Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Meet © RainKim

Warn! : Shounen-Ai, cerita gaje dengan tema dan alur pasaran.
.

.

.

Enjoy...

.

.

.

.

Uchiha Sasuke menghela napas lelah. Pria berusia 38 tahun itu menatap sang puteri yang duduk tertunduk di hadapannya juga secarik kertas yang berada di tangan secara bergantian.

"Kali ini apalagi, Sarada?" Tegur Sasuke. Sarada -puterinya yang saat ini berusia 13 tahun itu hanya meringis mendengar nada bicara sang Ayah. Sarada tahu Ayahnya marah dan kecewa karena tindakannya, tapi semua itu karena kesalahan makhluk kuning menyebalkan yang selalu mengganggunya di Sekolah.

"Dia duluan yang mulai, Papa." ujar Sarada, membela diri.

Bukan pertama kalinya hal ini terjadi. Sasuke memang kerap mendengar kabar jika puterinya ini sering berkelahi di Sekolah. Terutama dengan anak laki-laki bermarga Uzumaki yang sering Sarada sebut-sebut sebagai musuh bebuyutannya. Walau memang, kata berkelahi disini bukan berkelahi dalam konteks adu jotos seperti itu, melainkan saling mengejek, mencela bahkan mengerjai satu sama lain tapi demi Tuhan, Sarada adalah anak perempuan dan ia keturunan Uchiha! Apakah pantas seorang Uchiha berkelakuan seperti itu hingga menyebabkan dirinya di panggil Kepala Sekolah atas keonaran yang di lakukan anaknya?

Melihat sang Papa yang hanya diam dan memandangnya skeptis membuat Sarada tak tahan. Dia tahu, dia telah membuat Papanya malu, dia tahu, dia telah mencoreng marga Uchiha yang di bawanya dengan bertingkah seperti anak nakal di sekolah. Tapi sungguh, Sarada tak pernah ingin berbuat demikian. Sekali lagi, Sarada menyalahkan si kuning idiot itu atas apa yang terjadi.

"Maaf, Papa..." isakan lirih mulai keluar dari bibirnya. Pemikiran bahwa Papanya kecewa dan tidak mau menyanginya lagi membuat Sarada takut. Hanya Sasuke yang Sarada punya setelah Sakura -ibunya- memutuskan untuk cerai dari sang Papa. Meski Sakura sendiri masih sering mengunjunginya dan mengajaknya tinggal bersama, namun tetap saja, Sarada lebih memilih Sasuke karena baginya, Sasuke adalah segalanya.

Melihat Sarada yang menangis seperti itu membuat Sasuke tak tega. Sasuke sadar, seharusnya ia bisa lebih tegas pada Sarada sehingga Sarada tak bertingkah dan berbuat seenaknya. Ia juga sadar kalau selama ini ia terlalu lunak dan memanjakan anaknya. Tapi, mau bagaimana lagi. Sasuke terlalu menyayanginya. Sarada adalah harta berharga yang ia punya. Satu-satunya orang yang di sayanginya melebihi apapun di dunia. Ia tak ingin kehilangan lagi. Karena itu, Sasuke akan melakukan apapun yang terbaik untuk Sarada, termasuk menyelesaikan masalah ini secepatnya.

Sasuke bangkit kemudian duduk di sebelah Sarada. Merangkul dan mengusap lembut bahu Sarada yang bergetar karena tangis.

"Sudahlah. Papa memaafkanmu. Tapi, Papa mohon. Jangan ulangi lagi perbuatanmu, Sarada. Papa akan menemui Kepala Sekolah besok dan kita akan menyelesaikan ini bersama-sama. Ok?"

Sarada segera memeluk dan mengangguk dalam pelukan Papanya. Sasuke memang yang terbaik dan sangat pengertian. Itulah kenapa Sarada begitu menyayangi sang Papa.

"Terimakasih, Papa. Aku janji, aku akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi."

'yah, setelah menendang bokong si kuning menyebalkan itu untuk yang terakhir kalinya, mungkin.:
.

.

.

.

Pagi yang cerah. Sasuke dan Sarada sudah siap dan akan segera berangkat menuju sekolah untuk menyelesaikan masalah kemarin. Sasuke juga sudah meminta ijin ke Perusahaan tempatnya bekerja bahwa ia akan datang terlambat, tentu setelah urusan di Sekolah Sarada selesai. Meskipun sebenarnya itu bukanlah hal yang perlu di lakukan, mengingat Perusahaan itu adalah miliknya sendiri.

Dalam perjalanan, Sasuke sempat merenung. Anak yang sering bertengkar dengan Sarada adalah bocah lelaki bermarga Uzumaki, tapi entah kenapa Sarada lebih sering memanggilnya 'bocah kuning idiot'. Sasuke sebenarnya sedikit merasa terganggu dengan panggilan itu. Bukan karena kata-katanya yang kasar, melainkan karena dulu... dulu sekali, Sasuke juga pernah memanggil seseorang dengan panggilan seperti itu. Seseorang yang begitu menyebalkan, yang pada akhirnya justru menjadi orang yang paling berarti baginya. Seseorang di masa lalu, yang entah dimana keberadaannya sekarang.

Dan lagi, Uzumaki. Sasuke merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya. Entah kapan dan di mana Sasuke lupa, tapi yang jelas, marga itu terdengar tak asing di telinganya.

