Title : Nothing Last Forever
Pairing : WonKyu, a little bit KrisHo, Minho
Disclaimer : All casts are belong to their self and God; Tak Ada Yang Abadi belong to Peterpan/NOAH and their label
Inspired : Tak Ada Yang Abadi by Peterpan (now NOAH)
Warning : Un-betaed, Typos, Yaoi, Mpreg, AU, OOC
Summary : Tak ada yang abadi. Semua akan hilang kecuali perasaanku terhadapmu.
( 。・_・。)人(。・_・。)
Aku meletakkan pigura yang membingkai manis foto pernikahanku dengan Choi Kyuhyun. Pandanganku tak lepas dari senyum indahnya yang selalu mempesona. Senyum yang tidak pernah berubah sejak kami menikah 25 tahun.
"Appa." Aku menolehkan kepalaku kesamping ketika mendengar suara laki-laki yang memanggilku dengan sebutan appa. Ketika aku menatap siapa yang sudah memanggilku seperti itu, aku langsung tersenyum.
"Kris." Balasku memanggil menantuku itu. Aku kemudian berusaha untuk bisa duduk agar dapat menyambut kedatangan menantuku tersebut. Kris yang menyadari tindakanku, bergegas membantuku sampai aku bisa bersandar dengan nyaman di ranjang ini. Kris sendiri menarik kursi yang ada diruangan ini dan mendudukinya disamping ranjangku.
Jika ada yang bertanya dimana aku berada sekarang, jawabannya cukup sederhana. Aku sedang berada di rumah sakit, mencoba berjuang melawan penyakitku demi semua orang yang mencintaiku.
"Aku kesini ingin mengabarkan bahwa Suho-ya sudah melahirkan bayi laki-laki kami dengan selamat appa." Kata Kris antusias. Aku bisa menangkap nada kebanggaan dan kegembiraan darinya dan hal itu wajar. Kris dan Suho, anakku dari pernikahanku dengan Kyuhyun, sudah lama menantikan buah hati setelah 2 kali musibah keguguran yang dialami Suho. Aku tersenyum lebar menanggapi berita suka cita ini. Aku menepuk pundak menantuku tersebut, menyalurkan rasa gembiraku.
"Berarti aku akan dipanggil halboji. Oh aku merasa tua."
"Kau memang sudah tua." Suara yang kurindukan itu terdengar di telinga tuaku. Aku dan Kris melihat anak laki-lakiku yang satu lagi dengan santainya bersandar di pintu sebelum akhirnya masuk kedalam ruanganku mendekati kami berdua. Aku melihat Kris berdiri ketika anak itu datang menghampirinya. Mereka berdua berpelukan sesaat sebelum melepaskan pelukan itu dan Kris kembali duduk. Sedangkan dia berdiri disampingku.
"Mau apa kau kemari anak kurang ajar! Bukankah kau sudah tidak mau melihatku lagi!" tanyaku sinis. Aku sengaja memperlakukannya seperti itu.
Choi Minho, adik dari Choi Joonmyeon yang sekarang adalah Wu Joonmyeon, nama lengkap anakku, adalah anak pembangkang. Namun aku tahu itu semua adalah kesalahanku. Aku terlalu memaksakan kehendakku kepadanya. Aku menginginkan dia untuk meneruskan usaha keluarga kami disaat Minho sendiri ingin menjadi seorang artis. Aku berbuat seperti itu karena Suho yang tidak mau meneruskan usaha keluarga karena keinginannya untuk bisa terus mendampingi Kris, suaminya serta keinginannya untuk menjadi seorang pengajar.
Minho yang memang memiliki sifat bebas, tidak mau aku atur sehingga dia memutuskan kabur dari rumah demi mengejar cita-citanya. Tidak ada yang paham bagaimana perasaanku saat dia mengatakan bahwa dia lebih baik dicoret dari daftar keluarga Choi daripada dia tidak bisa melakukan apa yang menurutnya benar. Saat dia memutuskan hubungan dengan kami orangtuanya, terutama aku ayahnya, hati kami hancur. Aku dan Kyuhyun menangis dan tak henti-hentinya menyesali keegoisan dan ketidak becusan kami dalam mendidik Minho. Saat itu kami merasa kami gagal sebagai orangtua.
Namun perasaan bersalah kami sedikit demi sedikit terobati ketika kami mendengar bahwa Minho sangat sukses di dunia hiburan yang dia geluti sampai sekarang. Hanya saja, luka hati kami semakin dalam karena Minho sepertinya tidak pernah menceritakan asal usulnya kepada semua orang.
