Tomodachi : To You All
.
.
.
[Sasuke Uchiha, Sakura Haruno] [Naruto Uzumaki, Hinata Hyuuga]
.
.
.
Masashi Kishimoto
.
.
.
©Aomine Sakura
.
.
.
DLDR! (Jika tidak suka dengan cerita yang dibuat Author, atau adegan di dalamnya. Silahkan klik tombol back. Author sudah memperingati sebelumnya.)
.
Dipersembahkan untuk semua orang yang aku sayangi.
.
Selamat membaca!
"D-Dia begitu tampan."/ "Hinata,apa bagusnya berandalan seperti itu?" / "Jangan pernah mendekati Sakura." / "Memangnya apa salahnya-ttebayou?!" / "Karena Sasuke akan menghajarmu."
oOo Tomodachi oOo
Seorang pemuda berdiri di sebuah pintu gerbang sekolah yang begitu megah. Sejak lahir dia berada di Jepang, dan dia baru tahu ada sekolah megah di kawasan elite di Tokyo.
Satpam yang berjaga memandang pemuda itu dengan tatapan waspada. Berjaga-jaga jikalau pemuda itu akan membuat kerusuhan di sekolah mereka. Biar bagaimanapun, mereka bertugas untuk menjaga keamanan dan kenyamanan sekolah, jika tidak ingin diberhentikan secara paksa.
Membuang rokok yang terselip di bibirnya. Pemuda itu memasuki sekolah dengan papan besar bertuliskan, Konoha High School. Dan ketika satpam menghadangnya, dia mengeluarkan secarik kertas yang langsung membuat satpam itu menunduk minta maaf dan mempersilahkannya masuk.
Mencari kelas 3-A mungkin akan menjadi kesulitan baginya. Sekolah ini begitu besar dan dia tidak menguasai medan sekolah ini. Berbekal peta sekolah di ponsel pintarnya, pemuda itu segera menuju lantai dua di sekolah tersebut. Sekolah elite tempat orang-orang yang memiliki kekayaan berlimpah menuntut ilmu.
Dia tidak tertarik dengan orang-orang memuakan seperti itu. Jika bukan karena permintaan kakeknya, dia mana mau bersekolah di sekolah dengan 1001 macam peraturan yang menyebalkan.
Saphirenya menatap papan kelas di hadapannya. Jadi, ini kelas barunya? Dia ingin tahu bagaimana teman-teman barunya. Mungkin sedikit membuat keonaran akan menyenangkan.
Dengan percaya diri yang tinggi, ia masuk ke dalam kelasnya dan mengambil spidol yang ada di meja. Tangannya mulai mencorat-coret papan tulis di hadapannya.
"Uzumaki Naruto?"
"Siapa dia?"
"Berandalan sekali."
"Beraninya dia."
Plak! Pemuda itu memukul keras-keras papan tulis di hadapannya.
"Perkenalkan Minna! Namaku Uzumaki Naruto! Aku adalah murid baru di kelas ini!"
Seorang gadis berambut pirang bangkit dari duduknya. Dengan berkacak pinggang, gadis itu buka suara.
"Hei! Apakah kamu tidak tahu peraturan di sekolah ini?! Dilarang berbuat onar dan berisik!"
Naruto memajukan bibirnya. Inilah yang tidak dia suka dari sekolah elite.
Mengabaikan gadis berambut pirang yang sedang berkacak pinggang, Naruto memilih memandang sekeliling kelas barunya. Teman-teman satu kelasnya begitu aneh dimatanya. Ada seorang pemuda berambut aneh yang sedang melakukan push up di sudut ruangan, pemuda berambut panjang dengan ikat kepala yang menatapnya tajam, gadis bercepol yang sedang menghafalkan sesuatu dalam bahasa China, mungkin saja itu mantra, gadis berambut indigo yang malu-malu, pemuda berkulit pucat dengan senyum aneh, pemuda yang tidur di bangku belakang, dan masih banyak lagi teman-teman anehnya.
Namun, saphirenya tertuju pada gadis yang duduk di salah satu bangku. Gadis berambut pink yang sedang asik membaca sesuatu, tidak terganggu dengan sekelilingnya. Dan ada satu bangku kosong di belakang gadis itu. Ah- itu pasti untuknya. Menyenangkan sekali ada satu orang yang waras di kelas barunya.
"Uzumaki Naruto! Apa yang kau lakukan!" Ino memandang horor pada Naruto yang duduk di bangku tepat di belakang sahabatnya.
"Tempat ini kosong bukan? Aku yang akan mengisinya," ucapnya tanpa dosa.
"Merepotkan, itu bangku milik Sasuke. Kamu bisa dibunuhnya jika berani duduk disitu."
"Orangnya tidak ada di tempat, bukan?" tanya Naruto memandang teman barunya yang sedang menguap itu. "Aku hanya ingin berkenalan dengannya."
