"Mari kita pergi kencan setelah kau bekerja besok." ujar Chanyeol dengan santai, sementara Baekhyun tambah terkejut.
"Kencan? Denganku? Seorang laki-laki?"
"Kenapa? Apa masalah?"
Tanpa mereka sadari, selama ini D.O mengamati mereka dari belakang. Dia terlihat sangat sedih, juga cemburu. D.O memutuskan untuk menghampiri mereka. Ia berdehem. Chanyeol dan Baekhyun langsung menoleh ke arah D.O.
"Ada apa?" tanya D.O setelah berada di hadapan Baekhyun dan Chanyeol.
"Huh?"
Ia belum sempat bertanya lebih jauh ketika ponselnya berdering, ada telepon.
"Ada masalah besar. Suho menghilang!" ujar suara di seberang telepon mengagetkan D.O.
"Apa?!"
Chanyeol dan Baekhyun terkejut mendengar teriakan D.O.
...
"Ada apa?" tanya Chanyeol ikut panik. D.O tersadar.
"Tidak ada apa-apa," jawab D.O pelan. D.O melirik sedikit ke arah Baekhyun lalu memandang penuh arti pada Chanyeol. Chanyeol mengerti.
"Eum, lebih baik kau pergi saja," ucap Chanyeol mempersilahkan Baekhyun untuk pergi. Baekhyun sedikit bingung, tapi dia memilih untuk pergi.
...
D.O, Luhan, Sehun, dan Chanyeol berkumpul di basement.
"Apa? Suho menghilang?" tanya Chanyeol kaget.
"Dia meninggalkan rumah sakit tanpa mengatakan sesuatu. Ponselnya juga mati," ucap Luhan.
"Benarkah? Mungkin saja dia hanya pergi sebentar," ucap D.O yang tak percaya.
"Tidak mungkin. Aku mendengarnya dari manager. Dia mengemasi barang-barangnya. Dia pergi tanpa mengatakan apapun," ucap Sehun.
"Kenapa dia bisa melakukannya?" tanya Chanyeol, tetapi tidak ada yang menjawab.
...
"Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?" tanya Baekhyun pada dirinya sendiri. Baekhyun sedang ada di kamarnya, memikirkan kejadian tadi.
"Tidak. Dia bilang tidak apa-apa,"
Baekhyun teringat ajakan kencan Chanyeol. Ia tersenyum.
...
"Suho tidak menelponmu?" tanya Luhan di telepon pada member EXO-M. Member EXO-M tidak berada di Seoul saat itu. Mereka berkumpul dan mendengarkan berita dari Luhan lewat telepon.
"Tidak. Aku akan gila disini. Apa kau mencarinya?" tanya Xiumin yang sangat khawatir.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Tao.
"Aku berbicara dengannya kemarin. Dia kelihatan baik-baik saja. Kakinya juga sudah lebih baik," ujar Kai yang juga frustasi pada Sehun di seberang telepon.
"Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan," ujar Sehun pada Kai. D.O merasa sama dengan Sehun, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Chanyeol pergi ke rumah Suho. Kami juga akan kesana kalau manager datang kesini," ucap Luhan pada member EXO-M di seberang telepon.
"Beritahu kami jika kau tahu sesuatu," ucap Chen.
"Periksa kafe yang sering dia kunjungi, oke?" ingat Lay.
"Aku harusnya ada di Korea," desah Kai di tempat dia berada sekarang.
...
Saat ini Suho sedang berada di pinggir sungai Han. Ia mengingat kembali kejadian beberapa waktu yang lalu. Ia hendak menemui dokternya saat ia mendengar pembicaraan dokter dan managernya.
Flashback
"Dokter, kumohon pertimbangkanlah kembali. Tolong pikirkan tentang Suho," pinta managernya dengan memelas.
"Selama sepuluh tahun aku menjadi dokter, aku tidak pernah berada dalam situasi seperti ini," ucap sang dokter mendesah.
"Ini bukan tanggung jawabku," lanjut dokter.
"Lakukan sekali saja. Dan jangan beritahu Suho untuk saat ini," pinta managernya lagi.
"Aku tak tahu.."
"Kumohon dokter, aku mohon padamu,"
Suho mulai mengerti dengan apa yang telah terjadi. Ia menundukkan kepalanya. Dengan tertatih-tatih, lelaki bermarga Kim itu berjalan kembali ke kamar pasiennya.
