I'am a Shinobi

By Juubi

Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto

And High School DxD belongs to Ichiei Ishibumi

Rate T (maybe)

Warning : Au, OOC, tipo dll

Enjoy it

..

.

Underworld

Tangan sehalus sutra dan seputih susu bergerak perlahan, menjepit selembar kertas menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kemudian menggerakannya membuat kertas tersebut terangkat dan terbalik. Kemudian tangan yang sudah melepaskan kertas tersebut kembali terangkat kearah sebuah wajah dan bergerak membenarkan posisi kacamata yang sedikit melorot.

Mata dengan iris violet yang berada dibalik kacamata transparan bergerak kesamping kiri dan kasamping kanan mengikuti objek yang dia lihat. Objek yang berupa berbagai huruf yang tersusun rapi membentuk sebuah kata yang kemudian membentuk sebuah kalimat dan berakhir membentuk sebuah paragraf.

Kepala dengan rambut sebahu berwarna hitam itu mendongak untuk merenggangkan otot leher yang mulai kaku karena terus menunduk. Matanya juga terpejam untuk menyegarkan indra penglihatan yang sudah mulai lelah. Namun itu hanya berlaku dalam lima detik, didetik keenam dia kembali melanjutkan kegiatan nya.

Sona Sitri nama perempuan yang saat ini sedang melakukan salah satu hobinya, yaitu membaca. Saat ini dia tengah duduk disebuah kursi panjang yang terletak disebuah taman tepat dibelakang rumahnya atau lebih tepat disebut istana nya. Dengan kaki yang menyilang dan satu tangan memegang buku bersampul merah dengan tebal hampir lima centi yang sudah dibaca hampir setengah halaman, Sona terus membaca dengan serius.

Sona merupakan seorang iblis dari keluarga Sitri, salah satu keluarga iblis terhomat di underworld. Memiliki rambut bob berwarna hitam, mata violet yang selalu terlihat serius, sebuah kacamata yang semakin membuatnya terlihat tegas, hidung mancung namun mungil, dan bibir tipis berwarna pink alami. Sona juga memiliki kecerdasan yang sangat mengagumkan yang dia dapatkan dari darah Sitri nya, dia juga memiliki kemampuan sihir berelement air.

Didunia manusia, Sona dan sahabatnya yang juga seorang iblis bersekolah disebuah sekolah bernama Kuah Gakuen, disana dia menjabat sebagai ketua OSIS yang anggotanya merupakan pelayan atau peerage nya. Saat ini Sona berkunjung kerumahnya untuk mencari sebuah pengetahuan baru yang bisa dia dapat diruang perpustakan dirumahnya, dan pengetahuan itu sudah berada ditangan Sona yang berupa sebuah buku yang tengah dia baca. Dia harap, dia bisa membaca dengan tenang hari ini.

"So-taan~. " Dengan cepat Sona mengarahkannya kesamping saat mendengar teriakan yang membahana, kelihatannya ketenangan yang dia harapkan tidak bisa terkabul. Gadis berambut hitam pendek itu merasakan pirasat buruk saat melihat seorang wanita yang memiliki rambut yang sewarna dengannya tapi lebih panjang dan diikat twintail tengah berlari kearahnya. "Sera kangeeen~ "

Sona tidak sempat menghindar saat sang wanita yang merupakan kakak kandungnya itu melompat dan memeluk serta membenamkan wajah Sona di dadanya yang memiliki ukuran diatas rata-rata. Sona yang sesak nafas karena dipeluk seperti itu kembali harus mengumpat dalam hati ketika merasakan sakit dipunggungnya karena harus berbenturan dengan sandaran kursi.

