FF BAP/BANGHIM & All Couple/ONE SHOT/FINAL Part 16B (ENDING)
Title: One Shot
Author: Bang Young Ran
Rating: M (Warning: Kinky Smut, Cross-Dressing, Heavy Smut?)
Genre: Yaoi/Fluff/Romance/Family/Crime(?)/AU
Length: 1 – 16B
Main Cast:
Kim Him Chan *(^3)(0.0)*
Bang Yong Guk~~ *Gukie~ (/)*
Support Cast:
DaeLo (Jung Dae Hyun & Choi Zelo/Jun Hong)
JongJae (Moon Jong Up & Yoo Young Jae)
Daniel Philip Henney
Dennis Henney (Dennis Oh)
Samuel James (OC)
Andi (Shinwa)
Bang Min Ki ( I don't know with u, Guys, but when I make typing this ff, I just imagine Uri Little Min Ki is... Lee Jong Suk^0^)
Jun Hyo Sung (Secret)
Moon Yoo Jung (Kim Yoo Jung as JongJae's daughter)
Disclaimer: BAP is their parents, & it's Youngranie fic~ muaaaachhh... *kechupbasah*
Warning: TYPO! OOC! YAOI/BoysxBoys! NC! MPREG! NO PLAGIARISM! NO BASHING!
Author's Note: Ini adalah hari yang sibuk bagi BABYZ. Klo kmu Babyz, kmu pasti tahu alasan kenapa ane terlambat ng-post. Please, terus nonton Young Wild & Free MV d Youtube TS, lalu, vote buat BAP d music show. Dan YEEEEEEYYY! BAP MATRIX Mini Album is the 1st Korean on the 3rd place of the Billboard's World Album Chart!XD #HappyHappyHappy #BAPJjang #BabyzJjang
Akhir kata, Happy Reading, Readers-nim~ m(_ _)m *deep bow*
Summary: Kim Him Chan adalah seorang polisi yang ditugaskan untuk menyamar, menjadi salah satu anggota geng yang disebut The Mato's. Dalam penyamarannya, Him Chan berperan sebagai kekasih Bang Yong Guk, si pemimpin geng The Mato's. Lalu, akankah Him Chan berhasil menjebak The Mato's? Atau dia harus terjebak, terperosok begitu dalam atas kasih sayang dari seorang Bang Yong Guk?!
.
.
DON'T LIKE, DON'T READ, JUST LEAVE IT, OK!?
.
.
~~( ^3)(.o )~~
.
.
TANPA BANYAK BACOT, LANGSUNG AJA CHECK IT OUT
HAPPY READIIIIIINNNNGGGGG... ^3^
.
.
.
One Shot
Part 16B
The wind howled as if the sky had fallen
Endless strugges and tests
In that world
What we wanted,
What we thought couldn't happen
But
We all held hands
And all 6 of us with two feet worked together
So that no one would fall
And we were ready to run again
Young, Wild, & Free
In the end, the world is our story
The pain we felt,
Became blood and flesh
We once again fly off into the sky
We're still alive~
—BAP : MONOLOGUE—
"Wow. Kenapa aku sudah menduganya?"
Tanpa gerakan kentara, Him Chan menengok ke samping. Tubuhnya berputar dengan anggun di antara tuntunan kedua tangan Yong Guk, sementara mata menatap lekat sosok pria paruh baya berkacamata yang tengah duduk nyaman di meja khusus tamu VIP, tepat berseberangan dengan lantai dansa ballroom. Di sekitar meja, setidaknya ada tujuh orang pria bertubuh kekar, bersetelan serba hitam.
Para 'anjing penjaga'.
Dan tuan mereka, Han Sang Joon.
"Mereka takut mati, Honey. Apa lagi yang bisa kita harapkan dari orang-orang seperti mereka? Berkeliaran bebas di luar tanpa pengawalan sekompi pasukan terlatih?" Him Chan menggunakan kesempatan tubuh mereka yang mulai berdansa sambil berpelukan erat, untuk berbisik dekat di telinga sang kekasih. Ia dengan sengaja mengabaikan tangan nakal yang begitu nyata memegangi bagian belakangnya. Bila Yong Guk berpikir dirinya melakukan hal itu secara rahasia... oh, well, dia tentu salah besar.
"Ukh... Aku hanya penasaran bila suatu saat nanti orang seperti mereka akan membuat pekerjaan kita lebih mudah."
"Oh, come on, Honey~! Aku jamin seratus-persen kau tidak akan menemukan kesenangan bila hal ini berjalan mudah."
Err... itu benar.
Di mana kesenangannya hidup ini bila tidak dihadapkan pada suatu rintangan?! Tanpa rintangan, tidak akan ada kepuasan. Tanpa kepuasan, kebahagiaan sedikit kurang bermakna. Hidup ini seperti permainan roller coaster, semakin bergelombang dan ekstrim sebuah wahana, semakin menyenangkan dan banyak peminatnya. Satu yang mereka cari; kepuasan, tentu saja.
"Kkkk~ You know me so well, Baby~ How should I reward you?" Yong Guk bergerak, hendak menyongsong bibir yang terpoles sempurna oleh lipstick berwarna red dark cherry tersebut hanya untuk mendapati sebuah telunjuk menekan pertengahan dahinya.
"Jangan menciumku saat memakai lipstick."
"Ah, wae?!"
Bang Yong Guk merengek.
"Kau membiarkanku saat kita di kamar tadi!"
Yeah, namja itu benar-benar merengek.
"Dan mulutmu jadi belepotan lipstick sesudahnya. Kau ingat?" Pelipis Him Chan berjengit bila mengingatnya. Butuh beberapa lembar tisu basah untuk membebaskan mulut Yong Guk—dan mulutnya—yang berhiaskan noda lipstik, membuatnya terlihat seperti karakter Joker saja.
"Kkkk~ Tapi kita terlihat lucu dengan wajah Joker itu!" Si cantik akhirnya berkomentar kemudian, mengeratkan pelukan pada leher jenjang Yong Guk yang tebal.
"Oh, geure? Aneh sekali. Karena menurutku, kau terlihat begitu menggairahkan dengan lipstik belepotan dan nafas tersengal. Dibandingkan Joker... kau lebih tampak seperti seorang gadis yang kelelahan setelah..."
Him Chan tidak perlu mendengar kelanjutannya. Berbicara dengan bisikan yang begitu rendah dan dalam... oh, Bang Yong Guk begitu mudah ditebak! Alhasil, dengan sengaja jemari Him Chan yang dipasangi kuku palsu ber-cat merah, mencubit daging lembut di antara baby hair pada tengkuk namja itu; tanpa kentara mengundang pekikan tinggi pelan yang sama sekali tidak bisa dikategorikan manly.
"Awh! Baby~! That's sting!" sungut Yong Guk sembari berjengit. Desisan pelan lolos di antara sela giginya yang terkatup rapat, pertanda bahwa ia serius merasakan sakit akibat cubitan Him Chan.
Sementara si pelaku 'KDRT', seolah merasa tidak bersalah karena terus-terusan terkikik, memperlihatkan bunny tooth serta eye smile tiada henti. "Kkkk, you deserve it..., Honey~"
Di saat mereka tengah larut dalam kegiatan merajuk slash menggodai, seseorang bersetelan jas mahal mendekat ke arah keduanya.
"Ekhem! Excuse me?"
Him Chan berbalik untuk melihat sosok yang telah menginterupsi mereka hanya untuk membelalakkan mata lebar. Nafasnya reflek tercekat di tenggorokan.
"May I ask your beautiful partner for a dance, Sir?"
DEG!
... Han Sang Joon.
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
Yong Guk menyesap pelan champagne dari gelas kristal tinggi yang ia pegangi dengan anggun di antara sela jemari. Matanya yang tajam, tidak pernah lepas mengawasi setiap pergerakan di tengah lantai dansa; di mana dua anak manusia yang begitu kontras—baik dari segi umur maupun tinggi badan—tengah berdansa.
Dari tempatnya berdiri saat ini, Yong Guk dapat melihat betapa tangan pria tua itu terlalu turun, menapak pada posisi yang begitu... 'mengintimidasi', dan berbahaya, di pinggul bawah kekasihnya. What the hell!? Jika saja mereka sedang tidak menyamar, Yong Guk akan membuat perhitungan serius dengan pria tua bangka itu!
Jika Yong Guk tengah dilanda rasa cemburu bercampur jengkel, lain halnya dengan Him Chan yang saat ini gugup setengah mati. Bagaimana tidak gugup jika target yang mereka amati, malah sekarang berada tepat di hadapannya!? Berdansa dengannya, dalam jarak yang oh, begitu dekat. Dan berbahaya.
"You're so gorgeous, Mrs. Zhou. I wonder how Mr. Zhou could be so lucky to found you."
Ugh, Him Chan sudah tidak dapat menghitung lagi, entah pujian ke berapa yang keluar dari mulut pria paruh baya ini semenjak mereka mulai berdansa. Terus terang, ia mulai kehabisan 'stock' untuk merespon dengan kata-kata manis palsu sebagai balasannya.
"Oh, you praising me too much, Mr. Han. I'm the one whose lucky to have my husband as my life's partner. We were going through a lot." Kalimat terakhir jelas memiliki sejuta makna berarti. Namun Him Chan mengucapkannya dengan suara merdu yang disamarkan—berusaha sekeras mungkin agar dirinya tetap terdengar seperti yeoja. "We always support and cherish each other. We're in love, Mr. Han. I love my husband so much."
Him Chan tidak tahu mengapa ia mengucapkan pengakuan tersebut pada orang seperti Han Sang Joon. Hatinya hanya merasa waswas, tidak tenang karena penyamaran yang mereka lakukan bisa saja terbongkar dan dia tidak berkesempatan mengucapkannya lagi. Bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk tidak ada salahnya, 'kan?
"Talking about me, Baby~?"
Nice timing.
As if on cue, Bang Yo – Jasper Zhou, was coming and standing right beside the dancing couple. Interupting whatever happening with his very-fake innocence face—only Him Chan could see that, of course.
"May I have my wife back, Sir? I'm never functional without her." Yong Guk berkata sembari melirik makhluk cantik di sampingnya penuh arti. Melihat bagaimana mata doe berlensa biru gelap tersebut balas menatapnya lega. "She never functional too without me," tambahnya.
Tidak ada yang bisa Han Sang Joon perbuat selain melepaskan makhluk cantik dalam rengkuhannya, setelah sebelumnya mengecup salah satu punggung tangan putih mulus itu, berkata bahwa dia tidak sampai hati memisahkan dua anak manusia yang dimabuk cinta. Meskipun kenyataannya yang Yong Guk lihat, namja paruh baya itu jelas kesal akan kedatangannya dan tidak rela melepas Him Chan.
"Huft... akhirnya Mr. Jasper bisa memeluk istrinya yang cantik~" Yong Guk berdendang, menyeringai lebar saat kedua lengan bawahnya mengalungi pinggang ramping Him Chan, memeluk luar biasa erat tubuh ramping tersebut padanya. "Kau terlihat seperti akan pingsan, Baby."
"Dia tiada henti merayuku dan tangannya, nyaris meremas pantatku. Kau tahu itu?"
"Aku tahu. Karena itulah aku secepat mungkin datang menyelamatkanmu, Hime." Telapak tangan kanan Yong Guk melakukan gerakan memutar di punggung sang kekasih, bermaksud menenangkannya. "So? Terjadi sesuatu? Apa dia menaruh kecurigaan pada..."
"Oh, tidak, tidak. Kurang lebihnya, Han Sang Joon memang mengajakku berdansa. Hanya 'tebakan beruntung', Gukie."
Yong Guk mengangguk hanya untuk menyeringai dalam sekejap mata. Sesuatu tengah melintas di benaknya, Him Chan tahu itu. "Well, pria tua bangka itu hanya 'berselera' bagus, Hime. Mrs. Zhou just too tempting and gorgeously beautiful to be ignored~" bisiknya dengan suara berat dan rendah... begitu dekat dengan telinga Him Chan hingga bibirnya yang penuh menempeli cuping telinga makhluk cantik itu.
Blush~
"S-shut up! Menyebalkan! Lain kali, kalau ada misi seperti ini lagi, kau yang akan kupaksa untuk menyamar!"
"Hahahaha, you can make me, Baby. And peoples gonna puke."
#######\(=^0^=)/#######
Srak,
Sruk,
Srek...
Sesosok tubuh tinggi kurus bergulak-gulik gelisah di atas ranjang. Pergerakan tanpa hentinya membuat bed cover sewarna peach tersebut acak-acakan. Beberapa pasang bantal bahkan terlempar dan berbaring pasrah pada lantai yang dingin.
"Jungie? Baby? Kau belum tidur?" Dae Hyun bangkit duduk. Matanya setengah tertutup dengan dahi mengerinyit. Dreamland belum lama ia arungi, tampaknya. "Kemarilah," panggil Dae Hyun lembut, menepuki paha agar sang kekasih meletakkan kepala di sana—hal yang selalu keduanya lakukan; bersandar di paha masing-masing, menjadikannya sebagai bantal.
Sosok tinggi tersebut, Zelo, menurut dan langsung mengambil posisi berbaring, menghadap Dae Hyun yang menaunginya. "Mianhe, Hyung. Aku membangunkanmu."
Dae Hyun terkekeh dan menggeleng. Satu tangannya mengusap, menyisiri surai brunette halus di puncak kepala Zelo pelan. "Ish. No need to apologize, Jungie. Aku akan selalu ada untukmu, ingat? I'm your shining armor warrior!"
"Kkkk~ ne, ne... I can't argue with that."
"Jadi, kenapa kau belum tidur?"
Zelo tidak langsung menjawab. Dia malah menghela nafas panjang kemudian meraih tangan Dae Hyun di puncak kepala, untuk diremas dan dimainkannya seperti bocah lima tahun. "Aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan Hime Hyung dan Yong Guk Hyung. Aku cemas. Aku... tidak ingin kehilangan orang-orang yang berharga lagi."
Deg~
Dae Hyun tersentak.
Tentu. Selama ini Zelo selalu terlihat polos dan ceria, tapi, dalamnya lautan siapa yang tahu? Zelo, dari kecil, sudah melewati berbagai macam hal dalam hidupnya. Dia kehilangan orang tua pada umur lima tahun dalam sebuah kecelakaan pesawat, tinggal di panti asuhan setelah tidak ada satu pun sanak family yang mau menampungnya dan sang kakak, lalu... saudari satu-satunya... diadopsi. Mereka berpisah dan setelah belasan tahun kemudian, baru Zelo mengetahui jika noona-nya telah tewas.
Bunuh diri, begitulah catatan yang Zelo dapat dari kepolisian. Tapi... tidak. Kakaknya dibunuh oleh seorang germo, yang mempekerjakannya sebagai pelacur—human trafficking. Kakaknya adalah korban. Tapi... keadilan tidak berpihak pada seorang gadis lemah di gang pelacuran sempit. Dunia terlalu sempit untuk hal itu.
Manusia memang memiliki hak asasi, namun, keadilan tidak memeluk semua kalangan. Ibarat hukum rimba, yang kuatlah yang menang. Pihak yang lemah akan terus terinjak. Begitulah dunia.
"Hei," panggil Dae Hyun lirih. Satu tangannya yang bebas dari 'permainan' Zelo, meraih ke atas dahi hanya untuk mengurut bagian berkerut di antara kedua alis Zelo dengan sisi ibu jari, meratakannya. "Tidak akan ada yang meninggalkanmu, Jungie. Kami di sini. Yong Guk Hyung dan Hime Hyung akan baik-baik saja. Percaya padaku."
Ada keyakinan yang tidak tergoyahkan dalam suara Dae Hyun. Keyakinan yang membuat Zelo membungkam mulut dengan mengulumi bibir bawahnya. Keyakinan yang juga mengizinkan Zelo untuk mempercayai hal yang sama.
"Aku di sini. Always with you and our babies~" tambah Dae Hyun, yang membuat namja manis di paha kirinya, akhirnya memperlihatkan senyum cemerlang itu. "Wanna me to sing a song for you, Baby?"
"A lullaby?"
"Eum!"
Melewati pertengahan malam, Zelo akhirnya dapat menutup matanya damai. Suara Dae Hyun yang merdu mengantarnya menuju dream land. Begitu pula dengan satu tangan namja itu yang tidak digenggamnya, mengusapi baby bump mereka pelan..., dan luar biasa lembut...
