Surai biru itu mengerjap. Meraba nakas, lalu kembali berbaring menutup matanya.
"Halo" Ucapnya dengan suara serak.
"Halo Tetsuya, aku sudah di depan rumah mu nih"
"Hah.." Kuroko mengerjapakan mata berkali-kali.
Yang benar saja . Matahari aja belum keliatan mau bangun, tapi orang ini sudah didepan rumahnya. Kuroko menghela nafas sebelum…
"TETSUUUUU…"
Itu adalah suara kedua yang mengganggu tidurnya dan sudah pasti ia tidak bisa melanjutkan tidurnya.
Matchmaking Akakuro
Deslaimer : Fujimaki Tadatoshi
Author : Akasuna Au
Happy Reading ^_^
Akashi duduk disofa, menatap dua surai biru yang sedang sibuk satu sama lain. Akashi tersenyum, ia benar-benar sudah mengacaukan Minggu pagi keluarga Kuroko. Lalu tak lama Kuroko duduk dihadapannya. Kuroko menguap, rambutnya masih acak-acak an. Matanya juga sayu-ngantuk.
"Akashi-kun.."
"Kan Tetsuya yang menyuruhku datang pagi-pagi" potong Akashi.
Iya sih. Tapi serius ini masalahnya bukan cuma mengganggu ibunya tapi ganggu tidurnya juga. Sekarang baru jam 4 pagi.
"Tapi ini masih jam 4 pagi Akashi-kun" Kuroko masih bertopeng datar. Menyimpan semua makian didalam hatinya.
Duk
Sebotol air mineral diletakan dimeja. Akashi menatap ibunya Kuroko yang masih.. berantakan.
"nih, minumnya" sambil menguap. Tetsuna berbalik.
"Kalo mau pacaran jangan gangguin orang tidur dong" Tanpa berbalik Tetsuna kembali masuk kedalam kamarnya.
Brakk
Itu loh.. suara pintu yang dibanting Tetsuna.
Oke, jadi untuk misi Menganggu Kuroko Tetsuna bisa dikatakan
Berhasil
"Akashi-kun, aku juga mau tidur lagi" Kuroko baru bangkit, tapi pergelangannya ditahan sama Akashi.
"Yaudah.. aku temenin boleh?"
1
2
Sebuah bantal melayang ke arah Akashi. Akashi menangkapnya, lalu tertawa melihat wajah kesal Kuroko ditambah efek bangun tidurnya. Kuroko kembali duduk, lalu mengambil bantal sofa dan memeluknya. Matanya terasa berat karena kantuk.
"Yaudah Tetsuya tidur aja, aku ga akan menghancurkan rumah ini kok." Akashi menatap Kuroko yang perlahan sudah pergi ke alam mimpi, dalam kondisi duduk.
Akashi menghampiri surai biru itu, lalu membaringkannya disofa. Akashi tersenyum melihat wajah damai Kuroko. Kenapa juga ia harus menolak dinikahin sama Kuroko, siapa juga yang ga mau sama malaikat biru itu.
.
.
.
Kuroko mengerjap. Jendela dibuka, membuat cahaya matahari berebut masuk dan itu suskes membuat manik birunya menyipitkan matanya.
"Ohayou. Tetsuya" Surai merah memenuhi pandangannya, menghalangi sinar matahari yang masuk. Akashi sedikit membungkuk mendekatkan wajahnya dengan wajah Kuroko.
"Akashi-kun.." Kuroko bangun, bersamaan dengan pintu yang dibuka.
Sekarang Tetsuna keluar dengan wajah yang lebih cantik.
"Ohayou.. Kaa-san.." Kuroko membulatkan matanya, apa-apaan panggilan Akashi itu.
"Ohayou, Akashi-kun" Tetsuna tersenyum menatap Akashi.