"Nee-sama se-sesak. " Sona yang menggunakan kedua tangannya untuk mendorong sang kakak hanya bisa bersuara pelan dan mengumpat dalam hati karena sang kakak bukannya melepas, malah memperkuat pelukannya. Dengan sisa kekuatannya Sona kembali berontak. "Nee-saaan! "

Tau sang adik hampir kehabisan nafas, Serafall mulai melepaskan pelukannya. Saat melihat sang adik memandangnya dengan tatapan kesal, iblis yang merupakan salah satu maou di underworld itu hanya menunjukan cengiran nya. "So-tan lucu deh kalau lagi ngambek. "

"Nee-sama. " Sona yang masih memasang wajah kesal hanya bisa menghela nafas panjang. Memperbaiki posisi kacamata nya yang sudah melorot, ahli waris clan Sitri itu menatap sang kakak. "Kenapa Nee-sama ada disini? "

"Tentu saja bertemu So-tan. " Jawab Serafall dengan nada yang selalu ceria. Gadis yang saat ini memakai pakaian penyihir yang biasa muncul di acara TV itu kembali memeluk Sona yang dibalas dengan penolakan. "So-tan lama gak kesini, jadi Sera kangen. "

"Nee-sama hentikan. " Sona mendorong tubuh sang kakak dan kali ini Serafall tidak melakukan perlawanan. Menatap sang kakak dengan tatapan yang tidak berubah, Sona kembali mengeluarkan kalimat yang ada dalam pikirannya. "Lalu Bagaimana dengan perkejaan Nee-sama? "

"Kan ada Sir-tan. " Jawab Serafall enteng. Membuat Sona yang mendengar nya jadi sweatdrop, dia sempat berpikir bagaimana orang seperti kakaknya ini jadi seorang maou. "Oh ya So-tan, Bagaimana kabar Rias-chan? "

Sona kembali membetulkan letak kacamata, sesuatu yang selalu dia lakukan ketika akan bicara serius. "Saat ini dia dan peerage nya sedang berlatih di vila keluarga Gremory untuk menghadapi Riser Phenix dalam rating game. "

Serafall mengangguk lalu duduk disamping Sona, begitu rapat hingga Sona harus menggeser bokongnya kesamping. "Sebenarnya Sera bingung sama Sir-tan, sudah tau Riser tidak baik buat Rias-chan tapi masih mau melanjutkan pertunangan itu. Kalau Sera jadi Sir-tan sih, Sera bakal ... "

Sona hanya bisa duduk diam dengan keringan sebesar biji jagung diatas kepalanya, mendengar khotbah sang kakak yang sampai sekarang masih belum berhenti membuat dia ingin mengerang. Sekali lagi dia berpikir kenapa orang seperti kakaknya ini bisa jadi maou. Tapi Sona harus tau bahwa sekali kakak nya itu serius maka sikapnya akan berubah total. Bahkan Sona harus mengakui bahwa kepintaran sang kakam jauh berada diatasnya.

"... Dengan begitu pasti Rias-chan pasti akan bahagia. " Serafall menyelesaikan khotbah yang menurut Dirinya singkat. Satu-satunya maou wanita itu menatap sang adik yang berada disamping. "So-tan? "

"Ya? " Sona ikut menatap sang kakak. "Ada apa_ "

Boom

Kedua wanita itu dikejutkan dengan suara ledakan yang sangat keras. Keduanya sama-sama menengok kedepan kearah asal ledakan tersebut, dipinggir hutan dihalaman yang mereka tempati, mereka dapat melihat asap yang mengepul tinggi. Mereka berdua kembali saling menatap dan dengan sekali anggukan mereka berdua melesat keasal ledakan.

Hanya butuh waktu satu menit untuk mereka sampai kesumber ledakan, dengan waspada mereka menatap kumpulan asap yang kian lama semakin menipis. Kedua mata mereka membulat saat asap mulai menghilang dan menunjukan sesosok pemuda berambut pirang.

Pemuda yang mungkin berumur sama dengan Sona itu memakai baju kaos hitam yang sudah robek sana sini memperlihatkan beberapa luka yang masih terbuka, dan celana orange yang juga tak layak pakai. Kedua wanita disana bertambah shock ketika melihat lubang yang menganga didada sang pemuda, luka terparah dari semua luka yang ada ditubuh itu.

"Si-siapa dia? " Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Sona, pertanyaan yang dia tau tidak akan mendapat jawaban dari sang kakak. "Ke-kenapa dia bisa berada disini. Apa yang sudah terjadi padanya? "

Serafall diam, dengan perlahan dia melangkah mendekat kearah pemuda yang terlihat sudah tak bernyawa itu. Setelah tepat berada disamping pemuda itu, dia berjongkok memeriksa keadaan sang pemuda. "Dia seorang manusia. Dan dia sudah mati. "

"Kenapa seorang manusia bisa sampai ke underworld? " Tanya Sona lebih kepada dirinya sendiri. Dengan teliti dia memperhatikan pemuda itu.

