Life is the only game which has no pause, no resume and no restart. You have to be careful enough to never fail and not to be hurt

.

.

.

.

.

.

Triplet794 present new story

Restart

Main Cast : Oh Sehun & Xi Luhan

Genre : Romance, Friendship, Hurt/Comfort

Rate : M

Length : Chapter

YAOI. Typo (s)

HUNHAN STORY!

.

.

.

.

.

"Luhan…"

Yang dipanggil namanya pun menoleh dan sedikit membungkuk melihat siapa yang memanggilnya.

Adalah Oh Yunho putra pertama dari perdana menteri Oh Seunghwan dan Kim Haneul yang memanggil pria cantik yang sepertinya sudah bersiap dan akan segera berangkat untuk memulai aktivitasnya.

"Ya tuan muda."

Si pria cantik dengan nama asli Xi Luhan pun menjawab penuh rasa hormat pada putra sekaligus kepala keluarga di kediaman keluarga Oh.

Kepala keluarga?

Ya, semenjak kematian orang tuanya beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat usianya 15 tahun dan adiknya baru berusia 10 tahun, orang tua mereka dibunuh dengan keji didepan adik bungsunya. Hal itu membuat Yunho dibesarkan penuh dengan tanggung jawab yang harus ia pikul sebagai sosok yang kuat dan bertanggung jawab, sebagai sosok pemimpin untuk rakyatnya dan sebagai sosok kedua orang tuanya untuk adiknya.

Yunho sendiri dipersiapkan menjadi calon perdana menteri untuk periode lima tahun mendatang, karena semua yang Yunho lakukan benar-benar menyerupai sosok ayahnya yang pernah memimpin negara dengan puluhan juta warga penduduk didalamnya.

Hal itu membuatnya tak bisa mengawasi satu-satunya keluarga yang ia miliki dan hal itu pula yang membuatnya mempercayakan Luhan sebagai seseorang yang bisa ia andalkan untuk menjaga adik kesayangannya.

"Tolong kau bangunkan Sehun, sepertinya dia pulang larut malam kemarin."

Luhan pun sedikit tegang saat Yunho memintanya untuk membangunkan adiknya, bukan karena dia takut menghadapi pria dengan sifat sangat bertolak belakang dengan kakaknya, namun karena setiap menatap Sehun ada rasa bersalah dan berdosa yang selalu ia rasakan hampir di sepanjang umurnya dan di setiap nafas yang ia hela.

"Kenapa kau hanya diam?" tanya Yunho menatap Luhan.

"Saya akan segera membangunkan tuan muda Sehun. Permisi." ujarnya kembali membungkuk dan bergegas menaiki tangga.

"Luhan.." suara Yunho kembali menginterupsi

"Ya tuan besar."

"Kami memiliki rencana baru tentang pemerataan wilayah terpencil. Bagaimana menurutmu?"

Luhan kemudian mengernyit tak mengerti ucapan seseorang yang selalu bersikap sangat baik dan tak pernah memperlakukannya dengan buruk.

Yunho kemudian tersenyum dan mendekati Luhan "Datanglah ke kantorku siang ini. Aku ingin mendengar pendapatmu. Ingat kau adalah advisor kepercayaanku." Ujarnya kemudian menuju ke ruang kerjanya meninggalkan Luhan yang baru mengerti ucapan majikannya.

Luhan pun hanya menghela nafasnya pelan dan tersenyum pahit mendengar ucapan Yunho yang mengatakan kalau dirinya adalah orang kepercayaan pria yang sangat bijak dan dermawan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sikap Yunho jika dia tahu sebenarnya tentang siapa Luhan dan kenyataan mengerikan tentang dirinya.

Dia kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar yang berada di pojok ruangan, terkesan menyendiri dan tak mau diganggu. Karena memang begitulah sifat dari si pemilik kamar.