Cup~
"I love you all, My Babies~"
Samar-samar bisikan Dae Hyun terdengar.
Jung Dae Hyun akan menjadi seorang appa yang luar biasa.
Zelo yakin itu.
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
Saling menautkan ruas jari yang satu dengan lainnya, Him Chan menghadapkan telapak tangan ke udara dan mengangkatnya tinggi. Kepala silih berganti ia miringkan ke kiri, dan ke kanan. Lalu kemudian, tangan yang terangkat tinggi diturunkan sebatas dada. Satu tangan diluruskan ke samping, tangan yang lainnya menekuk, menopang siku tangan yang diluruskan dengan telapak tangan. Begitu pula sebaliknya.
Peregangan dan pemanasan.
Itulah yang sedang Him Chan lakukan saat ini.
Di depannya terdapat sebuah balkon berteralis besi hitam. Dua tali khusus terikat rumit pada dua tiang penyangga balkon. Tali tersebut terentang jauh ke gedung hotel di seberang. Him Chan lah yang membidiknya. Tepat di atas balkon kamar tempat Han Sang Joon menginap.
"Kau terlihat seperti Black Widow dengan pakaian itu, Hime. Kkkk~"
Him Chan hanya memutar bola mata mendengar komentar antusias Yong Guk. Tidak diragukan lagi, namja itu menyukai apa yang saat ini dikenakannya. Ugh. Black Widow? Well, kalau boleh jujur, Him Chan juga berpikir begitu saat melihat sosoknya di cermin tadi. Hanya saja dirinya adalah Black Widow berambut pirang, bukannya merah. "Dan kau masih berbohong kalau ini bukanlah fetish-mu, Gukie? Kau sangat licik, eoh? Kau tahu aku tidak akan setuju mengenakan ini semua secara sukarela, karena itulah kau menggunakan misi ini sebagai modus."
Tidak ada jawaban. Namun kikikan Yong Guk rasanya cukup sebagai konfirmasi atas tuduhan yang si cantik berikan padanya. Ya. Tentu saja Bang Yong Guk licik. Jika dia harus berbohong hanya untuk memenuhi hasratnya melihat Him Chan dalam balutan pakaian yeoja... well, tentu saja Yong Guk akan melakukannya! Damn!
"Jadi kita akan menyelinap dan menerobos ke kamar Han Sang Joon begitu saja?" Him Chan bertanya di saat tangannya sibuk mengaitkan tuas besi pengaman pada pinggang. Dilihatnya Yong Guk juga melakukan hal sama. Hanya saja lebih cepat hingga namja itu ikut mengulurkan tangan untuk membantunya.
"Ne, kurang lebih seperti itu. Kita akan beraksi sehening mungkin. Tidak ada keributan. Pria tua mesum itu akan meregang nyawa saat semua anjing penjaganya tertidur seperti bayi~"
Semenjak peristiwa penyelamatan Yong Guk, The Mato's sekarang lebih sering menggunakan peluru bius. Mereka menggunakan sistem penyerangan 'sarang lebah'; sebisa mungkin melumpuhkan para prajurit, lalu kemudian, serang Sang Ratu. Itulah yang menjadi motto The Mato's sekarang—lebih efisien dan tidak perlu menumpahkan banyak korban tidak penting.
"Hei."
Keduanya telah bersiap-siap untuk menyeberang saat makhluk cantik itu memanggil Yong Guk excited, membuat namja tampan tersebut melirik penuh tanya dengan kedua alis terangkat.
"Apa?"
Tersenyum, atau mungkin lebih tepat disebut menyeringai, Him Chan memainkan jalinan rambut pirang di bahu kirinya dengan jemari sembari berkata, "kau ingat kalau Young Jae pernah memberiku nurse outfit super seksi sebagai kado ulang tahun? Kalau kau lebih banyak menumbangkan anjing penjaga dariku, aku... mungkin akan mempertimbangkan memakainya. So...," menggantung ucapan, si cantik menyamankan posisinya yang bergelayut, berayun pada seutas tali tambang khusus. Lalu kemudian, ia menatap Yong Guk dengan mata menyipit dan seringai licik. "... don't be a looser, Bang Yong Guk!"
Whusssshhhh.
What...
Him Chan pergi,
The...
meluncur ke gedung seberang,
FUCK!
... meninggalkan Yong Guk yang menganga dikarenakan kata-katanya. Gosh... oh, God! Sosok Him Chan yang dibalut pakaian putih minim... mulai menginvasi pikirannya. Lengan putih itu..., paha putih mulus itu..., kaki jenjang berbalut stocking tipis... oh, oh, apakah ia boleh mengecupi setiap jengkalnya secara perlahan?
Deg, deg, deg, deg~
"Kkkkk~ You better prepare, Honey~! AKU TIDAK AKAN KALAH DARIMU! LIHAT SAJA!"
#######\(=^0^=)/#######
Sst. Sst. Sst.
Bruk! Bruk! Bruk!
Him Chan menyeringai, mengangkat sebelah alis sebagai gestur menantang sekaligus merendahkan Yong Guk. Err, sejauh ini, Yong Guk baru menumbangkan satu 'anjing penjaga' sementara Him Chan sendiri... well, dia menumbangkan tiga hanya dalam sekejap mata. Dengan begitu... hanya tersisa...
Sst. Sst.
Bruk! Bruk!
... satu.
Mereka seri.
Yong Guk menumbangkan dua orang yang berdiri di ruang tengah secara bersamaan dengan dua senjata layaknya jagoan di dalam film action. Namja tampan itu bahkan bersalto sembari menembak, dan setelahnya, melempari Him Chan dengan seringai disertai wajah merendahkan yang sama. Bibir bawah digigitnya perlahan...
What the fuck!
Bang Yong Guk tengah menggodainya, 'kah?
Ugh...
Him Chan dibuatnya menggigit bibir bawah pula; mengikuti Yong Guk tanpa disadari. "Stop flirting with me, Bang Yong Guk. We. Are. On mission!" desis si cantik jengkel. Sayang, yang ditegurnya malah tertawa tanpa suara, seolah terhibur. "Ssh, kau lihat saja. I'm gonna beat you up with—"
Sst.
Bruk!
"—the last person..." Him Chan hanya mampu bergumam, menatap nanar 'anjing penjaga' terakhir yang terhuyung dan jatuh tersungkur di atas sofa.
Greb~
"So... tonight? Nurse Chanie~?"
Kedua lengan kokoh yang memeluk pinggangnya, serta jilatan main-main pada daun telinga kirinya yang berhiaskan piercing, sekiranya cukup mengkonfirmasi betapa Kim Him Chan telah kalah dalam 'pertandingan' ini. Yong Guk menang. Dan Yong Guk akan berisik, tiada henti menuntut 'hadiah' yang telah dijanjikan.
'Shit!'
Him Chan mengumpat di dalam hati. Kenapa dia tadi begitu percaya diri menantang Yong Guk, eoh?! Apa dia lupa kalau Bang Yong Guk adalah seseorang yang pantang menyerah saat dirinya dihadapkan pada suatu tantangan?! Terlebih... bila sesuatu yang dipertaruhkan itu, adalah hal yang sangat diinginkannya sejak lama. God...
Cklek~
"Alex?"
DEG!
Suara serak milik Han Sang Joon memanggil di kejauhan. Tak pelak membuat Yong Guk dan Him Chan reflek menjauh, untuk bersembunyi pada sudut dinding tepat di samping kanan-kiri pintu ruang tengah. Alex pastilah nama dari salah satu 'anjing penjaga' yang mereka tumbangkan.
"Alex?"
Suara itu semakin mendekat...
Tap, tap, tap, tap~
... begitu pula dengan suara langkah kaki...
Yong Guk melirik Him Chan di seberang—wajahnya kembali serius layaknya Bang Yong Guk si ketua geng The Mato's—lalu mengangguk, menaikkan scarf berpola mulut tengkorak di leher, menjadikannya sebagai masker. Him Chan juga mengikuti hal yang sama, menutupi puncak hidung dan mulutnya dengan scarf bermotif serupa. Keduanya mengeratkan pegangan pada senjata masing-masing, tentu saja setelah sebelumnya menggantinya dengan senjata berpeluru sungguhan.
"DAMN ALEX! Where are you, Stupid?! I need you to—"
Clakk!
"Don't move, Old Man." Yong Guk menggertak. Di balik masker dirinya menyeringai, menyaksikan bagaimana tubuh dari pemilik kepala yang mereka todong, bergetar. Wajah ketakutan bercampur waswas yang saat ini menghiasi wajah Han Sang Joon, terlihat begitu familiar. Huh! Sungguh ironis karena orang-orang pengecut sepertinya dan Samuel James bekerja sama. Mereka mirip; itulah bagian yang paling menyedihkan.
"Hahahaha~"
Err, atau mungkin Yong Guk terlalu cepat mengambil kesimpulan? Seorang pengecut tidak mungkin tertawa saat kepalanya diacungi senjata, bukan?
"Setelah lima tahun, akhirnya kalian menemuiku, Mr & Mrs. Zhou. Ah, atau... haruskah kupanggil kalian dengan... Yong Guk dan Him Chan? The Mato's?"
DEG.
Dua orang yang disebut namanya, tercekat. Han Sang Joon... mengenali siapa mereka?! Mengenali... penyamaran mereka!? What the f—
Secara tiba-tiba, pria paruh yang ditodong membuat pergerakan menoleh ke samping kanan, tepat menghadap Him Chan. Membuat kedua orang yang menodongnya semakin menunjukkan gestur waspada. "Kenapa? Kalian berpikir aku sama bodohnya seperti James yang pengecut? Tidak, Honey. Kami memang 'rekan bisnis' yang baik tapi, aku jauh lebih cerdas dari pria busuk itu. Aku sudah mengetahui kedatangan kalian ke London dua hari lalu. Aku juga... tersentuh melihat kalian berkumpul dengan akrab di cafe itu. Hahaha, oh, ya, bagaimana kabar Min Ki Kecil?"
DEG!
"Dia sangat imut dan cantik. Sepertimu. Kau tahu? Mata seindah itu tidak mudah untuk dilupakan, Mrs. Zhou~" dendang Han Sang Joon sembari menyerigai. Ia tidak mempedulikan mata doe jernih berlensa biru gelap yang saat in menatapnya terbelalak. "Kalau saja aku tidak tahu kau ini pria, aku pastilah akan tertipu mentah-mentah. Damn! You're so gorgeous! Apa yang kudengar tentangmu tidaklah salah. Kau jauh, beribu-ribu lebih cantik dibandingkan yeoja. Kau tahu itu?"
Crek~
Suara kuncian senjata api terdengar nyaring menyela.
Yong Guk menekan kasar moncong senjata di tangannya ke pelipis Han Sang Joon sebagai peringatan. "Stop with the bullshit, Old Man. Siapa yang mengizinkanmu berbicara dengan kekasihku, huh!?"
Namja paruh baya yang dibentak, memutar bola mata, dan dengan enggan menoleh ke arah Yong Guk. Tanpa ragu dan gentar membiarkan moncong senjata mengarah langsung ke dahinya saat ini. "Dan kabar burung mengenai Possessive, Bad Tempered Bastard Bang Yong Guk, juga tidak salah."
Cara si pria tua berceloteh dengan santai, bak mengomentari cuaca indah dan hangat di penghujung musim semi, membuat amarah Yong Guk meledak. Dengan kasar dicengkeramnya kerah kemeja yang Han Sang Joon kenakan, lalu menghempaskan tubuh kurus itu, menggencetnya dengan keras ke dinding.
Semua terjadi begitu cepat tanpa Him Chan berkesempatan mencegahnya. Dan dia bersumpah, mendengar benturan keras dari tulang tengkorak Han Sang Joon yang beradu dengan dinding. Membuatnya tanpa sadar meringis, seolah kepalanya sendiri yang tengah dibenturkan.
"SHUT UP! Tidakkah kau mengerti posisimu sekarang, Orang Tua?" desis Yong Guk tajam. Giginya bergemeletuk nyaring di penghujung kata. Bang Yong Guk benar-benar marah. Siapapun yang menjadi tujuan kemarahan itu, pastilah akan bergetar ketakutan dibuatnya. Sayang, Han Sang Joon adalah pengecualian, tampaknya.
"BUAHAHAHAHA!"
Dia tertawa. Keras.
"Posisiku? Aku tergencet di antara dinding dan kau. Well, masih lebih baik dibandingkan apa yang menunggu kalian."
Deg!
"Mwo?" Yong Guk hanya sempat menggumamkan hal itu saat sekompi pasukan berseragam SWAT muncul menerobos ke dalam kamar hotel. Mereka tim SWAT dari kepolisian London. Dan jelas, Komisaris Dennis tidak mempunyai pengaruh hingga ke unit ini.
"DON'T MOVE!"
Seseorang yang Yong Guk duga adalah ketua tim regu, membentak keras. Tubuh namja itu sangatlah besar dan dipenuhi otot-otot liat. Dia bergerak memutari mereka sembari menodongkan senjata.
"Arrest them! They are trying to kill me!" Han Sang Joon berceletuk santai. Senyuman liciknya terkembang lebar membalas tatapan sinis Yong Guk. Seolah, dirinya tengah mengikuti pertandingan dengan si pemimpin geng dan kemenangan mutlak ada dalam genggaman tangannya.
Hanya saja... benarkah? Apa dia yakin jika leader The Mato's semudah itu dijebloskan ke dalam dinding tahanan?
"RISE YOUR HANDS! PUT YOUR DAMN GUNS DOWN!" Si pemimpin tim regu kembali meneriakkan perintah.
Yong Guk dan Him Chan tahu bagaimana perlawanan ceroboh di saat-saat seperti ini hanya akan membawa kerugian untuk misi mereka. Maka dari itu, keduanya menjatuhkan senjata ke lantai, lalu kemudian, mengangkat kedua tangan ke sisi kepala masing-masing.
"Hahahaha~!" Tawa menyebalkan sang politikus seolah menjadi background. "Sungguh ironis kalian ingin menjebakku tapi malah kalian sendiri yang jatuh ke dalam perangkap kecil yang kubuat! Hahahaha~" Han Sang Joon berceletuk sembari melangkah ke arah si ketua tim SWAT.
Namun,
DOR!
Hanya separuh bagian politikus paruh baya tersebut berjalan saat sebuah tembakan keras menggema, memecah kesunyian dan kelengahan tim SWAT. Han Sang Joon jatuh tersungkur di lantai dengan lutut duluan menghantam permukaan keras keramik lantai.
"Sungguh ironis karena kau lebih cepat mati dibandingkan temanmu yang pengecut." Him Chan berkata tanpa ekspresi, moncong senjata yang dipegangnya dengan satu tangan mengeluarkan asap tipis yang langsung menghilang ditelan udara—sama halnya dengan nyawa Han Sang Joon.
Tidak ada yang menduga hal ini. Well, paling tidak 'sebagian besar' dari mereka tidak menduga hal ini karena beberapa orang dari tim SWAT, langsung menyongsong ke arah Him Chan yang baru saja menyarangkan timah panas, menembusi tenggorokan sang politikus.
Him Chan bergerak cepat; menghindari tembakan, membanting serta memukul siapapun yang berada dekat dalam jangkauannya, lalu berlari menjauhi kerumunan untuk berlindung pada salah satu dinding yang dirasanya aman. Paling tidak, sebagai penghalang dari hujanan peluru yang ditembakkan ke arahnya.
Sementara itu, Yong Guk tidak mengalami kesulitan. Mengambil kesempatan dari pergerakan Him Chan untuk meraih senjata berpeluru bius dari dua belt yang melingkari pahanya, lalu menembakkannya satu-per-satu ke arah tim SWAT sambil berlari ke balik dinding yang berseberangan jauh dari tempat sang kekasih.
DOR!
DOR!
DOR!
Mereka dihujani peluru. Namun dari tempatnya berlindung, Him Chan dapat melihat Yong Guk menyandarkan belakang kepalanya ke dinding dengan kedua mata terpejam. Tubuh namja itu bergetar oleh nafas memburu. Bukan. Yong Guk tidaklah sedang panik. Karena kenyataannya, ia tersenyum lebar memperlihatkan gummy smile yang menjadi andalannya.
Bang Yong Guk excited.
Bang Yong Guk senang.
Err, Bang Yong Guk terlihat seperti maniak karenanya.
