Cucu kesayangan

Hari minggu pagi Tok Aba datang dari kuala lumpur ke pulau rintis *maaf kebalik* untuk mengunjungi anak dan cucu-cucunya. Sampai di komplek pulau rintis ia mengunjungi anak pertamanya dulu, Hlilintar anak sulung Tok Abah tapi di langkahi adik bungsunya, Air, sedangkan Taufan anak keduanya belum menikah.

Tok Abah datang membawa 2 ekor ayam hidup dan 1 bebek oleh-oleh untuk 3 cucunya. Tok Abah ini bukan dari kampung tapi bawahanya seperti dari kampung, ia sengaja membawa oleh-oleh seperti ini karena cucu-cucunya yang minta.

Berdiri di depan pagar dengan nomor rumah 01/5. Tok Abah menyeka keringat di keningnya, ia berjalan lumayan jauh karena komplek perumahan ini lumayan jauh dari jalan raya.

Membuka engsel pagar yang sepertinya mulai bobrok karena si pemilik rumah malas memperbaikinya, Tok Abah langsung memasuki halaman rumah yang di tuju, belum menginjak teras rumah, seorang anak kecil berlari menyambutnya.

"Atok..."

"Boboiboy..." anak itu memeluk sang kakek lalu mencium punggung tanganya, seketika penatnya hilang ketika melihat senyum lebar sang cucu.

" Atok sehat? " tanya sang cucu perhatian, seketika Tok Abah ingin menitikan air mata. Boboiboy cucunya ini berusia 5 tahun tapi sangat dewasa, sangat mengerti keadaanya tidak seperti 2 cucu kembarnya anak dari anak bungsunya, boro-boro tanya keadaan sang kakek, 2 bocah itu malah menanyakan oleh-oleh.

"Sehat cu..." balasnya terharu. Boboiboy membantu membawakan barang bawaan milik Tok Abah ke dalam rumah. Yaya menantunya menyambutnya dengan gembira.

"Mana suamimu?" tanya Atok tak melihat batang hidung anak sulungnya di rumah.

"Bapak lagi ke masjid," jawab Boboiboy mantap. Dan Tok Abah ingin menangis lagi sekarang, anak sulungnya ini paling males di suruh ke masjid dan ini merupakan suatu keajaiban Halilihtar mau datang ke masjid.

"Alah Tok... dia datang ke masjid bukan buat sholat, tapi bantuin beresin masjid soalnya nanti ada yang nikahan di sana." seketika Tok Abah meralat pikiranya setelah mendengar penjelasan sang menantu.

"Ya, lah... sudah kuduga."

"Atok, ini ayam buat Ais dan Blaze ya?" tanya Boboiboy menunjuk 2 ekor ayam yang masih di ikat, sang Atok menganguk.

"Iya..."

"Ayo Tok, kesana! Boboiboy hantar. " sang cucu nampak antusias menarik tangan sang kakek, sepertinya Boboiboy tak sabar ingin memperlihatkan oleh-oleh dari sang kakek pada sepupunya.

"Boboiboy, biarkan Atok duduk dulu, Atok pasti capek setelah menempuh perjalanan jauh. " Boboiboy berhenti menarik tangan sang kakek lalu berbalik menatap ibunya, ia tahu artinya ibunya melarangnya. Boboiboy cemberut dengan mata berkaca-kaca menatap ibunya. kebiasaan saat keinginanya tidak di penuhi.

"Biarkan sajalah, Yaya..." bujuk sang kakek tak tega melihat sang cucu ngambek, Yaya memutar bola matanya jengah.

"Ya sudah, sanalah pergi!" Boboiboy bersorak senang lalu menarik tangan sang kakek keluar rumah.

Menuju rumah Ais dan Blaze sekaligus rumah anak bungsunya, letaknya di sekat 2 rumah dari rumah anak sulungnya, dulunya mereka tinggal bersebelahan, namun karena waktu itu Boboiboy masih bayi dan selalu tak bisa tenang karena kebisingan 2 keponakanya dari rumah sebelah, akhirnya Halilintar memutuskan pindah.

Sama seperti rumah sebelumnya, pintu pagarnya juga sudah rusak,pintu utama juga di biarkan terbuka begitu saja, tidak takut akan ada siapapun masuk. Boboiboy langsung menyelonong masuk rumah.

" Ais~" panggilnya mencari sang penghuni rumah, tak ada jawaban. Boboiboy masuk kedalam mencari sang penghuni rumah, Di dalam rumah Blaze sedang tiduran di belakang kursi, Boboiboy mengernyit heran.

"Blaze, kau sedang ap-"

"Sstttt..." Blaze mendesis mengisyaratkan Boboiboy jangan berisik.

"Blaze~" terdengar suara lain dari dapur yang Boboiboy yakini itu suara Ais. Ais muncul dari dapur membawa bola bekel sambil menyari saudaranya yang bersembunyi.

'Ooh mereka sedang main'

"Blaze~" menatap ke segala arah mencari saudaranya yang sedang bersembunyi, lalu tatapanya jatuh pada pantulan lantai di bawah kursi. "Hm...di mana yah?" Ais pura-pura tidak lihat sambil mendekati kursi yang mencurigakan.

"Kena!" Serunya melempar bola bekel ke sasaranya yaitu Blaze tentunya, tapi...

"Hiks...hiks...hueeeeeee"

...Salah sasaran.

"Eh, Boboiboy?"

"Ayoloh Ais, kau bikin anak orang nangis." Tuduh Blaze memojokan adiknya, "awas paman Gledek marah~"

"Ih... ngak sengajalah, mana tahu Boboiboy ada di situ?" Ais makin panik, apalagi tangisan Boboiboy makin kencang pamanya sudah pasti bakalan dengar (kalau dia ada di rumah) sudah kemarin habis di omelin, masa mau di omelin lagi?

"Hei,hei ada apa ini, kenapa malah berantem?" Tok Abah yang mendengar keributan langsung menghampiri TKP.

"Itu Ais- eh. Atokkkkkk" 2 anak kembar namun beda gender berlari menerjang sang Atok melupakan sang sepupu yang masih menangis meraung-raung.

"Kapan Atok datang?" Tanya Blaze setelah melepas pelukan rindu sang kakek.

"Barusan, tadi mampir dulu di rumah Boboiboy,"

"Atok... oleh-olehnya mana?" Pertanyaan Ais membuat Tok Abah sweatdrope, Atok sudah menduganya, mereka lebih mementingkan oleh-oleh dari pada Atoknya sendiri, namanya juga anak-anak.

Boboiboy terpaksa menghentikan tangisanya karena tak ada yang meperhatikaanya lalu akhirnya bergabung dengan sepupunya mengelilingi sang kakek.

"Ais, Atok bawa ayam loh~" kata Boboiboy antusias setelah mengingat tujuanya.

"Benarkah? Di mana?" Dua anak kembar itu berbinar ketika mendengar nama ayam.

"Tuh di sana!" Boboiboy menunjuk halaman depan rumah, tanpa babibu dua sepupunya melesat cepat ke halaman.

"Woaaahhhh ayam/goreng" serunya.

.

.