"Akashi-kun, kenapa kau memanggil ibu ku Kaa –san"
"Biarkan saja, Tetsuya juga memanggil ayahku begitu"
Tapi itu beda ceritanya Akashi-kun batin Kuroko
"Kan Akashi calon menantuku, biarkan saja dia memanggil aku Kaa-san"
Kuroko menepuk keningnya. Lagian Akashi juga yang sok manis, yang ada nanti Tetsuna bukannya benci sama Akashi malah tambah suka deh.
"Aku sudah membuatkan sarapan" Akashi tersenyum dengan manis, sementara Kuroko lagi-lagi membulatkan matanya. Tetsuna menatap kagum.
Kuroko menatap Akashi heran, kenapa juga Akashi malah bikin kagum ibunya.
"Tetsuya mandi dulu sana ,baru sarapan"
Akashi mendorong Kuroko pelan menuju kekamarnya.
.
.
.
Sekarang mereka sudah berkumpul di ruang makan. Kuroko menatap makanan di hadapannya kagum.
"Huaaa.. ini calon menantuku yang membuatnya" Tetsuna berujar riang.
Kuroko mengusap keningnya pelan, ini ga salah.. Akashi masih ingat tujuannya kan?
"Ini untuk Tetsuya"
Sekarang Akashi menaruh piring dihadapan Kuroko sambil tersenyum sangat manis. Kuroko menatap piringnya was-was. Akashi tidak memasukan racun kan.
"Silahkan dimakan Kaa-san" Ujar Akashi lalu beranjak kedapur.
"Loh.. Akashi-kun tidak ikut makan?" Tanya Kuroko.
"Hmm.. aku akan mengambil sesuatu dulu, kalian makan duluan saja." sungguh pemandangan yang langka melihat Akashi Seijuurou seperti seorang Butler. Kuroko melirik Akashi lalu kedipan mata didapatkannya. Kuroko berpaling pada ibunya singkat lalu mulai memakan makanan dihadapannya.
"uhuk..uhuk.." Tetsuna bangkit sambil memegang mulutnya. Kuroko yang belum menyuap makannya, melihat sendok ditangannya. Jangan-jangan Akashi memang berniat meracuni ibunya.
"Akashi-kun" Kuroko menghampiri Akashi.
"Apa Akashi-kun meracuni ibuku" Kuroko menatap menyelidik, sedangkan si surai merah hanya menyunggingkan senyum berbahayanya mungkin.
"Mana mungkin aku meracuni calon mertuaku" Kuroko mau muntah saat itu juga mendengar Akashi.
"Lalu ibuku kenapa?"
Mereka menoleh, melihat Tetsuna yang baru keluar dari kamar mandi.
"Woi bocah merah, jangan masukan brokoli dimakananku"
Kuroko mengangguk mengerti, ia melirik makanannya sekilas. Ternyata ada brokolinya, ia bersyukur belum sempat memakannya karena ia juga tidak suka dengan sayuran hijau itu.
"Huh.. syukurlah aku belum memakannya" gumam Kuroko pelan.
"Heh.. jadi Kaa-san tidak suka Brokoli"
"Huh.. jangan sok alim deh, berniat meracuniku kan."
"Niatnya sih memang seperti itu" Jawab Akashi lembut namun menusuk.
"Hah, Dasar.."
"Ini.." Akashi menyodorkan segelas susu kepada Tetsuna.
"Aku tidak benar-benar berniat meracuni Kaa-san, setidaknya ini untuk menghilangkan rasa brokolinya." Tetsuna mengambil gelas itu. Lalu Tetsuna berjalan ke ruang tamu.
"Loh Kaa-san tidak dilanjutkan makannya?" Tanya Akashi.
"Tidak nafsu" jawabnya tanpa berbalik.
Hmm.. Menurut sudut pandang Kuroko sih, ibunya sudah terlihat mulai kesal dengan kelakuan Akashi. Mungkin rencana Akashi berhasil. Kuroko menarik sudut bibirnya kecil.