Alhasil, Him Chan hanya menggeleng dari kejauhan, menyayangkan kelakuan childish—dalam artian mengerikan—sang kekasih. "Sungguh ironis, Gukie dan Minie memiliki banyak kemiripan dalam hal fisik namun menguarkan aura bertentangan," komentarnya, menggumamkan hal tersebut untuk direnungi sendiri. Terkadang, Him Chan tidak menyadari kalau ia sebenarnya cemburu atas kemiripan Yong Guk dan sang aegya. Mungkin seharusnya mereka menambah satu lagi? Siapa tahu, baby berikutnya, akan memiliki wajah yang mirip dengannya.
DOR! DOR! DOR! DOR!
Suara beruntun dari peluru membuat Him Chan tersadar. Benar-benar. Sejak kapan dia jadi melamun, eoh?!
"Chagiya, kumohon jangan melamun di saat-saat seperti ini. Kalau kau tidak ada, siapa yang akan memakai nurse outfit itu untukku dan memasak makanan untuk Uri-Minie?"
Dan sejak kapan Yong Guk berada di depanny – wait, apa tadi?!
Nurse outfit!?
MEMASAK MAKANAN!?
"Huh. Aku ikut senang, mendengar arti kehadiranku di hidupmu, Bang Yong Guk," sindir nam – 'yeoja' cantik tersebut tajam, yang hanya disambut tawa renyah dari orang yang disindir. Sayang, Him Chan tidak punya waktu lebih banyak untuk sekedar melayangkan cubitan 'sayang' ke pinggul Yong Guk karena sebuah selongsong peluru terpental, menghancurkan dinding di samping kepalanya yang sontak, membuat mereka berdua langsung menutup telinga akibat desingan nyaring yang tanpa ampun memekakkan gendang telinga.
Untuk beberapa saat, Yong Guk dan Him Chan sedikit linglung dibuatnya. Gendang telinga keduanya serasa berdengung, keadaan seolah mendadak sunyi, bergerak dalam slow motion. Untung saja, Yong Guk bergerak cepat. Ia melemparkan dua bom asap sekaligus ke arah tim SWAT dan menarik pergelangan tangan Him Chan; berlari secepat mungkin membawa sang kekasih kabur, keluar melewati pintu kamar VVIP, menaiki tangga menuju... tunggu,
Deg!
ATAP?!
"Gukie, apa yang kau lakukan?! Kita akan terjebak! Itu jalan buntu!" Menurunkan scarf dari mulut, Him Chan berteriak keras dari yang seharusnya tanpa disadari. Gendang telinganya masih berdengung, karena itulah ia berbicara dengan berteriak.
Seringai penuh arti, Yong Guk perlihatkan saat ia menoleh ke belakang. "Siapa bilang kita terjebak, Babe?" dendangnya sembari mengangkat sebuah untaian kunci, memperlihatkannya, dan menggoyangkannya tepat di depan wajah cantik—namun dipenuhi tanda tanya—Him Chan. "Say hello to the Plan B, My Beautiful Queen~"
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
Sebuah mobil mini van abu-abu, melaju pelan menyusuri jalanan sepi di sudut kota London. Di dalamnya, dua makhluk mungil di kursi belakang bertepuk tangan riang dan saling bersenandung dengan suara imut dan cadel masing-masing. Terkadang, dua orang dewasa di kursi depan akan ikut menyahut, bernyanyi bersama mereka.
"Huwaaaaaa... suara Youngie Samcheon bagus sekali! Minie baru kali ini mendengarnya!" Min Ki terpekik takjub. Matanya yang sipit membulat, bibir terbuka membentuk huruf 'o' dan, kedua telapak tangan baby fat-nya tampak menekan kedua pipi chubby putih tersebut keras. Seolah, penemuannya akan suara merdu Young Jae adalah hal yang ter-fenomenal di dunia. Sontak saja, dua orang dewasa di kursi depan, Young Jae dan Jong Up, tertawa keras menyaksikan ekspresi serta gestur menggemaskan tersebut dari kaca spion depan.
"Hahahaha, geure? Menurutmu begitu, Chagi?"
"Eum!"
"Gumawoyo, Baby~ Tapi kau tahu? Dae Samcheon suaranya jauuuuuuuuh lebih merdu!"
Kali ini terdengar tarikan nafas terkesiap. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Bang Min Ki, bocah periang yang bagai kotak aegyo berjalan. "OMO!? MINIE INGIN MENDENGARNYA! Bisakah kita secepatnya menemui Dae Samcheon, Youngie Samcheon?"
"Ya, kita sedang menuju ke sana, Chagi~ Kau bisa meminta Dae Samcheon bernyanyi untuk kalian sepuasnya! Kalian suka?"
(("NE!"))
Pekikan riang dari dua makhluk mungil di kursi belakang hanya membuat Young Jae terkekeh. Sementara Jong Up sendiri, tersenyum simpul sembari menggelengkan kepala. Perhatian namja bertubuh atletis tersebut terbagi di antara pembicaraan di dalam mini van, dan layar smarthphone di tangannya yang memperlihatkan denah peta dengan kode merah menyala pada salah satu sudut lokasi.
"Seharusnya Yong Guk Hyung memberitahu kita lebih awal, kalau akan ada the-so-called 'plan B' dalam misi ini. Paling tidak, kita memiliki persiapan." Young Jae tiba-tiba kembali mengeluh, untuk kesekian kalinya. Bisa dibilang, ini adalah sebuah rekor bagi seorang namja calm seperti Yoo Young Jae, untuk mengeluh sebanyak itu dalam kurun waktu satu jam terakhir. Mungkin harus dimaklumi? Mengingat kalau namja manis bermata doe ini tengah hamil dan sebagainya?
"Kkkkk, kita membicarakan Yong Guk Hyung, Baby. The Mato's Great, Great Leader who always full of surprise."
Berdecih, Young Jae berkata dengan bibir mengerucut, "kau tahu? Terkadang, tindakan cerdas dan tindakan gegabah sangat sulit dibedakan, Jongupie. Aku hanya takut jika suatu saat, hal seperti ini akan menyulitkan kita di kemudian hari. Aku percaya sepenuhnya dengan Yong Guk Hyung, tapi aku tidak akan bisa tenang, bila tidak dilibatkan seperti ini. The Mato's seharusnya beraksi bersama."
Jong Up menatap wajah manis yang tengah berkonsentrasi pada jalanan di depan mereka, dengan tatapan lembut. Ia selalu dibuat takjub oleh jiwa kepemimpinan sang kekasih. Hal itu pulalah yang membuat Jong Up reflek mengulurkan tangan dan memberi remasan pelan pada paha kanan si namja manis. "Tenanglah, Baby. Aku dan Yoojungie akan selalu berada di sampingmu. Dan..." menggantung kalimatnya, Jong Up memindahkan tangan yang sebelumnya berada pada paha Young Jae, menuju abdomen bawah namja manis itu; meraba dengan lembut permukaan telapak tangannya di sana. "... You have Our Little Love Bug, who always gonna be with you 24 hours. Don't be afraid, Baby."
"Ne, Youngie Samcheon! Minie juga akan selalu menemani Samcheon, supaya samcheon tidak takut lagi!" Bang Min Ki tiba-tiba menyela dengan suara tinggi melengkingnya, membuat semua yang berada di dalam van tertawa. Terlebih, saat si mungil Yoo Jung, di antara kesusahan dalam menggunakan lidah cadelnya, ikut pula menyerukan hal yang sama, mengikuti sang oppa.
Tanpa bersuara Young Jae menghembuskan nafas lega. Tangan kanannya entah sejak kapan telah digenggam erat oleh Jong Up. Ia melemparkan senyuman yang tanpa ragu dibalas oleh si pemilik tangan; toothy grin, plus, eye smile.
Benar.
Kenapa Yoo Young Jae harus mengenal rasa takut bila ia dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya? Bahkan malam yang dingin pun, akan teratasi hanya dengan sebuah pelukan penuh kasih. Bukan harta, ataupun kekuasaan yang menahan manusia untuk tetap hidup dan berdiri tegap di tempatnya. Namun cinta dan kasih sayang.
"I love you all, Guys~"
#######\(=^0^=)/#######
"I love you too, My Babies~" Dae Hyun berdendang sembari mengulurkan telapak tangan; dengan lembut mengusapi perut besar di depannya. Sementara si pemilik perut, Zelo, tampak menyibukkan diri mengunyahi baby carrot menggunakan gigi seri bak hewan pengerat. "Saat kalian lahir nanti, appa berjanji, kalian akan mewarisi ketampanan appa nanti! Hahaha~" celotehnya penuh percaya diri.
"Hyung, kita akan memiliki matching twin. Kau tidak boleh mengatai Uri Lil' Princess tampan! Bagaimana kalau nanti dia—"
"OMO!" serobot Dae Hyun cepat, memotong segala ucapan yang akan keluar dari mulut sang kekasih. "Kau benar, Jungie! Kalau begitu, dia pasti akan lahir menjadi yeoja yang sangat manis dan cantik sepertimu!"
Zelo memasang wajah tidak tertarik, dengan gerakan berlebihan digigitnya potongan besar baby carrot dan mengunyahnya secepat mungkin di dalam mulut. Setelah menelannya, barulah makhluk manis ini mengeluarkan suara, "please, Hyung, entertain me. Kau sudah terlalu sering mengatakan hal itu! Bisakah kita membahas hal lain? Misalnya nama baru untuk sepasang makhluk kembar ini?" Zelo berkata sembari mengusapi perutnya dalam gerakan memutar—hal yang selalu rutin ia lakukan semenjak bagian tersebut mulai membengkak. "Huft... padahal kita sudah mendapatkan nama yang cocok untuk kedua gender. Sekarang kita harus mencari nama baru lagi!"
Dae Hyun yang melihat kerutan frustasi menghiasi dahi sang kekasih, mengulurkan pad ibu jarinya untuk meraba, menghapus kerutan tersebut dari sana. "Tenanglah, Baby. Aku sudah memikirkan hal itu dari kemarin. Bagaimana kalau... kita menggabungkan salah satu dari dua pasang nama secara bersamaan? Misalnya Tae Yong dan Hyeri, atau... Tae Hyung dan Yura..." Dae Hyun mengusulkan, mengamati ekspresi Zelo lekat, berusaha mencari jawaban dari mata doe jernih itu. "Otte?"
Tidak kunjung mendapatkan jawaban, membuat Dae Hyun sedikit waswas. Beberapa detik sebelum pertanyaan persetujuan berikutnya keluar dari mulutnya, Zelo memutuskan untuk menghambur begitu saja memeluknya. Hingga geraman 'ough' pelan keluar dari kerongkongan Dae Hyun karena bagian belakang kepalanya, berbenturan langsung dengan kepala sofa saat tubuhnya terdorong ke belakang.
"Gyaaaaa~ I LIKE THAT!" Zelo memekik excited. Suaranya teredam oleh t-shirt pada bahu yang dipeluknya erat. "We gonna settle on Tae Hyung and Hyeri, how that sounds, Hyung?"
"Kkkkk~ It sounds adorable, Baby. Aku menyukainya." Dae Hyun bergumam, tubuhnya bergetar oleh kikikan sementara satu tangan balas memeluk Zelo se-erat mungkin, dan tangan lainnya mengusapi punggung kurus tersebut dalam gerakan memutar. "Mereka juga akan menyukainya. Tae Hyung dan Hyeri. Oh, aku jadi tidak sabar ingin secepatnya bertemu mereka, Jungie~! Menurutmu, mereka akan lebih mirip siapa?"
"Hoaaammmmhh..."
Tanpa diduga, bukannya mendapatkan jawaban langsung, pertanyaan Dae Hyun malah bersambut kuapan pelan. Baru setelahnya, suara Zelo samar-samar terdengar. "Bagiku... mereka mirip siapapun... tidak masalah. Yang pasti... Uri-Babies akan menjadi makhluk yang paling mempesona di antara baby-baby lain... nya..."
Siiiiiiiiiiiiiiinnnnnngg...
... dan suara Zelo menghilang sepenuhnya.
Ia tertidur.
Meninggalkan Dae Hyun yang terkekeh, mendapati tingkah laku sang kekasih yang begitu lucu. Dengan sedikit usaha, ia menyamankan posisi mereka di sofa. Membuat tubuhnya tidur terlentang dengan Zelo disampingnya, memeluknya erat. Untunglah, sofa hotel tempat mereka menginap begitu nyaman dan besar. Dae Hyun sempat meremehkan keberadaan sofa besar itu di kamar mereka sebelumnya. Namun sekarang? Well, dia harus menarik kata-katanya kembali. Tanpa sofa itu, mereka tidak akan bisa saling bergelung senyaman ini, bukan?!
"Dae Samcheon, Jungie Samcheon, kami da – ups!" Pekikan riang Min Ki terhenti. Makhluk mungil itu menutup mulut dengan kedua tangan baby fat-nya. Matanya yang sipit dengan manik sewarna cokelat hangat, melebar waswas. "Apakah Jungie Samcheon sedang tidur, Dae Samcheon?" tanyanya berbisik.
Jika saja Zelo tidak tertidur dan memeluknya erat, Dae Hyun pastilah akan berlari menyongsong Min Ki untuk mencubit gemas kedua pipi chubby-nya yang saat ini dihiasi semburat pink hangat—mungkin karena cuaca dingin. "Kkkkk, ne, Baby." Dae Hyun menjawab tak kalah berbisik. Senyuman semakin lebar menghiasi wajah tampannya saat melihat kedatangan ketiga orang di belakang Min Ki.
"Oh? Junhongie tidur, Hyung?" Jong Up bertanya pelan sembari menurunkan Yoo Jung dari gendongan. Makhluk mungil tersebut langsung dipeluk oleh Min Ki. Dan layaknya oppa yang baik, Min Ki melarikan telunjuk mungilnya ke bibir dengan suara 'sst' pelan, berkata kalau mereka harus diam, tidak berisik karena Jungie Samcheon tengah tertidur.
"Ne. Baru saja."
"Lalu bagaimana sekarang? Kau tidak akan bisa mengawasi Minie dan Yoojungie sa—"
"Tenanglah, Chubby Cheeks. Tinggalkan saja mereka denganku," ucap Dae Hyun pasti. Matanya kemudian turun, beralih menatap kedua makhluk mungil yang juga tengah menatapinya nanar. "Minie, Yoojungie, kalian ingin tidur bergelung bersamaku dan Jungie Samcheon?"
"Omo! Apakah nanti samcheon akan menyanyikan lullaby untuk kami? Suara samcheon sangat merdu, 'kan!?"
"Hahaha, ne! Di antara kami semua, suaraku adalah yang paling merdu! Kkkkk~" Dengan pede-nya Dae Hyun sedikit menggedikkan dagu ke atas, sebagai gestur bangga. Tanpa sadar kikikannya cukup menggetarkan sofa, membuat Zelo terusik dan mengerang lirih dalam tidurnya. Untunglah, tangan Dae Hyun yang bebas, yang tidak dijadikan bantal oleh kepala Zelo, langsung menggusak pelan rambut halus pada tengkuk namja manis itu. Hingga akhirnya, suara erangan meredup, berganti dengkuran samar-samar. "Huft... that was close!"
"Tsk! Itu pertanda, Jung, kalau mulut besar dan suara cemprengmu harus dikurangi. Dan siapa bilang kalau suaramu yang paling merdu? Jangan terlalu percaya di—"
"Youngie Samcheon, bukankah samcheon sendiri yang mengatakan kalau suara Dae Samcheon, jauuuuuuuuuuuh lebih merdu!? Samcheon lupa, ya?"
Siiiiiiiiiiiiiiiinnnnnggggggggg...
Ups.
Mungkin lain kali, Young Jae tidak seharusnya memuji Jung Dae Hyun di hadapan makhluk mungil menggemaskan bernama Bang Min Ki.
"BUAHAHAHAHA~ Ternyata diam-diam kau MENGAGUMIKU, ya, Chubby Cheeks?! HAHAHAHA, do you wanna sign, Little Peasant~?"
Frack.
Pria angkuh seperti Dae Hyun tidak sepantasnya menerima pujian. Sedikitpun.
"Unnnghhhh...! Shut up, Dae Hyung!"
Erangan jengkel Zelo yang terbangun, menggema di sepenjuru sudut kamar.
#######\(=^0^=)/#######
"Belok kiri, Noon – oh, maksudku Hyung!"
"Kkkkkkk~"
Mulut Jong Up yang keceplosan malah mengundang kikikan dari arah kursi belakang.
"Humhumhummmkkk..."