Flashback off
"Kurasa aku baik-baik saja. Mungkin ini semua akhir bagiku," ujar Suho dengan nada putus asa. Ia berdiri dan berteriak karena rasa frustasi.
Di lain tempat, Baekhyun terlihat bingung dengan ponselnya. Ia hendak bertanya pada Chanyeol perihal kencan mereka.
"Dimana kita bertemu? Haruskah aku bertanya? Tidak, aku akan terlihat sangat bersemangat. Mungkin juga tidak. Bukankah ini wajar jika ingin tahu?"
Lelaki manis itu mulai mengetik pesan untuk Chanyeol, tetapi buru-buru menghapusnya krena ia rasa tidak cocok. Ia mengetik lagi dan menghapusnya. Begitu seterusnya sampai tiba-tiba Taehyung mendobrak pintu kamarnya dan masuk tanpa ijin, yang membuat Baekhyun kaget. Baekhyun menyembunyikan ponselnya di belakang punggungnya secepat kilat.
"Apa itu? Aku merasakan aura yang kuat datang dari sebelah sini," ujar Taehyung mencoba menengok ke belakang punggung Baekhyun.
"Sebenarnya..."
"Aku tahu. Pasti ada sesuatu," ujar Taehyung lagi yang memotong ucapan Baekhyun.
"Apa maksudnya jika seseorang mengajakmu berkencan, tetapi tidak bilang waktu dan tempat yang spesifik?" tanya Baekhyun. Taehyung terkesiap.
"Apa Cho Minhwan meneleponmu?" tanya Taehyung.
"Apa kau bisa berhenti membicarakannya? Ya, dia meneleponku. Kau tahu kenapa? Dia ingin nomor siswi cantik di SMA kita, Jihyun. Chingu, kau selalu mengarahkanku ke arah yang salah," ucap Baekhyun sebal. Taehyung merasa sedikit bersalah.
"Lupakan itu. sekarang fokuslah pada masalahku," ujar Baekhyun.
"Ne," jawab Taehyung tersenyum.
"Jika dia tidak memberitahumu secara spesifik, itu artinya tergantung dirimu. Kau yang memutuskan," ucap Taehyung. Baekhyun terlihat berpikir.
...
"Bagaimana bisa Suho tidak menghubungi salah satu dari kita?" tanya Luhan pada D.O. Mereka berdua sedang bersiap untuk mencari Suho. D.O terhenti.
"Dia menghubungiku," ujar D.O pelan.
Suho tampak berada di seberang jalan, duduk sendirian. Ia menelepon D.O, meskipun ia terlihat sedikit ragu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Suho pada D.O di seberang telepon.
'Aku sedang bingung,' jawab D.O, tak sadar bahwa Suho sedang kabur dari rumah sakit.
"Tentang apa?"
'Apa aku harus bersikap jantan atau hanya melihatnya saja seperti seorang pengecut. Ini adalah masalah tersulit yang pernah kuhadapi. Tidak peduli sekeras apa aku berpikir, aku tidak menemukan jawabannya,' ujar D.O, tak mengerti bahwa Suho juga ingin menceritakan kegelisahannya.
"Aku seorang pengecut. Tapi kuharap kau bisa bersikap jantan," ujar Suho. D.O merasa ada yang salah.
'Apa ada yang terjadi?' tanya D.O.
"Huh? Tidak, aku tak apa-apa. Ngomong-ngomong, semangatlah. Bye," ujar Suho lalu memutus sambungan telepon mereka.
"Aku ingin memberitahumu semuanya. Tapi waktuku tinggal sedikit," ucap Suho pada dirinya sendiri.
.
"Sehun dan aku akan mencari ke rumah sakit. D.O dan Chanyeol, kalian cari di sekitar sungai," ujar Luhan. Chanyeol mengiyakan. Mereka berempat bergegas keluar dari van, tak lupa mengenakan masker mereka.
Tepat ketika Chanyeol turun dari van, ponselnya yang tertinggal di dalam van berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Baekhyun.