"Tetsuya tidak memakannya? Aku sudah membuat ini pagi-pagi sekali loh." Akashi tersenyum jahil kepada Kuroko. Ia jelas sudah tahu kalau Kuroko tidak menyukai brokoli.
"Hah.. Akashi-kun mau meracuniku juga ya." Kuroko berujar datar.
"Tenang aja, nanti kalo Tetsuya pingsan aku cium kok supaya Tetsuya bangun lagi." Kuroko berjalan menghampiri ibunya di ruang tamu, mengabaikan perkataanya Akashi yang lama-lama korslet mungkin.
Tetsuna sedang membaca majalah.
"Kaa-san.." Kuroko hendak berbicara dengan ibunya, bukannya jika berbicara akan lebih baik. Jika mereka berdua tidak mau adanya perjodohan abnormal ini.
"Kalau kalian berniat membatalkan rencana perjodohan kalian lebih baik lupakan saja atau aku akan menghubungi Akashi Masaomi untuk mempercepat pernikahan kalian daripada kalian pacarannya bikin orang mati, lebih baik dinikahin aja sekalian" ujarnya tanpa menoleh
Kuroko syok, menghentikan langkahnya. Akashi berjalan santai lalu duduk dihadapan Tetsuna, Tetsuna melirik sekilas surai merah dihadapannya.
"Kalau aku sih tak masalah, tapi apa o ba san tidak melihat Tetsuya. Apa memaksanya akan membahagiakannya." Kepala disandarkan disofa, Akashi berkata sambil menatap keluar jendela.
Tetsuna menatap pria dihadapannya.
"Oh..ya aku baru ingat. Aku ada urusan, aku pamit dulu" Akashi tersenyum menatap Tetsuna, la membungkuk sopan. Lalu terseyum kepada Kuroko yang masih setia berdiri.
"..dan maaf sudah mengganggu hari kalian"
Lalu pintu tertutup, setelah itu hening. Baik Tetsuna maupun Kuroko tidak ada yang berbicara. Mungkin Kuroko masih mencerna maksud perkataan Akashi. Bukan karena ia tidak mengerti, tapi hanya berfikir apa maksudnya? Apa maksudnya jika Akashi mau menikah dengannya. Kuroko menggeleng, mengenyahkan pikiran anehnya lalu berbalik pergi kearah kamarnya.
Perlakuannya tak luput dari pandangan Tetsuna, ekspresi Kuroko jelas menunjukan penolakan. Apa Tetsuna terlalu memaksakan kehendaknya. Tetsuna meletakan majalahnya. Lalu mengambil susu dimeja.
Eh.. sejak kapan ada vas bunga disitu pikirnya.
Tetsuna tersenyum melihatnya.
"Huh.. padahal aku ingin sekali bocah itu jadi menantuku. Bocah itu mengingatkan ku dengan Shiroi"
.
.
.
Akashi berjalan memasuki rumahnya.
"Bagaimana misi menggagalkan perjodohan ini Seijuurou." Suara yang menghentikan langkahnya.
Akashi berbalik "Entah, mungkin tidak ada gunanya membantah Akashi Masaomi-sama. Tapi.. aku hanya tidak ingin melibatkan Tetsuya. Tolong hentikan permainan mu ini O Tou Sama"
Akashi kembali berbalik menuju kamarnya. Masaomi hanya tersenyum kecil.
.
.
.
Sudah satu minggu setelah Akashi membuat rusuh di rumah Kuroko. Antara Kuroko maupun Akashi belum ada yang menghubungi satu sama lain. Mungkin karena sama-sama sibuk dengan pekerjaannya. Masaomi masih sedikit bertanya mengenai Kuroko namun hanya dijawab singkat oleh Akashi, sedangkan Tetsuna sama sekali belum bertanya kabar Akashi kepada Kuroko. Mungkin Tetsuna mulai mengerti, ia hanya merasa keputusannya benar tanpa memperdulikan perasaan Kuroko.
