Disclaimer: Naruto, shikamaru ataupun Ino bukan milikku. Mereka buatan Kishimoto Masashi-Sensei
Note: Thanks banget untuk semua yang sudah review. Jujur, aku seneng banget baca komentar kalian. Jangan berhenti review yah. Oh ya tentang isi kotak pink itu, semua yang ada di pikiran readers sudah benar, mungkin ke depannya aku bakalan ubah fanfic ini ke rate M karena banyak adegan dewasa. Selamat membaca! Jangan lupa review yah!
IBUUUUUUUUU
Tenanglah Shikamaru tidak menyuarakan apa yang ada di pikirannya. Namun matanya yang terbelalak tentu tertangkap oleh sang akuamarin Ino yang mulai mengerutkan kening bingung
"memang itu benda apa, Shika?" tanya Ino dengan raut wajah penasaran. Sementara yang ditanya, hanya menatap Ino dengan tatapan 'masa kamu nggak tahu ini apa'. Ino balas menatapnya dengan tatapan 'memangnya ini benda apaan yang harus aku tahu'
"Ino, beneran kamu nggak tahu benda ini?" tanya Shika juga dengan raut wajah penasaran, yang ditanya hanya menggeleng sambil menatap benda yang 'ayolah, jujur aku juga nggak tahu bagaimana bentuknya'
"memang itu benda apaan, shika?" tanya Ino lagi, masih dengan mata mengamati benda pemberian Ibu Shikamaru. Oh Tuhan, Kenapa gadisku sangat polos? Batin Shikamaru
"Ini bukan apapa, Ino" tutur Shikamaru, dengan cepat menutup kotak pink tersebut dan memasukannya ke dalam lemari, tak lupa menguncinya.
"kenapa kau memasukkannya lagi?"
"mendokusei Ino, kita tak membutuhkannya sekarang"
"lalu kapan kita membutuhkannya?" Shikamaru terdiam. Benar, kapan mereka membutuhkannya? Apakah setelah menikah? Atau setelah Ino lulus SMA? Atau saat mereka siap?
"saat kita siap, Ino" jawab Shikamaru akhirnya
"lalu kapan kita..."
"Mendokusei Ino, berhentilah bertanya. Sekarang kembali ke kamarmu dan istirahatlah. Besok kita akan mulai belajar" Ucap Shikamaru sambil mendorong gadis tersebut keluar kamarnya
"Ayolah, Shika. Aku bukan anak kecil yang harus tidur sebelum jam 9 malam"
"lalu kau mau apa?"
...
"atau kau ingin tidur denganku?"
"TIDAK SHIKA BAKA" teriak Ino dengan wajah memerah
"Ya sudah, kembali ke kamarmu. Aku ingin istirahat" ucap Shikamaru lalu tanpa menunggu respon Ino, pria itu menutup pintu kamarnya, meninggalkan gadis yang masih mematung di sana dengan wajah cemberut dan memerah. Tak tahukah gadis itu bahwa Shikamaru sedang menahan sesuatu di bawah sana.
0Oo
"Bibi, di mana Dia?" tanya Ino, yang langsung duduk di meja makan sambil mengambil potongan apel yang tertata rapi di meja makan
"Siapa, Non?"
"Siapa lagi, Bibi. Pria nanas menyebalkan yang pemalasnya minta ampun yang tinggal di kamar tamu" jawab Ino, dengan nada dan wajah yang benar-benar kesal. Pembatunya hanya tersenyum
"Den, Shikamaru sepertinya belum bangun"
"WHAAATTTT"
Ini sudah jam 11 lewat 36 menit 17 detik dan pria nanas itu belum bangun. Ino saja sudah selesai mandi sejak jam 9 tadi pagi. Namun karena suatu alasan Ia tak keluar kamar, bahkan melewatkan sarapan pagi. Ino menunggu Shikamaru meminta maaf padanya tentang kelakuannya kemarin malam bahkan Ino sudah membayangkan seorang Shikamaru yang berlutut sambil meminta maaf dan membujuknya untuk sarapan pagi. Namun apa yang Ia dapat, hingga pada pukul 11:30:21 pria itu tak juga menampakkan diri hingga perut Ino tak sanggup lagi menahan lapar dan memilih turun ke meja makan.