Dan suara aneh, yang tiada lain dan tiada bukan berasal dari Yoo Young Jae. Jika diperhatikan, namja manis bermata doe tersebut sebenarnya tengah kesusahan menahan tawa, menggunakan kedua telapak tangannya yang saling berhimpitan sebagai tameng.
"Shut up, You Two...!" Him Chan berdesis di antara gigi yang terkatup rapat. Tangannya meremas erat roda kemudi, berharap kalau benda itu adalah bagian dari tubuh Yong Guk yang tengah ia siksa. Oh, betapa beruntungnya namja itu. Jika saja Him Chan tidak sedang mengemudi... dia pasti akan... ugh!
"You can't blame us, Hime~! Even Jongupie can't help to calling you 'noona'." Yong Guk dengan entengnya berceletuk meski tatapan membunuh—menggemaskan—dari marbel hitam dalam kaca spion depan, tertuju padanya. "You just toooooo beautiful to become a human. Tell me truthfully, did it hurt?"
((("Huh?")))
Tiga suara kebingungan ber-koor secara bersamaan.
"Did it hurt?" Yong Guk mengulang pertanyaan yang sama, hanya saja kali ini senyuman misterius tampak menggetarkan bibir bawahnya hingga ia harus mengigitnya pelan dengan gigi seri.
Oke, apa yang sebenarnya tengah Bang Yong Guk rencanakan?
"Did what hurt?" Him Chan yang lelah bermain tebak-tebakan dengan otaknya sendiri, akhirnya bertanya. Toh, sepertinya Yong Guk memberikan pertanyaan aneh itu untuk—
"When you fell out of heaven."
—nya.
Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnggg...
O. My. GOD!
Katakan bahwa hal ini tidak terjadi!? Katakan bahwa... baru saja, Bang Yong Guk... tidak sedang menggodai Him Chan menggunakan cheesy pick-up line...?
"Because I'm sure God had keep it for himself, if he made anything more beautiful than you~"
Ne. Pick-up lines. The Freaking, Tough, The Mato's Leader Bang Yong Guk just using the cheesy pick-up lines on him! What the hell... "Are you seriously using pick-up lines on me, Gukie?"
"Yeah, Hyung! That's gross! Ewwh!" Young Jae menimpali dengan tubuh bergetar. Tanpa sadar jemarinya menyapu ke sekitar leher, seolah ulat bulu paling menggelikan sedunia tengah bertengger dan berkeliaran di sana.
"Kkkkk, kalian bereaksi berlebihan. Semua orang menggunakannya. Kenapa aku tidak boleh?"
"Karena kau adalah Bang Yong Guk, Hyung. Semua orang akan terkena serangan jantung bila melihatmu seperti ini," komentar Jong Up sembari menggelengkan kepala prihatin. Untuk pertama kalinya, ia merasa miris atas perubahan sikap Yong Guk yang begitu ekstrim. Untunglah orang-orang di luar sana tidak ada yang tahu. Kalau tidak, pastilah setiap waktu The Mato's akan kewalahan menghadapi serangan demi serangan dari geng-geng lain, yang juga ingin berada pada posisi puncak di dunia hitam.
"Jongupie, jangan hiraukan hyung-mu dan bantu aku!" Him Chan menyela. Mata tidak lepas mematuti kaca spion depan. "We have a tail," desisnya begitu melihat beberapa jeep hitam mengikuti di belakang van mereka.
DOR!
DOR!
DOR!
Suasana hangat berubah tegang. Terlebih ketika suara sirine mulai diselingi ledakan senjata api; mobil mereka ditembaki secara membabi-buta. Yong Guk dan Young Jae yang duduk di belakang sontak merunduk, melindungi kepala mereka dari serpihan kaca belakang mobil yang berhamburan direnteti peluru.
"God! They are so persistent!" desis Him Chan, membanting stir ke arah kanan sesuai navigasi Jong Up. Untunglah jalanan London hari ini tidak cukup padat. Terima kasih pada gerimis yang secara tidak terduga jatuh dari langit, menyelingi sinar redup mentari.
"Kkkkk~ Of course, Baby. This is London! Loyalty sangat dijunjung tinggi disini." Yong Guk berkata sembari mengisi senjata laras panjang dengan magazen yang Young Jae ulurkan. Senjata tersebut memiliki loop pembidik di puncak moncongnya. Jika tim SWAT bersikeras, well, Yong Guk tidak punya pilihan lain selain menghentikan laju mobil mereka. Hanya menembaki ban. Tidak lebih.
Tanpa membuang waktu, Yong Guk langsung mengarahkan senjata berlaras panjang yang telah terisi penuh tersebut...
Dor!
Ckiiiiiiit!
... 1,
Dor!
Ckiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitt!
... 2,
Dor!
Ckiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt... BRUGH!
... 3.
Tiga mobil dan, auch, jeep terakhir yang ditembak sang leader terbalik karena menabrak tiang jalan. Suatu keuntungan karena posisi jatuh jeep tersebut miring, mem-blokade jalanan blok yang kecil hingga mobil tim SWAT lainnya tidak dapat lewat. Beberapa dari mereka keluar dari mobil, mencoba mengejar, dan menembaki mobil yang Yong Guk dan tim-nya naiki. Namun, hei! Kita membicarakan mobil yang tengah dikendarai oleh Kim Him Chan saat ini! Pengalamannya sebagai pembalap liar bertahun-tahun lalu saat ia masih remaja, tidak mungkin pudar begitu saja.
Whuuusssssssssssssshhhhh...
Van melaju membelah angin.
Terlalu cepat sebenarnya untuk seukuran mobil van biasa.
"Tadinya aku tidak mengerti kenapa kau ingin sebuah van bermesin turbo, Hyung. Ternyata, ini alasannya." Young Jae menggelengkan kepala. Matanya terus-menerus melirik ke belakang, menatapi dengan takjub jejeran acak mobil jeep tim SWAT. Mobil mereka terus menjauh..., jauh..., hingga jejeran yang diamati menghilang di balik tikungan tajam. "Wow! That car totally blocked 'em all."
"That's the point, Young Jae. Sekarang kita hanya perlu mengganti mobil ini. Jong Up, analisa jalur yang aman menuju Cars & Repair. Alex sudah menunggu kita di sana." Yong Guk memberi perintah sembari mengeluarkan handphone lipat dari saku celana, menekan beberapa digit nomor, lalu berkomunikasi dengan seseorang bernama 'Alex'.
Tut.
"Who the hell this 'Alex', Gukie? Kau tidak memberitahu apapun padaku mengenai Plan B! Kau tahu? Jantungku tadi nyaris berhenti saat kau membawaku melompat begitu saja dari atap hotel itu!" Him Chan langsung mengomeli sang kekasih panjang lebar begitu pembicaraan di telepon usai. Tubuhnya masih bergetar, hanya dengan mengingat tindakan nekat Yong Guk yang tanpa aba-aba, memasangkan gesper pengaman di pinggang mereka, lalu... namja itu memeluk pinggangnya erat dan menyeretnya; melompati gedung hotel setinggi 25 kaki dari tanah. Bang Yong Guk gila. Him Chan juga gila karena mencintai namja gila seperti Bang Yong Guk.
"Baby, please, kita melompat mengenakan parasut dan mendarat dengan selamat. Aku tidak mungkin membahayakan nyawa ibu dari anakku sendiri. Dan Alex? Dia adalah salah satu kenalanku di London. He's a nice guy with the dirty works. Don't worry too much, Minie Umma~"
Bibir pink-kemerahan milik Him Chan langsung mengerucut cemberut. Yong Guk selalu memanggilnya 'Minie Umma' sebagai pengalihan. Panggilan itu akan langsung membungkam segala omelan Him Chan. 'Minie Umma' adalah kelemahannya. Bang Yong Guk tahu itu—ukh, dan dia selalu memanfaatkannya.
Sadar akan kemenangannya, Yong Guk menyeringai. Dengan sengaja ia membalas tatapan tajam Him Chan dari kaca spion depan. Lama.
Cup~
Yong Guk bahkan mengerucutkan bibir dan mengeluarkan suara kecupan nyaring yang ditujukannya pada si pemilik marbel biru gelap di kursi depan yang tengah ia tatapi intens.
Blush~
Damn.
Wajah cantik Him Chan memanas.
Apakah legal bagi seseorang untuk tetap terlihat begitu seksi, meskipun saat ini ia tengah bermain-main? Playing dorky?
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
/Korean politician, Han Sang Joon, has been killed this morning by a man and a woman at his hotel room. The murderers was known as a newliwed couple that check in on the Royal Hotel a day before the accident. The man was known as Jasper Zhou, a Chinese-American, and the woman as Grace Zhou, a white with the blond haired woman. SWAT and the police still investigate if the two suspects' identity is real, or it's just an undercover. The event was—/
Pip.
"Hahahaha, mereka bahkan sama sekali tidak bisa menebak identitas kita, Hime! Kkkkk~" Yong Guk tertawa heboh. Remote control TV dilemparnya asal ke atas sofa dan tangannya kembali mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Yong Guk baru keluar dari kamar mandi saat televisi plasma pada dinding menarik perhatiannya. Seperti yang ia perkirakan, pihak berwajib tidak akan semudah itu menemukan identitas mereka. Terlebih, penyamaran Him Chan sebagai yeoja sangat sempurna. Pihak berwajib akan menemukan jalan buntu. Well, akan selalu buntu bila mereka hanya terfokus pada gender Him Chan sebagai wanita.
Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnngg...
Terlepas dari euforia, Yong Guk menyadari jika apartemen yang ia tempati begitu sunyi.
Err... kemana Him Chan?
"Hime?" panggil Yong Guk, melirik, dan mencari ke seluruh ruangan di apartemen kecil tersebut. Namun, nihil. Nam – 'yeoja' cantik yang dicari tidak terlihat batang hidungnya. "Babe, where are – tunggu, mungkinkah Hime di kamar?" tanya-nya, bergumam pada diri sendiri.
Mengikuti insting, namja tampan bertubuh tinggi yang tengah topless itu, akhirnya berjalan menuju satu-satunya kamar di apartemen kecil tersebut.
Cklek~
Huh? Gelap?
Apa Hime-Nya sudah tidur?
Tep, tep, tep, tep...
Yong Guk melangkah masuk, berusaha menyesuaikan penglihatan di dalam kegelapan. "Him—"
"Huft. Aku sempat berpikir kau tertidur di kamar mandi."
Deg!
Suara serak dan berat yang familiar itu... di belakangnya?
Reflek Yong Guk berbalik, "Hime, apa y – awh!"
Namun belum selesai pertanyaan terlontar, namja tampan itu harus mengerang saat dua telapak tangan menapak di dada bidang miliknya, dan mendorongnya sekuat tenaga tanpa aba-aba. Alhasil, Yong Guk jatuh terhempas ke belakang, dengan punggung yang untungnya bersambut oleh matras empuk. Tubuh tingginya memantul beberapa saat sebelum akhirnya berbaring tetap di atas ranjang.
"Hime?" tanya Yong Guk mengulang. Kedua siku menopang tubuh atasnya di atas matras, berusaha melihat sosok samar sang kekasih di dalam kegelapan tersebut.
Cklik!
Terdengar suara pintu yang dikunci.
"Babe?"
"..."
Dan panggilan Yong Guk masih belum bersambut. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Him Chan—
Tlik~
Dalam sekejap cahaya menyelimuti ruangan yang sebelumnya gelap gulita.
"Aku ingin kau berbaring, no touching. Just lie down as a good patient. Are we celar, Gukie?"
Deg,
O...,
Deg,
My...,
Deg!
GOD!
Yong Guk tidak mampu mengeluarkan suara apapun. Bagaimana tidak, bila mulutnya saat ini terbuka lebar, nafas tercekat, dengan jantung yang berdebar cepat seperti kuda pacu yang tengah berlari?! Singkat kata, namja tampan itu akan bersikap layaknya orang gagu selama beberapa de – oh, mungkin lebih tepatnya 'beberapa menit' ke depan.
"Hmm, look like you're not gonna answer me, don't you? Well, I'm gonna make you keep on lie down by myself then~"
Bruff!
Perut Yong Guk diduduki oleh... tubuh langsing berbalut seragam putih minim... eh? Bukankah... ini nurse outfit hadiah dari Young Jae? Itu berarti...
"Hime?"
"Oh! You can talk?! Finally!"
... Ne, tidak salah lagi, ini Kim Him Chan, Hime-Nya, dalam balutan nurse outfit luar biasa seksi, stocking hitam berenda putih, high heels dan, rambut pirang panjang yang digelung ke atas.
Oh~
Tapi..., Yong Guk tidak jua kunjung menemukan suara. Nafasnya semakin tercekat karena dari posisinya saat ini, ia dapat mengintip ke arah selangkangan Him Chan yang terbuka bebas dikarenakan rok kostum yang super minim.
Omo!
Apakah itu lace panty? Pink?!
Shit...
Yong Guk dapat merasakan boxer-nya menyempit seketika. Sungguh mengejutkan karena terakhir kali ia mengingat, celana itu cukup memberi ruang lapang bagi 'sahabat kecil'nya di bawah sana. Tapi sekarang? Hanya dengan melihat Him Chan memakai panty, 'mereka' sudah setegang ini?!
Tap~
Sentuhan lembut dari telapak tangan yang meraba dada bidangnya, membangunkan Yong Guk dari keterpanaan. "Ugh, Himeh~" Ia mengerang.
Sedikit membungkuk, Him Chan mengangkat bokongnya yang menduduki perut keras tersebut, dan menumpukan telapak tangan pada dada bidang di bawahnya. Dengan lembut namun penuh penekanan, bibirnya yang dipulasi lipstick merah dan lipgloss sedemikian rupa—terlihat begitu menggiurkan bak strawberry dalam balutan sirup gula—, meraup bibir namja di bawahnya.
"Ckmmpph~"
Suara berkecipak nyaring di antara mereka.
Err... mungkin Him Chan memang memolesi sirup gula di bibirnya? Ataukah madu? Yong Guk bersumpah dapat merasakan rasa manis saat ia balas melumat bibir mungil nan penuh tersebut. Membuatnya diam-diam berharap kalau Him Chan akan terus menciuminya seperti ini. Nafas mereka bak menyatu dalam gelombang panas; hasrat, lembut..., dan basah..., dan hangat...
Plop~
... dan menghilang.
Makhluk cantik itu melepas tautan mereka—beruntung, tubuh indah itu tidak bergerak dari atasnya dan tetap menjaga jarak wajah mereka sejauh 3 cm. Yong Guk tidak bisa menahan rengekan kecewa untuk tidak keluar dengan memalukan dari tenggorokannya. Ish, baru saja dia berharap Him Chan akan terus menciuminya!
"Kkkkk~ kupikir kau tidak suka penampilanku. Kau tidak berkomentar apapun, Gukie. Apa sebaiknya aku melepas kostum ini sa—"
"JANGAN!"
Whoa, ternyata namja bersuara berat seperti Yong Guk bisa berteriak melengking juga, eoh?
"Jangan, Hime! Kau terlihat sangat cantik dan seksi! I swear, Baby~! Please, don't..." Yong Guk berkata menggebu-gebu. Tangannya bergerak hendak meraba paha indah berbalut stocking hitam dan lace putih itu sedikiiiiiiit saja.
Tapi,
Plak!
Him Chan menepis kedua tangan antusias tersebut menjauh.
"You can't touch me, Gukie! Don't touch me. That's the rule~" dendangnya, memainkan telunjuk mengetuki permukaan bibir penuh yang sedikit berkilauan oleh jejak lipgloss miliknya. Sementara tangan yang lain, menumpukan siku di samping kepala Yong Guk, dengan jemari yang meraba kening namja itu, menyingkirkan helai rambut hitam dari sana, lalu kemudian mengecupnya sekilas.
"Be a good patient."
Titah terakhir si cantik ucapkan sembari melarikan ujung lidah pelan menuruni leher jenjang Yong Guk dan berhenti di cekungan kecil pada perpotongan leher dan tulang selangka namja itu.
"Ahhhh~"
Him Chan tersenyum di antara hisapan kerasnya pada titik kenikmatan sang kekasih di sana. Suara desahan berat dan dalam namja itu bagai melodi tersendiri. Semua orang akan menemukan suara tersebut begitu erotis. Terlebih, bila si pemilik mendesahkannya sembari menyebut namamu.
"Himehhh..."
Plop!
