Tomodachi : To You All

.

.

.

[Sasuke Uchiha, Sakura Haruno] [Naruto Uzumaki, Hinata Hyuuga]

.

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

DLDR! (Jika tidak suka dengan cerita yang dibuat Author, atau adegan di dalamnya. Silahkan klik tombol back. Author sudah memperingati sebelumnya.)

.

Dipersembahkan untuk semua orang yang aku sayangi.

.

Selamat membaca!

"D-Dia begitu tampan."/ "Hinata,apa bagusnya berandalan seperti itu?" / "Jangan pernah mendekati Sakura." / "Memangnya apa salahnya-ttebayou?!" / "Karena Sasuke akan menghajarmu."

oOo Tomodachi oOo

Sakura tersenyum ketika gelang kain buatannya selesai. Gelang berwarna biru tua itu telah dia beri jimat dan khusus dia buat untuk Sasuke. Pagi ini mereka akan melakukan Ujian Negara, jadi dia ingin tetap bersama dengan orang yang dia cintai.

Sedangkan Hinata memandang syal kuning yang dia buat untuk Naruto. Dia berharap syal buatannya bisa menjadi penyemangat untuk pemuda yang dia cintai.

Pagi ini, perang akan segera dimulai.

.

"Ohayou!"

Naruto mendudukan diri di sebelah Neji yang sedang membaca buku dan meletakan kepalanya diatas meja. Dia terlalu lelah setelah begadang untuk belajar. Untuk orang yang memiliki otak pas-pasan dia harus belajar dengan keras.

Neji melirik Naruto sebelum kembali fokus pada bacaannya.

"Begadang?"

Naruto menganggukan kepalanya sebelum menguap dengan lebar.

Hinata muncul dengan wajah yang memerah. Baru melihat Naruto saja sudah membuat jantungnya ingin copot. Bagaimana caranya memberikan syal buatannya pada Naruto?

Dengan tekad kuat, akhirnya dirinya berjalan menuju tempat Naruto duduk.

"Na-Naruto-kun." Hinata sekuat tenaga mengeluarkan suaranya.

Naruto mengangkat kepalanya dan memandang Hinata dengan mata setengah tertutup. Rasa kantuk begitu kuat menyerangnya, bahkan untuk membuka mata saja sulit sekali.

"Oh- Hinata." Naruto mengucek matanya. "Ada apa?"

Hinata meneguk ludahnya sebelum mengeluarkan sebuah syal berwarna kuning.

"Hoo.. apa ini?" tanya Naruto keheranan.

"A-aku membuatkan syal untuk Naruto-kun. Se-sebagai penyemangat dalam ujian."

Naruto memandang syal buatan Hinata dengan seksama. Rasanya sudah lama sekali tidak ada yang memberikannya hadiah. Terakhir kali, ibunya membuatkannya syal berwarna merah dan dia sudah lama tidak memakainya lagi. Apalagi semenjak kedua orang tuanya menjadi sibuk.

Hatinya menghangat seketika.

"Terima kasih, Hinata-chan. Aku janji akan menjaganya."

Hinata tidak bisa menahan senyumnya dan pipinya yang merona merah. Tidak sia-sia dia selalu begadang untuk membuat syal untuk Naruto.

Sedangkan Neji diam-diam tersenyum dari balik buku yang di bacanya. Mungkin dia bisa melepaskan adiknya untuk Naruto.

.

.

Sasuke membantu Sakura berjalan menuju kelas mereka. Sakura tersenyum sembari mengapit lengan Sasuke.

"Sasuke-kun, dasimu miring." Sakura menghentikan langkahnya dan membenahi dasi Sasuke.

"Hn." Sasuke tersenyum tipis ketika melihat jarak antara dirinya dan Sakura. "Aku bisa membayangkannya. Ketika aku berangkat kerja, kamu yang akan memakaikan dasi untukku."

Sakura tidak bisa menahan rona merah di wajahnya. Pacarnya ini memang pintar sekali membuatnya bersemu.

"Kita akan menghadapi ujian, Sasuke-kun. Jangan buat aku malah menuliskan namamu di lembar ujianku nanti."

Sasuke tidak bisa menahan dirinya untuk mencubit hidung Sakura dengan gemas.

"Oh ya." Sakura mengeluarkan gelang buatannya dari tasnya. "Aku membuatkanmu gelang keberuntungan ini. Aku juga telah memberikan jimat di dalamnya."

