sisi wajah Hinata.

Mengerti kode yang dilakukan Sasuke, Hinata berusaha untuk mengabaikannya. Namun semakin ia menolak bibir Sasuke semakin membuatnya terlena. Hingga tanpa sadar ia mulai menggerakkan bibirnya perlahan mengikuti ritme yang diciptakan pemuda itu. Ia terlihat sangat kaku dan malu melakukannya namun lidahnya sepertinya bergerak sejalan dengan hatinya dan meninggalkan logikanya. Jika bukan pukulan di dadanya karena pasokan udara di paru-paru Hinata yang habis mana sudi ia meningglakan bibirnya yang menjadi candunya. Bibir keduanya berpisah namun dalam jarak yang masih dekat. Ia mendengar Hinata yang menghirup udara secara kasar untuk membuatnya tetap hidup.

"Apa-"

"Aku tidak tahu. Tidak tahu" lirih Sasuke dengan kening mereka yang saling menempel. "Yang aku tahu aku menginginkannya dan mungkin juga kau" setelah mendengar penuturan Sasuke ia berusaha memalingkan wajahnya jika saja tangan Sasuke tidak menahan kedua sisi kepalanya untuk tetap menatapnya.

"K-kita tidak seharusnya melakukannya Uchiha" suara Hinata kembali terdengar gugup.

"Sasuke-kun. Panggil aku Sasuke-kun"

"Tidak akan pernah Uchi-" ucapannya kembali terpotong oleh ciuman Sasuke.

"Kubilang panggil aku Sasuke-kun atau kau memang menyukai ciumanku huh?" ujarnya dengan suara rendah dan dingin. "Sekarang katakan!" masih dengan kening yang saling bertaut Sasuke menanti Hinata menyebutkan namanya.

"S-s-sa-su-k-ke-kun" ucapnya dengan susah payah. Kemudian dirasanya Sasuke kembali mengecupnya ringan di dahinya. "A-aku bingung" akhirnya kata itu yang keluar dari bibir Hinata.

"Hm, aku tahu. Tapi aku suka kebingungan ini, begitu manis. Sampai nanti aku tahu arti kebingungan ini kau tetaplah bersamaku biarkan aku di dekatmu" Hinata terdiam mendengar perkataan Sasuke jenak ia merasa sangat bahagia ia merasa begitu diinginkan. "Kau mengerti Hinata" terhipnotis oleh cara Sasuke memanggil nama Hinata mengangguk menyetujui permintaan Sasuke.

Tbc

Baiklah semua cukup update kali ini semoga kalian menyukainya. Dan lagi-lagi maaaaaaaf sangat-sangat maaaaf jika saya updatenya terlalu lama. Tapi saya akan berusaha untuk terus melanjutkan cerita ini sampai selesai.

Terimakasih untuk seluruh dukungannya dari teman-teman sekalian untuk fanfiction abal ini. Dukungan dari mina-san yang terus menunggu update cerita itu sungguh membuat saya terharu. Yang nggak pernah bosen sama cerita ini, mungkin juga yang uda mulai males dan bosen terimakasih kalo masih nyempetin baca fanfic Hug for me guys, I love you and thank you so muuuuuch

Kritik dan saran kalian sangat berarti bagi saya.

Dan terakhir sampai jumpa chapter depan

Suarabaya, 15 Agustus 2017

Salam hangat

Lea Harrold