"Yes, Daddy~?" sahut Him Chan berdendang berirama, sengaja meninggikan suara agar ia terdengar seperti yeoja.
DEG!
Berhasil.
Dada di bawah telapak tangannya menyentakkan debaran keras.
Ingin rasanya Him Chan menggodai Yong Guk yang merasa antusias dipanggil 'daddy'. Kinks. Namun, hal tersebut ia tahan, menutupinya dengan menatap wajah tampan yang memerah di bawahnya innocent. "Daddy ingin aku melakukan apa~?"
"Fuck, Hime, that's... hh... hothh...!" Yong Guk kesulitan berkata dikala telunjuk si cantik menemukan jalan, menjelajahi di sekitaran nipple-nya, namun tidak benar-benar menyentuh.
"Daddy..., I'm just asking you~! Don't you wanna answer me, Daddy?"
Cup~
Yong Guk sontak memejamkan mata erat sembari melemparkan kepala ke belakang, membenamkannya ke bantal. Kali ini bukan hanya telunjuk yang meraba di sekitar nipple, tapi bibir kenyal sewarna strawberry ranum tersebut. Him Chan mengecup lembut tonjolan di dadanya...
Sluuuuuuuuuurrrppp~
... dan menjilatinya luar biasa pelan.
Nyut~
Oh, God... seluruh sistem saraf di tubuh Yong Guk bagai disengati listrik jutaan volt. Dalam sekejap kesejatiannya berkedut dan mengeluarkan pre-cum di bawah sana, membuatnya bergerak gelisah di antara paha indah Him Chan.
"Nnhh... Hime, please...?"
"What, Daddy~?"
"Hhh... l-let me t – nnh! Let me touch you! Pleasehh...?"
Tatapan memelas sang kekasih sebenarnya menggetarkan batin Him Chan. Adorable, pikirnya. Namun, berhubung pemandangan seperti ini jarang terjadi, ia memutuskan untuk bermain-main lebih lama. "No! You can't touch me until I said so."
"But I'm leaking down there already!"
Err... yeah, Bang Yong Guk merengek.
Frustasi.
Seperti anak kecil yang tidak kunjung dibelikan mainan oleh orang tuanya.
"Kkkkkk~" Tentu saja Kim Him Chan terhibur. "Itu masalahmu, Chagi~" dendangnya, melarikan telunjuk yang masih memakai kuku palsu, kembali menelusuri permukaan bibir bawah Yong Guk yang tebal dan kenyal, menggodainya. "Sekarang bisakah kau membiarkan perawat ini melaksanakan tugasnya dengan tenang?"
Him Chan tidak menunggu jawaban karena langsung mengulurkan leher dan meraih bibir namja tampan itu. Tidak ada lagi ciuman lembut dan menyiksa. Yang ada hanya kuluman, hisapan keras dipenuhi hasrat.
Yong Guk tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan langsung membalasnya dengan intensitas yang sama. Bila tangannya tidak boleh menyentuh makhluk cantik ini, well, bibirnya lah yang akan dengan senang hati melakukannya. Dan lidahnya, yang saat ini membelai permukaan langit-langit di dalam sana.
"Heumhh..."
Erangan pertama dari Him Chan.
Bukankah itu pertanda bagus?
"Can I touch you?" tanya Yong Guk kembali, memanfaatkan kesempatan di tengah kelengahan si cantik, berbicara di antara bibir kenyalnya.
"N – mmhh... nohh~" Sayangnya, Him Chan tidak selengah itu. Tangan Yong Guk yang mulai menyelinap memegangi tengkuknya, ia perangkap, sekuat tenaga mencengkeram pergelangan tangan kurus tersebut di kedua sisi kepala si pemilik. Him Chan kemudian memberi jarak pada wajah mereka, sedikit kembali pada posisi duduknya semula di perut namja itu. "You gonna rip this outfit off if I let you, Gukie~! Don't you wanna watch a show from me?"
"Ugh, what 'show'?!"
Senyuman misterius mengembang di bibir Him Chan. Tanpa menjawab dikecupnya sekilas puncak hidung Yong Guk, lalu melepaskan pergelangan kiri dalam cengkeramannya untuk meraih ke bawah bantal di sebelah mereka, hanya untuk mengeluarkan sebuah remote.
Remote DVD player, Yong Guk mengenalinya. "Hime, I don't wanna watch any porn right now!"
Pip.
Pekikan protes Yong Guk terabaikan begitu saja saat suara alunan musik memenuhi kamar. Bukan DVD porno seperti perkiraan, namun musik yang terdengar begitu lembut dan... erotis. Him Chan hanya menyalakan stereo, ternyata.
/Hey Hey Hey AOA
Hey Hey Hey
Brave Sound (Drop it)/
Eumh?
Dia pernah mendengar lagu ini di suatu tempat.
Tapi dimana?
"Kkkkk~ Dulu, saat kita di Korea, kau pernah mengatakan padaku kalau lagu ini memiliki beat serta musik yang sangat erotis meskipun pada kenyataannya, liriknya sedikit tidak sesuai."
Mungkin wajah kebingungan Yong Guk terlalu nyata untuk diabaikan hingga makhluk cantik tersebut merasa perlu memberinya penjelasan. Mungkin benar, kalau dia pernah me-mention lagu ini saat mereka masih di Korea dulu. Entahlah. Bang Yong Guk tidak begitu mengingatnya. Untuk saat-saat seperti ini, dimana Him Chan tengah menduduki perutnya... jangankan mengingat sesuatu, bernafas pun ia kesusahan!
"Kau pernah menonton MV-nya, 'kan?"
Deg!
Frack...
Sekarang Yong Guk benar-benar berharap kalau dia mengingat lagu itu.
/I'm so sexy, even if I don't show skin
My risky high heels, black stockings
You won't be able to take your eyes off of me (don't stop me)/
Him Chan meliukkan tubuh ke kiri, memindahkan kedua kaki jenjangnya yang berbalut stocking hitam dengan renda putih di bagian paha atas, dan high heels hitam ke sisi tersebut. Baru sekarang Yong Guk melihatnya. Ternyata nurse outfit yang Him Chan kenakan, memiliki resleting di sisi kirinya; berawal dari bagian bawah rok, berakhir hingga ke bagian pinggang.
/When I wear a miniskirt.../
Omo.
Nafas Yong Guk tercekat. Mahkluk cantik bermarbel hitam di atas perutnya... menatapnya intens, menyeringai tipis... sembari memegangi ujung resleting dengan satu tangan—menggunakan dua bagian dari jemari lentik berhiaskan kuku palsu ber-cat merah itu—sementara jemari tangan yang lain menarik kepala resleting tersebut ke atas... terus..., dan terus... menarik hingga berhenti di bagian pinggul; dengan bebas memperlihatkan bagian samping dari paha putih mulus..., serta sisi lace pink panty yang memeluk pinggang ramping itu ketat...
Twitch~
Oh, 'sesuatu' berkedut tidak sabar di bawah sana...
Yong Guk merasakannya. Nyata.
'Damn! FRACK! DAMN! DAMNIT! FUCK! HOLY MOTHER FREAKING JESUS! Piiiiiiiiiiipppp...'
Benak si namja tampan seakan tengah mengadakan kompetisi underground rapp hingga melontarkan berbagai umpatan sedemikian kreatifnya. How could a piece of tiny, lacey undergarment, turn him on so much by the way?!
/Everyone looks at me
I'm wearing a miniskirt.../
Dan makhluk cantik yang tengah ditatapi lapar tampak menikmati waktunya dengan menekuk sebelah lutut, lalu meluruskannya, menyusul bergantian dengan kaki yang satunya, melakukan hal yang sama—mengikuti beat musik erotis dari stereo.
Perhatian Yong Guk terfokus sepenuhnya pada kaki berbalut stocking hitam transparan itu. Kain tipis tersebut memeluk kaki indah Him Chan dengan sangat sempurna; bagai kulit ke dua. Pergerakan yang kekasihnya lakukan membuat stocking merenggang..., lalu mengerut... Ugh! Him Chan bahkan tidak menggerakkan tubuhnya sepelan itu, namun mengapa dia malah melihatnya dalam slow motion?! Apakah matanya tengah memainkan tipuan? Ber-ilusi? Atau ini semua karena pengaruh beat musik yang erotis mengiringi 'show' Him Chan?
/You won't be able to take your eyes off of me.../
Itu benar.
Yong Guk tidak bisa melepaskan pandangan dari Him Chan.
/Don't stop me~/
Tentu saja.
Yong Guk tidak akan pernah menghentikan Him Chan. Him Chan bebas melakukan apapun yang diinginkannya; menelusuri dada bidangnya dengan telapak tangan..., bibir yang mengecup collarbone..., perpotongan leher..., menghisap adam's apple-nya—damn, that's the hottest part!—keras..., lalu dagu..., lalu... lalu...
"Y-yah... k-kenapa kau berhenti?!"
... menjauh.
What the hell!? That's definitely the last thing Him Chan could do at this very moment!
"Hime...!?"
"Gukie, you are so whiny for a patient that only lay still on the bed~! You ruined my show, ya' know?" omel Him Chan, berkacak pinggang setelah sebelumnya menekan tombol remote, mengganti musik erotis yang sebelumnya berkumandang dengan sebuah lagu romantis ber-irama lembut dari lagu ballad yang diiringi oleh permainan piano dan biola.
"Tapi kau menjauh, Hime...! Dan aku tidak boleh menyentuhmu!"
Oh, seandainya tidak sedang berbaring, Him Chan dapat membayangkan kaki Yong Guk yang mencak-mencak saat ini. Dia akan terlihat sangat mirip dengan aegya mereka—Min Ki—saat sedang merajuk. Kalau benar-benar melakukannya, tentu saja. "Kkkkk~ alright, alright... you can touch me everywhere, Honey. But before that you have to – umh!"
Bersabar bukanlah keahlian Yong Guk. Percayalah.
Tanpa membiarkan makhluk cantik di atasnya selesai berbicara, Yong Guk sudah terlebih dahulu bangkit duduk dan menangkap bibir merah berkilauannya; menghisap rasa manisnya di kesempatan pertama, lalu menelusupkan lidah dengan paksa, kembali membelai langit-langit lembut di dalamnya. Tangan Yong Guk juga dengan cepat menangkup bagian belakang Him Chan, meremas daging kenyal nan padat tersebut keras dari balik rok mini, membawa posisi namja cantik itu untuk duduk lebih ke atas, tepat di atas kesejatiannya.
/'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections/
Damn the romantic song!
Kedua tangan Him Chan reflek mengalungi leher tebal dan jenjang di depannya, sekuat tenaga menjadikan tempat kokoh yang biasanya selalu ia kecupi dengan pelan itu sebagai pegangan. Yong Guk membalas tidak kalah intim; mengalungi pinggangnya menggunakan dua lengan kokoh tersebut luar biasa erat.
Dari kain tipis yang ia kenakan, Him Chan dapat merasakan hangatnya abdomen keras Yong Guk yang menempel, dan bergesekan dengan perutnya. Dan... benda itu, di bawah sana... tepat di antara pipi bokongnya... menekan dengan keras.
Him Chan tanpa sadar memutar pinggul.
/'Cause I give you all... of me
And you give me all... of you... o-oh~/
"Arghh... Himehh..." Yong Guk langsung melepas kulumannya dan mengerang, merasakan pinggul Him Chan bergerak ke arahnya; secara tidak langsung menciptakan friksi erotis yang menyenangkan bagi kesejatiannya yang terkurung di dalam boxer.
Oh, God!
Him Chan tidak menyangka jika Yong Guk akan 'sekeras' ini. Apa... dia se-frustasi itu? Bukankah baru empat hari yang lalu, terakhir kali mereka berhubungan intim!? Uh, well, jika dipikir-pikir, itu memang adalah rekor terlama bagi mereka berdua untuk tidak saling 'bersentuhan'. Misi di London tanpa disadari cukup menyita waktu dan pikiran mereka, tampaknya.
"... Nnhh~ Gukie, I have to – nnhh... take my clothes off..." Him Chan berusaha berbicara di antara hujanan ciuman Yong Guk yang menelusuri sekitaran lehernya. Namja itu bahkan dengan cekatan membuka tiga kancing teratas nurse outfit yang dipakainya, dan meninggalkan ciuman basah di sekitaran bahu. Serta beberapa hickeys.
"No. Aku ingin kau tetap memakainya. Aku tidak bodoh, Hime. Aku tahu, kau tidak akan pernah mau memakai ini lagi jika kuminta. Jadi... berhenti bermain dengan otakku dan menjebakku ke dalam trik licikmu, Kim Him Chan."
Yang ditegasi malah menyeringai. Satu tangannya melepas pelukan dari bahu Yong Guk hanya untuk memainkan jemari pada tengkuk namja itu, mengusap surai hitam berpotongan cepak di sana. "Oh, you got me. Aku hanya mencoba peruntunganku, Honey~ Kau sangat mudah dijebak sebelumnya. Siapa tahu, kali ini aku masih bisa melakukannya, dan menjadi polisi terhebat di dunia karena mampu memperdaya seorang Bang Yong Guk Yang Tangguh, lebih dari sekali. Bukankah itu bagus? 'Bang Yong Guk, The Big Teddy Bear Who Caught In Trap By The Same Police Officer More Than Ones' – Hum! That's gonna be a good headlines on the newspaper! How do you think?!"
Ke-antusias-an yang si cantik tunjukkan berbanding terbalik dengan ekspresi datar Yong Guk. "A Teddy Bear?" tanya-nya mengkonfirmasi. Him Chan menjawab dengan sekali anggukan. Sepenuhnya tidak menyadari kalau pernyataan main-mainnya bisa saja membangunkan macan yang sedang tertidur.
"Okay, I'll show you how cuddly and playfull this Teddy Bear could be!" Yong Guk tidak memberi makhluk cantik dalam pangkuannya kesempatan untuk bereaksi karena langsung mendorong tubuh indah tersebut berbaring di ranjang dan...
"HUAHAHAHAHAHA...!"
... tanpa ampun menggelitiki sisi tubuhnya.
Bukan macan, Kim Him Chan hanya membangunkan 'Tigger' yang tertidur.
"Hahaha – No! Gu-Gukie, no! Hahahaha~"
"Kkkkkk~ Aku tidak akan berhenti sampai kau menarik kata-katamu!"
"T – haha, tapi kau memang Teddy Bear!" pekik Him Chan di antara tarikan nafas. Kristal bening telah berkumpul di sudut matanya akibat terlalu banyak tertawa. Pemandangan tersebut membuat Yong Guk jadi tidak tega—gemas—hingga menghentikan aksi jahilnya.
"..."
Namja tampan itu malah terdiam di atas Him Chan, menatap wajah cantik di bawahnya dengan senyuman cemerlang. Him Chan pun melakukan hal yang sama; hanya bergeming di tempat dan membalas senyuman namja di atasnya tidak kalah cemerlang. Meskipun sempat terbakar gelombang panas dari hasrat yang membara beberapa saat lalu, namun kehangatan yang keduanya rasakan begitu sempurna.
/How many times do I have to tell you
Even when you're crying you're beautiful too~/
Bagai terhipnotis oleh lagu romantis yang mengalun lembut di antara mereka, Yong Guk menumpukan seluruh berat tubuh di siku, tepat di kedua sisi kepala Him Chan, dan melarikan pad ibu jari di sudut mata foxy-nya—menghapus sedikit aliran air mata di sana. "You're beautiful, Hime. So, so beautiful~"
Blush~
Pipi yang sebelumnya hanya berhiaskan blush on pink tipis, sekarang sewarna bunga cherry di musim semi; begitu pink dengan bias kemerahan pada kelopak dalamnya. Him Chan tersipu. Meski sudah sering mendengar pujian yang sama dari Yong Guk, ia tetap saja tidak dapat menghentikan debaran berisik dari jantungnya yang langsung memompa darah begitu cepat, dan tanpa bisa dicegah, membuat kedua pipinya memerah hingga ke ujung telinga.
'Damn you, Cheesy Honey Bear!'
Hati si cantik merutuk—menyerah, lebih tepatnya. Tanpa ragu ia meraih tengkuk Yong Guk, menariknya dalam pergumulan lembut yang menghanyutkan. Surai cepak di belakang sana juga tidak luput menjadi perhatian jemari lentiknya; menekan..., mengusap sepelan mungkin..., dan, oh, erangan Yong Guk yang bergema di dalam mulutnya hanyalah bonus.
Plop~
"Kkkkk~ I really love 'Teddy Bear' by the way."