Sasuke memandang gelang bertuliskan namanya. Menggenggamnya dengan erat, dia segera mencium bibir Sakura dengan lembut.

"Terima kasih, Sakura."

.

.

.

.

.

.

Suara detik jam menyelimuti kelas yang hening. Beberapa guru memandang siswa atau siswi yang terlihat tenang mengerjakan soal Ujian. Mereka tidak ingin ada siswanya yang mencontek saat Ujian berlangsung.

Naruto memandang soal di hadapannya sebelum menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Syal berwarna kuning melekat di lehernya. Baru kali ini dirinya terlihat tenang mengerjakan soal ujian.

Rasa percaya diri menyeruak di dalam dadanya. Dia yakin bisa mengerjakan soalnya dengan baik.

oOo Tomodachi oOo

"Bukan begitu caranya, masukan ke dalam rumusnya."

Sakura memandang angka-angka di hadapannya sebelum menganggukan kepalanya. Emeraldnya memandang pergelangan tangan Sasuke, dimana gelang buatannya berada disana.

"Kenapa malah tersenyum?"

"Tidak, aku hanya bahagia Sasuke-kun memakai gelang buatanku."

"Sudah tentu aku akan memakainya." Sasuke tersenyum tipis. "Ayo, kita lanjutkan belajarnya."

.

.

"Bukan begitu, Kiba."

"Aku tidak mengerti sama sekali."

Naruto di bantu Hinata membagikan segelas Ocha hangat untuk teman-temannya. Malam ini mereka belajar bersama di apartemen milik Naruto, dia tidak keberatan ketika teman-temannya datang. Dia malah senang, apartemennya yang biasanya dingin menjadi hangat dan ramai.

"Ini sudah larut malam." Shikamaru menguap. "Sebaiknya kita pulang."

"Iya, aku baru menyadarinya." Ino meletakan buku yang dibacanya.

Naruto melambaikan tangannya ketika teman-temannya melangkahkan kakinya. Setidaknya dia memiliki banyak teman sekarang. Semua ini merubah hidupnya menjadi lebih berwarna.

.

.

.

.

"Haahh! Akhirnya selesai juga!"

"Aku senang ujian ini berakhir."

Naruto meletakan tangannya dibelakang kepalanya dan berjalan keluar kelas bersama teman-temannya. Saphirenya kemudian memandang Hinata yang sedang mengobrol bersama Sakura dan Ino.

"Hinata-chan."

Mereka menolehkan kepalanya. Ino sedikit berdeham sebelum meninggalkan Naruto dan Hinata berdua.

"Apakah Sabtu besok kamu ada waktu?" tanya Naruto tanpa basa-basi.

Hinata menyatukan jari telunjuknya.

"Ti-tidak ada."

"Hmm.. bagaimana jika kita kencan? Maksudku, aku akan memenuhi ajakanmu Sabtu besok."

Hinata mengangkat kepalanya dan memandang Naruto. Menormalkan detak jantungnya, dia mencoba untuk tidak pingsan.

"Benarkah?"

"Iya. Aku akan menjemputmu jam sepuluh pagi."

Hinata akhirnya tidak bisa menahan kesadarannya lebih lama lagi.

"Hinata-chan?! Oi! Hinata-chan?! Kenapa malah pingsan disini sih?!"

.

.

.

"Jadi, apa rencanamu, Sakura?"

Ino dan Tenten berkumpul di rumah Sakura untuk membahas rencana mereka menguntit Hinata dan Naruto dalam kencan mereka besok. Tentu saja, mereka semua ingin melihat kencan perdana antara Hinata yang pemalu dan Naruto yang urakan.

Sakura berjalan menuju lemarinya dan mengeluarkan sebuah tas.

"Tas ini berisi baju untuk penyamaran kita besok."

"Ah- menguntit mereka ya." Ino menopang dagunya. "Boleh juga."

"Aku sudah menghubungi yang lainnya dan mereka setuju." Tenten meletakan ponsel pintarnya. "Para lelaki sedang berkumpul di apartemen Naruto sekarang. Entah apa yang mereka lakukan."

"Sasuke-kun bilang sih mereka akan menginap." Sakura merebahkan diri di ranjangnya. "Bagaimana jika kalian menginap juga?"

"Boleh."

.

.

.

"Yak! Kau kalah, Naruto!"

"Kau curang-ttebayou!"

