My Target
Disclaimer: Masashi Kishimoto
By: Cynon Nigella
Typo(s), OOC, amatiran, eyd ancur, seting indonesia,
bahasa gaul alias informal
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
Ada dua bunyi yang bikin semangat anak sekolah. Pertama bunyi bel istirahat dan yang kedua adalah...
"Yeah! Pulang!"
Bunyi bel pulang
"Berisik lo!"
Buku melayang dan mendarat tepat di wajah cowok berambut pirang.
"Anjir sakit!" Gerutunya dengan mata nyalang. Bibirnya udah siap ngeluarin sumpah serapah buat siapa pun pelakunya. Enak aja wajah gantengnya dilempar kamus bahasa inggris setebal ini. Kan hidung mancungnya bisa bengkok. Masa iya dia harus ke korea dulu buat operasi plastik biar mancung lagi?
Namun sejurus kemudian hanya ada cengiran abstrak kala mata biru itu mengetahui bahwa sang pelaku adalah cewek berjidat lebar. Sang gebetan.
Sakura mendengus kala Naruto menaik turunkan alisnya. "Hinata pulang yuk!"
Gadis surai indigo yang tengah sibuk memasukan barang ke tas punggungnya itu melirik Sakura sejenak. "Uhm.."
"Kenapa, gue mau ngajakin lu makan pancake di cafe yang baru. Gue kenal banget sama yang punya juga Ta, jadi bisa minta gratis" tutur Sakura dengan jari membentuk 'V'.
Udah makanan manis, gratis pula. Siapa yang bisa nolak? Hinata menggigit bibir bawahnya. Masalahnya dia udah ada janji lain.
"Makan apaan? Gratis tuh? Gue ikut dong!" sahut Naruto keras.
"Gue engga ngajak elo!" Hardik Sakura dengan telunjuk yang mengarah pada Naruto.
"Ada Hinata?"
Dan suara berat nan maskulin berhasil menarik sebagian antensi penghuni kelas.
Hinata meneguk ludah pelan.
Aduh... udah dibilangin jangan ke kelas. BBM aja kan bisa!
"Anu Sakura-"
Dahi Sakura menyerit, ia menunduk ke arah Hinata dengan punggung tangan yang berada di sisi bibirnya. "Elo kenal deket sama dia Ta?"
"Engg... i-iya gitu... deh" jawab Hinata engga jelas.
Sakura menjauhkan kepalanya. "Dih?"
"Bisa cepet dikit engga? Nanti telat Sayang" Ujar Sasuke seraya menyandarkan punggungnya ke tembok. Tampangnya udah watados.
Sakura melolot, ini pasti ada sesuatu yang disembunyiin Hinata darinya. Kok dia engga tau apa-apa sih? Kan dia teman dekat Hinata. "Jelasin Ta"
Bahkan Naruto yang tadinya cerewet masalah makanan gratis jadi matung di tempat.
Hinata bangkit dari duduknya. Kepalanya menunduk, rambutnya yang tergerai berhasil menutupi ekspresinya. Jemari mungilnya saling bertautan kuat. "Anu... nanti aku telpon Sakura. Na-nanti-"
"Hinata..."
Sasuke engga sabaran banget si! Udah tau Hinata lagi mencoba menenangkan diri sembari mencoba menjelaskan pada Sakura!
Sasuke yang gemes liat Hinata mengkeret di antara teman-temannya itu segera bertindak. Ia berjalan dengan langkah lebar dan segera menarik pergelangan tangan Hinata. Kalau engga gini, Hinata bakal jadi batu sampe besok. Kasian kan nanti badannya pada pegal.
"Kyaaaa! Itu kak Sasuke kan?! Dia pacaran sama Hinata!?"
.
.
.
Sasuke terus berjalan, tak mengindahkan tatapan aneh kala mendapati jemari kuat Sasuke menggenggam pergelangan tangan Hinata, memaksanya berjalan cepat ke arah parkiran motor.
"Anu... Ka-kak Sasuke- aww..."
Sasuke berhenti berjalan dan berakhir dengan Hinata yang nabrak punggungnya.
"Apaan?" Ujarnya seraya memutar tubuhnya. Tinggi Hinata yang sedada Sasuke mau engga mau buat Sasuke nunduk.
"Anu... Aku kan udah pernah bilang kalau ja-jangan ke kelas?"