/'Cause all of me
Loves all of you
You're my end and my beginning
Even when I lose I'm winning
'Cause I give you all... of me
And you give me all... of you
Of you~/
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
Tok, tok, tok~
"Bolehkah samcheon masuk, Minie-ya?" Zelo tersenyum saat kepala bersurai hitam legam milik makhluk mungil yang ditanyainya, bergerak mengintip dari balik selimut. Lalu menyusul kemudian, wajah polos riang lengkap dengan gummy pink.
"Ne! Tentu saja, Jungie Samcheon. Hahaha, Samcheon lucu! Ini, 'kan, rumah samcheon sendiri, kenapa samcheon harus minta izin!? Hahahaha~"
Zelo ikut tertawa mendengar pernyataan bergurau tersebut. Well, meskipun si mungil di atas ranjang single itu telah salah sangka, mengatai hotel yang mereka tempati sebagai 'rumah'. "Kenapa kau belum tidur, Chagi? Ini sudah lewat dari jam tidurmu," ucap Zelo lembut, sembari mendekati ranjang.
Min Ki langsung bangkit duduk dan menggeser tubuh mungilnya ke samping, mempersilahkan sang samcheon untuk duduk di sana. "Minie tidak bisa tidur, Samcheon."
"Wae? Kau sakit? Merasa tidak enak badan?"
"Ani. Minie sedang senaaaaaaaaang sekali, Samcheon! Hari ini, appa akan memberi hadiah yang selama ini Minie inginkan! Gyaaaa~"
Hadiah?
Hari ini?
'Mungkinkah Yong Guk Hyung mengelabui Min Ki agar bisa berduaan dengan Hime Hyung?' pikir Zelo berasumsi.
"Appa akan memberi Minie SEORANG DONGSAENG! Bisa samcheon bayangkan itu?! Appa bilang, Minie hanya harus menjadi anak baik dan menginap sehari bersama Jungie Samcheon dan Dae Samcheon, lalu... BUM! Besok Minie akan memiliki dongsaeng! Omo~~"
Zelo face-palmed.
'Minie yang lucu, kau dikelabui oleh appa-mu yang licik itu!'
Sayangnya, Choi Jun Hong tidak sekejam itu; menghancurkan harapan dari makhluk mungil yang lugu bukanlah hobinya. Alhasil, mau-tidak-mau, dia memutuskan untuk berakting. For the sake of an innocent soul, he though.
"Oh, geure? Waaaahhh... selamat, ya, Chagi. Sebentar lagi kau akan menjadi hyung! Kkkkk~"
"Ne, Samcheon! Oh..., MINIE SUDAH TIDAK SABAR!"
Yeah, for a too innocently-rainbow and unicorn soul.
"Mau samcheon buatkan cokelat panas?"
#######\(=^0^=)/#######
/'Cause all of me, loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfection~/
Jemari lentik Yong Guk menyusuri paha atas milik makhluk cantik dalam pangkuannya yang terbuka, bagian kulit lembut yang tidak tersentuh oleh stocking. Ia membelainya, menyentuhnya bak sapuan bulu, lalu meremasnya kuat; membuat sang pemilik terpekik dan mengerang. Yong Guk melakukan hal itu berkali-kali hingga kulit bak porcelain tersebut meraungkan warna pink-kemerahan. Namun tangannya belum berhenti di sana, karena sekarang, bokong kenyal milik Him Chan pun mendapat perlakuan yang sama.
"Nnh~"
"Hurt?" tanya Yong Guk, memindahkan tangan dari bokong kenyal itu untuk mengusap lembut punggungnya, bermaksud menenangkan meskipun tangan yang lain, masih memainkan tiga jemari di dalam kehangatan si cantik; merenggangkan, lalu menelusupkannya lebih dalam lagi. "You look beautiful, Hime~"
Pernyataan tersebut mau-tidak-mau membuat Him Chan terkikik di antara ringisan.
Lovey-dovey Bang Yong Guk is always such a things.
"Kkkkk, you're not bad yourself too. You look so hot, Gukie~" Him Chan berbisik sepelan mungkin sembari menciumi dengan basah rahang kokoh Yong Guk. Jemari miliknya pun, seolah tidak lelah bermain di tengkuk belakang namja itu.
"Ahh... really?"
"Eum~"
Hanya gumaman singkat.
Keduanya tidak memiliki alasan untuk terus berbicara lagi bila saat ini seluruh sistem saraf di tubuh mereka, menginginkan untuk menyentuh, serta merasakan kehadiran masing-masing. Him Chan, kedua tangannya bergerak turun, menelusuri di sepanjang lekuk nyata bisep keras yang memeluknya. Sementara si pemilik lengan, Yong Guk, menarik tiga jemari dari kehangatannya. Kedua telapak tangan namja tampan itu langsung tanggap dan menangkup bokong kenyal milik Him Chan; sedikit mengangkatnya ke atas, memposisikan kehangatan yang telah dibuatnya merenggang itu, tepat di atas kesejatiannya yang mencuat tegak.
He's so hard that it's hurt.
Mengerti betul dengan apa yang berikutnya akan terjadi, cumbuan bibir si cantik terhenti pada daun telinga Yong Guk, yang langsung diberinya kecupan intens terakhir hanya untuk menegakkan kepala; menatap ke bawah, tepatnya ke kedua marbel cokelat gelap milik Yong Guk yang mendongak—mengingat posisi Him Chan yang sedikit tinggi saat ini—dan menatapnya tidak kalah intens. Meskipun terlihat sayu, namun Him Chan bisa merasakan betapa besar gejolak hasrat untuknya di sana.
Dan si cantik yakin, Yong Guk pun juga melihat hal yang sama di matanya. Ibarat radio, 'frekuensi' mereka sama. Apa yang melintas di benak salah satunya, maka akan dengan mudah dibaca oleh yang lain.
Mereka sama.
Selalu.
Maka dari itu, Him Chan dan Yong Guk tidak perlu mengatakan apa-apa saat bibir mereka kembali bertemu. Hanya sekilas, namun dipenuhi hisapan keras yang menciptakan bunyi 'plop' nyaring ketika bibir keduanya akhirnya terlepas. Kemudian, secara perlahan Him Chan menurunkan tubuh, dibimbing oleh kedua tangan Yong Guk yang tanpa sadar meremas keras pipi bokongnya sebagai pengalihan dari sensasi memabukkan, saat dinding hangat yang basah oleh cairan lube miliknya, memeluk ketat kesejatian namja tampan itu.
"Mnnhh..."
"Argh... so tight..."
Desah-erang keduanya berpadu, membentuk sebuah harmoni saling bersahutan yang baru berhenti, begitu kesejatian tebal tersebut, tertanam sempurna di dalam kehangatan si cantik.
"You... o-okay, Babe? Ah~ God you're swallowing me," erang Yong Guk merintih sembari mendongak dan memejamkan mata erat. Dinding hangat Him Chan tanpa ampun meremasnya di dalam sana, seolah ingin menariknya lebih jauh lagi, membuat tubuh mereka lebih merapat dari yang sudah ada.
Him Chan menghela nafas pendek sebelum berkata, "Mmh, ne, a-aku baik-baik s – nnh... saja – Aaahhh~~"
Erangan panjang.
Wow.
Tanpa diduga, Little Yong Guk sudah frustasi oleh foreplay yang panjang. Terbukti, ia langsung menemukan titik 'itu'; titik kenikmatan kecil, namun mampu membuat kedua paha indah Him Chan yang mengapit pinggangnya, bergetar hebat.
"Gu-Gukiehh... Move~"
Yong Guk hanyalah seorang hamba yang tidak kuasa menolak titah Sang Hime; menarik perlahan kesejatiannya keluar, hanya untuk menghentakkannya sekuat tenaga kembali ke dalam. Mereka berdua reflek menengadahkan dagu ke atas dibuatnya, mengerang nikmat oleh sensasi yang tubuh keduanya ciptakan. Tanpa ragu Yong Guk melakukan hal yang sama berkali-kali, serta, meremas daging kenyal di kedua tangannya bak tiada hari esok.
"Ah! Ah! Ah! AH!"
Cengkeraman tangan Yong Guk berpindah dari bokong Him Chan, menuju pinggang langsingnya. Ia meremas, dan memegangi pinggang tersebut dengan pasti dari balik kain putih yang si cantik kenakan; membantunya bergerak turun-naik.
Dan Him Chan?
"Ah! Ah! AHH!"
Well...
"Aah~ AH! Ahh..."
Seolah mendesah adalah satu-satunya hal yang makhluk cantik itu ketahui.
Tiga kancing teratas yang terbuka, serta kerah baju yang turun di depannya, menarik perhatian Yong Guk. Him Chan begitu putih. Sedikit saja Yong Guk menghisap kulitnya, maka, kissmark berwarna pink-kemerahan akan jelas tercipta. Seperti sekarang ini, kulit yang terekspose tersebut, telah dipenuhi bercak-bercak. Yong Guk tidak bisa menyembunyikan seringai bangga—dialah yang 'mengukir' Kim Him Chan.
"I – Nnh~ I'm c-close... hh..." ungkap Him Chan lirih, menyadarkan Yong Guk dari keterpanaan. Tersenyum, namja tampan itu menengadah, menatap Him Chan dengan sorot lembut. Betapa ironis, karena tatapan tersebut terkesan begitu innocent di antara 'kegiatan' yang tengah mereka lakukan.
"Me too, Baby. Let's come... hh... together~"
Satu-satunya jawaban yang Yong Guk terima hanyalah anggukan sekilas. Him Chan, entah kenapa begitu terfokus mengusapkan telapak tangan pada lekukan otot lengannya. Sesekali makhluk cantik itu meremas daging tebal dan keras di sana, lalu... mengerang? Oh, Him Chan selalu menyukai otot-otot bicep-nya, 'kan?
"You like it, Baby? I built them up more bigger for you."
"Really? Kkkk, nehh~ I like it so much..."
Yong Guk menyeringai puas. Dia bukanlah seseorang yang tidak tahu berterima kasih saat dirinya mendapat pujian. Alih-alih berkata, ia mengungkapkannya melalui bahasa tubuh, menghentakkan pinggul ke atas, lalu meraih tengkuk belakang leher Him Chan dan menciuminya ganas; membuat makhluk cantik itu mengerang tidak berdaya dalam diam. Sebenarnya ini adalah hal yang menyenangkan, sayang, Yong Guk terlalu menyadari betapa kesejatian mereka berdua begitu keras di bawah sana..., dan mulai berkedut...
Oh, no.
Terburu, dilepasnya bibir menggairahkan tersebut. Sementara satu tangan, bergerak di antara mereka, meraih tubuh mungil yang menempeli abdomen-nya. Kesejatian dalam genggamannya terasa begitu hangat—sangat tegang, tentu saja. Yong Guk mengurutnya cepat, menyamainya dengan hentakan pinggul.
"Akh, Gukiehh..."
Mendekatkan bibirnya ke telinga kiri si cantik, Yong Guk berbisik pelan, "Come for me, Himehhh~~" dendangnya, mengigiti, serta menghisap daun telinga tersebut ke dalam mulut.
Dan memang itulah, hal persis yang Him Chan lakukan saat itu juga. Tubuhnya melekuk hebat hingga abdomen mereka menempel. Puncak kenikmatan ia raih dengan teriakan luar biasa keras.
"AKH! GUKIE!"
Yong Guk hanya bisa prihatin kepada seluruh penghuni apartemen yang terganggu tidurnya malam ini. Well, orang-orang itu beruntung, karena mereka hanya akan menginap semalam di apartemen ini. Kalau tidak...
"Nhh... hhhh... hhh..."
Yong Guk memberi namja cantik itu waktu untuk mengatur nafas sejenak, sebelum akhirnya menukar posisi mereka. Him Chan sekarang berbaring di ranjang, tepat di bawah naungan tubuhnya. "Hold on to something, Baby."
Makhluk cantik tersebut mengikuti perintah Yong Guk, mencengkeram sisi bantal di bawah kepalanya, seerat mungkin dengan sedikit tenaga yang ia miliki. Fase setelah orgasme membuat seluruh sistem saraf di tubuhnya tidak sinkron—bak jelly, atau mungkin lumer bak sebatang cokelat terkena hawa panas. Sementara itu, tidak butuh waktu lama bagi Yong Guk untuk mengangkat kedua tungkai kaki jenjangnya ke bahu, meraih pergelangan tangannya, dan, kembali menggerakkan pinggul.
"Ah!"
Cepat.
"A-ah!"
Kasar.
"Ahh!"
Dan keras.
Him Chan hanya mampu mendesah serta mengerang terputus. Pergerakan brutal Yong Guk membuat tubuhnya terdorong ke atas, mendesaki kepala ranjang. Belum lagi, tangan kokoh namun berjemari lentik yang mencengkeraminya bak kungkungan besi... oh, Him Chan rasanya tidak kuat lagi mempertahankan kesadaran. Rasanya... sedikit menutup kelopak matanya saat ini... bukanlah hal yang buruk untuk dilakukan...,
"ARGH! HIMEH~!"
... 'kan?
Uh-oh, Kim Him Chan pingsan, bertepatan dengan geraman liar Bang Yong Guk yang menggelegar.
Yah, seluruh penghuni apartemen tersebut hanya beruntung.
Sangat. Beruntung.
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
"Kurasa kita harus menambahkan sesuatu di bagian atapnya. Sesuatu yang akan membuat hawa di dalam rumah sedikit lebih sejuk tanpa harus menyalakan AC?" Daniel berkata kepada namja di sebelahnya. Matanya tidak lepas memandangi langit-langit. Sebenarnya, atap rumah tersebut sudah dibangun cukup tinggi. Namun posisinya yang berdekatan dengan laut, malah membuat hawa panas lebih mudah berseliweran. Itu tidak baik. Him Chan tidak suka panas. Dan Little Minie? Oh, makhluk cantik nan mungil itu bagai copy-cat umma-nya.
Bicara soal Him Chan,
"Apa pesawat mereka sudah mendekati Korea?"
Andi, namja di samping Daniel, menganggukkan kepala pelan, melirik jam rolex di pergelangan tangannya sekilas, lalu menyeringai. "Eum. Perhitunganku, mereka akan landing siang ini. Kau sebaiknya menghubungi Komisaris dan orang-orang di panti asuhan, jika ingin rencanamu memberi Him Chan kejutan berjalan lancar."
"Baiklah. Kurasa tugasku disini akan kuserahkan padamu, Ahjussi. Woobin-ah?!"
"NE, APPA!"
Panggilan keras Daniel bersambut sahutan melengking dari arah bibir pantai.
"Omo. Bukankah kita melarangnya ke pantai sendirian?!" Andi berkata, terdengar takjub.
Memutar bola mata, Daniel berbalik menuju halaman belakang rumah. Gumaman yang terdengar seperti 'yeah, he never listen' keluar tanpa henti dari bibirnya. "Woobin-ah?!"
Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnngggg...
Hening.
Satu-satunya yang menyahut namja blasteran itu setibanya di pantai hanyalah suara deburan ombak dan burung dara laut.
"Woobi—"
"I'm here!"
Rasa panik yang sempat menyergap, membuat Daniel berbalik cepat; mengikuti suara lengkingan tinggi di belakangnya. Ia langsung menghela nafas lega begitu sesosok bocah tampan, berusia tidak lebih dari 6 tahun, berlari riang menghampiri. "Yah, kau darimana saja, Woobin-ah?! Bukankah sudah kubilang, tidak boleh mendekati pantai sendirian?"
Woo Bin.
Daniel memanggilnya 'Woobin-ah'.
Siapakah Woo Bin bagi namja blasteran itu?
Mungkin tatapan Daniel begitu mengintimidasi. Karena kepala mungil bersurai hitam itu langsung tertunduk dengan kedua pipi menggembung. "Mianhe, Appa~" bisik si bocah kecil, terdengar menyesal.
Well.
Ne, Woo Bin memanggil Daniel dengan sebutan 'appa'.
Dan ne, Woo Bin adalah putera-Nya.
Semua bermula lebih kurang 2 tahun lalu. Saat itu Daniel baru pulang dari kantor. Dan ia tidak pernah menduga, jika seorang bocah mungil bermantel Pororo, memeluk plushie yang sama dengan tokoh animasi di mantel, terduduk menunggunya di depan pintu apartemen.