Tok..Tok…

"Tuan muda Sehun. Apa anda sudah bangun?" tanyanya dengan suara agak kencang agar Sehun mendengar.

Tak ada jawaban dan Luhan kembali mengetuk.

Merasa Sehun tak merespon panggilannya, Luhan tak punya pilihan lain selain memasuki kamar yang selalu ia hindari beberapa tahun belakangan ini.

cklek…!

Perlahan kakinya memasuki ruangan yang teramat besar namun terasa dingin dan sunyi itu, banyak pajangan foto si pemilik kamar dengan kakak dan mendiang orang tuanya sewaktu kecil namun tak pernah ada fotonya yang terbaru karena dia menolak untuk membuat kenangan pahit dengan sesuatu yang berhubungan dengan foto.

Luhan kemudian berjalan mendekati ranjang dengan mata mengedar ke seluruh ruangan, dan langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat bingkai foto yang terletak di pinggiran ranjang si pemilik kamar. Ada rasa haru namun menyakitkan mendapatkan fakta bahwa si pemilik kamar memang tak pernah melupakan dirinya, hal itu membuat Luhan semakin merasa bersalah karena Sehun tetap menyimpan foto mereka berdua di kamarnya dengan begitu rapih.

"Kenapa diam? Bukankah harusnya kau memanggil namaku."

Luhan terperanjat saat mendengar suara tuan mudanya menginterupsi, dia kemudian berbalik badan dan membungkuk meminta maaf karena telah lancang memasuki kamar majikannya. Terlihat kalau putra bungsu keluarga Oh itu baru selesai mandi dan hanya menggunakan handuk yang dililitkan sebatas pinggangnya.

"Maaf memasuki kamar anda tanpa izin tuan muda." Ujarnya membungkuk berkali-kali membuat si pemilik kamar mendengus marah.

"Kenapa meminta maaf?"

Sehun pun mendekati Luhan dan memegang kencang pundak pria yang selalu membuatnya frustasi karena selalu menolaknya dan tak pernah membalas perasaan cinta miliknya. Sehun sangat yakin kalau Luhan juga mencintainya, namun seperti ada sesuatu yang membuat pria cantiknya selalu menolak kehadirannya dan sesuatu itu tak pernah Luhan jelaskan walau hanya sebaris kalimat.

"M-maaf karena masuk kamar anda tuan mu-…"

"BERHENTI MEMANGGILKU TUAN MUDA..!"

Dan bentakan penuh rasa kekecewaan itu kembali Sehun teriakan didepan pria cantik yang kini tampak bergetar ketakutan.

"Hey maaf…Aku tidak bermaksud membentakmu Lu." Katanya mendekap pria mungilnya yang kini meronta minta dilepaskan.

"Ma-maaf tuan muda. Tuan Yunho yang memintaku membangunkan anda, jika anda sudah bangun sebaiknya saya pergi."

Katanya melewati Sehun dengan gugup, Sehun mengepalkan tangannya erat tanda kalau ia sangat marah, dia kemudian menarik lengan Luhan dan menghimpit pria cantiknya ke dinding kamarnya.

"Lihat mataku saat aku bicara denganmu." Desisnya namun Luhan hanya tertunduk takut tak berani menatapnya.

"Tuan muda, kita harus segera bergegas ke kam-…"

Mmmphhhh…..

Teriakan Luhan tertahan saat Sehun menciumnya tiba-tiba, ciuman yang begitu menuntut dengan rasa frustasi dirasakan keduanya. Sehun entah mengapa sangat membenci sikap Luhan yang selalu menolaknya. Mereka saling mencintai, hanya itu yang Sehun ketahui, namun entah karena alasan apa pria cantik yang sudah ia kenal hampir seumur hidupnya selalu menolak untuk alasan yang sangat tidak masuk akal dan tidak dapat diterima sama sekali.