Minho tidak pernah terbuka jika ditanya mengenai keluarga dan masalah pribadinya. Dalam setiap wawacanranya dengan media, Minho hanya berterima kasih kepada Suho, bahkan Kris, tapi tidak pernah menyebutkan nama kami. Dari sana aku tahu bahwa Minho masih menyimpan rasa kesal, mungkin dendam kepadaku. Maka dari itu, aku tidak akan menggangu kehidupannya lagi.
Biarlah dia membenciku.
Biarlah seluruh dunia tidak mengetahui keberadaanku dan Kyuhyun.
Biarlah seperti itu asalkan Minho bahagia.
"Heh! Ternyata kau masih sama saja walau kau sudah seperti ini." Tukasnya. Hatiku seperti teriris ketika aku bisa merasakan nada amarah disuaranya tadi.
"Jaga bicaramu di depan appa, Min!" tegas Kris membuat Minho terdiam. Aku menatap Kris dengan perasaan iri. Kenapa Minho bisa sepatuh itu jika sudah berhadapan dengan Kris? Namun aku segera menepis rasa itu karena aku tahu hanya ada satu orang yang bisa disalahkan untuk tindakan Minho yaitu aku sendiri.
"Wonnie, kau sudah bangun?" suara indah yang menjadi penyemangatku itu terdengar dengan merdu.
"Sudah baby. Kemarilah." Ucapku dengan lembut kepada istri tercintaku. Choi Kyuhyun mendekati ranjangku dengan perlahan. Dia tampak terkejut ketika melihat ada Minho diruanganku, namun sesuai dengan kesepakatan kami berdua, kami tidak akan menampakkan rasa apapun kecuali rasa negatif jika bertemu dengan Minho. Mungkin terdengar gila karena kami memperlakukan anak kami sendiri seperti itu, namun Minho terlihat lebih bahagia jika kami tidak ada disisinya dan jika itu keinginannya, maka kami hanya dapat memberikannya walau hati kami sakit karena darah daging kami sendiri membenci kami.
"Kau sudah siap sayang?" tanyanya lembut sambil membelai rambutku yang sudah semakin menipis dan habis karena perawatan terhadap penyakitku. Aku mengangguk dan tersenyum pada pria manis yang sudah mendampingiku selama ini.
"Semakin siap karena berita baik dari Kris."
"Berita baik?" tanya Kyuhyun bingung. Aku menatap Kris dengan pandangan sama bingungnya dengan Kyuhyun. Aku bingung karena Kyuhyun belum mengetahui bahwa Suho sudah melahirkan.
"Maaf umma, aku belum bilang kepadamu. Suho-ya sudah melahirkan bayi laki-laki kami."
"Kris! Kenapa berita seperti itu tidak cepat kau beritahukan? Dasar anak nakal!" seru Kyuhyun dengan setengah bergurau. Aku tahu sebenarnya dia sangat bahagia mengetahui Suho akhirnya bisa memiliki anak setelah derita yang dia tanggung akibat keguguran.
"Siapa namanya hyung?" tanya Minho. Kris tersenyum lalu menatapku.
"Aku ingin appa yang memberinya nama."
"Kris..." perkataannya tadi membuatku terharu. Seharusnya Kris atau Suho yang memberi nama untuk anak pertama mereka. Namun mereka memberinya kesempatan itu padaku.
"Appa sudah seperti ayah kandungku sendiri. Terlebih lagi appa sudah menjadi tempatku bersandar selain Suho ketika kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan. Jadi siapa orang yang lebih pantas untuk memberikan nama kepada buah hati kami jika bukan appa."
"Argh! Terlalu sentimental. Aku pergi. Lebih baik melihat Suho-hyung daripada melihat orang tua itu menangis." Ucap Minho sambil berlalu dan keluar dari kamarku. Hatiku lagi-lagi seperti teriris pisau tumpul mendengar ucapannya tadi. Kyuhyun yang menyadari kesedihanku langsung memelukku dan mencium pucuk rambutku dengan lembut. Sedangkan Kris segera bangkit dan mengejar Minho. Aku rasa dia ingin agar Minho meminta maaf padaku karena ucapannya tadi. Namun mengenal bagaimana Minho, aku rasa itu mustahil.