Bocah itu memberinya sebuah amplop dan berkata, 'Namaku Woo Bin. Kau tidak mengenalku tapi kau adalah appa biologisku. Wanita itu memintaku memberikan amplop ini padamu.'
Dan yah, mungkin buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Daniel mengalami hal yang sama seperti sang appa, Dennis. Tanpa akte kelahiran dan bukti DNA di dalam amplop pun, Daniel tidak akan pernah membantah keberadaan Woo Bin. Toh, setelah putus pertunangan dengan Him Chan, dia memang sempat semakin terpuruk ke kehidupan amburadul-nya; minum, marijuana, dan tentu saja, random 'encounters' to pass the night.
Daniel menerima semua yang terjadi dengan ikhlas. Ia menyayangi Woo Bin sepenuh hati. Berusaha menjadi appa terbaik di dunia. Entah itu karena dirinya merasa senasib dengan sang aegya, ataukah karena rasa bersalah dari masa lalu yang masih menghantui hingga membuatnya memiliki alasan untuk bertanggung jawab. Entahlah.
"Ya sudah, lain kali jangan diulangi lagi, ne?"
Nada ringan dan lembut sang appa membuat kepala kecil Woo Bin terangkat. Wajah tampannya langsung dihiasi senyuman riang. "Ne! Gumawoyo, Appa. Appa, lihat! Aku mengumpulkan semua kerikil unik ini di pantai! Appa harus melihat ikan-ikan kecil di sana. Mereka bergerombol menggigiti kakiku! Lalu... blablabla~"
Dan begitulah, Daniel hanya bisa tersenyum, 'berkonsentrasi' mendengarkan celoteh-tanpa-henti sang putera. Untunglah, Woo Bin mungil dan pendiam yang ditemuinya 2 tahun lalu, telah berubah menjadi sesosok bocah tampan yang periang, sedikit talkactive—kalau tidak ingin disebut cerewet. Ah, mungkin ini adalah cara Tuhan menunjukkan pada Daniel kalau Beliau juga peduli dan menyayanginya; memberi orang sepertinya kesempatan ke dua? Menghadirkan Woo Bin sebagai matahari yang menyinari kegelapan, dan pelangi yang mewarnai hidupnya yang kelabu?
"Appa! Apa kau mendengarkanku?!"
Eum, God definitely bless him so much.
"Kkkkk... ne, ne, appa mendengarmu, Lil' Guy~!"
#######\(=^0^=)/#######
Kepulan awan putih berarak tipis, bagai mengapung, menghiasi hamparan langit biru. Dari balik jendela pesawat, Him Chan dapat membayangkan bagaimana hangatnya sinar mentari beserta lembutnya sapuan angin di luar sana. Hmm... meski belum tiba di langit Korea, namun Him Chan sudah merasakan euforia antusias menyelimuti tubuhnya. Sesekali kaki kanannya akan bergerak, mengetuki sepatu ke lantai—hal yang diluar kesadaran selalu dilakukannya tiap kali merasa excited.
"Baby, you're going to rock this plane with those tap!" celetuk Yong Guk bergurau. Membuat sang aegya yang tengah dipangku, tertawa heboh.
"Hahaha, jangan konyol, Appa! Memangnya umma sekuat itu, apa, sampai-sampai bisa menggoyangkan pesawat sebesar ini!? Kkkkk~"
"Ne, don't be silly, Minie Appa~" Him Chan menambahkan sembari mencubit kecil pinggang Yong Guk, membuat namja itu terlonjak karena geli. Min Ki sepertinya tidak mau ketinggalan karena ikut pula menggelitiki sang appa. Membantu umma, pikirnya.
"Hahaha, omo, Minie-ya? Kau bersekongkol dengan umma-mu?!"
Makhluk mungil yang ditanyai hanya tersenyum—gummy lebar dan mata menyipit—tanpa mengiyakan, ataupun membenarkan 'tuduhan' Yong Guk padanya. Bahkan, dengan liciknya kedua tangan baby fat Min Ki terulur pada Him Chan, meminta namja cantik itu menggendongnya. Dan tentu saja, keinginannya terpenuhi. The Lil' Prince always get what he wants.
Err... manja?
Bukan salah Yong Guk. Bukan pula salah Him Chan. Keduanya hanya terlalu terobsesi untuk membuat Si Pangeran Kecil bahagia.
"Umma?"
"Ne, Baby?"
"Benarkah kita akan bertemu haraboji?"
DEG.
"Minie harap, haraboji senang bertemu Minie. Karena Minie, sangat senang karena akhirnya bisa bertemu haraboji, Umma! kkkkk~"
Him Chan tertegun. Di satu sisi dia ikut senang melihat keceriaan sang aegya, di sisi lain, ia bahkan tidak yakin kalau Dennis sudah memaafkan 'pengkhianatan' yang telah dilakukannya. Memang, Pria paruh baya tersebut meminta The Mato's kembali dan menginginkan kerja sama. Namun? Apakah dia sudah memaafkan Him Chan?
Maaf adalah sebuah kata bermakna simpel. Hanya saja, hati yang bersedia memaafkan bukanlah hal yang dengan mudah dapat manusia miliki. Bila memaafkan itu mudah, maka, kata 'dendam' tidak akan pernah ada. Ibarat halnya yin dan yang; di dalam kebaikan, terdapat cangkang yang buruk, dan di dalam keburukan, terdapat cangkang yang baik.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Apabila mereka tersakiti, maka, tiada satu pun di dunia ini yang mampu merubah dan membuat mereka lupa, kalau mereka pernah disakiti. Kata maaf memang simpel namun, memaafkan adalah hal sulit.
"Hei," panggil Yong Guk khawatir. Dia melihat ekspresi termangu Him Chan dan tahu betul, apa yang saat ini tengah membebani pikiran namja cantik itu. Mengulurkan tangan, digenggamnya tangan kanan Him Chan, menautkan jemari mereka sambil berkata, "gwenchana, Baby. Aku dan Minie bersamamu. Kami semua bersamamu. Dan aku yakin, pria tua itu telah memaafkanmu. Kau putera-Nya. Kita tidak pernah bisa menyimpan kemarahan selamanya kepada seseorang yang telah kita anggap seperti darah daging sendiri. Dia sudah memaafkanmu. Percaya padaku."
Ekspresi sendu pada wajah cantik yang Yong Guk tatap berubah. Makhluk cantik itu tersenyum lembut, meski air mata menggenangi pelupuknya—haru. "Jinjja?" tanya-nya dengan suara bergetar.
"Eum! Dia sangat menyayangimu, Hime."
"Minie juga menyayangi, Umma!" Si mungil tiba-tiba menimpali. Kedua tangannya langsung meraih leher Him Chan, memeluk, menjadikan leher jenjang itu sebagai pegangan, dan mengecup pipi putih tersebut lama. "Muaach~! Umma jangan sedih lagi, ne?"
Oh.
Ne, tentu saja Min Ki dapat merasakan kalau Him Chan tengah bersedih. Meskipun, dia tidak memahami apa yang menyebabkan sang umma tiba-tiba bersedih. Apapun itu, orang yang bersedih layak diberi kecupan serta pelukan hangat, bukan? Selama ini juga Min Ki mendapatkan hal itu dari orang tuanya.
"Kkkkk~ ne, ne, I love you too and more, My Baby." Balas memeluk serta mengecup berkali-kali wajah mungil Min Ki, Him Chan kemudian beralih menatap Yong Guk. Ia tersenyum saat namja tampan itu mengamati mereka dengan ekspresi damai serta mata yang sedikit berkaca. "And for the big baby...," menggantung kalimat, Him Chan meremas tangan yang menggenggamnya pasti dan menarik si pemilik untuk mendekat. "Thank you, Gukie~"
Chu~
Ini hanyalah ciuman ringan. Bibir yang saling bertemu dan mengulum pelan. Namun, inilah kesempurnaan; dimana dua orang paling berharga dalam hidupnya, berada dalam rengkuhan kedua tangannya.
Yah, inilah kesempurnaan.
"I love you both, My Babies~! Always."
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
Him Chan mendongak, menutup kedua mata sembari menghirup udara segar yang berhembus di sekitar. Heumh... persis seperti yang terakhir kali diingatnya. Korea. Seoul. Udara musim panas yang menyenangkan. Entah dirinya sedang mengigau. Kehangatan ini sedikit mengingatkan Him Chan akan Kalokairi.
"Siapa yang menjemput kita, Yong Guk Hyung?" tanya Dae Hyun penasaran. Kedua tangannya membimbing Zelo duduk di kursi panjang. Zelo membutuhkannya, terlihat dari hembusan nafas lega yang namja cantik bertubuh jangkung itu keluarkan saat tubuh belakangnya, akhirnya dapat menyender. "Komisaris Dennis?"
"Aku takut... kalau itu bukan dia."
Celetukan Zelo, dan tatapan nanarnya ke arah depan, membuat semua pasang mata ikut pula melakukan hal yang sama—penasaran akan apa yang tengah mata doe Zelo perhatikan.
'Warning!'
Benak seluruh The Mato's seakan meneriakkan hal yang sama begitu melihat sosok tampan bertubuh tinggi mendekati mereka. Well, nyaris semuanya, kecuali Yong Guk yang langsung mendesis dan berdiri kokoh di depan Him Chan. "Apa yang kau lakukan di sini?!"
"Huft, hello for you too, Bang Yong Guk." Daniel menyapa dengan enggan. "Akulah yang akan mengantar kalian ke markas The Mato's."
"Oh, maksudmu, hari ini kau menjadi supir pribadi kami?"
Grrrrttkk...
Gimhae International Airport adalah tempat yang ramai. Banyak manusia berlalu lalang di sana, sibuk dengan obrolan mereka masing-masing. Namun, gigi Daniel yang saling bergemeletuk di antara mulutnya yang tertutup rapat, terlalu nyaring untuk dilewatkan. God, apakah ini waktu yang tepat? Mereka akan menarik perhatian orang-orang! Bukankah seharusnya mereka segera meninggalkan bandara saat ini, mengingat status mereka sebagai buronan?
"Kau—"
"STOP!" Him Chan melompat berdiri di tengah-tengah keduanya. Menghentikan argumen childish Yong Guk dan Daniel. "Bisakah kalian berhenti bersikap kekanakan seperti ini?!"
"Aku tidak suka dia di sini, Hime."
"Huh. Kau pikir aku senang kembali melihat wajah angkuhmu itu!?"
"Beraninya k—"
"Gukie...!" tegur Him Chan, menggunakan nada yang terdengar seperti rengekan putus asa, dan... bibir bawahnya mencebik... oh! Apakah makhluk cantik ini tengah menggunakan aegyo untuk meluluhkan Yong Guk? Trik licik, eoh?! "Please? Kita di keramaian, Minie Appa."
Menyerah.
Bagaimana Yong Guk akan bertahan bila dihadapkan pada aegyo dan panggilan 'sayang' itu?! Lambaian bendera putih tak kasat mata seolah berkibar di atas kepalanya. Alhasil, dia hanya bisa mendengus sinis, berbalik dengan langkah berat menuju kursi panjang yang Zelo tempati. "Itu curang, Minie Umma...!" sungutnya pelan, berbisik cemberut.
Tubuh tinggi milik Zelo bergetar oleh kikikan tanpa suara. "Yeah, sure it does," timpalnya, semakin menambah kegalauan serta kerut di dahi sang leader.
Kita tinggalkan pemimpin 'garang' dari The Mato's terlebih dahulu, beralih pada Hime-Nya, yang saat ini malah berpelukan erat dengan namja blasteran super tampan—'dan memuakkan,' batin Yong Guk menambahkan—di sana.
"Whoa, kau sama sekali tidak berubah, Chanie. You managed to look much more gorgeous than back then~"
How smooth.
Too f*ckin'-smooth talking, Daniel Henney.
Him Chan langsung tertawa heboh, sementara Yong Guk? Oh, namja itu mencapai puncak rekor ter-childish-nya dengan berpura-pura mual, dan mengeluarkan suara layaknya seseorang yang akan muntah. Sayang, Daniel menganggap ledekannya sebagai angin lalu dan terus menatap lekat wajah Him Chan. Ugh.
"Dan! Hahaha, omo! That's totally gross and flattering me at the same time! Kkkkkk... How are you, Dan?"
"I'm great. Sedikit lebih tua..., tapi baik."
Si cantik terkekeh. Rasanya sudah lama sekali dia dan Daniel tidak berbicara sesantai ini. Dulu, sebelum menjalin hubungan, mereka adalah teman yang akrab. Semuanya hanya berubah di luar kendali. Rasa frustasi yang memuncak itu, ditambah berbagai argumen yang selalu sukses membuat keduanya saling berteriak, bak mencekik tenggorokan masing-masing. Mungkin mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Mungkin, mereka seharusnya tetap berteman saja.
"Where's the lil' one?" tanya Daniel, matanya nyalang menatap ke belakang Him Chan, melambaikan tangan akrab saat bertemu mata dengan anggota The Mato's yang lain—kecuali Yong Guk, tentu saja. "Eum? Aku juga tidak melihat Young Jae. Dimana Young Jae? Jong Up juga."
"Mereka membawa Minie dan Yoojungie membeli es krim. Sebentar lagi juga, mereka kembali."
"Yoojungie? They've got a daughter?"
"Ya. Kau harus melihatnya. Yoojungie sangat cantik dan manis. Seperti Young Jae."
"Membicarakanku?" Young Jae tiba-tiba menyerobot.
Entah bagaimana namja itu telah berdiri di antara mereka.
"Young Jae!" pekik Daniel riang, memberi namja bermata doe tersebut pelukan erat. "Senang melihatmu lagi. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, Daniel-ssi. Senang kau masih mengingatku, ternyata."
"Jangan bercanda. Tentu saja aku masih mengingatmu! Kudengar kau dan Jong Up me—"
"Umma~"
Panggilan pelan itu menghentikan kata-kata menggebu Daniel. Matanya reflek turun, melihat sosok mungil mendekati mereka. Omo! Rambut hitam legam, kulit putih berseri, dan bibir pink kemerahan itu... Daniel mengenalinya! Reflek ia berjongkok, "omona! Minie-ya?" sapanya heboh.
Siiiiiiiiiiiiiinnnggg...
Min Ki hanya menatap nanar wajah tampan di depannya. Kau tentu tidak dapat mengingat seseorang saat kau masih bayi, bukan? "Ahjussi, nuguya?"
Tersadar, Daniel menepuk jidatnya sendiri; merasa konyol karena tentu saja, Min Ki tidak akan mengingatnya! "Hahaha... Mianhe, aku lupa. Kau pasti tidak mengingatku, ne? Annyeong, Minie, aku Daniel. Dulu, waktu bayi, aku sering sekali menggendongmu."
Keterangan tersebut membuat pouty lips si mungil berkerut, larut akan pikiran. Aigo... apa makhluk mungil ini mencoba mengingat apa yang dilihatnya saat bayi, eoh?
"Jinjja?"
"Ne! Waktu itu kau masih keciiiiiiil sekali. Kepalamu bahkan tidak lebih besar dari telapak tanganku," celoteh Daniel, mencoba meyakinkan sembari memperlihatkan telapak tangannya yang lebar—well, dari awal, ukuran telapak tangannya memang lebih besar dari orang Korea kebanyakan, sih.
Tapi, bukannya tertarik akan penjelasan Daniel, si mungil malah menatap takjub pada telapak tangannya. Kedua tangan baby fat itu langsung memegangi tangan tersebut, menatapnya seolah tangan Daniel adalah bagian dari belalai(?) gajah yang selalu membuatnya excited saat mengunjungi kebun binatang.
"Whoaaa... Ahjussi! Tanganmu besar sekali!"
"Kkkkk~ ne, tanganku memang besar."
Him Chan hanya menggeleng mendapati sang aegya malah tertarik dengan ukuran tangan Daniel dibanding mengenal pria itu. "Minie Baby? Bukankah kau seharusnya memperkenalkan dirimu pada Daniel Ahjussi, Baby?" tegurnya lembut.
"Omo! Maafkan Minie, Ahjussi. Annyeonghaseyo. Jae ireumeun, Bang Min Ki imnida. Bangapseumnida, Ahjussi!" Min Ki dengan formal-nya memperkenalkan diri sembari melakukan bow, bersikap layaknya orang dewasa dan segala macamnya. Tentu saja, hal ini membuat Daniel—yang pertama kali melihat kelucuan Min Ki—gemas dan langsung memberikan gusakan lembut di puncak kepala kecil itu.