Suara tawa menggema di apartemen kecil milik Naruto. Berbagai makanan dan minuman berserakan di lantai.

"Aku dengar, kamu akan mengajak Hinata kencan besok?" Neji meneguk soft drinknya.

Naruto menganggukan kepalanya. Perasaannya mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Asal kamu tidak menyakitinya saja, aku tidak masalah."

Naruto tidak bisa menahan senyum bahagianya.

"Tentu saja-ttebayou!"

oOo Tomodachi oOo

Hinata menunggu di depan kediaman Hyuuga hampir setengah jam sebelum Naruto datang dengan pakaian yang acak-acakan. Peluh bahkan berjatuhan di wajah Naruto, menandakan betapa pemuda itu menempuh perjalanan yang jauh.

"Maafkan aku, Hinata-chan. Aku terlambat." Naruto membungkukan badannya dan mengatur napasnya. "Aku kesiangan bangun karena begadang semalaman bersama yang lainnya. Saat aku menyadari sudah terlambat, tanpa aku sadari aku memakai pakaian milik siapa saja yang aku temukan. Aku bahkan berlari sampai kesini."

Hinata tidak bisa menahan senyumnya dan mengusap keringat di dahi Naruto. Tadinya dia berfikir pemuda itu tidak akan datang dan dia baru saja akan masuk ke dalam rumahnya. Meski terlambat, setidaknya pemuda itu telah berjuang untuk datang.

"Tidak apa-apa, Naruto-kun. Aku mengerti."

Naruto merasakan kedamaian merasuk dalam jiwanya. Tidak salah lagi. Hinata adalah dewi yang dikirimkan Kami-sama untuknya.

"Terima kasih, Hinata-chan."

.

.

.

"Pakai ini, Sasuke-kun."

Sasuke menarik napas panjang dan menerima topi yang diberikan Sakura. Sebenarnya mereka itu mau menguntit Naruto atau bermain detekif-detektifan? Mereka sekarang sudah berubah seperti Sherlock Holmes.

"Kita hanya menguntit si bodoh itu, Sakura." Kiba tidak terima ketika dirinya berubah menjadi lebih tua.

"Kalau kalian memakai pakaian kalian yang biasa, nanti Naruto akan tahu." Ino menjitak kepala Kiba. "Sudah, jangan banyak bicara. Sebaiknya kita segera pergi."

Mereka keluar dari rumah kediaman Haruno dan menuju taman bermain dimana Naruto dan Hinata akan kencan. Sasuke membungkukan badannya tepat di hadapan Sakura.

"Sasuke-kun?"

"Naiklah, aku akan menyalahkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu pada kakimu."

Sakura tidak bisa menahan air matanya dan naik ke punggung Sasuke. Dia bersyukur, karena teman-temannya begitu menyayanginya. Meski dengan kekurangannya sekalipun.

"Aku menyayangi kalian, teman-teman."

.

.

.

Taman bermain kota Tokyo begitu ramai saat weekend seperti ini. Naruto menggenggam tangan Hinata dengan erat dan berceloteh tentang permainan yang ingin dia mainkan. Sedangkan Hinata hanya menanggapi beberapa kata-kata Naruto saja. Dia sudah terlalu sibuk dengan perasaannya.

"Mau naik bianglala bersamaku?" tanya Naruto disertai anggukan dari Hinata. "Baiklah, ayo."

.

"Apa-apaan itu?!" Neji memandang adiknya dengan pandangan tidak suka. "Kenapa dia ke taman dengan pakaian terbuka seperti itu?! Apa dia ingin memberi santapan kepada rubah sialan itu?!"

"Neji-kun, sabarlah," ucap Sakura menenangkan.

"Lihatlah, mereka naik bianglala."

Sakura bisa merasakan Sasuke menggengga tangannya dengan erat. Sebelum menciumnya dalam-dalamnya.

"Mungkin kita bisa berkencan lain kali."

Dan Sakura tidak bisa menahan rona merah di wajahnya.

.

"Whoaah! Tokyo terlihat indah dari atas sini."

Hinata tidak bisa menahan tawanya dan membuat Naruto memandang kearah gadis itu.

"Ada apa?"

"Tidak, tidak. Naruto-kun lucu sekali. Seperti baru pertama naik bianglala," ucap Hinata.

"Aku.. memang baru pertama naik bianglala."