'Aku akan memilih tempat kencannya. Ayo kita bertemu di taman bermain dan berjalan-jalan di sekitar kompleks tetangga kita yang dulu,'
Sementara itu, member EXO M dan Kai yang sedang tidak di Korea hanya bisa pasrah menunggu kabar. Chanyeol, D.O, Luhan, dan Sehun kembali ke rumah setelah pencarian Suho berakhir nihil.
"Sudah terlalu larut untuk mencarinya. Kita harus menunggu lagi," ujar Sehun.
"Dimana ponselmu?" tanya Luhan.
"Ponselku tertinggal di van dan saat ini sedang di bawa oleh manager. Dia akan memberitahu kita jika Suho menelepon," jawab Chanyeol.
Chanyeol terdiam sejenak. Ia menundukkan kepalanya lama. "Ini salahku," ucapnya pelan.
Luhan, Sehun, dan D.O langsung menoleh ke arah Chanyeol.
"Seharusnya aku lebih berhati-hati. Aku selalu menganggap diriku sempurna, tapi aku melakukan kesalahan yang besar," lanjut Chanyeol yang semakin menyalahkan dirinya sendiri.
"Itu hanya kecelakaan. Jangan salahkan dirimu," ucap D.O. Ia ikut terdiam setelahnya.
"Suho menghubungiku setelah ia meninggalkan rumah sakit. Aku terus saja berbicara tentang diriku sendiri. Tentang perasaanku. Seandainya saja aku mengetahuinya," ujar D.O, ikut menyalahkan dirinya.
"Itu semua bukan kesalahanmu, jangan khawatir. Tunggu saja, dia pasti akan menghubungi kita," ujar Luhan menengahi. Malam itu, semua member EXO tidak bisa tidur karena masih khawatir dengan keadaan Suho.
Keesokan paginya,
"Ini sudah pagi. Dia tidak menelepon. Hari ini kita harus mencarinya kemana?" tanya D.O.
"Rumahnya, rumah temannya, tempat yang sering ia datangi. Dimana lagi?" ujar D.O bertanya-tanya.
"Di tempat yang sunyi," –Sehun.
"Tempat dimana dia bisa sendirian," –Luhan.
"Tapi, dimana itu?"
Chanyeol terkesiap. "Aku tahu tempatnya," Chanyeol mengambil ponsel Sehun yang ada di meja. "Aku akan menelepon kalian. Kau hubungi manager," ujar Chanyeol. Kemudian ia berlari keluar basement, diikuti pandangan bingung dari Luhan dan Sehun.
..
Benar saja, saat ini Suho sedang berada di tempat yang Chanyeol duga, tempat latihan dance. Ia tampak merenung. Beberapa saat kemudian, lelaki Kim itu berdiri dan mulai menari. Ia terus saja berhenti dan mengelus kakinya yang masih cedera. Akan tetapi, ia bangkit lagi dan menari lagi. Ia menahan rasa sakit yang ada di kakinya dan menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Suho hyung!" sebuah suara menghentikannya dari kegiatannya menari. Ia menoleh dan mendapatkan Chanyeol berada di depan pintu, tersenyum lega.
Di lain tempat..
Baekhyun sudah bersiap-siap untuk kencannya hari ini. Ia melihat dirinya di cermin dan tersenyum manisbaekhyun sudag sampai di taman bermain. Lelaki manis itu menunggu Chanyeol dan terus menunggu.
Kembali ke Chanyeol dan Suho.
Chanyeol dan Suho sedang duduk bersebelahan.
"Kau tahu betapa khawatirnya aku? Kukira jantungku akan berhenti berdetak," ujar Chanyeol dengan rasa sedikit kesal. Lelaki yang ia ajak bicara hanya tertawa.
"Bukankah aku bukan pacarmu atau apapun itu?" ujar Suho geli sambil menepuk-nepuk kepala Chanyeol.
"Kenapa kau pergi tanpa bilang apapun? Apa separah itu?" tanya Chanyeol. Senyum yang tadi bertengger di bibir Suho langsung menghilang.
"Aku tebak kau belum mendengarnya. Kita harus menunda jadwal kita," ucap Suho dengan tidak bersemangat.
"Tentang kakiku... Aku akan melakukan yang terbaik. Tapi kalau aku tak bisa menari, aku akan meninggalkan grup sampai aku sembuh. Kita tidak bisa membiarkan fans kita menunggu," ujar Suho serius.