"Aduh, gue gak denger. Kalau ngomong tuh liat orangnya dong" protes Sasuke seraya menangkup wajah Hinata dengan satu tangan.
Hinata tuh lagi nahan malu! Sasuke engga peka banget si jadi cowok!
"Emang kenapa? Perasaan gue engga pernah bilang iya deh?" Ujar Sasuke seraya melepas tangkupannya. Ia kembali menggeret Hinata mendekati parkiran motor.
"Ta-tapi juga engga perlu panggil sa-sayang..."
"Keceplosan"
Bibir Hinata mengerucut. "Nanti orang mikir yang aneh-aneh"
"Biarin aja, emang gue peduli mereka ngomong apa. Kamu kan pacar aku. Bebas dong mau manggil gimana. Kalau mereka tanya ya tinggal jawab kalau kita pacaran. Beres"
Beres apanya! Sasuke kalau ngomong asal jeplak aja. Hinata menggigit bibir bawahnya gemas. Sasuke ngeselin banget! Kan Hinata malu buat besok ke sekolah! Pasti dia besok jadi bahan gosipan.
Cewek cupu yang mencoba menaikkan derajat!
Yaampun, Hinata engga sehina itu. Ia gadis baik-baik yang suka ketenangan dan mengerjakan aktifitas monoton.
Hinata mengerjap kala merasakan sesuatu terpasang di kepalanya. Kedua tangannya meraba benda itu. Sasuke masangin dia helm?
Hinata melolot kala mendapati wajah Sasuke yang kini sejajar dengan wajahnya.
"Jangan bengong makanya" ujar Sasuke seraya menutup kaca helmnya pelan.
Hinata menutup matanya. Nafasnya tercekat. Itu tadi deket banget!
.
.
.
Hinata engga ngerti awalnya darimana sampe seorang Uchiha Sasuke ngajak dia pacaran. Yang Hinata tau, saat itu ia hanya mengenal Sasuke sebatas teman kakaknya, Neji. Cowok itu emang suka banget ke rumah, entah main ps di ruang tamu, main gitar di belakang rumahnya atau nginap bareng temannya yang lain. Hinata cuma suka nganterin cemilan yang disuruh mama ke kamar Neji atau manggil mereka berdua buat makan siang. Hinata engga pernah ikutan ngobrol sama Sasuke atau teman Neji yang lain kok. Ia cenderung susah akrab sama cowok. Rasanya risih. Bingung mau ngomong apaan juga.
Tapi entah kenapa di sore hari saat Hinata nemuin Sasuke main gitar di teras rumah pas dia baru pulang sekolah, tiba-tiba Sasuke udah menepuk lantai di sebelahnya yang menyiratkan Hinata untuk duduk di sebelahnya. Setelah Hinata duduk, Sasuke engga ngomong apa-apa. Ia hanya sibuk memetik gitarnya, membentuk nada lembut dengan bibir yang mengeluarkan syair lirih. Lalu saat petikan berakhir, ia menemukan dirinya nyaman mendengarkan petikan senar Sasuke dan tatapan dalam mata kelamnya.
"Jadi pacar gua ya?"
Sebenarnya udah romantis belum sih?
Hinata mengerjap kala mendapati laju motor Sasuke yang melambat. Tenang aja, Sasuke engga bawa motor ninja yang bikin Hinata duduknya nungging terus tubuh depan Hinata terpaksa menempel dengan punggung Sasuke. Hinata engga pernah mau naik motor kaya gitu lagi. Cukup sekali.
Sasuke bawa motor ninja, terus Hinata pulang sendiri atau Sasuke bawa motor biasa tapi Hinata ikut? Tentu aja Sasuke rela ninggalin motor kesayangan demi pacar tercintanya. Dia engga mau ambil resiko dengan membuat Hinata ngambek terus males ngomong sama dia. Sasuke jadi stres kalau pacar seksinya itu ngejauh.
"Kita mau ke mana?"
Masih lampu merah. Duapuluh tiga detik lagi.
"Apaan sayang? Engga denger?" Ujar Sasuke seraya menoleh ke belakang.
Wajah Hinata memerah. Sasuke jangan suka gerak tiba-tiba dong! Kan Hinata jadi kagetan karna engga siap liat wajah Sasuke yang di atas standar!
"Ma-mau kemana?"
TIN TIN!