Selang beberapa hari Tetsuna bertemu dengan Masaomi.
"Jadi kau ingin membatalkan perjodohan ini?" Tanya Masaomi sambil menyeruput kopinya.
"Yah.. sepertinya begitu, kita terlihat terlalu memaksa." Jawab Tetsuna.
"Tapi kau tau kenyataannya kan.."
"Yah.. jika mereka memang mau melanjutkannya, aku sih tidak keberatan." Tetsuna tersenyum.
"Walaupun aku sangat menginginkan bocah itu jadi menantuku,, dia terlihat seperti Shiroi."
"Hahaha.. bukankah ia lebih terlihat sepertiku."
"Yah.. sedikit banyak ia mewarisi wajah Shiroi." Tetsuna tidak mengelak jika sifat Akashi lebih dominan pada Masaomi, tapi ketampanan dan kebaikan kecilnya jelas mewarisi teman lamanya itu.
Berbincang sebentar dengan Masaomi lalu ia pulang dengan perasaan lega. Ia tidak mau memaksa Kuroko, ia akan membiarkannya mengalir seperti air.
.
.
.
Akashi memijat pelipisnya pelan sambil membaca dokumen ditangannya. Lalu poselnya berdering. Dari Midorima.
"Ada apa menelfonku"
"Kondisi kesehatan ayahmu memburuk lagi"
"Hmm.. kalian berpura-pura kan, tak usah repot-repot membohongiku." Akashi menjawab santai masih focus membaca dokumennya.
"Kali ini aku tidak berbohong, ia pingsan tadi di kamarnya."
Akashi menghela nafas, tidak mengerti lagi apa yang direncanakan ayahnya. Tapi ia tetap membereskan dokumennya, lalu bergegas kerumah sakit.
.
.
.
"Apa? Kau yakin.." Tanyanya memastikan jika Midorima tidak berbohong, ia sudah bisa membaca pikiran teman-teman nya, terlebih Midorima adalah teman lamanya. Ia akan mudah tau jika Midorima berbohong.
"Ia, aku serius soal ayahmu"
Akashi mengangguk lalu masuk setelah diperbolehkan oleh Midorima.
"Oh.. Seijuurou.."
"Bagaimana keadaan tou san?"
"Tidak begitu buruk"
"Apa tou san akan kembali meminta Tetsuya untuk menikah denganku karena alasan penyakit tou san." Tanya Akashi.
"Hahaha.." Akashi mengerutkan keningnya melihat ayahnya tertawa.
"Tentu saja"
"Tou san berhenti melibatkan Tetsuya, tou san bisa mencari wanita lain kan? Itu lebih normal."
"Jika kau berfikir aku melakukannya untuk kepentingan ku sendiri kau salah. Aku ayahmu,aku mengerti dirimu. Tak perlu sungkan untuk menyembunyikannya, aku tau isi hatimu selama ini"
Akashi hanya terdiam menatap ayahnya. Apa maksudnya mengerti dirinya, apa ayahnya lupa siapa yang mengajarkannya untuk selalu menang. Untuk selalu menanggung beban menjadi yang nomor satu.
"JIka tou san sudah lebih baik aku pergi dulu, aku ada urusan" Akashi bangkit berjalan kearah pintu, namun langkahnya terhenti.
"Aku tau jika kau menyukai Kuroko.. "
"..sejak lama"
"hah.. tou san bercanda"
.
.
.
To Be Continued
Hai minna-san, adakah yang waiting? Gomen updatenya lama, dikit lagi. Dengerin lagu Akashi ft Kuroko Answer membuat aku bersemangat lagi xD dan mungkin lagu itu sedikit banyak lagu itu mempengaruhi ceritanya. Semoga kalian suka chapter ini. Jangan lupa Reviewnya yaa..
See you next chapter ^^