Puncaknya adalah lima tahun yang lalu saat Luhan memutuskan mengakhiri hubungan mereka saat perayaan kelulusan mereka dari senior high school. Sehun yang sangat marah pada keputusan Luhan saat itu terus memaksa pria cantik nya, sampai pada suatu hari Luhan melarikan diri entah kemana dan hal itu membuatnya seperti kehilangan separuh hidupnya. Dia berjanji jika Luhan bisa ditemukan dia akan berhenti memaksa mantan kekasihnya itu dan merelakan hubungan mereka. Apapun akan dia lakukan asal Luhan tidak hilang dari penglihatannya.

Dan karena alasan itu juga,Sehun mulai membentengi dirinya pada Luhan. Benteng pertahanan yang ia bangun selalu hancur setiap kali dirinya bertatapan langsung dengan Luhan. Karena sekuat apa pun dirinya menutup hati untuk Luhan semua akan sia-sia karena dirinya sangat mencintai Luhan-... teman kecilnya yang menjelma menjadi pria cantik yang sangat sempurna karena paras dan sikapnya yang begitu penyayang.

"Sehun lep-hmpphhh-lepas."

Luhan terus meronta, menolak sekuat tenaga ciuman pria yang sama sekali tak boleh ia cintai sebelum dirinya terlarut dan terbawa gairah majikannya yang begitu memabukkan.

Sehun semakin memperkuat ciumannya pada Luhan, lidahnya berhasil menerobos masuk ke rongga mulut Luhan, menghisap apapun yang tersentuh olehnya dan berharap pria cantiknya segera luluh dan membalas ciumannya.

Luhan sendiri ingin sekali membiarkan Sehun menguasai dirinya sepenuhnya, tapi dia sadar jika dirinya membiarkan hubungan mereka berlanjut hanya akan menyisakan luka yang terlampau dalam untuk keduanya di masa depan.

Dan setelah bertarung hebat dengan gairah dan emosinya yang hampir luluh karena ciuman Sehun yang semakin menuntut, Luhan akhirnya berhasil mendorong Sehun dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"HENTIKAN SEHUN…!"

Dan detik berikutnya Luhan berlari meninggalkan Sehun yang tampak semakin menderita karena sikap Luhan. Dia kembali mengepalkan tangannya dan

"AKU MENCINTAIMU KIM LUHAN…"

dan berteriak menyampaikan seluruh rasa frustasi, kecewa dan emosi yang begitu menyakitkan yang ia rasakan.

Sementara untuk Luhan sendiri, dia berhenti mendengar teriakan Sehun yang memanggil namanya Kim Luhan, dia meremat kencang dadanya dan berusaha menulikan pendengarannya akan teriakan Sehun yang terus memanggilnya Kim Luhan. Karena selama Sehun mengenalnya sebagai Kim Luhan, maka selamanya pula mereka tidak akan bisa bersama.

Flashback…

"eommaaa Sehunnnie pulang…!"

Terdengar suara bocah sepuluh tahun berlari masuk menghampiri ibunya yang begitu cantik dan anggun yang sedang menyiram taman kecilnya.

"Aigooo...jagoan eomma sudah pulang. Selamat untuk kelulusan bahasa Jepang dengan nilai terbaik nak… eomma bangga." katanya mengusak surai lembut putra bungsunya yang baru saja menghabiskan liburan musim panasnya di Jepang.

"Hmm… aku sama hebatnya dengan hyung!" katanya memaksa ibunya mengakui kehebatannya.

"Tentu sayang kau dan hyung mu adalah yang terbaik untuk eomma."

Nyonya Oh kembali memeluk putra bungsunya, menyalurkan rasa rindu karena hampir dua bulan tak bertemu putra bungsunya.

PRANG….!

"Astaga Kim Luhan..! Pakai kedua matamu saat bekerja.'