Ah Hinata si nanyanya kelamaan. Udah keburu lampu hijau kan.
.
.
.
Ada banyak hal yang membuat Hinata takut. Satu bulan berlalu semenjak insiden dirinya di tembak sama Sasuke, ia mulai belajar untuk engga ngebuat Sasuke nunggu lama dan nolak segala permintaannya. Soalnya kalo doi ngambek, bukan ngejauhin Hinata dan menghilang tanpa jejak kaya cowok pada umumnya. Sasuke malah makin nempel kaya perangko!
Jadi saat dirinya dengan gemetar, meremas kursi bioskop yang sudah gelap, bibirnya cuman bisa komat-kamit engga jelas dengan mata setengah tertutup.
Nafas hangat yang menerpa pipi, memaksanya untuk membuka mata sedikit lebar.
"Takut?"
Aduh Sasuke terlalu dekat! Hinata bisa mencium aroma mint dari mulutnya.
Dengan kaku, Hinata manggut-manggut.
Sasuke menyeringai dalam gelapnya ruang bioskop. Matanya menatap lurus ke depan dengan pandangan jenaka. Sebenarnya dia sengaja memilih genre horor untuk acara menontonnya hari ini. Nada yang sanggup meremangkan bulu kuduk mulai memenuhi ruang bioskop. Pegangan erat dan tubuh mungil namun berisi yang merapat padanya semakin membuat seringainya melebar. Dimana lagi tempat yang sesuai untuk mengecup bibir pacar seksinya? Belum lagi dengan reflek tanpa sadar yang Hinata lakukan saat ini.
Berbunga-bungalah hati Sasuke. Berasa menang lotre gitu.
Sasuke menundukkan kepala, matanya menatap geli wajah Hinata yang kelewatan takut. Lucu menurutnya. Sudah tau takut, tapi masih aja mengintip.
Film terus berputar, jeritan kuat memenuhi ruangan kala sang hantu menampakkan wujudnya dengan tiba-tiba.
Sekarang posisi tubuh Sasuke sudah condong ke arah Hinata. Itu akibat dari tarikan kuat pacarannya. Bahkan sepertinya Hinata tak sadar bahwa wajahnya menelesak ke leher Sasuke saat ini. Sasuke terkekeh. Rencananya berjalan lancar. Sekarang waktunya. Film sebentar lagi selesai dan Sasuke ingin Hinata memberikan reward atas jasa pelukannya. Paling tidak satu kecupan... tapi lebih dari satu boleh juga.
"Hinata" panggil Sasuke seraya menggulirkan bola matanya kebawah, menatap wajah Hinata yang masih bersembunyi pada perpotongan lehernya. "Sampai kapan kamu mau cium leherku?"
Dengah cepat Hinata mendongak. Dalam ruangan yang minim cahaya, Sasuke dapat melihat dengan jelas seberapa merahnya wajah itu.
Tep
Bibir Sasuke sudah menempel dengan bibir mungil Hinata. Mata kelamnya menatap dalam bola mata keperakan Hinata yang membeliak. Sasuke tersenyum disela ciumannya. Lembut adalah rasa yang Sasuke kecap kala bibirnya bertemu dengan bibir Hinata.
Ah rasanya ingin ia makan jika tak mengingat dimana mereka saat ini. Dosa Sasuke dosa! Nanti aja kalau udah nikah, baru abisin Hinata.
Sasuke menciptakan jarak, walau ia akui dirinya belum puas, sangat. Namun kecupan beberapa detik itu sudah cukup untuk saat ini. Sasuke engga boleh ngajarin pacaran yang engga sehat. Dosa juga. Nanti aja kalau udah halal.
Tenang aja, lagipula Sasuke bakal mastiin bahwa Hinata cuman halal sama dirinya.
"Maaf" ujar Sasuke seraya menatap lembut Hinata
.
.
.
Wajahnya merah Hinata tak kunjung pergi. Dia masih terdiam, masih syok akan ciuman mendadak Sasuke. Dia tau, Sasuke sengaja memilih genre horor. Biasalah, anak cowok cari kesempatan. Tapi rasa takut mengalahkan kewaspadaannya. Bukan Sasuke yang nempel buat cari kesempatan, tapi dirinya yang menempel pada Sasuke. Malu banget!