Sekarang tinggal aku dan Kyuhyun berdua dikamar ini. Kyuhyun memilih terus memelukku sambil mencoba menyamankan dirinya dengan sedikit berbaring diranjang rumah sakit ini, berusaha menyesuaikan dirinya dengan posisiku agar tidak membuatku tidak nyaman.
"Wonnie..."
"Hm?"
"Sepertinya sudah saatnya kita menghentikan sikap kita terhadap Minho. Aku rasa dia sudah tidak membenci kita sayang. Aku sangat merindukan anak itu ada dalam dekapanku. Walau dia bukan anak kecil lagi, namun bagiku dia tetap baby boyku." Sahut Kyuhyun sedih.
Aku bisa merasakan bahwa dia juga menangis karena airmatanya membasahi bajuku. Aku memeluknya erat sambil mengangkat sedikit wajahnya agar bisa menatapku. Aku menurunkan sedikit wajahku dan menyatukan bibir kami untuk ciuman lembut yang selalu membuatku seperti melayang ke langit ketujuh. Bahkan setelah 25 tahun lebih bersama, Kyuhyun masih sanggup membuatku terpukau dengannya.
"Kau benar sayang. Kau harus memperbaiki hubunganmu dengan Minho."
"Maksudmu?" Kyuhyun mengangkat tubuhnya dan menatapku curiga. Aku hanya membalasnya dengan senyuman lalu memintanya untuk mengambil amplop besar di laci samping ranjangku. Kyuhyun mengambilnya lalu mengikuti isyaratku membuka dan mengambil secarik kertas didalamnya. Dia membacanya secara perlahan sebelum menjatuhkan kertas itu dan menangis sambil menutup mulutnya. Aku menarik tangan Kyuhyun dan kembali mendekapnya. Aku tahu kertas itu pasti membuat belahan jiwaku ini terluka, namun aku harus melakukan semua persiapan yang harus aku lakukan sebelum…
"Choi Siwon-ssi. Kami harus mempersiapkan anda untuk segera menuju ruang operasi." Sahut suster yang sudah berdiri didepan pintu.
"Baik suster. Sebentar lagi." Setelah aku mengatakan itu, suster itu hanya mengangguk dan pergi meninggalkan aku dengan Kyuhyun sekali lagi. Aku kembali memusatkan perhatianku kepada Kyuhyun. Aku membelai rambutnya, membelai seluruh tubuhnya, mendekapnya erat dipelukanku, mencium pipi, telinga, mata, kening, hidung, dan terakhir bibirnya.
Aku mencium Kyuhyun dengan segala perasaan yang aku miliki untuknya. Aku mengulum sedikit bibirnya itu yang dibalas dengan hal serupa oleh Kyuhyun. Kami berciuman cukup lama dan jika kami tidak perlu bernafas, kami akan terus melakukan ciuman itu. Setelah kami melepaskan ciuman kami, Kyuhyun kembali menangis dan kali ini dia tidak menyembunyikan suara tangisannya. Kyuhyun menangis keras didadaku, membuatku ikut menangis dengannya. Menangisi waktu kami yang mungkin tinggal sebentar lagi.
.
.
.
Ruang suram penuh dengan peralatan membedah ini terlihat tidak terlalu buruk. Mungkin karena Kyuhyun masih mendampingiku disini sampai semua persiapan selesai. Aku tidak tahu bagaimana caranya dia bisa diizinkan masuk kesini tapi aku bersyukur karena aku masih bisa melihat dia sebelum aku memperjuangkan hidupku disini.
Aku tahu bahwa penyakitku sudah ditingkat yang kemungkinan hidupnya sangat kecil. Kanker perut yang aku derita selama 3 tahun akhirnya sampai pada puncaknya. Setiap kemoterapi dan perawatan lainnya sudah aku jalani. Bahkan operasi pengangkatan kanker juga sudah aku lakukan. Aku berpikir bahwa setelah semua itu, aku bisa kembali dengan keluargaku dan bahagia selamanya. Namun seharusnya aku tahu bahwa tidak ada kata selamanya. Tidak ada yang abadi di dunia ini.