"Entahlah. Tapi sepertinya dia habis terlibat dalam pertarungan. " Serafall masih menatap pemuda itu dengan serius, kemudian tatapan beralih pada beberapa orang yang berlari kerah dirinya dan Sona. Mungkin orang-orang yang berada didalam rumah juga mendengar ledakan tadi membuat mereka juga pergi kesini. Serafall mengalihkan tatapannya kepada Sona. "Sona apa kau mau merengkarnasikan dia? "

"Eh? " Sona yang sedari tadi memperhatikan pemuda yang terlentang didepannya itu sedikit terkejut ketika mendengar perkataan kakaknya. Butuh beberapa detik sebelum dia kembali bicara. "Bagaimana kalau dia_ "

"Kalau kau tidak mau, biar Nee-san saja yang merengkarnasi nya. "

"Jangan. " Tanpa sadar Sona sedikit berteriak, dengan sedikit salah tingkah dia kembali bicara dengan suara lebih tenang. "Tidak perlu, biar aku saja Nee-sama. "

Sona mulai membuat lingkaran sihir dan mengeluarkan kotak tempat evil piece miliknya, dia mulai mengeluarkan bidak-bidak evil piece yang masih tersisa dan menepatkan nya pada tubuh pemuda berambut pirang itu. Satu bidak pion bereaksi saat didekatkan pada sang pemuda, membuat Sona sedikit ragu menggunakan nya tapi segera dia buang jauh-jauh keraguan tersebut karena saat ini yang lebih penting adalah menyelamatkan pemuda itu.

Dengan satu bidak pawn, Sona memulai ritual pembangkitan kembali. Dan tepat setelah ritual itu selesai, rombongan orang yang berlari kearahnya telah sampai ditempatnya.

"Serafall, Sona. Apa yang terjadi. "

..: Juubi no Kitsune :..

Tik

Sepasang mata terbuka menampilkan iris biru seindah langit, seorang pemuda berambut pirang terlentang disebuah ruangan yang sangat gelap. Pemuda tersebut seperti mengambang dipermukaan air yang menjadi dasar tempat itu.

Tik

Suara tetesan air kembali terdengar diruangan tersebut, membuat pemuda itu tersentak. Bersama dengan bangkitnya pemuda, ruangan disitu menjadi terang. Naruto menengokan kepalanya kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu. "Kurama. "

Tidak ada jawaban hanya keheningan yang melanda, Naruto mulai merasa panik. Dengan tergesa-gesa dia berdiri menghiraukan badannya yang kembali terasa sakit. "Kurama. " Dia mulai berjalan, masih tidak ada jawaban. Naruto sekali lagi memanggil sang patner dan kini jalannya mulai cepat, tak lama kemudian dia mulai berlari. "Kurama. Oi kau ada dimana. "

"Disini gaki. " Suara yang terdengar lemah masuk dalam pendengaran Naruto, Dengan segera pemuda pirang itu berlari keasal suara. Lima detik kemudian Naruto sudah berada didepan seekor rubah yang sedang terbaring lemah.

"Kurama, apa yang terjadi padamu? " Naruto yang sudah berada didepan wajah Kurama bertanya dengan nada khawatir. Pemuda yang sudah berpatisipasi dalam perang shinobi ke-4 itu kembali menengokan kepalanya kesana kesini. "Dan mana yang lain? "

"Mereka sudah mati. "

"APAA! Bagaimana bisa_ "

"Naruto. " Kurama memotong teriakan (perkataan) Naruto, Rubah yang merupakan biju terkuat itu memejamkan matanya dengan perlahan. "Apa kau lupa apa yang sudah terjadi padamu. "

Naruto tertegun, kemudian dia mulai berusaha mengingat kejadian sebelum dia berada disini. Seingatnya dia dan juga Sasuke sedang melawan Kaguya dan mereka berdua berhasil menyegel Kaguya. Tapi sebelum Kaguya benar-benar tersegel, sang dewi kelinci itu memberikan serangan terakhirnya kearah Naruto. Mata Naruto membulat saat dia ingat bahwa dia tidak berbuat apa-apa saat serangan itu datang. "A-apa aku te-terkena serangan itu? "