Kini gadis itu tengah berjalan menuju satu-satunya kamar yang ada di lantai 1. Wajahnya memerah menahan amarah, kakinya Ia hentakkan pertanda kesal, bagaimana bisa pria itu masih tertidur sementara Ia telah menunggunya sambil kelaparan? Ino membuka pintu kamar yang nyatanya tidak dikunci, kaki jenjangnya berjalan menuju ranjang yang tengah ditiduri seorang pangerang
"RUSAAAA BAKAAAA BANGUN" teriak Ino keras, membuat beberapa pembantu di luar menutup telinga, sementara yang diteriaki hanya menggeliat berganti posisi dan kembali tidur.
"SHIKAAAAA" kali ini Ino berteriak sambil memukul makhluk yang berada di balik selimut dengan tongkat bisbol yang entah dimana gadis itu dapatkan.
"AW..AW...AW ...SIAPA YANG BERANI MEMUKULKU?" Teriak Shikamaru, yang langsung terbangun dari tidur cantiknya begitu merasakan punggungnya dipukul sesuatu. Onyxnya menatap sang pemukul
"Mendokusei, Ino. Apa kau tak bisa membangunkanku dengan cara yang benar?"
"Aku pikir ini cara yang paling benar untuk membangunkan seorang rusa pemalas" hardik Ino dengan nada tinggi, entah kenapa Ia begitu marah mendapati pria tersebut yang tidak merasa bersalah sama sekali. Shikamaru hanya memandang Ino sambil berpikir, Ini masih pagi dan rasanya Ia belum melakukan kesalahan sama sekali, kenapa gadis di depannya begitu marah.
"Ini masih pagi Ino, jangan teriak-teriak"
"Sekarang kau menjadi sangat jenius, sekarang hampir jam 12 dan itu kau bilang pagi, huh"
"Ya sudah ini masih siang Ino, jangan teriak-teriak"
"SHIKAAAA BAK-" Teriakan itu seketika berhenti ketika organ tempat keluarnya suara sang barbie dibungkam oleh organ tempat keluar sauranya sang nanas. kedua organ itu hanya saling menempel hingga salah satunya bergerak melumat, menghisap dan menggigit organ yang lain.
"Ahhh...hmm..." sang barbie mendesah begitu lidah sang nanas masuh ke mulutnya dan membelai lidahnya. Keduanya masih saling melumat hingga tak sadar Shikamaru telah menindih Ino. Ciuman itu berhenti ketika Ino sudah kehabisan nafas dan mendorong dada shikamaru
"kau bau, shika" lirih Ino dengan wajah memerah dan nafas terengah-engah
"kau juga sangat harum, Ino" Balas Shikamaru dengan seriangaiannya dan kembali mendekatkan wajahnya ke Ino. Sekelebat bayangan melayang di otak Ino, membuat gadis itu memalingkan wajah hingga Shikamaru hanya mencium pipinya.
"ada apa lagi, Ino?" Tanya Shikamaru yang merasa ditolak. Ino hanya diam sambil mendorong Shikamaru yang masih menindihnya hingga keduanya dalam posisi duduk
"ada apa, Ino?" tanya Shikamaru pelan, jari-jarinya menyisir rambut pirang Ino yang berantakan karena ulahnya
"jangan kau pikir, semua sudah selesai shika?" Ucap Ino tajam, jari-jari Shikamaru berhenti
"apa?"
"tentang kau dan temari"
...
"aku tahu kau tahu alasanku berada di rumah sakit"
"apa yang kau lihat tidak seperti apa yang kau pikirkan, Ino?" Shikamaru menjawab, onyxnya menatap sang akuamarin, mencari ketenangan
"Lalu apa yang harus kupikirkan?" balas Ino, masih dengan nada tajam
"kami tidak berciuman, Ino" Shikamaru menjawab pelan, tak ingin kembali bertengkar
"Yah kalian hanya saling menempelkan bibir, lalu kau menghisapnya..."