"Kau ingin kami tampil tanpa dirimu? Tidak mungkin!" Chanyeol terkejut. Suho tertawa geli. "Aku suka kesetiaanmu," ucapnya.
"Bukannya aku setia, tetapi ini tidak benar. Kau terluka karena aku," ucap Chanyeol.
"Sudah kubilang jangan pernah berkata seperti itu,"
Tiba-tiba pintu ruang dance terbuka. Sehun, Luhan, dan D.O masuk dengan tergesa-gesa.
"Suho hyung!"
Mereka mendatangi Suho dengan raut wajah setengah lega setengah kesal. Mereka lega melihat Suho baik-baik saja. Suho sendiri terlihat sedikit merasa bersalah.
Masih di ruang dance, Luhan menyambungkan video call dengan member China, dan Sehun menyambungkan dengan Kai.
"Suho hyung, apa kau tahu betapa aku mengkhawatirkanmu? Kau membuat kami semua khawatir," ujar Kai.
"Hyung! Apa kau baik-baik saja? Apa kau dalam masa pubertas?" tanya Chen.
"Siapa yang menyuruhmu pergi tanpa mengatakan apapun?" tanya Tao yang menyalahkan Suho.
Sementara Suho hanya tersenyum dan meminta maaf kepada mereka semua.
Di tempat Baekhyun berada..
Baekhyun sudah menunggu beberapa jam di taman bermain. Lelaki manis itu merasa sangat kedinginan. Ia berdiri dan berjalan mondar-mandir. Meskipun ia sudah menungu lama, ia yakin Chanyeol akan datang.
"Dia tidak menjawab pesanku. Apa dia tak akan datang?" tanya Baekhyun pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepalanya. "Ah, tidak. Tidak ada berita berarti kabar baik," ucapnya pada dirinya sendiri.
Pada akhirnya, Baekhyun memutuskan untuk mengirim pesan pada Chanyeol.
'Kau akan datang, kan?'
Sementara itu, Chanyeol dan yang lainnya berada di van dalam perjalanan kembali ke rumah. Chanyeol tertidur dan D.O berada di sebelahnya. D.O melihat keluar jendela van dan melihat
Sementara Baekhyun, ia masih di taman bermain, duduk di salah satu ayunan yang ada di sana. Baekhyun menundukkan kepalanya. Ia melihat sepasang sepatu mendekat. Baekhyun tersenyum tipis, mendongak dan tersenyum lebar. Ia mengira bahwa pemilik sepatu itu adalah Chanyeol. Namun, senyumnya perlahan menghilang saat melihat orang di hadapannya bukanlah Chanyeol, melainkan D.O, yang tengah tersenyum hangat padanya.
.
Chanyeol tampak berlari-lari menuju taman bermain. Wajahnya terlihat kusut. Ia baru saja menerima pesan dari Baekhyun. Namun, saat ia sampai di sana, taman bermain itu kosong. Baekhyun-nya sudah pergi.
...
"Dokter, kumohon." pinta manager itu pada dokter untuk yang kesekian kalinya. Saat itu Suho sudah kembali ke kamarnya.
Akhirnya dokter itu luluh.
"Baiklah, tapi aku hanya akan melakukan ini sekali saja," ujarnya. Manager itu terlihat senang. Mereka berterimakasih pada dokter, lalu mengeluarkan handycam.
"Katakan sesuatu pada Suho yang akan segera pergi," ujar manager dengan ceria, sambil mengarahkan handycam itu ke wajah sang dokter.
"Suho, jagalah kakimu setelah kau pergi. Aku harap kau akan menjadi sensasi di internasional. Sampai jumpa," ujar Dokter itu. Manager EXO merengut sebal.
"Ayolah Dokter, kau sudah berjanji," Akhirnya Dokter itu pun luluh –lagi. Ia berdiri dan mulai nge-rapp .
...-...-...-...-
Chanyeol berlari kencang menuju taman bermain tempat Baekhyun menunggu dirinya. Akan tetapi, ketika Chanyeol sampai di sana, lelaki tinggi itu tidak menemukan Baekhyun. Lelaki Park itu melihat sekeliling taman itu baik-baik dan akhirnya menemukan Baekhyun yang sedang meringkuk di tangga pojok taman. Chanyeol menghela nafas lega lalu tersenyum dan menghampiri Baekhyun.