Sehun dan ibunya pun mengernyit mendengar suara teriakan yang berasal dari dapur, Sehun sendiri menoleh menatap ibunya dan memandang takut ke arah ibunya "eomma apa Luhan dimarahi ibunya lagi?" katanya yang mencemaskan satu-satunya pria yang bisa ia jadikan teman selain Yunho kakaknya.

"Sepertinya begitu nak, ayo kita lihat."

Nyonya Oh pun menggandeng putra bungsunya dan mengajaknya untuk segera melihat keadaan Luhan.

"Minah, kenapa kau berteriak pada putramu?" nyonya Oh menegur Song Minah yang tampak ingin memukul Luhan dan Luhan yang sedang menunduk pasrah dan bergetar ketakutan.

"Maafkan saya membuat kegaduhan dirumah anda Nyonya besar. Saya akan menghukum anak ini ditempat lain." katanya menatap menakutkan ke arah Luhan. Luhan melihatnya dan ada sesuatu didalam dirinya yang menolak untuk selalu disalahkan oleh ibunya.

"Memang apa yang Luhan lakukan?" katanya kembali bertanya.

"Dia memecahkan cangkir kesayangan tuan muda Sehun."

"Bukan aku…!" teriak Luhan yang entah menpunyai kekuatan darimana menolak untuk disalahkan ibunya.

"Anak tidak tahu berterimakasih..! Ikut aku." katanya menggeram mencengkram erat lengan Luhan, Luhan menepisnya dan kembali berteriak pilu "Kenapa aku selalu salah di matamu?" teriaknya menuntut dan berlari ke halaman belakang, meninggalkan ibunya yang tampak marah dan nyonya Oh serta Sehun yang menatapnya iba.

"Sehun!"

Nyonya Oh sedikit memekik saat dilihat putranya melepas genggaman dari tangannya dan berlari ke arah pintu keluar entah kemana.

Sementara Luhan berhenti berlari dan berjongkok di salah satu pohon besar yang sengaja dibiarkan tumbuh oleh kedua orang tua Sehun, dirinya terisak dan hanya berniat menangis sepanjang hari ini karena kesal pada ibunya.

"Jangan menangis. Pakai ini."

Luhan mendongak dan nendapati wajah tuan muda sekaligus teman bermainnya yang tampak terengah sedang menyodorkan sapu tangan miliknya.

"Ma-maaf tuan muda." isak Luhan tak berani menatap Sehun.

"Maaf untuk apa?"

"Sudah memecahkan gelas favoritmu. Aku tidak sengaja. Sungguh." ujarnya terisak sangat hebat.

Sehun tersenyum lalu ikut berjongkok menyamakan posisinya dengan Luhan "Maaf aku pergi terlalu lama, membuatmu harus menghadapi ibumu yang sangat menyebalkan itu." ujarnya mengusak lembut surai pria cantiknya.

"Jangan per-hix-gi lama lagi Sehun" katanya masih tak menatap Sehun.

"Aigoo rusa cantikku kasihan sekali. Berhenti menangis hmmm...nanti malam akan ada pesta, aku tidak mau kau terlihat jelek dengan mata bengkakmu."

Sehun kemudian memeluk Luhan, mengelus sayang punggung yang masih bergetar itu, sampai pria cantiknya menoleh ke arahnya.

"Pesta apa?"

"Ayahku akan kedatangan tamu penting dari China. Dia akan mengadakan pesta dan kita akan makan sepuasnya. Oke!"

Wajah sembab Luhan berubah menjadi berbinar dan kemudian dia tertawa sangat cantik "Oke..!" teriaknya bersemangat dan tak lama kembali memeluk Sehun.

..

..

..

"Sehun bisa marah kalau aku terlambat!"

Terlihat seorang pria cantik berlari cukup kencang menuju gedung A tempat dimana Sehun dan keluarganya menetap.