"Merepotkan saja. Aku tidak akan tanggung jawab jika Sasuke mengamuk."
Naruto mengangkat bahunya cuek. Dia kemudian memandang gadis di hadapannya.
"Namaku Uzumaki Naruto. Salam kenal."
Gadis itu menolehkan sedikit kepalanya dan tersenyum.
"Haruno Sakura, salam kenal."
Ino menepuk dahinya sendiri melihat sahabatnya itu menanggapi kata demi kata yang diucapkan Naruto. Sepertinya kedatangan Naruto akan membuat kedamaian sekolahnya menjadi bara api yang panas.
oOo Tomodachi oOo
"Anak baru itu berandalan sekali!"
Mereka semua sedang berkumpul di salah satu meja yang besar dan mulai membicarakan tentang murid baru yang nekat berbuat onar di kelas mereka. Meski tidak ekstrim, tetapi tetap saja mereka tidak suka dengan cara pemuda itu meminta perhatian. Apa salahnya meminta perhatian dengan cara yang sopan?
"Kau juga, Sakura. Sasuke-kun akan membunuhku karena kamu dekat-dekat dengan berandalan itu!" Ino mulai mengomeli sahabatnya itu.
Sakura yang sedang meminum susu kotaknya hanya tersenyum simpul.
"Memang apa salahnya? Sasuke-kun saja yang terlalu posesif. Bukankah lebih bagus jika aku menambah temanku, Ino?"
Ino menepuk dahinya sendiri melihat kepolosan Sakura. Memang bukan rahasia umum lagi jika mereka semua yang tergabung dalam kelas 3-A merupakan teman sedari kecil. Mereka selalu satu sekolah, satu kelas hampir dua belas tahun. Mengingat orang tua mereka berteman satu sama lain. Dan bukan rahasia umum lagi jika Sasuke Uchiha, salah satu siswa yang digilai gadis-gadis di Konoha High School memiliki rasa pada Sakura.
Beberapa junior mereka hanya bisa tersenyum segan kearah mereka. Tidak ada yang berani mengganggu mereka, mengingat mereka merupakan murid-murid terpandai dan kaya dengan segudang prestasi yang bisa dibanggakan. Dan beberapa junior juga teman seangkatan mereka hanya bisa meneguk ludah jika ingin mendekati salah satu diantara mereka.
"Aku bahkan masih ingat, ketika kamu mengajariku matematika." Kiba menopang dagunya. "Aku hampir babak belur karena Sasuke marah besar. Untung saja Shikamaru dan Neji cepat-cepat datang, juga Sai yang langsung menarik Sasuke. Aku bisa mati di tangan Sasuke karena itu."
Sakura tidak bisa menahan tawanya dan Sai hanya tersenyum aneh dan kembali membaca bukunya. Tentu saja, dia dan Sasuke merupakan teman sedari kecil dan mereka bertetangga. Sakura menganggap apa yang dilakukan Sasuke sebagai bentuk rasa sayang pemuda itu kepadanya sebagai sahabat.
"Ta-Tapi, Na-Naruto-kun ke-keren juga."
Mereka menolehkan kepalanya serentak kearah sumber suara yang ada di pojokan. Dan Hinata yang menjadi pusat perhatian langsung menunduk malu. Dia meremas ujung rok seragamnya dengan gugup.
"Hah?" Mereka semua terkejut bukan main. Tenten kemudian menanggapi.
"Baru hari pertama saja dia sudah menggangguku menghafal bahasa Chinaku. Aku tidak bisa membayangkan dia akan satu tahun bersama kita nanti."
"Ta-Tapi, di-dia tampan."
"Hinata, catat ini." Ino memandang Hinata dengan tajam. "Dia itu Berandalan! Berandalan, Hinata."
Hinata menundukan kepalanya lagi. Meski Naruto seorang berandalan, tetapi pemuda itu tetap terlihat keren di matanya.
"Hinata ada benarnya, dia lumayan tampan juga."
"Jika Sasuke mendengar ini, kamu pasti akan dibunuhnya," ucap Neji.
"Dia tidak akan bisa melakukan itu, Neji-kun."
"Ck, mondokusei."
"Yah, apa yang dikatakan Hinata dan Sakura benar juga." Sai tersenyum. "Dia cukup tampan."
"..."
"..."
"Sai, aku akan membawamu ke rumah sakit jiwa setelah ini," ucap Kiba.
"Tidak kusangka, Sai homo seperti Lee." Shino menaikan kacamatanya.
"Demi masa muda! Aku bukan seorang homo!"
"Aku ingin muntah." Tenten menutup mulutnya. "Rasanya aneh melihat ada cowok yang mengatakan cowok lain tampan. Sepertinya kau harus diperiksakan, Sai."
Sai hanya tersenyum aneh menanggapi teman-temannya. Dia sudah biasa mendengar ocehan aneh teman-temannya itu.