"Kakashi sudah berusaha menolong mu dari serangan itu. " Kuram kembali bicara walau suaranya semakin melemah. "Tapi kau masih terkena serangan itu. "

"I-itu artinya a-aku sudah ma-mati. " Tubuh Naruto sedikit gemetar, nada bicaranya juga melemah. "Ta-tapi bagaimana aku_ "

"Kau seharusnya memang sudah mati. " Kurama kembali memotong perkataan Naruto. "Tapi ada energi asing yang masuk ketubuhmu dan membuatmu kembali hidup. "

"Apa maksudmu? Tebayou. "

"Sebenarnya aku juga kurang mengerti. Tapi aku punya beberapa pendapat. " Jawab Kurama yang sekarang suaranya sudah bagai bisikan. "Ingat Kakashi mencoba menyelamatkan mu dengan kamui, kemungkinan besar terjadi kesalahan saat jutsu Kakashi itu berbenturan dengan jutsu Kaguya dan itu membuat tubuhmu terlempar kedimensi lain. "

Walaupun ada pertanyaan yang ingin Naruto sampaikan, tapi dia urungkan karena dia tau bahwa kurama belum selesai menjelaskan.

"Di dimensi ini dipenuhi energi asing yang tidak kuketahui. Dan energi itulah yang sekarang masuk ketubuhmu dan membangkitkanmu dari kematian. " Tepat setelah Kurama menyelesaikan penjelasannya, tubuhnya tiba-tiba bercahaya. Cahaya orange kemerahan yang membuat tubuh Rubah itu menjadi sedikit transparan. "Cih. Sepertinya waktu ku hampir habis. "

"A-apa maksudmu? " Naruto berkata panik. Dia menatap khawatir pada Kurama. "Apa yang terjadi padamu? "

"Naruto, untuk menyelamatkan mu kami menggunakan seluruh chakra kami. " Mata Naruto membulat saat sadar maksud dari ucapan Kurama. Seandainya rubah itu membuka matanya mungkin sekarang dia bisa melihat mata Naruto yang sudah mengalirkan air mata. "Aku bisa bertahan selama ini karena biju lain memberikan sisa chakra nya kepadaku dan ingin agar aku bisa bicara padamu. "

"Ta-tapi bukankah kau bilang bahwa ada energi asing yang telah menghidupkan ku lagi. Seharusnya kau_ "

"Naruto. Energi itu hanya mampu menghidupkan mu saja. " Sekali lagi, Kurama memotong perkataan Naruto. Tubuh kian transparan tapi dia masih bisa menunjukan senyuman nya pada Naruto. "Kau juga perlu ingat, biju adalah kumpulan chakra. Jadi kau tidak perlu cemas dengan nasif ku. "

"Ta-tap hiks kau... Aku... Hiks. " Naruto sudah tidak dapat lagi membendung kesedihannya. Dia juga tidak bisa lagi mengatakan sesuatu, lidahnya terasa sangat kelu untuk bicara.

"Dasar cengeng. " Kurama membuka kedua matanya dengan perlahan menatap langsung kemata Naruto yang sudah banyak mengalirkan air mata. Dengan perlahan Kurama menggerakan tangannya yang sudah terkepal kedepan, senyuman diwajah Kyubi itu semakin melebar. "Ayo kita tos. "

Naruto menggosok air matanya dengan kasar, kemudian dia juga ikut tersenyum. Dengan perlahan dia juga menggerakan tangannya yang sudah terkepal dan membenturkan nya pada kepalan tangan Kyubi. "Ayo. "

Tubuh Kyubi yang transparan dan bercahaya tiba-tiba saja pecah menjadi butiran-butiran cahaya berwarna merah. Sebagian chakra itu melayang keatas lalu menghilang dan chakra lainnya masuk kedalam tubuh Naruto. Naruto memejamkan matanya, merasakan chakra-chakra Kyubi yang masuk ketubuhnya, bukan hanya chakra kyubi chakra kedelapan biju lainnya juga dapat dia rasakan. Sekali lagi setetes air mata keluar dari matanya yang masih terpejam. "Selamat tinggal Kurama, selamat tinggal ... " Dia menyebut semua nama biju yang sudah menjadi temannya.