Tapi satu hal yang membuat Hinata tercenung. Kalimat maaf Sasuke dan tatapan lembutnya di tengah kegelapan sungguh membuat Hinata lupa bahwa beberapa detik yang lalu ia tengah didera perasaan takut yang luar biasa.
Ada ya orang abis nyium cewek terus minta maaf?
Saat tangan besar mengelus pipinya pelan, Hinata sadar bahwa bukan waktunya berbengong ria.
"Engga enak ya es krimnya?"
Hinata mengerjap. "E-enak kok kak"
Tatapan Sasuke dingin. "Kita sudah sepakat kalau lagi berdua engga ada panggilan kakak" dengan penekanan pada akhir katanya.
"Sa-Sasuke..."
Perasaan Hinata engga bilang iya deh waktu itu.
"Begitu lebih baik sayang"
Hinata meringis. Sasuke akan memanggilnya sayang hanya saat tertentu saja. Dia bukan tipekal cowok gombal.
"Aku udah bilang ke papa kamu kalau aku serius. Aku engga sekedar pacaran biasa sama kamu"
Deg
Hinata tau sorot mata itu saat memandangnya untuk kali pertama. Bukannya terlalu percaya diri, namun Sasuke terlihat berkomitmen tinggi dan bukan ngajak Hinata pacaran buat ngisi waktu luang atau biar kaya orang-orang, biar engga dibilang jones.
Sasuke menurunkan tangannya. Kini kedua tangannya menggenggam salah satu tangan Hinata yang tak menggenggam sendok. Ia meremasnya pelan.
"Aku serius sejak awal"
Hinata gelagapan. Ada perasaan yang sungguh meletup-letup kini. Tapi...
"Aku masih SMA Sasuke... walau kamu-"
"Kamu mau aku ngerusak kamu lebih awal? Aku pria duapuluh dua tahun sayang. Mau sampai kapan kamu nahan aku? Kamu barus kelas satu SMA, kamu mau buat aku nunggu tiga tahun lagi? Nunggu kamu dari SMP ke SMA aja buat aku lumutan"
Kenyataan bahwa kakak yang dimaksud bukanlah kakak kelas. Ya, semua murid memang memanggilnya kakak Sasuke. Itu karna pria itu enggan jika dirinya dipanggil 'bapak'. Kepentingan berada di sekolah Hinata adalah karna pria itu tengah menjadi guru magang untuk syarat skripsinya.
Tunggu...
"SMP? Maksud kamu?"
Untuk beberapa saat Sasuke terdiam. "Lupain bagian itu..."
Selama itu?
.
.
.
Ia menyerahkan helmnya pada Sasuke dengan kepala menunduk. Enggan menatap.
Jemari Sasuke menyelipkan rambut menjuntai Hinata ke belakang telinganya. "Engga akan ada yang gangguin kamu, aku janji" kemudian mengangkat wajah Hinata untuk menatapnya. "Masuklah" lanjutannya seraya mengelus puncak kepala Hinata.
Sasuke menciptakan jarak. Ia sudah bersiap menyalakan kembali motornya sebelum tarikan yang ia rasakan di ujung kausnya.
"Ka-kamu engga mau masuk dulu?" Ujar Hinata seraya meringis. Entah mengapa ia ingin Sasuke ada di dekatnya saat ini.
Sasuke melepaskan tarikan pada ujung kausnya, yang kemudian meninggalkan sayatan kecil untuk Hinata.
Hinata sudah berpikir mungkin Sasuke marah padanya. Ia sudah membuat pria yang ia akhir-akhir ini pikirkan, kecewa. Namun saat dekapan hangat Hinata rasakan, dugaan itu lenyap.
"Aku masuk sebentar" seraya mengelus punggung Hinata.
.
.
.
Sasuke memang masuk ke rumah, ia duduk manis dengan Neji sebagai teman bicaranya sementara Hinata membuatkan teh hangat sesuai dengan permintaan Neji.
Cemas
Ya, Hinata cemas. Ini sudah kali kedua pria itu mengangkat masalah keseriusannya. Demi apapun, mereka baru berpacaran satu bulan. Bahkan Hinata baru delapan bulan setengah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Ia tak bisa membayangkan sama sekali.
"Hinata? Kok bengong? Nanti tehnya keburu dingin loh" tegur sang ibu dengan telunjuk yang mengarah pada cangkir teh yang sudah diletakkan di atas nampan.