Tanpa aku sadari, kankerku menyebar dan sekarang aku menghadapi lagi operasi pengangkatan ini, tetapi dengan prosentase yang menyatakan bahwa aku bisa saja meninggal di meja operasi. Dengan kenyataan itu, aku mempersiapkan semua dengan baik. Kris akan mengambil alih semua perusahaanku. Aku akan memberikan rumahku di Seoul untuk Kris dan juga Suho. Sedangkan untuk Kyuhyun, aku meminta agar Kris dan Suho dapat menjaga Kyuhyun jika aku tidak ada nanti. Aku memberikan Kyuhyun, rumah kami yang ada di Jeju. Lalu untuk Minho…
"Maaf Kyuhyun-ssi, kami akan segera melaksanakan operasi ini. Mohon anda dapat menunggu di ruang tunggu." Sahut suster yang sudah siap dengan baju operasinya itu. Kyuhyun mengangguk lalu menatapku sekali lagi.
"Hhh… Ini saatnya Siwon..." Kyuhyun membelai lembut wajahku. Aku tersenyum mencoba menguatkan istriku tersebut.
"Ya. Ini saatnya." Aku menggenggam tangan Kyuhyun yang ada diwajahku. Aku hanya berharap aku masih diberikan nafas sejenak untuk bisa selalu ada disamping Kyuhyun. Dalam momen kami itu, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku lalu mengisyaratkan kepada Kyuhyun untuk menunduk. Ketika dia menunduk, aku membisikan sesuatu kepadanya. Kyuhyun tersenyum dan mengangguk.
"Akan kusampaikan padanya Wonnie." Aku tersenyum lagi. Lalu kami terdiam sesaat sampai Kyuhyun berkata lagi.
"Berjuanglah Siwon. Pastikan aku tidak akan pulang ke Jeju sendirian."
"Aku akan lakukan semampuku sayang. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu selamanya. Hanya itu yang abadi untukku."
"Aku juga mencintaimu Siwon. Selamanya." Kyuhyun menciumku terakhir kali sebelum dia pergi dari ruang operasi ini. Aku memejamkan mataku dan berdoa. Berdoa yang terbaik untuk keluargaku.
.
.
.
Semua orang yang berada di ruang tunggu operasi itu menahan nafas ketika dokter yang menangani operasi Siwon mendekati mereka semua. Kyuhyun yang memang paling cemas akan keadaan Siwon segera berdiri di depan dokter menuntut agar dokter tersebut segera memberikan kabar tentang Siwon. Kyuhyun berharap bahwa dia akan mendengar kabar baik, namun dari wajah murung sang dokter, Kyuhyun tahu bahwa dia sudah kehilangan suaminya. Bahwa dia sudah kehilangan belahan jiwanya.
"Apakah suami saya sudah tidak ada dokter?" tanya Kyuhyun pelan. Semua orang yang ada disana, Kris, Minho, bahkan Suho yang baru saja selesai melahirkan dan saat ini duduk di kursi roda terkejut mendengar nada suara Kyuhyun yang datar dan tenang begitu pun ucapannya tadi.
"Maafkan kami Kyuhyun-ssi. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Siwon-ssi tidak sang..."
"Apa maksudmu hah! Kau dokter! Seharusnya kau sanggup menyelamatkan appaku!" teriak Minho tiba-tiba sambil mencengkram dengan erat baju operasi dokter tersebut. Dokter tersebut terlihat sedikit takut ketika melihat reaksi keras Minho mendengar berita bahwa Siwon tidak berhasil menjalani operasinya. Minho tidak percaya bahwa Siwon telah tiada. Dia terus mengguncang-guncang tubuh dokter itu memintanya untuk bisa menyelamatkan Siwon.
"Tolong appaku, dokter… Tolong dia... Aku belum... hikss... aku belum... hiks...hikss.."
"Minho-ya..."
"Kris hyung... hikss... hikss... Bagaimana ini... A-aku... Aku belum minta maaf pada appa hyung... Aku belum... Appa... Appa..." Minho akhirnya melepaskan baju dokter itu karena dia tidak sanggup lagi berdiri.
Airmata Minho mengalir dengan derasnya. Dia terduduk di lantai dan memeluk dirinya sendiri. Kris yang menyaksikan adik iparnya itu terpukul karena berita kematian Siwon, hanya bisa membantunya berdiri lalu memeluknya dengan erat. Kris tidak berkata apapun yang bisa menenangkan hati Minho. Kris sendiri masih terkejut karena Siwon sudah tidak ada lagi.
Sedangkan Kyuhyun, dia berjalan perlahan menuju kamar rawat Siwon. Suho yang sedang menangis, menyadari Kyuhyun telah pergi kearah kamar rawat Siwon. Suho langsung memberitahu Kris dan Minho untuk segera mengikutinya ke ruang rawat Siwon karena dia khawatir dengan keadaan Kyuhyun.