Baekhyun mendongak dan kaget ketika melihat Chanyeol berada di sampingnya.
"Aku tahu kalau aku terlambat. Apa kau marah?" tanya Chanyeol. Baekhyun berdiri dan memandang Chanyeol dengan tatapan tidak percaya. Sebenarnya ia marah, sedikit sih. Baekhyun menggeleng.
"Tidak terlalu," jawabnya tidak jelas. Chanyeol terlihat kurang mengerti ucapannya.
Baekhyun menunjuk bibirnya. "Bibirku membeku," ucapnya lalu mempoutkan bibirnya.
Chu
Baekhyun terdiam. Chanyeol di depannya hanya tersenyum tampan. Ia menyentuh bibirnya yang baru saja di kecup oleh Chanyeol.
"Mianhae karena aku sudah membuat bibirmu membeku," ucap Chanyeol. Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan polosnya.
Grep
Chanyeol membawa Baekhyun ke dalam pelukannya. "Apakah dengan ini kau merasa lebih hangat?" tanya Chanyeol.
"Umm.." respon Baekhyun. Pipinya sangat merah sekarang. Dalam hati, ia menyumpah serapahi Chanyeol yang sudah membuat detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
...
Sementara D.O saat ini sedang berada di kamar, merenung. Ia mengingat kembali percakapannya dengan Baekhyun saat berada di taman bermain tadi.
"Apa yang kau lakukan di sini? Menunggu seseorang?" tanya D.O.
"Chai," jawab Baekhyun tidak jelas. D.O tak mengerti apa yang dikatakan oleh Baekhyun. Baekhyun sedikit menghangatkan bibirnya yang terasa membeku lalu mengulangi jawabannya. "Chan,"
D.O tidak terlihat bahagia. "Sudah berapa lama kau ada di sini?" tanyanya. Baekhyun mengecek ponselnya. "Sekitar empat jam,"
"Jika dia tidak datang, harusnya kau pulang," ucap D.O terlihat tidak suka.
"Dia tidak menjawab telepon dan aku tidak mau kehilangannya. Apa sesuatu terjadi padanya?" tanya Baekhyun dengan nada khawatir. D.O menatapnya dingin.
"Kau mengkhawatirkannya di saat kau sendiri membeku?" tanya D.O.
"Dia tidak menjawab bukan tanpa alasan," bela Baekhyun dengan suara yang pelan.
"Kami ada sedikit masalah, tapi sekarang sudah baik-baik saja," jelas D.O.
"Chanyeol sudah di rumah. Ayo pergi," lanjutnya masih dengan raut wajah yang dingin. Ia menarik tangan Baekhyun untuk mengajaknya pulang, tetapi Baekhyun menolaknya. D.O terlihat terkejut.
"Ani, ada hal-hal yang harus aku lakukan dengannya. Aku sudah menyiapkan ini semua," ujar Baekhyun.
"Jadi, kau akan terus menunggu?" tanya D.O pelan. Baekhyun mengangguk dengan semangat.
"Dia akan datang. Kau bilang semuanya baik-baik saja," ucap Baekhyun.
D.O masih terdiam di kamarnya. Sebuah pesan masuk ke ponsel milik pemuda bernama Do Kyungsoo itu, menyadarkan dirinya dari lamunan. Pesan dari Baekhyun.
'Aku akan bertemu dengannya. Gomawo, chingu,'
"Mungkin tidak seharusnya aku memberitahunya," ujar D.O dalam hati.
Sebelumnya D.O datang ke kamar Chanyeol, menatap Chanyeol penuh arti, penuh dengan kesedihan juga kekecewaan. Chanyeol menatapnya balik, dengan tatapan bingung. Namun, tiba-tiba Chanyeol sadar akan sesuatu dan buru-buru mengambil jaketnya dan berlari keluar kamar, meninggalkan D.O yang terpaku, menunduk.
"Semenit di sana, kurasa membuatmu menunggu. Aku ingin mencarinya sendiri. Untuk sekali saja, aku tidak ingin menjadi baik," batin D.O egois.
"Tapi kau terlihat sangat kedinginan. Aku tak pernah tahu jantungku berdegup begitu kencang. Tapi aku terlambat dan terlalu pengecut untuk berbagi kenangan bersamanya," D.O mengingat saat ia pertama kali menyentuh pipi Baekhyun, saat ia menanyakan siapa lelaki yang paling ia suka, saat Baekhyun tertawa bersama Chanyeol.