Ya karena permintaan khusus nyonya Oh tempat tinggal perdana menteri Oh dan keluarganya memang terpisah dari gedung B tempat dimana seluruh pekerja rumah tangganya tinggal dan menetap dengan maksud agar kedua putranya tidak merasa asing dengan kehadiran orang-orang yang tak pernah mereka temui sebelumnya.

Hal ini juga berlaku untuk Luhan, setiap pagi dirinya akan berada di gedung A menjalankan tugasnya menemani putra bungsu majikannya untuk bermain, berangkat sekolah bersama, bahkan terkadang menemani Sehun hanya untuk sekedar bermain game online nya hingga larut malam, dan setelah memastikan Sehun tertidur Luhan akan kembali ke gedung B untuk tidur dan beristirahat.

Hal itu juga yang menjadikan Luhan harus rela berbolak balik dari gedung A dan gedung B hanya untuk mengantarkan segelas susu yang Sehun minta padanya. Karena setiap penolakan yang Luhan katakan hanya akan membuat bungsu dua bersaudara itu tidak berbicara padanya, dan jika Sehun tak berbicara padanya, maka Luhan harus bersedia membantu ibunya selama 24 jam yang mana hal itu lebih mengerikan dan membuatnya memilih berlari ke gedung demi gedung hanya untuk membuat Sehun senang.

BRAK!

Luhan yang sedang berlari tak sengaja menabrak seseorang. Keduanya terjatuh dan masih meresapi rasa sakit masing-masing karena tabrakan yang tak sengaja mereka lakukan cukup kencang. Namun si pria yang menabrak Luhan terlebih dulu bangun dan mengulurkan tangannya membantu Luhan berdiri.

Luhan yang merasa tak enak hati pun langsung menyambut tangan yang langsung menggenggamnya erat "Maaf-maafkan aku tuan. Aku tak sengaja." Luhan membungkuk semakin dalam namun si pria didepannya semakin mengeratkan pegangan di tangan Luhan.

"Apa kau Luhan?" tanyanya terdengar bergetar di telinga Luhan

Luhan kemudian mendongak dan mendapati wajah pria paruh baya yang tampak lusuh dan sangat kelelahan.

"Ya saya Luhan. Tapi paman siapa? Kenapa paman bisa ada disini?" tanya Luhan yang merasa sangat asing dengan pria tua didepannya ini.

"Luhan.." pria itu hanya mengulang nama Luhan, suaranya semakin bergetar dan matanya tampak berkaca-kaca.

Luhan mengernyit sama sekali tak mengerti kenapa pria tua ini mengenalnya, ada sedikit rasa hangat saat pria tua itu memanggil namanya. Luhan tak bisa menjelaskannya, hanya terlalu hangat untuk dijelaskan.

"CARI PENYUSUP ITU!"

Luhan mendengar para penjaga Sehun berteriak dan tampak menyebar untuk mencari seseorang, lalu kemudian genggaman pria tersebut berpindah ke wajah Luhan. Pria tua tersebut menangkup wajah Luhan seolah hanya ingin Luhan memusatkan seluruh perhatiannya pada dirinya.

"Aku senang kau tumbuh dengan sehat nak. Aku sangat senang kau hidup dengan baik. Aku janji aku akan membalaskan semua dendam kita. Aku akan membalaskan dendam pada semua orang yang membuat keadaan kita seperti ini. aku akan membalas semua yang menyakitimu. Dan kau-….Kau akan segera bertemu dengannya. Kalian sangat mirip, mata kalian terlalu mirip. Jaga dirimu nak, sampai bertemu lagi."

"Apa maksudmu?" gumam Luhan tak mengerti

"PAMAN!"

Semua kalimat membingungkan itu diucapkan pria tersebut dengan cepat dan satu kali hembusan nafas, jantung Luhan berdebar cepat mendengar ucapan yang terdengar seperti perpisahan untuknya. Dia ingin sekali bertanya kenapa pria itu berkata seperti itu, namun keinginannya seperti teka-teki yang tak akan pernah terjawab karena pria tersebut berlari terlalu jauh.