..: I'am a Shinobi :..

"Bagaimana kondisi nya, Nee-sama. " Mata violet yang dihalangi oleh kacamata menatap pemuda yang masih belum dia tau namanya, tatapannya kemudian beralih kearah seorang wanita yang dia panggil Nee-sama tadi.

"Masih sama seperti sebelumnya. " Jawab Serafall yang saat ini memandang seorang pemuda yang tidak sadarkan diri disebuah ranjang.

"Ini aneh, padahal seluruh lukanya sudah sembuh total tapi kenapa dia masih belum sadarkan dirinya. " Sona kembali bicara, jujur saja saat ini dia sangat bingung karena pemuda yang merupakan peerage barunya ini sudah satu minggu tidak sadarkan diri. "Aku juga sudah rutin menyalurkan energi (demonic power) ku padanya, tapi kenapa dia tetap tidak sadar. "

"Mungkin cara So-tan dalam menyalurkan youki kurang tepat. " Serafall mengeluarkan pendapatnya, sebenarnya dia juga bingung dengan kejadian ini. Seharusnya ketika orang direnkarnasikan menjadi iblis, mereka hanya membutuhkan waktu satu hari saja untuk beradaptasi dan setelah itu mereka akan sadar. Tapi pemuda ini butuh waktu satu minggu bahkan Sera belum bisa memastikan sampai kapan pemuda ini tidak sadarkan diri.

"Maksud Nee-sama, menyalurkan energi lewat telapak tangan kurang efektif. " Serafall mengangguk. Sona kemudian memegang dagunya mencoba mencari cara lain. "Lalu aku harus bagai_ tunggu dulu. Nee-sama ingin aku melakukan penyaluran energi dengan cara itu. "

"Yap, Dengan cara menyalurkan energi lewat telapak tangan kurang efektif karena energi yang mengalir hanya dari telapak tangan saja. " Sera tersenyum ketika melihat wajah Sona mulai memerah. "Tapi kalau menyalurkan energi dari seluruh tubuh, maka efek nya akan semakin cepat. "

"Ba-bagaimana Nee-sama yakin kalau cara itu akan lebih efektif. " Ketenangan Sona goyah, terbukti dari perkataan awalnya yang sedikit tergagap. Sedangkan Serafall harus menahan tawanya ketika melihat adiknya satu-satunya ini salah tingkah.

"Sera gak yakin seratus persen sih. Tapi tidak ada salahnya kan dicoba. " Sona masih saja ragu dengan keputusan sang kakak, tapi sepertinya dia harus mengikuti saran kakak nya itu ketika Serafall kembali bicara. "Kalau So-tan tidak mau, biar Sera saja. Sera mau kok melakukan nya. "

Sona terdiam untuk beberapa saat, ada sedikit rasa tak rela ketika mendengar kakak nya mau melakukan hal itu pada peerage barunya ini. Tapi kalau dia tidak mau kakaknya melakukan hal itu, maka dia yang harus melakukannya. Setelah beberapa saat Sona diam, akhirnya gadis berkacamata itu buka suara. "Tidak perlu, biar aku saja yang melakukan nya. "

"Baguslah kalau begitu. Kalau begitu, Sera keluar dulu ya." Sera tersenyum. Dia kemudian menepuk penggung adiknya pelan. "Selamat bersenang-senang. "

Penyaluran energi dari seluruh tubuh dilakukan dengan mengontak tubuh penyalur ketubuh penerima atau lebih mudahnya kedua tubuh harus saling bersentuhan tanpa terhalang oleh benda apapun, itu artinya Sona harus memeluk tubuh peerage barunya ini dengan tubuh keduanya sama-sama tanpa pakaian atau lebih tepatnya telanjang.

Memikirkan itu saja dia sudah merasa malu, seumur-umur dia tidak pernah melakukan hal itu bahkan pada peerage lamanya saja dia hanya pernah melakukan penyaluran energi dengan berpegangan tangan.

"Sebaiknya nanti malam saja aku melakukannya. " Setelah mengatakan itu, Sona mulai berjalan menyusul sang kakak.

