Warning: Bahasa nggak jelas, typo berserakan, feel nggak penuh, dan kekurangan-kekurangan lainnya. Walau begitu ide ini milik saya. Terima kritik dan saran apapun itu.

.

.

.

Hingga nanti kelopak terakhir jatuh

Relakan...

Kami kesatria bukan pengubah takdir tertinggi

Kami bersimpuh pada Yang Mulia menjadi tameng rakyat

Hati kami bukan mati, tapi berbatas

Yang Mulia penopang kami

Terima janji para pemerang ini

.

.

.

"Anak itu lahir membawa cahaya!?"

"Benar, Yang Mulia. Membawa turunan Ratu."

"Apa kata peramal?"

"Cahaya penerang dalam perang kegelapan menjadi tumpuan prajurit, menjadi wujud harapan seluruh negeri, Yang Mulia. Kelahiran Putra Mahkota adalah simbol bintang terbesar."

"Kirim orang untuk melindungi Putra Mahkota. Bagaimana dengan Sang Ratu?"

"Mohon ampunan, Yang Mulia. Seluruh cahaya turun pada Putra Mahkota hingga Ibunda Ratu-"

"Aku tahu."

"Maafkan mulut lancang saya, Yang Mulia."

"Kalau begitu, Dewa telah menganugrahi kemenangan pada kita. Menangkan perang kali ini. Siapkan kuda dan pedang baru untukku."

"Kemuliaanmu selalu dilindungi para Dewa, Yang Mulia."

Dengan itu sang utusan undur diri.

.

.

.

"Raja memerintahkanku untuk melindungi Putra Mahkota?"

"Benar. Anugrah Raja untukmu tak terkira balasannya."

"Kau yakin Raja memberikan kepercayaan utuh?"

"Kau berani meragukan Anugrah Raja!?"

"Bukan begitu. Kalau benar aku diberi kepercayaan Raja, akan kulakukukan yang terbaik."

"Utusan Dewa ada di tanganmu, wahai kesatria."

"Kirim pesan pada Petinggi Militer Kerajaan. Susul aku ke Hutan Tinggi bersama 5 calon ksatria!"

"Calon ksatria? Mereka hanya anak 5 tahun, bisa apa untuk melindungi Putra Mahkota!?"

"Turuti saja, tidak banyak waktu hingga utusan Kegelapan datang untuk membunuh Putra Mahkota. Aku pergi sekarang."

"Hei!"

Sang penerima Anugrah Raja melesat cepat memutar arah dari medan perang mengerikan.

.

.

.

Pelindung harapan kuat

Semangat demi yang tercinta termulia

Pemberi berkah tiada tara

Kami siap bila Pemberi Takdir memintanya kembali

.

.

.

"Ada masa di mana Putra Mahkota harus kembali pada Yang Kuasa, Yang Mulia."

"Aku tahu itu. Apa aku tak bisa meminta Dewa umur panjang untuk putraku sendiri? Bahkan dengan nyawa ayah dan ibunya?"

"Maaf, Yang Mulia. Takdir Tinggi tak bisa di ubah."

"Putraku yang malang. Bahkan selama hidupnya nanti pastilah penuh mimpi kematian."

"Maka dari itu, Yang Mulia harus menggenggam kemenangan demi Putra Mahkota. Umur panjangnya berada pada kuasa anda. Hingga ramalan perang di kemudian hari terwujud, saat itulah anda harus merelakan."

Bulir kepedihan turun menjejak pipi Sang Raja.

.

.

.

Hingga waktunya tiba, pertahankanlah

Bahagia datang dari hatinya

Cahaya gemerlap terang dalam matanya tanda nurani tertawa

Hingga waktunya tiba, siapkanlah

Jiwa gembira menari atau raga lara terpatri

Gelap bersama hitam dan terang dengan putih tak banyak melengkapi

.

.

.

Aku lelah cari ff dengan konsep Jimin-centric di semua web yang ada.

Fic pertama dengan aliran sejenis ini. Demi apa nggak pede penuh sebenernya mau publish. Dan juga aku bukan pecinta 7 pria ini dari awal mereka debut, jadi mungkin pemahaman tiap tokohnya kurang nantinya. Jelas, kalau respon baik & cukup aku lanjutin tapi nggak janji dengan tempo update yang cepat. Terima kasih~