Luhan mendadak menjadi mual dan pusing mendengar ucapan pria tua itu yang entah kenapa walau terasa asing namun suara dan caranya menatap dirinya terasa sangat tak asing untuk Luhan, dia melanjutkan perjalanannya ke gedung A. dia tak peduli lagi jika Sehun marah padanya, dia hanya ingin sampai pada Sehun dan menceritakan semua yang ditemuinya malam ini pada teman kecilnya itu.

Luhan masih terus berjalan sampai langkahnya kembali berhenti karena mendengar teriakan yang membuat dirinya seperti dicabut nyawanya.

"KEBAKARAN..! KEBAKARAN…! RUMAH PERDANA MENTERI KEBAKARAN! TUAN DAN NYONYA OH SERTA TUAN MUDA SEHUN MASIH BERADA DIDALAM RUMAH. CEPAT HUBUNGI PEMADAM KEBAKARAN!"

"Se-Sehun." Gumam Luhan yang langsung berlari menuju ke rumah Sehun dan dia terjatuh saat melihat Yunho yang sedang meraung meminta masuk kedalam rumah karena seluruh keluarganya berada didalam rumah.

"EOMMA…! APPA..!...SEHUN..! LEPASKAN AKU KELUARGAKU DISANA. LEPASKAN AKU SIALAN…ARGHHHHH!"

Luhan tak tahu harus berbuat apa, pemandangan dihadapannya saat ini terasa menakutkan karena api menjalar dengan cepatnya melahap rumah yang seperti istana itu dengan cepat, dan tampak beberapa pemadam api sedang berusaha memadamkan api yang begitu besar. Pikiran Luhan kalut mendengar suara teriakan Yunho yang semakin menjadi, dia memegang kepalanya dan menatap api dengan tubuh bergetar luar biasa.

"SEHUN…..!"

..

..

..

Dan tepat sehari setelah kebakaran besar itu terjadi, petugas pemadam kebakaran pun berhasil memadamkan api yang melahap rumah perdana menteri Oh saat itu. Dan sangat disayangkan hanya putra bungsu tuan Oh yang selamat dari tragedi kebakaran mengerikan itu. Menurut pengakuan Sehun saat itu dia melihat pria tua memasuki kamar orang tuanya dan secara menggila menusuk ayah dan ibunya bergantian dan dalam keadaan sekarat sang ayah memintanya untuk bersembunyi di ruang bawah tanah yang berada tepat di bawah ranjang miliknya. Ruangan itu dibuat menjadi ruang rahasia keluarga Oh yang tahan terhadap gempa dan api. Sehun kecil bersembunyi disana dan melihat dengan kedua matanya sendiri apa yang dilakukan pria tua gila itu pada orang tuanya. Sampai akhirnya si pria tua itu menyiramkan bensin ke seluruh kamar orang tuanya dan menyalakan korek api yang membuat api seketika membesar dan membuat Sehun kecil terjengkal dan pingsan karena efek ledakan kecil yang disebabkan oleh barang-barang yang mudah terbakar yang berada di seluruh rumahnya.

Tuan dan Nyonya Oh meninggal dengan luka tusukan di perut mereka masing-masing dan tubuh bagian kanan yang dilahap api dan secara mengejutkan juga ditemukan seorang pria yang ditebak adalah penyebab dari semua tragedi ini yang tubuhnya tak bisa dikenali karena sudah terbakar sepenuhnya.

"Aku melihatnya dan aku sangat mengingat wajahnya. Aku bersumpah akan mencari tahu siapa dia dan akan membalas semua perbuatan kejinya pada keluarganya. Aku akan membuat keluarga bajingan itu membayar semua dosa pria sialan itu. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka hidup dengan tenang. Aku berjanji pada kalian."