...

Dengan perlahan Sona menuruni anak tangga rumahnya, ketika dia sampai dibawah dia melihat kakaknya yang duduk disofa ruang tamu. Berjalan mendekat sampai akhirnya dia ikut duduk disamping sang kakak.

Serafall menengok kesamping ketika Sona baru duduk. "So-tan kenapa disini? Bukankah kau harus_ "

"Nanti saja. " Potong Sona cepat. Untuk saat ini dia tidak mau membahas hal itu lagi. Sona kemudian menatap kertas ditangan sang kakak. Kertas berwarna hijau itu terlihat indah dengan hiasan-hiasan yang berwarna emas. "Apa itu? "

"Undangan pertunangan Rias-chan. " Jawab Serafall cepat. Wanita itu kemudian mendesah panjang. "Aku benar-benar tidak menyangka Rias-chan akan mendapatkan lelaki seperti Riser. "

Sona ikut menghela nafas, dia jadi merasa sedih melihat nasib sahabat masa kecilnya itu. Rias sudah berlatih sangat keras untuk mengalahkan Riser dan membatalkan pertunangannya dengan pewaris clan phenix itu, tapi meskipun sudah berusaha sangat keras dia dan peerage nya masih tidak bisa mengalahkan Riser. Dan sekarang akhirnya Rias terpaksa harus bertunangan dengan lelaki yang tidak dicintainya itu.

"Semoga saja Sir-tan punya rencana untuk menggagalkan pertunangan itu. " Tiba-tiba saja Serafall kembali bicara membuat Sona keluar dari pikirannya.

Dengan satu alis terangkat, Sona memandang sang kakak. "Maksud Nee-sama? "

"Kau tau sendirikan kalau Sir-tan sangat sayang pada Rias-chan. " Sona mengangguk, dan kini Sona mulai paham maksud kakaknya mengatakan hal tadi meskipun tidak sepenuhnya yakin. "Jadi Sir-tan akan melakukan hal apapun untuk membatalkan pertunangan itu? " Lanjut Serafall.

"Tapi bukankah Sirzechs-sama adalah seorang maou. Namanya akan tercoreng bila membatalkan pertunangan yang dilakukan untuk kaum iblis itu. " Kata Sona mencoba memberikan pendapat.

"Karena itulah Nee-san berharap agar Sir-tan dapat menemukan cara untuk membatalkan pertunangan ini tanpa membahayakan jabatannya. " Sona hanya bisa mengangguk mendengar jawaban kakak. Serafall kemudian menatap undangan yang dari tadi dia pegang. "Nee-san ingin melihat Rias-chan bahagia. "

Sona kembali mengangguk, dia pun sebenarnya menentang pertunangan ini dan juga ingin melihat sahabatnya itu bahagia. Tapi mau bagaimana lagi, kesempatan terakhir Rias untuk menggagalkan pertunangan itu sudah hilang dan satu-satunya jalan saat ini hanya menerimanya saja. Keheningan kedua kakak beradik itu dipecahkan oleh perkataan Sona. "Kuharap juga begitu. "

..: I'am a Shinobi :..

Dengan perlahan sepasang mata terbuka, menunjukan mata sewarna langit tanpa awan yang sangat indah. Sang pemilik mata merasa sedikit perih pada matanya saat sinar cahaya masuk langsung ke indra penglihatan itu, butuh waktu setengah menit untuk matanya beradaptasi dengan cahaya.

Dengan perlahan dia menggerakan tangan kanan nya untuk memegang kepalanya yang berdecut, meremas surai emasnya dengan pelan agar rasa sakit dikepalanya berkurang. Ketika dia merasa sedikit lebih baik, dia berniat menggerakan anggota tubuhnya yang lain tapi entah kenapa tubuhnya tidak bisa digerakan seperti ada beban yang menahannya. Dengan kesadaran yang baru setengah, Naruto menggunakan tangan yang tadi dia pakai untuk meraba benda atau sesuatu yang menahan tubuhnya. Hal pertama yang dia rasakan adalah benda lembut dan kenyal.