Hinata terdiam ketika mendengar kata-kata Naruto. Sepertinya hidup Naruto tidak bahagia sebelumnya.

"Sebelum Namikaze menjadi sukses seperti ini, aku sering diajak Tou-san bermain bianglala bersama kaa-san. Lalu Kakek Jiraiya juga ikut bermain bersama kami. Aku benar-benar bahagia. Namun ketika Namikaze melejit naik, aku kehilangan semua itu. Aku tidak memiliki teman dan aku selalu kesepian." Naruto menunundukan kepalanya. "Tapi, setelah aku masuk ke Konoha High School, semuanya berubah. Kalian membuat hidupku lebih berwarna."

Hinata tidak bisa menahan dirinya untuk menggenggam tangan besar milik Naruto dengan lembut. Dia memahami perasaan pemuda itu.

"Aku mengerti, Naruto-kun." Hinata tersenyum. "Aku akan selalu menemanimu selamanya. Aku janji."

Naruto tidak bisa menahan cengirannya.

"Tentu saja. Dan untuk jawaban pernyataan cintamu, aku mau menjadi pacarmu-ttebayou!"

Hinata bisa merasakan wajahnya memerah.

"Kita akan merayakannya dengan makan ramen sepuasnya, bagaimana?" tanya Naruto memandang Hinata. "Hinata-chan? Wajahmu memerah."

Hinata menyentuh kedua wajahnya.

"Tidak apa, Naruto-kun. Aku tidak akan pingsan."

Naruto mencubit pipi Hinata dengan gemas sebelum mendaratkan ciuman di bibir manis milik Hinata. Sedangkan Hinata, bahkan melupakan caranya bernapas ketika Naruto menciumnya. Dengan cengiran di wajahnya, Naruto memandang kekasih barunya itu.

"Aku mencintaimu- hei Hinata! Kenapa kamu malah pingsan-ttebayou?! Hinata-chan!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

3 tahun kemudian

Seorang gadis duduk di kursi roda memandang keluar jendela kamarnya. Sudah tiga tahun semenjak dirinya lulus dari bangku sekolah menengah atas dan melanjutkan kuliahnya di kedokteran. Tetapi, dengan tubuh cacat seperti ini membuatnya sedikit kesusahan. Untungnya suaminya selalu ada di sisinya untuk membantunya. Ya. Suaminya yang menikahinya enam bulan yang lalu.

Bahkan mereka belum lulus kuliah ketika pemuda itu melamarnya tiba-tiba dan menikahinya seminggu kemudian. Bahkan, sekarang dia semakin kesulitan dengan perutnya yang membuncit.

Suara langkah kaki terdengar memasuki kamarnya dan tanpa menolehkan kepalanya, dia sudah tahu siapa yang datang.

"Sasuke-kun, sudah pulang?" Sakura membalikan kursi rodanya dan memandang suaminya. "Bagaimana harimu?"

"Paman Minato memintaku untuk membenahi perusahaannya dan menginginkan aku menggantikannya suatu hari nanti." Sasuke melepas dasinya. "Bagaimana harimu?"

"Sama seperti biasanya." Sakura mendapatkan ciuman selamat datang di puncak kepalanya.

"Aku ingin kamu melakukannya lagi."

Mengerti dengan ucapan ambigu suaminya, emeraldnya memandang Sasuke. Tidak yakin dengan apa yang dikatakan suaminya.

"Terakhir kali aku melakukannya, aku hampir melukai bayi kita."

"Percayalah pada dirimu sendiri, Sakura." Sasuke tersenyum menyemangati. "Aku tahu diam-diam kamu mencoba berjalan sendirian."

Sakura menimang-nimang sebelum bangkit dari kursi rodanya.

"Aku akan mencobanya."

Berpegangan dengan kedua sisi kursi rodanya, Sakura mencoba berjalan menuju suaminya yang berada tidak jauh darinya. Meski dengan tertaih-tatih, Sakura berhasil menggapai suaminya dan memeluknya.

"Sasuke-kun, apa aku baru saja berjalan menuju kearahmu?" tanya Sakura dalam pelukan Sasuke.

"Sudah aku katakan, percaya pada dirimu sendiri." Sasuke mengelus rambut Sakura. "Meski tertatih, aku akan membantumu hingga lancar berjalan."

Sakura tersenyum dan mengecup bibir Sasuke dengan lembut.

"Terima kasih, Sasuke-kun."

"Ayo, kita beri kejutan pada mereka."