Dan itu adalah kalimat yang Sehun janjikan didepan kedua makam orang tuanya. Luhan dan Yunho menjadi saksi dari sumpah yang Sehun ucapkan. Keduanya hanya terdiam tak bisa berkata apa-apa mereka hanya berdiri masing-masing di kanan dan kiri Sehun memegangi lengan Sehun saat upacara pemakaman kedua orang tuanya berlangsung dan tak pernah sedikitpun beranjak dari samping Sehun yang mengalami trauma mendalam dari kejadian mengerikan yang disaksikan bocah sepuluh tahun itu.

Flashback end….

..

..

..

"Hey jagoan…!"

Yunho yang sedang mengunyah sarapannya tampak menyambut kedatangan sang adik yang terlihat kesal dan terus menatap ke arah Luhan yang sedang menyediakan piring untuknya.

"Ck...Usiaku sudah 24 tahun. Siapa yang kau panggil Jagoan?" katanya bertanya malas pada kakanya dan berjalan mendekati Yunho.

"Aku merindukanmu." Gumam Sehun memeluk Yunho yang terlampau sibuk dengan erat.

"Aku juga sangat merindukan adik kecilku. Kau sehat?" tanyanya memastikan kalau adiknya tumbuh dengan sehat dan bahagia walau dirinya jarang bisa melihat pertumbuhan adiknya.

"Hmm Sehat…Kecuali hatiku." Katanya menyindir Luhan yang tampak salah tingkah karena kini Yunho dan Sehun. Kedua kakak beradik itu sedang menatapnya dengan tatapan yang berbeda.

"Ah ditolak lagi?" goda Yunho membuat Sehun mendengus.

"Lupakan…. Apa besok kau ada waktu untukku?" katanya bertanya pada kakaknya.

Yunho menggeleng menyesal menatap adiknya "Aku sibuk. Maaf."

"Terserah."

Sehun membuang roti yang sudah berada di tangannya dan berjalan meninggalkan meja makan dengan rasa kesal dan kecewa pada dua pria yang berada di satu ruangan dengannya saat ini.

Yunho dan Luhan pun hanya saling bertatapan memaklumi sikap Sehun yang selalu ingin ditemani dan tak pernah ingin ditinggal sendirian.

"Luhan.."

Panggilan Yunho membuat Luhan tersadar dari lamunannya yang sedang menatap kepergian Sehun.

"Ya tuan…"

"Jaga Sehun untukku. Kau bertanggung jawab penuh atas kebahagiaannya."

Luhan merasa sangat diberatkan dengan permintaan Yunho, tapi dia tahu benar siapa dirinya. Dirinya mempunyai dosa teramat pada kedua kakak beradik ini dan berniat menebus semua hal buruk yang menimpa keduanya dengan hidupnya.

"Baik tuan." Balasnya membungkuk mengantar kepergian Yunho yang memang terlihat sangat sibuk.

"Cih…! Jangan sok suci didepan kedua bersaudara itu. Kau harus tahu siapa dirimu jalang!"

Suara yang terdengar sangat jahat menginterupsi Luhan yang tampak menegang karena mengetahui benar suara siapa yang sedang mengancamnya.

"Kau harus menuruti segala perintahku. Atau aku bersumpah akan membocorkan rahasiamu pada tuan Oh. Terutama Sehun. MENGERTI?!" katanya berteriak membuat Luhan tersentak

"Aku mengerti…"

"Mengerti apa Luhannie?" katanya mengejek Luhan yang tampak sangat ketakutan

"Mengerti untuk menurutimu…eomma."

"Anak pintar..!" desisnya menakutkan dan tak lama kembali meninggalkan Luhan yang tampak ketakutan dengan wajahnya yang sudah sangat memucat.

Ya, wanita yang saat ini ia panggil ibu ternyata hanya adik tiri dari ibu kandungnya yang terpaksa merawatnya karena merasa bisa memanfaatkan Luhan saat ia besar nanti. Dan keinginannya terwujud, dia mengetahui seluruh kebenaran tentang Luhan dan menjadikan kebenaran itu untuk mengancam Luhan seumur hidupnya.