"Eeghh. "

Naruto tertegun ketika mendengar suara erangan saat dia meremas benda tersebut, dengan cepat bahkan sampai menimbulkan bunyi 'krek' pada lehernya, Naruto menggerakan kepalanya kesamping. Hal pertama yang dia lihat adalah kepala dengan rambut hitam yang sedang menindih lengan kiri nya. Melihat kebawah, Naruto dapat melihat benda yang sampai saat ini dia pegang. Otak membeku, darahnya dengan cepat naik kekepala hingga membuat wajahnya memerah dan hidungnya mengeluarkan darah, dan yang selanjutnya terjadi adalah.

"Uuaaa! "

Bruak!

Suara benda atau tepat orang jatuh membuat Sona terbangun, gadis berambut hitam itu segera duduk ditempat tidur dan menoleh keasal suara. Meski buram karena tak pakai kacamata, Sona melihat seorang pemuda pirang yang terduduk disamping ranjangnya "catatan; Sona hanya melihat bagian perut sampai kepala Naruto saja, sisanya terhalang oleh tempat tidurnya). Karena baru bangun dan masih sedikit mengantuk, Sona tidak mengeluarkan respon.

Wajah Naruto kembali memerah ketika melihat pemandangan didepannya, melihat langsung tubuh polos (terutama di gumpalan daging yang lumayan berisi) gadis didepannya itu sungguh membuat tubuhnya panas. Tak sanggup lagi melihat akhirnya Naruto menundukan kepalanya, namun itu malah membuat dia bertambah shock. Tubuhnya juga polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi.

Ekspresi wajah Naruto tak terlihat karena saat ini dia sedang menunduk, namun yang pasti kedua tangannya terkepal erat. Sona yang melihat itu meneguk ludahnya, dia mulai merasa tegang dengan reaksi yang akan Naruto keluarkan. Tiba-tiba saja kedua tangan Naruto... Bergerak memeluk tubuhnya sendiri. " hiks aku telah ternoda. "

Sona diam mencerna ucapan Naruto, namun beberapa detik kemudian kedua matanya melebar. Dan untuk pertama kalinya Sona berteriak. "APA-APAAN UCAPAN MU ITUU. "

Time skip

Setelah kesalah pahaman antara Sona dan Naruto terselesaikan, Sona mengajak Naruto keluar bertemu keluarganya serta sarapan bersama. Naruto berkenalan dengan lord dan lady Sitri dengan sedikit canggung, namun keluarga iblis terhormat itu menanggapi nya dengan baik. Naruto juga sudah berkenalan dengan Serafall, Salah satu maou sekaligus kakak kandung Sona. Katakanlah Naruto sweatdrop saat melihat tingkah unik wanita itu.

Setelah selesai makan, Sona mengajak Naruto ketempat nya untuk membahas sesuatu, Serafall juga ikut bersama mereka. Saat mereka berada diruang tamu, Sona mulai menjelaskan siapa dirinya sebenarnya dan dimana Naruto sekarang. Tentu saja mendengar hal itu membuat Naruto terkejut, namun pemuda itu berusaha untuk mencoba tenang. Sona kembali menjelaskan apa Naruto sekarang dan bagaimana cara Sona kembali menghidupkan Naruto.

Naruto tentu saja tidak langsung percaya, namun fakta yang ditunjukan kedua gadis didepannya dan mengingat perkataan Kurama dulu akhirnya Naruto percaya. Tentu saja hal itu membuat Naruto sedikit shock.

Kedua gadis keluarga Sitri itu diam untuk sesaat, menunggu Naruto sedikit tenang dan bisa menerima keadaan saat ini. Setelah dirasa pemuda itu cukup tenang Sona kembali berbicara pada Naruto, dan kali ini tentang sejarah fraksi akhirat.

"... Sampai sekarang masih ada konflik antar tiga kubu, namun itu tidak sampai mengganggu genjatan senjata. " Sona nenyelesaikan ceritanya dengan hembusan nafas panjang. Setelah itu dia mencoba melihat ekspresi yang Naruto tunjukan, cukup sulit melihatnya karena wajah Naruto nampak tenang dan datar.

Tapi ketika Sona melihat mata pemuda itu, Sona tertegun. Pandangan pemuda itu hampir sama dengan pandangan Nee-san dulu, pandangan itu adalah pandangan orang yang telah merasakan pahitnya perang.