"Mendokusei, Ino. aku tidak menghisapnya" Suara shikamaru meninggi 1 kres
"Bagaimanapun kau menciumnya" Ino tak mau kalah
"Aku tidak menciumnya dia yang menciumku" Oh sekarang Shikamaru berteriak
"dan kau menikmatinya" nada Ino menurun, namun sangat dingin ditambah tatapan mengintimidasi
"Oh Tuhan, sampai kapan kau akan bersikap kekanak-kanakan? Dewasalah sedikit" Shikamaru tak tahan lagi. Otaknya mencari cara mengakhiri akitivitas yang merepotkan ini
"Oh jadi sekarang tipemu adalah wanita dewasa. Yah aku tahu, Temari pasti dewasa karena umurnya lebih tua dari padaku dan kau past-" Ino menghentikan celotehannya, demi mendapati mata shikamaru yang tak lagi memperhatikannya. Onyx itu sibuk memandangi benda yang tergantung di dinding yang menampilkan angka 04 Mei
"Ino, apa ini minggu periodmu?" Shikamaru berbisik, mata Ino melebar
"Bagaimana kau tahu, Shika?" Ino juga berbisik. Otaknya benar-benar mengagumi otak manusia di depannya, bagaimana bisa pria itu mengetahui sesuatu yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.
"makannya dia selalu saja marah-marah" gumam Shikamaru, tanpa sadar telah menyuarakan pikirannya
"Ini tidak ada hubungannya, Shika. Kau yang membuatku marah" Nada suara Ino kembali meninggi
"Dengar Ino, hari itu adalah hari terakhir Temari di Konoha dan Ia menyatakan perasaannya tapi aku menolaknya lalu tiba-tiba Dia menciumku, dan saat itu kau melihatnya. itu bahkan tidak sampai 1 detik Ino, dan aku langsung mendorongnya"
...
"Lalu aku bangun kesiangan karena aku harus mengerjakan semua pekerjaan untuk hari ini agar aku bisa mengajarimu, Ino"
...
"Alasan kenapa kau selalu ingin marah karena pada saat seorang perempuan dalam masa periodenya hormon progesteron akan mengubah bentuk reseptor sel otak pada otak kecil. Perubahan bentuk yang terjadi membuat sel otak tersebut akan sulit mengontrol perasaan cemas dan stres sehingga mareka akan sangat sensitif"
...
"dan kenapa aku mengetahui tanggal dapetmu, karena aku yang membelikan pembalut saat kau pertama kali dapet, Ino" Shikamaru mengakhiri penjelasannya. Ia menyibak selimut dan berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan gadis yang masih terpaku di tempat tidurnya. Otaknya masih memproses serentetan kalimat yang diucapkan shikamaru, hingga beberapa detik kemudian matanya membelalak. Bagaimana mungkin Shikamaru masih mengingatnya? Batin Ino
Flashback On
Suara tangis itu masih menggema di setiap sudut salah satu kamar mandi SD Konoha sejak 23 menit yang lalu. Si penghasil suara meremas perutnya yang terasa sangat sakit, wajahnya benar-benar pucat dibalut keringat dingin bercampur air mata yang terus berjatuhan sedari tadi. Seperti mendapatkan sebuah Ilham, gadis itu mengeluarkan ponselnya
"hiks...hiks...Bibi..."
Sementara di area lain, seorang anak berambut nanas berlari kecil menyusuri setiap kelas. Pasalnya, Ia mendapatkan informasi bahwa temannya yang berambut pirang tidak mengikuti kelas sejak pelajaran pertama. Mereka memang beda kelas, sang nanas berada di kelas VIA sementara temannya berada di kelas VID. Tubuh kecilnya masih menanyai satu persatu anak perempuan di sekolahnya, namun mereka hanya menggeleng pertanda tidak tahu hingga suara dering ponsel menghentikannya
"Halo, ada apa, ibu"
"Shika..."
O0o
"Ino?" Panggil sebuah suara, namun yang dipanggil hanya terdiam
...
"Ino, kau di dalam?"
"hiks...hiks...shika" tangis sang barbie yang tadinya berhenti kembali pecah
"buka sedikit pintunya. Aku akan memberikanmu sesuatu" Ino membuka pintu dan melihat tangan shikamaru menyembul bersama sebuah kantongan hitam. Ino segera mengambilnya dan menutup pintu
"Kata ibuku, kau harus menggunakan itu"
...
...
Ino keluar dari kamar mandi, akuamarinenya menghindari sang onyx, sungguh Ia sangat malu.
"supirku sudah menunggu di depan, kita langsung saja pulang"
"kita bolos?"
"aku sudah minta ijin, bilang kau sakit"
"tapi kau ada ujian matematika setelah makan siang, shika"
"Hn"
Tanpa menunggu respon gadis itu, shikamaru membuka pintu dan sedikit memaksa Ino masuk
Flashback Off
Bagaimana mungkin Shikamaru masih mengingat hal memalukan itu? Batin Ino