D.O mengalihkan pandangan ke jendela. "Aku menyukaimu. Aku menyukaimu,"
D.O kembali mengingat saat di taman bermain tadi.
"Kita teman, iya kan?" tanya D.O pelan, menatap Baekhyun tajam, penuh dengan pengharapan.
Baekhyun mengangguk. "Yeah, kita teman," ujarnya pelan, namun penuh keyakinan.
D.O mengingat saat dulu ia meminta Baekhyun untuk menjadi temannya.
"Bodohnya aku," D.O tersenyum pahit, menyandarkan kepalanya ke sofa dan memejamkan matanya. "Itu akan menjadi sebuah keajaiban,"
...
Baekhyun sedang tiduran di kasurnya. Ia membayangkan saat Chanyeol mengecup bibirnya tadi. Baekhyun memekik senang dan menggeliat malu di kasurnya.
"Itu membuatku menggeliat dengan malu, tapi... Aku sangat senang. Ya Tuhan!" pekikinya lalu kembali menggeliat di kasurnya.
Daehyun dan ibunya yang berada di bawah sedang menonton TV, menengok ke lantai atas, heran dengan pekikan Baekhyun.
"Apa yang terjadi pada hyung-mu? Apa dia gila?" tanya ibunya menoleh pada Daehyun.
"Tidak, tidak, tidak. Dia berkomunikasi dengan tetangga supranatural kita. Seperti lumba-lumba," ujarnya. Ibu berkedip tak percaya.
"Daehyun, anakku. Apa kau sakit? Apa kau punya keluhan?" tanya Ibu berusaha sabar. Daehyun menggeleng pelan. "Tidak,"
"Bagus. Semua yang kuinginkan adalah agar kau sembuh," ujar Ibu menggertakan gigi dengan gemas namun tetap tersenyum.
...
Chanyeol duduk di depan meja kamarnya, memperhatikan Baekhyun membersihkan kamar miliknya. Ia teringat dengan ucapan Suho.
"Chanyeol, jadwal tour kita sudah diatur. Sudah siap? Ya, kita akan berangkat lebih cepat dari yang telah diperkirakan. Tidak ada banyak waktu lagi, kita harus mengecek barang-barang yang akan kita bawa,"
Chanyeol menghela nafas panjang.
"Ada seorang anak kecil," ucap Chanyeol tiba-tiba, seoalh-olah ia sedang berbicara pada dirinya sendiri. Baekhyun menoleh pada Chanyeol dan menatap lelaki tampan itu dengan tatapan heran.
"Dia tidak pandai mengungkapkan emosinya. Dia menyukai seseorang, tetapi dia tidak memiliki keberanian untuk memberitahu orang itu tentang perasaannya," lanjut Chanyeol.
"Suatu hari, seorang anak mengambil boneka beruang milik orang itu. Akhirnya, anak itu berbicara padanya. Dia bilang, bahwa jika dia mengambilkan boneka beruang itu, orang yang disukai itu mungkin akan menyadari perasaannya. Dia hanya berpura-pura. Dia tahu bagaimana perasaannya, bahkan jika ia tidak mengatakan hal itu. Dia tidak tahu kenapa. Akan tetapi, itulah yang ia pikir," Chanyeol mengakhiri monolognya. Ia bangkit dan berdiri, kemudian menoleh pada Baekhyun yang memperhatikannya.
"Aku tidak berbuat baik padamu. Aku minta maaf," kata Chanyeol seraya tersenyum. Baekhyun terpaku melihatnya.
"Aneh. Apa ini? Wajahmu tidak memerah?" tanya Chanyeol dengan senyum menggoda yang tersemat di bibirnya. Baekhyun tersadar dan meraba pipinya.
"Oh, kau benar!" ujar Baekhyun sambil tersenyum. Chanyeol berbalik memunggungi Baekhyun.
"Kau tidak perlu datang lagi," ucap Chanyeol yang membuat Baekhyun kaget.
"Kau dipecat, bodoh," ucap Chanyeol lagi dengan berat. Ia menoleh dan mendapati Baekhyun yang tampak terkejut. Lelaki tinggi itu tersenyum lemah.