..

..

..

Sementara Sehun yang sedang kesal memutuskan untuk sarapan di kafe terdekat dari rumahnya. Dia merasa risih dengan para penjaga yang mengelilinginya namun dia tak punya kuasa untuk mengusir mereka karena semua perintah Yunho adalah mutlak untuk mereka. dan walau sesibuk apapun Yunho dengan seluruh pekerjaannya. Sehun tahu benar kalau kakaknya selalu berusaha mencari tahu tentang dirinya dan hal itu yang membuat dirinya tak pernah bisa untuk kehilangan satu-satunya keluarga yang dimiliknya saat ini.

Sehun masih menyesap cappucino nya sampai matanya menatap sosok mungilnya yang sedang berjalan menuju halte bis terdekat.

"Kita berangkat!" katanya memberi perintah dan seluruh penjaganya pun memasuki mobil masing-masing dan mengawal mobil Sehun yang berada di tengah-tengah.

"Apa itu Luhan?" katanya bertanya pada Minwo, supir dan pengawal pribadinya.

"Ya Tuan muda. Apa kau ingin memberikan tumpangan untuknya?" tanya Minwo melihat Sehun sekilas

Sehun mendesis marah mengingat pagi tadi Luhan kembali menolaknya dia kemudian menatap tajam sosok pria yang sangat ia cintai itu dengan tajam.

"Tidak perlu. Jalankan mobilnya dengan cepat. Aku ingin genangan kotor itu mengenai wajahnya." Perintahnya pada Minwo.

"Tapi Tuan-.."

"CEPAT!"

"Baik tuan."

Dan karena tak ingin membantah Sehun, Minwo pun melajukan cepat mobilnya dan

Crttttt…!

Genangan air itu tepat mengenai wajah Luhan, membuat si pemilik wajah menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan matanya bertatapan dengan mata Sehun yang sengaja membuka kaca mobilnya dan menyeringai menatapnya.

Luhan hanya tersenyum lirih-..kembali memaklumi kalau suasana hati Sehun memang sangat buruk dan dia rela melakukan apapun asal pria yang pernah menjadi kekasihnya itu selalu bahagia dan tak pernah bersedih.

Drrtt…drrtt..

Luhan merasakan ponselnya bergetar dan tersenyum menatap nama eomma tertera di layar ponselnya.

Hmm ini aku eomma….

Tentu saja aku merindukanmu. Aku akan mengunjungimu akhir pekan ini.

Hmm… sampai nanti…dah eomma.

Luhan merasa perasaanya membaik saat mendapat kabar dari ibunya. Ibu kandungnya yang ia temui lima tahun yang lalu saat dia mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.

Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, membuat gerakan membersihkan wajah sekaligus menghapus air mata yang entah kenapa selalu menetes dengan mudahnya beberapa tahun belakangan ini.

Luhan masih berada di tempatnya selama beberapa menit sampai dia merasa pergelangan tangannya ditarik paksa oleh seseorang.

"Sehun…!"

Luhan membelalak menyadari saat Sehun yang sedang menarik tangannya kencang.

BRAK!

"Jalan!"

Setelah menutup kencang mobilnya, Sehun langsung memerintahkan Minwo menjalankan mobilnya dengan Luhan yang sudah berada di genggamannya.

Dan tanpa bersuara, Sehun memaksa Luhan menatapnya dan membersihkan genangan air yang mengotori wajah pria cantiknya. Dia kemudian mengecup kening Luhan cukup lama dan kembali menatapnya

"Maafkan aku."


tobecontinued...


see you next chap di event yang tujuannya buat ngeramein Sehun-Luhan kita...mumuahhh...

.

selamat membaca dan semoga terhibur! #angkatgelas