Dan pemikiran itu harus terhenti ketika mereka telah sampai di Sekolah tempat Sarada menuntut ilmu. Konoha International High School. Sekolah elite yang masuk dalam jajaran sekolah-sekolah terbaik di Jepang. Sekolah yang sebagian besar siswanya terdiri dari kalangan atas dan juga murid-murid ber-IQ tinggi. Dan Sarada bisa masuk ke sana bukan hanya karena dia anak yang berada, melainkan karena kecerdasannya juga sebagai seorang Uchiha.

Selama menuju ruang Kepala Sekolah yang terletak di gedung utama lantai 3, sepasang Ayah dan Anak ini menjadi pusat perhatian. Entah itu dari para murid KIHS maupun dari guru-guru yang berpapasan dengan mereka di koridor. Dalam hati, Sarada menyeringai senang, 'Pasti mereka semua terpesona dengan Papa.' Bathinnya bangga.

Yah, itu memang benar adanya. Meski saat ini usia Sasuke sudah hampir kepala empat, tapi siapapun akan mengakui bahwa pesona yang dimiliki Pria bermarga Uchiha ini masih begitu kuat. Dengan surai raven dan wajah tampan yang masih terlihat awet muda, siapa yang akan menyangka jika Sasuke sudah memiliki anak gadis berusia 13 tahun seperti Sarada? Dan yang lebih membuat Sarada bangga adalah, karena sebagian besar rupa fisik sang Papa di turunkan padanya.

"Oh iya, Sarada. Siapa nama lengkap anak yang sering mengganggumu itu sebenarnya.?" tanya Sasuke. Mengabaikan teriakan tertahan para murid yang di lewatinya.

Sambil memberi death glare andalannya ke sekumpulan gadis yang memekik tadi, Sarada dengan enggan menjawab, "Boruto, Uzumaki Boruto, Papa."

'Boruto ya, namanya terdengar mirip. Ah, sudahlah.'

.

.

.

.

Sampailah mereka di depan pintu yang bertuliskan 'Ruang Kepala Sekolah'. Setelah mengetuk dan di persilahkan masuk, Sasuke segera membuka pintu dan di sambut dengan senyuman ramah seorang wanita berambut pirang pucat yang di kuncir dua. Wanita itu adalah Tsunade Senju, Kepala Sekolah KIHS.

"Uchiha-san, silahkan duduk."

Mengangguk singkat, Sasuke segera duduk di hadapan Tsunade sementara Sarada duduk di kursi yang lain di ruangan itu. Dan saat itulah Sasuke menyadari ada seseorang yang sudah lebih dulu berada disana. Seorang bocah lelaki seumuran Sarada, ia mempunyai rambut berwarna kuning cerah juga sepasang mata biru yang indah. Jantung Sasuke tiba-tiba berdegup cepat. Untuk beberapa saat, onyxnya terpaku pada wajah bocah yang duduk tak jauh dari Sarada.

'Wajah itu... Siapa...?'

"Jadi, Uchiha-san. Terima kasih sudah datang ke sini." Suara Tsunade menyentak Sasuke dari lamunannya. Dengan cepat, Sasuke kembali mengalihkan pandangannya ke arah Tsunade, mencoba mengabaikan desiran halus yang tiba-tiba muncul di hatinya saat melihat anak itu.

'Bocah itu, diakah Uzumaki Boruto yang di maksud? Kenapa wajahnya begitu mirip?'

"Sebelumnya saya mohon maaf karena sepertinya Ayah Boruto sedikit terlambat-"

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, memotong ucapan Tsunade sekaligus menampakkan sosok lelaki dewasa berambut pirang dan bermata biru yang serupa dengan bocah bernama Boruto.

"Maaf, saya terlambat."

Onyx Sasuke di buat kembali terbelalak lebar, amat terkejut dengan apa yang di lihatnya.

'Suara itu... Wajah itu... Cengiran bodoh itu...'

"N-Naruto?"

Lelaki dewasa yang masih berdiri di depan pintu menoleh ke arah Sasuke. Dan saat kedua pasang manik mereka yang berbeda warna beradu, hal serupa juga tergambar dari wajah lelaki berkulit tan itu.

"S-Sasuke?!"

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continue ?

.

.

.

A/N : Hai... Saya datang bawa ff baru...
Iya, saya tau idenya pasaran dan pasti udah bisa ketebak alurnya bakal gimana, tapi... Ya... Saya tetep nekat nulis juga... Hehe...

Makasih yg udah review, fav n follow ff kemarin. Ada beberapa yg bilang ceritanya mirip MV SM The Ballad yg "Miss You" . Well, saya juga baru nyadar #plak

Sama sekali ga ada patokan kesana sebenernya, karena yg ada di pikiran saya adalh gmn bikin Sasu si malaikat kematian ktmu Naru trus jatuh cinta tp endingnya Naru mati di cabut nyawanya sama Sasu #dirasengan

Tapi kalo mau di anggap saya mengadaptasi Mv itu ya gapapa, toh saya juga suka lagunya, apalagi Kyuhyunnya #plak

Ok, daripada makin ngaco... Gimana menurut kalian? Adakah yg berminat cerita ini di lanjut? Ga ada? Yasudahlah... *seret koper sambil nyanyi lagu SO7

'Aku pulaaangggg...' #dichidori