"Tapi tugas Bucheon boy belum selesai," ujar Chanyeol dengan ceria.
"Tugas?"
...
D.O duduk di pinggiran ranjang kamarnya. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.
'Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya?' 'Apa aku harus memendamnya?' 'Apa aku terlihat seperti seorang pengecut?' 'Apa yang harus ku lakukan?'
D.O. mengacak rambutnya, frustasi.
Cklek
D.O. menoleh saat mendengar suara pintu yang dibuka. Oh, ternyata Baekhyun.
"Maaf, apa aku mengganggumu? Aku ingin membersihkan kamarmu," ucap Baekhyun.
"Ah, tidak. Kau tidak mengganggu kok. Silahkan," balas D.O.
Hening
Tidak ada percakapan sama sekali. D.O. sibuk dengan pemikirannyam dan Baekhyun sibuk dengan pekerjaannya.
"Byun Baekhyun?" panggil D.O, memecah keheningan. Baekhyun menoleh ke arah D.O.
"Ya? Ada apa?" tanya Baekhyun.
"Ada suatu hal yang ingin aku katakan padamu."
"Apa itu?"
"Sebenarnya, eum..."
'Aku sudah memutuskan,'
Baekhyun menunggu D.O melanjutkan ucapannya.
"Sebenarnya aku menyukaimu. Kau boleh menganggapku aneh atau apapun itu. So, apa kau mau menjadi kekasihku, Byun Baekhyun?"
D.O. menatap lurus ke arah Baekhyun yang tampak terkejut dengan ucapannya.
"A-aku.."
D.O menunggu Baekhyun.
'Katakanlah yang sejujurnya. Walaupun nanti akan membuatku sakit, aku tidak apa-apa. Yang terpenting kau berbicara jujur,'
"Maaf,"
Satu kata itu membuat D.O. kecewa. Namun, ia memberikan senyumnya pada Baekhyun. Tidak apa dia ditolak, yang pasti dia sudah berani mengutarakan perasannya. Sekarang, ia merasa bebannya sedikit terangkat.
"Gwaenchana. By the way, apa kau memiliki seseorang yang kau sukai saat ini?" tanya D.O masih dengan senyuman yang tersemat di bibirnya.
"A-aku.."
Entah kenapa, malah wajah Chanyeol yang ada di pikirannya sekarang.
Entah datang dari mana, Chanyeol tiba-tiba datang dan merangkul pundak Baekhyun.
"Jangan mengganggu kekasihku," ucap Chanyeol.
D.O menatap tajam pada lelaki yang lebih tinggi darinya itu, yang dibalas dengan senyuman oleh Chanyeol. Sedangkan Baekhyun, ia seperti blank. Ia bingung dengan situasi ini.
Chanyeol segera membawa Baekhyunnya keluar dari kamar pemuda bermarga Do tersebut. Ketika mereka sampai di ruang tamu, Baekhyun menghentikan langkah Chanyeol. Lelaki manis itu menatap lelaki yang sekarang berdiri berhadap-hadapan dengannya.
"Apa maksudmu bilang seperti itu? Aku? Kekasihmu? Sejak kapan?" tanya Baekhyun. Jujur saja, ia merasa senang saat Chanyeol mengklaim dirinya sebagai kekasih lelaki tinggi itu. Ehem.
"Apa kurang jelas?"
Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan bingung.
"Kau (Chanyeol menunjuk Baekhyun) dan aku (ia menunjuk dirinya sendiri) mulai sekarang adalah sepasang kekasih. Aku milikmu dan kau milikku," ucap Chanyeol.
"Mwo?"
'Apa dia sedang mengerjaiku?'
"Dengarkan baik-baik, karena aku hanya mengatakannya satu kali dan tidak ada pengulangan,"
Baekhyun hanya mengangguk sebagai respon. Ia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.
Chanyeol menarik nafas lalu menghembuskannya. Entah kenapa lelaki yang lebih tinggi itu merasakan gugup.
"Aku menyukaimu, ani, aku mencintaimu. Bolehkah aku masuk dalam kehidupanmu. Bolehkah aku mewarnai hidupmu? Dan, maukah kau menjadi kekasihku, Byun Baekhyun?"
Ucapan Chanyeol -yang diucapkan terlalu cepat tadi (menurut Baekhyun)- membuat Baekhyun memasang wajah cengo. Lelaki yang lebih pendek membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu pada lawan bicaranya. Namun, ia merasa suaranya seperti hilang.
