Malam itu akhirnya Sehun dapat tidur dengan nyenyak, lengannya memeluk Luhan erat. Dalam hati ia berharap bahwa kepulangan Luhan bukanlah sebuah fatamorgana. Semoga Luhan tidak lenyap saat ia membuka mata nanti.

"Lu?"

Pagi itu Sehun terbangun tanpa Luhan disisinya, ia sangat panik dan langsung pergi mencari kekasihnya yang ternyata sedang memasak di dapur. Menatap figur mungil Luhan dari jauh sungguh membuat hatinya tenang.

"Lu, apa yang kau masak?" ia mulai mendekati kekasihnya. "Dakgangjong, cobalah," Luhan menyodorkan sepotong daging ayam yang masih hangat ke bibir Sehun. "hmm enak. Sejak kapan kau bisa memasak selain ramyun?" Sehun tertegun sejenak karena rasa masakan Luhan yang benar-benar enak. Selama mereka berpacaran, Luhan hanya bisa memasak ramyun ditambah telur, kemajuannya dalam memasak membuat Sehun terkejut. Pertanyaan Sehun hanya dijawab dengan kekehan kecil, "ayo makan sekarang." Walaupun penasaran, Sehun membiarkan pertanyaannya berakhir tak terjawab hingga sarapan berakhir.

"Kau ingin jalan-jalan sekarang?"

Sehun memalingkan pandangannya dari layar televisi, menatap Luhan lekat. Kau ingin jalan-jalan? kemana?" ia meraih pipi kekasihnya dan mencubitnya pelan. "Taman?" lelaki mungil itu memekik pelan karena cubitan yang mendarat dipipinya, lalu memukul tangan Sehun. "Baiklah ayo pergi,"

Pagi itu angin sejuk menerpa wajah Sehun yang tersenyum lebar seraya bermain ayunan dengan Luhan. "Aku lebih tinggi!" teriak Luhan. "Lu, nanti kau jatuh," Sehun menghentikan ayunannya sambil melihat Luhan yang mengayun semakin tinggi di udara. Benar saja, apa yang dikatakannya menjadi kenyataan, Luhan terjatuh dari ayunannya dan tersungkur, anehnya lelaki itu tidak mengeluh atau menangis. "Lu?" Sehun begitu terkejut saat Luhan justru tertawa kecil, "hun, aku mau es krim." "k-kau tidak apa-apa?" Sehun masih tertegun

"Cepatlah!" Luhan menarik tangan Sehun untuk menyebrangi jalan yang sedang ramai, "masih ramai lu, bahaya."

Lagi lagi kejadian didepan matanya membuatnya bingung. Sebuah mobil yang melaju kencang menabrak menembus Luhan. "L-Lu.." Jatungnya berdegup kencang, "ayolah, tidak ada yg bisa tersakiti disini.."

"Apa maksudmu 'disini'?"

Sehun tersentak membuka matanya namun buru-buru menutup matanya kembali karena cahaya yang begitu terang. "Luhan.."

Ia terbangun di sebuah kamar rumah sakit. "Akhirnya! Terimakasih Tuhan!" Chanyeol memeluk sahabatnya erat. "Luhan.. Mana.. Dimana Luhan?" Suara Sehun serak, matanya masih terpejam seolah tidak siap mendengar kenyataannya.

"Luhan sudah meninggal, hun, kau tahu itu." Chanyeol mengalihkan pandangannya dari sehun. Lelaki itu terlihat begitu rapuh setelah kepergian Luhan dan luka sayatan di pergelangan tangannya pun berkata demikian. "Hun, berhentilah mencoba bunuh diri. Kau membuat semua sahabat dan keluargamu cemas. Kau sudah terbaring disini tak sadarkan diri selama seminggu,"

Air mata mengalir di pipi sehun, "Aku membutuhkannya, yeol. Kenapa mereka mengambil Luhan dariku?"

——————END——————

Maap kalo endingnya gaje:v