.

.

.

.

.

.

.

"Jadi, Naruto, kapan kamu akan menikahi Hinata?"

Mendengar pertanyaan Ino, Naruto yang sedang memakan ramennya menghentikan kegiatannya.

"Mungkin setelah aku mendapatkan pekerjaan." Naruto mencoba berfikir. "Meski Hinata tidak akan mati jika aku memberinya makan berlian sekalipun. Tetapi aku ingin memiliki penghasilan sendiri dan menikahinya."

"Sejak kapan berandalan sepertimu bisa bicara bijak seperti itu?" sindir Kiba.

"Kau mau cari mati-ttebayou?!"

"Kau tidak berubah, Naruto, Kiba."

Suara tawa menggema di restauran. Tepat tiga tahun setelah kelulusan mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk reuni. Tentu saja mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

"Tapi, sepertinya Hinata sangat bahagia bersamamu," ucap Chouji.

"Tentu saja-ttebayou. Aku sangat mencintainya."

Hinata tersenyum malu-malu dan menggenggam tangan Naruto. Dia sudah terbiasa dengan semua ini dan tidak akan pingsan lagi seperti saat di bianglala. Siapa yang sangka pingsannya Hinata malah membongkar kedok mereka yang sedang menguntit karena panik melihat Naruto muncul bersama Hinata yang pingsan.

Dan Naruto mendapat ceramah tujuh hari tujuh malam dari Neji karena membuat adiknya pingsan.

"Hn."

Mereka menolehkan kepalanya ketika mendengar aksen khas milik Uchiha. Dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat Sakura berjalan bersama Sasuke.

"Sakura? Kemana tongkatmu?" tanya Ino terkejut.

"Dia sudah bisa berjalan." Sasuke merangkul bahu Sakura lembut. "Hanya butuh latihan dan semuanya baik-baik saja."

"Hahaha.. kau hebat, Teme." Naruto tersenyum. "Ayo duduklah disini."

Naruto tidak pernah kesepian lagi. Semuanya sudah berakhir dengan bahagia. Dia mencintai Hinata dan begitu pula Sasuke, menikahi Sakura dan akan mendapatkan seorang bayi dalam waktu dekat.

Naruto senang melihat senyuman bahagia teman-temannya. Dia bersyukur dipertemukan dengan teman-teman yang tulus menjadi sahabatnya.

"Naruto, jangan melamun!"

Semuanya berakhir dengan bahagia. Dan cinta yang sejati datang kepada mereka semua.

Dan pelajaran yang mereka dapat.

Sahabat tidak akan pernah pudar. Selamanya mereka akan seperti ini. Selamanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

-Owari-

Hahaha.. gak nyangka kalau ini chap terakhir yak.. *nangis *pasangbacksoundDiver Terima kasih banyak buat yang ngedukung fict ini maupun yang tidak mendukung fict ini. pokoknya, Fict ini dipersembahkan untuk kalian semua!

Etto, gak tau harus ngomong apa dan berharap ini memuaskan. Maap kalo ada yang ngegantung TTvTT dan dilarang protes kalo gak memuaskan, silahkan dilanjutkan di imajinasi kalian masing-masing ya.. wkkwkwkw..

Adakah disini yang ngefans sama Naoe Tsuyoshi? Gila, itu orang ganteng banget :3 imajinasiku semakin liar kalau menyangkut Tsuyopon :3 *abaikan curahatan gaje ini*

Buat Fiz, Hai Fiz! Fict yang kamu tunggu udah tamat lho, :D pokoknya tetap semangat menulis, aku akan selalu menunggu karyamu!

Dan buat semuanya, tetap semangat ya! Saku sayang kalian! Dan maap kalo gabisa bales review kalian satu-satu, tapi percaya deh. Terkadang Saku suka senyum-senyum sendiri baca review kalian wkwkwkwkwk...

Special's thank's to :

Rastafaras Uchiha, Yencherry, Guest, Zarachan, Syahidah973, Mantika Mochi, Saki, IndigoRasengan23, Cadis E Raizel, Ayuua, Suket Alang Alang, Liana Na, Avery Emmeline, Sitieneng4, Kirara967, Jamurlumutan462, Yoriko Yokochidan, Angels0410, A Panda-chan, LORDmarionettespieler, Armimey

Arigatou Gozaimasta! Sampai ketemu di fict lainnya!

-Aomine Sakura-