Baekhyun mengatupkan bibirnya ketika ia merasakan sesuatu yang lembut, kenyal, dan hangat menyapa bibirnya.
Chanyeol menciumnya, di bibir. Ini memang bukan pertama kalinya lelaki di depannya ini mencium dirinya. Namun, entah mengapa ia masih merasakan gugup.
'Apakah ini mimpi?' pikir Baekhyun.
Ketika Chanyeol menggigit bibirnya, ia merasakan sakit. 'Ini bukan mimpi,'
Mereka berciuman, tanpa memikirkan bahwa kini mereka sedang berada di ruang tamu.
Prang..
Baekhyun segera mendorong Chanyeol untuk menjauh darinya ketika ia mendengar suara gelas pecah.
Mereka menoleh ke arah sumber suara, yang mendapati Sehun gelagapan dengan pecahan gelas yang berada di lantai dekat lelaki Oh itu berdiri.
"A-aku akan membereskannya. Silahkan kalian lanjutkan lagi kegiatan kalian," Sehun segera pergi menuju dapur setelah mengucapkan kalimat itu.
Sepeninggal Sehun, Baekhyun merasakan pipinya menghangat. Ia yakin, sekarang ini pasti pipinya berwarna merah. Sedangkan Chanyeol mendesis kesal dan bergumam, "Awas kau maknae sialan,"
D.O, yang sebenarnya juga menyaksikan semuanya di balik tembok, segera membalikkan badan dan pergi ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ketika ada Luhan di depannya.
Lelaki China itu berkata, "Rasanya sakit ya, Soo,"
Entah Luhan ingin mengejeknya atau apa, D.O. tidak tahu dan tidak mau tahu.
"Berisik," ucap D.O. lalu berlalu meninggalkan Luhan.
"Kau dengan Kai sepertinya cocok," teriak Luhan lalu tertawa bahagia. Lelaki itu memutuskan untuk pergi ke dapur. Saat melewati Chanyeol dan Baekhyun, ia tersenyum lebar dan melambaikan tangannya pada mereka.
.
.
.
"Tugasmu belumlah selesai. Aku pernah mengatakannya, bukan? Tunggu aku. Itulah tugasmu,"
-Park Chan Yeol
.
.
FIN
Rin's note:
Aku benar-benar minta maaf kepada kalian semua, karena aku tidak bisa menepati janjiku. Jujur saja, beberapa bulan terakhir ini, aku merasa sangat sibuk. Selain itu, aku terkena writerblock yang sungguh menyebalkan buatku.
Setelah UN SMP, harusnya aku free, namun ternyata aku dan teman-temanku harus latihan untuk pensi. Setelah itu, aku disibukkan dengan mondar-mandir datang ke SMK untuk pendaftaran, lalu aku harus mengikuti PLSSB dan aku harus menyesuaikan diriku dengan lingkungan baru. Ketika SMK, aku merasa waktuku seperti tersita. Aku selalu pulang sore, lalu malamnya aku gunakan untuk mengerjakan tugas dan beristirahat.
Sebenarnya aku sudah menulis sebagian dari fic ini beberapa bulan lalu. Lalu, aku menyelesaikannya kemarin dan hari ini (17 Desember 2016 dan 18 Desember 2016).
Aku tahu, ending dari fic ini sangat aneh. Aku bingung harus bagaimana. Jadi, terpaksa aku buat seperti ini, dan ini tidak semua yang ada di drama aku tulis. Maaf untuk itu.
Maaf juga karena aku malah seperti curhat.
Pesanku pada kalian yang masih SMP, jangan menyia-nyiakan masa SMP kalian yang indah (bagiku masa SMP adalah masa terindah).
Aku tahu, mungkin ini tidak sesuai dengan harapan kalian. Aku hanya menuliskan yang ada dalam imajinasiku.
Aku tidak terlalu mengharapkan review dari kalian, mengingat mungkin banyak yang sudah lupa dengan fic ini. Ada yang membaca saja aku sudah merasa senang. Paling tidak, aku merasa bebanku sedikit terangkat.
I think that's all
Thanks, and
See you~
Vinkev Rin Fujoshi'24 KJS'11
18 Desember 2016