Suara gadis-gadis yang berteriak membuat perhatian mereka teralih. Dan akhirnya, mereka bisa melihat apa yang menjadi sumber dari teriakan-teriakan para gadis-gadis itu. Naruto muncul diantara gadis-gadis itu dengan cengiran lebarnya. Ketika melihat teman-temannya berkumpul, dia langsung saja mengambil tempat di sebelah Sakura.
"Hai, Sakura-chan!" Naruto menunjukan cengirannya. "Aku tidak menyangka, di hari pertamaku menjadi murid baru langsung digila-gilai gadis-gadis."
Sakura hanya tersenyum simpul. Dan mereka semua yang ada disana hampir saja muntah-minus Hinata- mendengar perkataan Narsis Naruto.
"Hahaha.. wajar saja, Naruto-kun kan tampan."
Mereka semua memandang Sakura dengan pandangan tidak percaya. Sedangkan Naruto hanya bisa tersenyum dengan dada membusung. Tentu saja dia bangga dipuji seperti itu oleh Sakura.
"Nee, benar begitu bukan, Hinata?" tanya Sakura memandang gadis berambut indigo yang sedari tadi menundukan kepalanya.
"I-Iya."
"Hehehe.. aku jadi malu." Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ah- aku lapar! Aku pesan dua mangkuk ramen dengan ekstra daging dengan porsi jumbo!"
Naruto memandang Sakura. "Apakah ramen disini enak? Aku tidak yakin, karena tidak ada ramen yang enak selain ramen Ichiraku!"
"Aku tidak terlalu suka ramen."
"Kamu bisa mencobanya nanti! Ramen itu enak!"
Ino bangkit dari duduknya. Dia khawatir jika Sakura terus menanggapi Naruto, bukan Sakuranya yang akan mendapatkan bencana, tetapi Naruto sendiri.
"Sakura, ayo kita kembali ke kelas," ajak Ino.
Sakura bangkit dari duduknya dan mengambil tongkat untuk membantunya berjalan. Naruto memandang Sakura dengan pandangan tidak percaya.
"Sakura-chan?"
Sakura tersenyum melihat keterkejutan Naruto. Dia memaklumi bagaimana Naruto terkejut dengan kondisinya.
"Aku tahu kamu pasti terkejut, Naruto-kun. Aku cacat." Sakura tersenyum sebelum berjalan menjauhi Naruto dengan tongkatnya.
"Tenten, Hinata, ayo kita kembali ke kelas."
Tenten dan Hinata mengangguk bersamaan dan berjalan keluar kantin.
"Jadi, dia cacat?" Naruto memandang teman-temannya.
"Aku harap, kamu menjauhi Sakura." Neji melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku tidak bisa membayangkan tindakan apa yang akan dilakukan Sasuke jika mengetahui tindakanmu itu."
"Siapa Sasuke itu?" tanya Naruto.
"Hoaamm.. kau juga akan tahu nanti." Shikamaru bangkit dari duduknya. "Ayo Chouji."
Naruto memandang teman-temannya yang meninggalkannya satu persatu. Tatapannya memandang Sai yang tersenyum aneh.
Sebenarnya, siapa Sasuke itu?
.
.
Naruto memandang gadis berambut pink yang duduk di hadapannya dan sedang fokus memperhatikan pelajaran. Kelas mendadak hening selama pelajaran fisika berlangsung. Dia baru tahu jika kelas yang ditempatinya terdiri dari murid-murid yang pandai dalam segala hal.
Saphirenya menatap Sakura dengan intens. Dia sama sekali tidak menyangka jika gadis yang cantik itu ternyata cacat. Awalnya dia tidak mempercayai apa yang dilihatnya, namun ketika dia melihat bagaimana Sakura berjalan dengan tongkatnya, barulah dia percaya.
Memandang keluar jendela kelasnya, Naruto menerawang jauh.
Ini akan menjadi menyenangkan.
oOo Tomodachi oOo
"Hn. Aku mengerti."
Seorang pemuda memasukan ponsel pintarnya ke dalam saku celananya sebelum menatap kota Tokyo. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.
Dia sudah tidak sabar menanti hari esok.
.
.
.
.
.
TBC
Ah- Saku kembali dengan fict baru lagi! Anggap aja ini bonus fict di sela-sela ngelanjutin fict Phobia : Yuri :3 fict ini dipersembahkan untuk pecinta anime dan Naruto di seluruh Indonesia.. juga untuk SasuSaku lovers, NaruHina Lovers, semuaaannyaaa dan readers yang udah mendukung Sakura sampai sejauh ini. juga buat nee-chanku, Anaatha Namikaze :*
Juga untuk para haters yang disela-sela kesibukan mereka masih bisa ngurusin Saku :D Applause yang paling keras buat kalian! :* Saku sayaaaanngggg Kalian!
Ne, ne, sekian dulu curhatan gak penting Sakura! Sampai ketemu di chap selanjutnya!
-Aomine Sakura-