'Dunia ini pun penuh akan peperangan. Benarkah perdamaian itu ada. ' Entah kenapa rasa putus asa muncul dihati Naruto. Semangat Naruto yang tak pernah pudar entah kenapa saat ini berkurang. Perdamaian yang selalu dia impikan, mungkin tak pernah tercapai. Kebencian selalu ada dimanapun dia berada. 'Apa yang kupikikan, Uzumaki Naruto takkan pernah putus asa. '

"Kau sekarang sudah mengerti, Naruto? " Naruto sedikit tersentak ketika Sona kembali bicara, untuk sesaat pemuda itu nampak berpikir namun kemudian dia mengangguk. Melihat itu Sona tersenyum tipis. "Sekarang, boleh aku bertanya sesuatu? "

"Tentu Son- Kaichou, apa yang ingin kau tanyakan? "

"Sebenarnya kamu ini siapa dan kenapa kamu sampai ke underworld? " Naruto nampak berpikir saat mendengar pertanyaan Sona, dia tidak tau harus jujur atau malah berbohong. Lama Naruto terdiam akhirnya Naruto buka suara.

"Aku seorang Shinobi. "

"Shinobi? Maksudmu Ninja? " Serafall menjadi sedikit antusias setelah mengetahui identitas Naruto. Ninja, Serafall cukup sering membaca atau menonton anime bertemakan itu. Walau setelah anime kesukaan nya sih.

"Ya, bisa dibilang begitu. Dan untuk kenapa aku bisa kesini... Jujur aku juga tidak tau. " Naruto nampak sedang berpikir, mungkin sebaiknya dia tidak menceritakan seluruh kejadian yang dia alami untuk sekarang. "Seingat ku, aku dan beberapa temanku sedang bertarung dengan seseorang. Namun disaat-saat terakhir, aku terkena sebuah serangan. Setelah itu aku tidak ingat lagi. "

Kedua gadis itu nampaknya mempercayai perkataan Naruto, mereka berdua tidak memberi pertanyaan lagi kepada Naruto.

"Naruto. " Naruto kembali menatap kearah Sona yang juga tengah menatapnya. "Mungkin ini sedikit terlambat dan kurang tepat, tapi... " Gadis berkacamata itu kembali tersenyum, dan kali ini terlihat lebih manis. "Selamat datang di keluarga Sitri. "

Perjalanan ninja mengejutkan nomor satu di negara elemental, kembali dimulai.

.

.

.

TBC

.

Yo. Bagaimana dengan fic ini, baguskah? Atau malah jelek. Tolong berikan komentar anda. Saya sangat berterimakasih bila kalian kiranya mau memberikan review, apalagi sampai men fol dan fav fic gaje ini.

Di fic ini pair utama narusona. Mainstream? Itu terserah kalian, tapi ini sudah menjadi keputusan saya.

Lagipula kalau pair gak maintream namun pembawaan nya gak bagus, juga gak baik. Tapi biarpun maintream, saya akan berusaha agar kalian bisa menikmati nya.

Jumlah total fic buatan saya ada delapan, oleh karena itulah saya publish fic ini (biar adil, 4 publish 4 lagi nunggu). Kenapa fic ini yang saya publish, karena saya punya alasan sendiri.

Pertama. Hampir semua fic buatan saya (yang MC selalu Naruto), karakter Naruto nya selalu pintar, cool, dan sebagai nya. Sedangkan di fic ini saya ambil sifat alami Naruto (hiperaktif, periang, baik hati dan cenderung bodoh), tapi tetap saja ada momen dimana Naruto saya buat pintar.

Alasan kedua. Saya sedang mengasah kemampuan saya dalam menulis humor (kalian pasti sudah bacakan). Jujur saja, menurut saya menulis humor lebih sulit dari pada nulis action (jadi berilah tepuk tangan dan acungan jempol pada author yang telah nulis humor yang bagus). Jadi bagaimana humor buatan saya, bagus atau... Malah garing?

Terakhir, berilah review untuk fic ini. Berikan komentar, pendapat dan saran anda untuk fic ini. Toh apa sulit mengklik 'review' dan nulis beberapa kata.

.

.

.

.

Juubi no Kitsune out