Hinata terkesiap, "Eh, i-iya mah..." jawabnya seraya tersenyum kikuk.
Hinata menghela nafas, sejujurnya ia senang saat Sasuke menunjukkan keseriusan yang sebetulnya terlalu dini, tapi-
Ia mengerjap kala Sasuke sudah berdiri dengan jaket yang membungkus tubuh proposionalnya.
"Kak Sasuke?" Ujar Hinata mendekat seraya meletakkan nampan di atas meja tamu. Ia melirik Neji sekilas sebelum menatap kembali Sasuke. "Udah mau pulang?"
"Engga bagus serigala kelamaan di rumah kita" ketus Neji seraya bersidekap.
Sasuke menatap Neji datar, kemudian matanya bergulir menatap gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu. Sasuke membeliak kala menyadari bahwa ia mengajak Hinata kencan dengan seragam sekolahnya.
"Baru sadar kan lo, udah ngebahayain adik gue"
Sasuke memutus kontak matanya dengan Hinata. Ia menatap tajam Neji. "Sori, gue lupa"
Neji mendengus. "Udahlah sana balik!" Ujarnya seraya mengayunkan telapak tangannya.
Sasuke mendecih. Ia menarik kepala Hinata mendekat dan mengecup dahinya lembut. "Aku pulang ya" ujarnya seraya mengacak rambut Hinata setelah acara cium dahinya selesai.
Neji menarik pergelangan tangan Hinata yang bebas. "Ngapain lo cium-cium!"
"Berisik lo ah! Oh iya, tante aku pulang dulu" ucapnya kala melihat sang calon menantu keluar dari dapur.
"Ah, iya Sasuke. Maaf engga bisa salim, tangan tante kotor" ujarnya seraya tersenyum lembut. "Hati-hati ya"
.
.
.
Sasuke melempar jaketnya ke kursi meja belajarnya. Ia duduk di pinggir kasur dengan kaus yang berada di bahu kanannya. Mendesah pelan kala mengingat begitu tak terkontrol dirinya beberapa jam lalu.
Mungkin Hinata akan menjaga jarak.
Satu halnya yang Sasuke sesali, ia terlalu terburu-buru. Kalau membicarakan kesiapan tentu bila di ukur sudah mencapai seratus persen. Beberapa bulan lagi ia sidang skrispi, ia sudah memiliki pekerjaan di perusahaan ayahnya sendiri, dihitung setelah dirinya lulus kuliah. Umurnya sudah cukup untuk dapat membina rumah tangga. Dirinya sudah seratus persen. Kurang apa apa lagi?
Jemari besarnya menyisir rambut ke belakang. Matanya terpejam. Ia sadar betul seberapa muda Hinata. Gadis itu belum lama menginjak Sekolah Menengah Atasnya. Walau Hinata tipekal gadis penurut, tapi untuk masalah pernikahan pasti gadis itu akan berpikir keras.
Tapi untuk menunggu selama tiga tahun dengan terus menjalani hubungan pacaran bukanlah usul yang bagus. Sasuke bermasalah dengan kata sabar. Ia tak bisa menunggu selama itu.
"Tsk!"
Sasuke mendelik kala merasakan getaran yang berada di kantung celana bahannya.
"Kamu belom tidur?"
Dan suara lembut gadisnya memenuhi pendengaran Sasuke.
Sasuke menghempaskan tubuhnya ke ranjang. ia tersenyum kecil kala mengingat ini kali pertama Hinata meneleponnya.
"Kamu udah sampe?"
Sasuke mengerjap. Tak biasanya Hinata menanyakan hal sepele. "Ada apa sayang?" jawab Sasuke seraya bangkit dari posisi tidurnya.
"Uhm... papa bilang-"
TBC
.
.
.
Makasih udah mau mampir ;_; maap juga kalo rada ancur, typo dan bahasanya sesuka aing gini ;_; harap suka. Kritiknya boleh :D ditunggu *makankripik
Oiya maap yang syarat skripsinya, sy ngada-ngada LOL
SIAPUN KALIAN YANG BACA, REVIEW, FAV, FOLLOW, MAKASIH BANYAK ;_; engga bisa bales review, dirumah engga ada modem ;_; seneng adalah saat aku baca review kalian. Kaya ada manis-manisnya getoh:"v
maap sampe ngaplot berkali-kali gini =_=