Ketiganya segera pergi menyusul Kyuhyun dan ketika mereka sampai, mereka menemukan Kyuhyun terduduk di ranjang Siwon sambil membelai bantal dan kasur tempat Siwon berbaring sebelum operasi. Di tangan Kyuhyun yang satu lagi tergenggam secarik kertas. Kris secara perlahan mendekati Kyuhyun dan mengambil kertas itu. Kris baru akan membacanya ketika Kyuhyun menyebutkan sesuatu.
"Sehun."
"Apa umma?" tanya Kris bingung.
"Nama anakmu Sehun Kris. Wu Sehun. Itu pesan terakhir Siwon sebelum dia dioperasi." Kris mengangguk lalu mulai membaca isi kertas yang tadi dia ambil dari Kyuhyun. Setelah selesai membaca, Kris memberikan reaksi yang sama dengan reaksi Kyuhyun tadi saat dia membacanya.
"Oh appa..." Kris menggelengkan kepalanya lalu menangis. Suho dan Minho segera mendekati dirinya dan Minho langsung mengambil kertas tersebut dan membacanya. Sedangkan Kris sudah terduduk di dekat Suho dan memeluk istrinya itu masih dengan tangisan yang belum kunjung berhenti. Sementara Minho, tangannya bergetar dan wajah basahnya belum bisa kering karena dia sudah kembali menangis. Kertas itu tergeletak begitu saja di lantai dengan tulisan tangan Siwon tertera jelas diatasnya.
Kepada Choi Kyuhyun, istriku tercinta
Kepada Wu Joonmyeon (walau bagi appa kau tetap Choi Joonmyeon), anakku yang paling manis
Kepada Wu Yifan, menantuku yang paling bisa kuandalkan
Kepada Choi Minho (appa tidak tahu apa kau masih mau menyandang marga ini), anakku yang paling appa banggakan
Terima kasih.
Terima kasih karena kalianlah appa mampu bertahan sejauh ini. Karena kalianlah appa mampu menahan semua rasa sakit dan beban ini. Karena kalianlah appa merasa appa hidup dengan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Saat kalian membaca surat ini, mungkin appa sudah tidak berada dengan kalian lagi. Mungkin appa harus meninggalkan kalian. Tapi seperti kata Minho, appa memang sudah tua (mian Minho-ya).
Tangan appa memang tidak bisa mendekap kalian lagi. Raga appa memang tidak bisa menjaga kalian lagi. Appa tidak mungkin bisa bersama kalian selamanya karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Namun, hati appa, jiwa appa, kenangan appa, akan selalu dekat dengan kalian. Hanya itu yang abadi.
Untuk Baby Kyuhyunnie, yeoboku tersayang, kau hidupku Kyu. Aku bukan apa-apa jika kau tidak disisiku. Aku akan selalu menunggumu Kyunnie. Aku mencintaimu selamanya.
Untuk Suho dan Kris, tolong jaga umma kalian sebagai pengganti appa. Kalian harus saling menyayangi dan menghormati satu sama lain. Bekerja samalah untuk membina keluarga yang bahagia. Berikan cucuku kehidupan yang tidak bisa dia , satu lagi Kris, appa sudah mengurus semua hal dengan pengacara appa jika appa telah tiada. Jadi kau bisa menjaga keluarga kita dengan tenang.
Untuk Minho, maafkan appa yang egois. Appa hanya ingin yang terbaik untukmu, namun ternyata itu meyebabkanmu meninggalkan appa dan juga umma. Membuatmu membenciku. Namun Minho-ya, appa mohon sekali ini padamu, jangan membenci ummamu. Ummamu selalu merasa sedih jika kau tidak mau menganggapnya sebagai ibu kandungmu. Appa yang salah, jadi appa mohon berbaikanlah dengan ummamu.
Minho, appa sayang padamu. Semoga kau bisa terus mengejar apa yang menjadi keinginanmu dan semoga kau bahagia nak dan walau terlambat, appa hanya mampu membantu dengan membangun studio khusus untukmu berekspresi. Semoga kau suka. Sekali lagi maafkan appa.
Appa mencintai kalian. Sangat mencintai kalian. Appa bahagia walau waktu appa berakhir saat ini.
Terus kenang appa ya. Appa akan selalu hidup dihati kalian saat kalian mengenang appa.
Sekali lagi terima kasih. Terima kasih.
Choi Siwon
END