"Gosh, you're so cute, Minie~! Nice to meet you too. Kkkkk~"
"Minie-ya! Huft, kau hampir membuatku terkena serangan jantung!"
Moon Jong Up datang. Wajah namja itu tampak lega, meski kerut frustasi masih terlukis nyata di keningnya. Gadis mungil dalam gendongan Jong Up seolah tidak terpengaruh akan kepanikan sang appa karena terus menyendoki es krim strawberry dari cup ke dalam mulut.
"Biar kutebak, kau lagi-lagi lengah dan 'tanpa sengaja' kehilangan Min Ki?" celetuk Young Jae, menebak dengan penuh percaya diri, berjalan mendekati kekasihnya, dan memberikan kecupan kilat pada salah satu pipi chubby milik Yoo Jung. Yeoja mungil yang dikecup akhirnya mengalihkan perhatian dari es krim. Tersenyum manis, saat melihat kehadiran sang umma dan langsung menyodorkan satu scoop sendok es krim. Young Jae tentu saja dengan senang hati menerima pemberian tersebut. "Thank you, Baby~" dendangnya, berbicara menggunakan suara yang dibuat-buat.
Sementara itu, Jong Up tampak sewot. Dia bukannya lengah! Dia memang tidak sengaja kehilangan Min Ki! Kenapa namja manis bermata doe ini suka sekali menertawai keteledorannya, eoh!? Err, tunggu, dia tidak teledor! Moon Jong Up hanya... kurang berhati-hati? Ne! Kurang berhati-hati tidak sama dengan 'teledor'. Sama sekali.
"Hi, Jong Up." sapaan Daniel setidaknya membuat pria bertubuh atletis—yang masih saja cemberut—di sana teralih dan berbalik menatapnya. "Apa kabar?"
"Oh, Hyung! Kau datang! Kabarku baik, Hyung. Senang bisa melihatmu lagi."
"Kkkkk~ Aku juga, senang bertemu denganmu. And..." Daniel beralih menatap Yoo Jung, "hello, Lil' Princess~" sapanya lembut. Yeoja mungil dalam pangkuan Jong Up hanya balas menatapnya penuh tanya.
"Yoojungie Baby, ahjussi ini menyapamu," ucap Jong Up, menggoyang pelan sang aegi dalam gendongannya. "Kau tidak ingin menyapanya juga, Baby?"
"A-annyeong, Ahjucci..." bisik bibir mungil Yoo Jung pelan, namun masih bisa didengar oleh orang-orang di sekitarnya.
Daniel tersenyum lembut melihat tingkah malu-malu si puteri kecil. Ia tidak tahan untuk tidak memberi usapan lembut pada surai hitam legam panjang milik Yoo Jung; sedikit terpana karena helaian rambut di antara jemarinya jauh lebih lembut dari perkiraan. "Whoa~ Kau memiliki rambut yang sangat cantik, Yoojungie!"
Walaupun tidak bermaksud apa-apa dengan pujiannya, namun Daniel senang, karena saat ini, Yoo Jung tidak lagi menyembunyikan wajah dan malah, melemparkan senyuman cemerlang padanya; mata melengkung membentuk bulan sabit..., serta eye dimple... Wow!Senyuman gadis kecil ini sangat mirip dengan Him Chan, eoh?!
"Sebaiknya kita secepatnya pergi dari sini."
Dan Bang Yong Guk seakan membenci Daniel. Tunggu, dia memang membenci Daniel. Namja itu berkata tanpa sedikitpun menatapnya, melihat ke arah jam tangan, lalu berpaling ke arah pintu keluar bandara.
"Tempat ini tidak aman. Terlalu banyak kamera CCTV."
Oh. benar juga.
Secepatnya menjauh dari keramaian, itu lebih baik.
"Baiklah. Ayo, mobilku di luar. Lagipula, Woobinie sudah terlalu lama menungguku di sana."
"Woobinie? Pacarmu?" tebak Him Chan dengan nada jahil sembari menyipitkan mata. Namun, apa yang berikutnya keluar dari mulut Daniel, membuat semua orang terperangah.
"Tidak. Putera-Ku."
#######\(=^0^=)/#######
"Whoa, Hyung! Bagaimana kau membuatnya? Ajari Minie!"
"Kkkkk~ Ini mudah, Minie. Lihat, kau harus menarik telunjukmu ke sini..." Salah satu tangan Woo Bin menuntun telunjuk mungil itu, membuatnya menelusuri layar ipad, membentuk lingkaran. Mata si pemilik telunjuk langsung melebar takjub saat warna biru mengikuti pergerakan telunjuknya.
"Omo! Lihat, Hyung! Gyaaaa~~"
"Hahaha... Nah, ayo kita membuat Pororo, Minie!"
"Ayo!"
Sepasang marbel hitam milik Him Chan, nyaris tidak berkedip saat memperhatikan pemandangan ceria—ia tidak bisa memutuskan di antara sinar mentari, atau perpaduan unicorn dan rainbow?—di kursi belakang van. Min Ki adalah bocah periang seperti biasanya namun, Him Chan tidak pernah melihatnya seakrab ini dengan seseorang yang baru dikenal. Dan... bocah bernama Woo Bin itu...
Him Chan sontak berbalik, menatap ke arah kursi pengemudi di depan, dimana namja blasteran super tampan bernama Daniel, tengah mengemudi dengan senyum damai seolah terpatri permanen di wajahnya. Err, waktu jelas berpengaruh besar bagi sebagian orang.
"Jadi... Woo Bin benar-benar putera-Mu?"
"Yeah. Aku tidak berniat melakukan test DNA, sebenarnya, tapi appa memaksaku. Menurutnya, akan lebih baik jika aku benar-benar mencari tahu sebelum memutuskan untuk merawat Woo Bin. Dan ya, hasil test menunjukkan kecocokan 99, 99%. Aku sudah menduganya."
Oh.
"Kau bahagia?" Entah kenapa Him Chan ingin memastikan hal itu. Semua orang pantas mendapatkan kebahagiaan. Begitupula dengan Daniel.
"Kkkk~ Ya, aku sangat bahagia, Chanie."
Senyuman lembut yang menatapnya dari kaca spion depan sekiranya cukup menjawab kekhawatiran Him Chan, membuatnya mau-tidak-mau mengulum senyum dan mengangguk sekilas sebagai gestur 'bangga' atas apapun perubahan yang telah Daniel lakukan dalam hidupnya. Namja itu sepenuhnya berubah ke arah yang lebih baik. Itu bagus. Appa mereka pasti... bangga.
Deg.
"Dan?" panggil Him Chan ragu.
"Ne?"
Him Chan menelan gumpalan tak kasat mata yang mendadak menggumpal di dasar tenggorokannya, menarik nafas dalam, lalu berkata, "bagaimana... kabar appa?"
Akhirnya.
Akhirnya, satu dari sekian banyak pertanyaan yang selalu terngiang di benaknya selama beberapa tahun belakangan, terucap sudah. Apakah Dennis baik-baik saja? Apakah dia masih seorang workaholic, yang terus-menerus bekerja hingga lupa akan waktu? Apakah dia makan dengan benar? Apakah... Dennis merindukannya? Menanyakan kabarnya?
"Aku tidak tahu. Kenapa tidak kau cari tahu sendiri, Chanie?"
DEG.
... what?
"Kita sudah sampai." Daniel berujar sembari menunjuk dengan bibir ke arah samping kanan Him Chan. Secara tidak langsung meminta makhluk cantik itu untuk menengok ke sana. "Kau bisa menanyakannya langsung pada appa."
Kata-kata Daniel tidak lagi bisa Him Chan dengar. Segala indera di tubuhnya mendadak beku. Bahkan, ia menahan nafas seketika. Bagaimana tidak, bila di luar sana... 3 meter jaraknya, tepat di depan pintu pagar berteralis putih...
Deg,
... Dennis berdiri, menatap ke arah mobil yang mereka naiki.
Deg,
Seolah ia dapat melihat keberadaannya dari balik kaca film.
Deg!
Mata mereka terkunci. Mungkinkah?
"Hyung, apa yang kau tunggu?!" Zelo berseru dari belakang, menyadarkan ketermanguan Him Chan. Marbel hitam makhluk cantik itu menatap sang maknae nanar. Keraguan, serta rasa takut, nyata tergambar di sana.
"Bila aku jadi kau, aku tidak akan ragu untuk keluar."
Zelo.
"Pergilah. Temui appa-Mu, Hyung."
Jong Up.
"Beliau pasti juga merindukanmu."
Young Jae.
"Apa perlu kami menggotongmu turun dari mobil, Hyung?"
Dae Hyun.
Air hangat langsung menyengati kelopak mata si cantik; menggenangi, namun enggan jatuh.
Grep~
Tangan kirinya yang diremas erat, membawa fokus perhatian si cantik untuk menoleh ke arah yang sama.
Bang Yong Guk.
Namja itu tersenyum cemerlang; gummy, dan mata yang melengkung bak bulan sabit.
Deg, deg, deg, deg...
Sret~
Menyingkirkan poni Him Chan, Yong Guk mendekat...
Cup~
... dan mengecup dahi putih tersebut lama.
"Pergilah, Hime. Dia sudah memaafkanmu."
Tes...
Setitik kristal bening jatuh membasahi salah satu pipi Him Chan. Namun Yong Guk dengan cepat menyapunya. Ia tersenyum, dan mengisyaratkan melalui gedikan dagu, agar namja cantik tersebut keluar.
Him Chan mengangguk cepat—mengiyakan tanpa suara karena tidak mempercayai mulutnya sendiri untuk berbicara.
Cklek~
Begitu pintu van dibuka, si cantik langsung turun, menapakkan kedua kaki di daratan berkerikil hanya untuk berdiri di sana—terpaku. Sementara Dennis masih berdiri di tempatnya. Hanya matanya lah yang menunjukkan reaksi, sesekali bergerak gelisah, lalu berkedip. Ia tidak berubah, Him Chan dapat menyimpulkan. Dennis tetaplah pria paruh baya yang tampan, penuh kharisma, dan tangguh.
Tidak ada yang berubah, kecuali bobot tubuhnya.
Dennis terlihat lebih kurus.
Tik,
Tik,
Tiiiiiiiiikkkk...
Lama keduanya hanya berdiri diam, di dalam keheningan mereka saling mencoba membaca, memahami apa yang benak masing-masing tengah pikirkan. Tapi, hei! Siapa yang menikmati permainan telepati?! Mereka bukan manusia super!
"Huft..." Dengan kentara Dennis menghembuskan nafas panjang. "Kau hanya akan berdiri di sana, atau memeluk pria-tua-berisik yang telah merindukan anak-keras-kepala-Nya setelah sekian lama ini?"
Deg~
Hanya itu.
Him Chan tidak perlu ditegur dua kali dan langsung berjalan cepat—nyaris berlari—menyongsong sang appa.
Greb~
Ia memeluk pria paruh baya tersebut luar biasa erat.
"Hiks~"
Dan menangis.
"M – hiks! Mianhe, Appa. Hiks..."
~~~~~~~~\(=^0^)/\(o.o)/\(0o0=)/~~~~~~~~
OMAKE
Tep,
Tep,
Tep~
Sesosok namja cantik berbibir penuh, berjalan mengendap-endap. Kedua tangannya memegangi foil (pedang yang berbentuk langsing, lentur, dan ringan, berujung bulat, yang biasanya selalu digunakan dalam permainan anggar) bak seorang kesatria samurai. Cara yang sangat salah, sebenarnya, karena foil seharusnya dipegang dengan sangat anggun menggunakan satu tangan.
"Humm... humm... hmmm~"
Senyuman simpul terkulum di dalam mulut si cantik, membuat bibir pouty pink-kemerahannya semakin berkerut, dikala kedatangan rahasianya di dalam ruangan persegi berdinding kaca itu disambut oleh suara gumaman berdendang. Si pendendang, yang saat ini membelakanginya—terlalu sibuk memperhatikan lembaran kertas di tangan—sama sekali tidak menyadari kehadiran makhluk cantik tersebut di sana.
Sat.
Foil diacungkan tinggi. Ujung bulatnya menekan belakang leher dari sosok tinggi yang membelakangi si cantik.
"Kekuasaan atau hati. Mana yang akan kau pilih?"
Pertanyaan retorik.
"Bolehkah aku memilih keduanya? Apalah artinya berkuasa tanpa hati. Tanpa hati, aku tidak akan bisa mencintaimu. Tanpa kekuasaan, aku tidak yakin appa-Mu yang angkuh itu mau merelakan putera kesayangan-Nya untuk hidup melarat bersamaku. Kau tahu itu, Bang Min Ki."
Checkmate.
Namja bertubuh tinggi itu bahkan tidak berbalik untuk mengenali namja cantik yang mengacungkan pedang anggar padanya.
"Huft!" Min Ki, si cantik, menghembuskan nafas kasar dan menurunkan foil. "Kau sangat serakah, Woo Bin Henney. Kau tidak pernah memilih salah satu dari dua pilihan. Kau bahkan memutuskan honeymoon kita nanti di dua tempat berbeda benua sekaligus, karena tidak mau memilih salah satu darinya. Kau sangat serakah!" dengusnya jengkel.
"Kkkkk~"
Terdengar kikikan terhibur.
Oh, lihatlah, namja tinggi berwajah tampan itu, Woo Bin, malah terkikik saat Min Ki mengomelinya, eoh? Benar-benar.
"Yah!"
"Hahahaha..." Tertawa heboh, Woo Bin akhirnya berbalik, hanya untuk meraup tubuh tinggi kurus Min Ki ke dalam rengkuhan seerat mungkin. "Mianhe, mianhe..., Baby. Kau jangan marah lagi, ne~? Aku hanya merasa kita berdua pantas mendapatkan honeymoon itu. Kau tahu apa yang selama ini kulalui hanya untuk mendapatkan restu dari appa-mu?!"
Meski memasang wajah cemberut, namun Min Ki balas memeluk erat namja tampan yang telah resmi menjadi tunangannya sejak 5 bulan yang lalu ini. Woo Bin pantas mendapatkan pelukan erat. Terlebih setelah 'apa' yang baru saja dikatakannya.
Ne, mereka—terlebih Woo Bin—memang sulit sekali mendapatkan restu. Appa-Nya Tersayang, Bang Yong Guk, bukanlah seseorang yang semudah itu memberikan kata 'ya'. Bagi sang appa, tidak ada satupun namja di dunia ini yang pantas untuknya. Namun Min Ki sangsi. Dia sangat yakin kalau appa-Nya, sengaja mempersulit Woo Bin. Mengingat kalau appa Woo Bin, Daniel, memiliki semacam hubungan khusus dengan umma-Nya dulu.
"Arra, arra, kau menang. Puas?"
"Kkkk~ Tidak." Woo Bin sekuat tenaga menahan sudut bibirnya agar tidak tersenyum saat marbel cokelat milik Min Ki menatapinya tidak percaya. Aigoo~ tunangan siapa makhluk cantik ini, eoh?
"Tidak sebelum..." Woo Bin melanjutkan, hanya untuk menggantungnya demi mendekati wajah cantik Min Ki.
Cup!
Dan mengecup pouty lips tersebut kilat.
"... sebelum aku mengecupmu~"
"Huh!" Sebuah dengusan langsung si cantik keluarkan. "Ha ha ha. So smooth, Mr. Henney. You're so cheesy."
"But I'm your cheesy bag, right~?" balas Woo Bin cheeky, tersenyum selebar mungkin hingga gummy-nya nyaris terlihat. Mau menyaingi Min Ki, eoh?
"Ewh. That's totally gross!" pekik si cantik geli, mendorong tubuh tegap yang memeluknya secara serampangan agar menjauh. "Sudahlah. Ayo ke rumah. Appa-ku ingin berbicara denganmu."
Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnggg...
Hening.
Woo Bin yang tadinya sempat tertawa, mematung seketika. Wae?
"Hanya. Berdua." Si cantik menambahkan dengan suara yang sengaja dipelankan.
Oh. Tentu saja.
Woo Bin sangat-teramat-takut dengan Bang Yong Guk, ingat?
Berbicara, empat mata, bersama seseorang yang kau takuti setengah mati?
Oh, God!
"M-memangnya a-apa yang Yong Guk Appa ingin bicarakan denganku, Minie?"
Ne, namja tampan itu bergetar.
Sayangnya, Min Ki dengan santainya mengangkat bahu sembari melangkah pergi. "Entahlah. Appa hanya menyuruhku menyampaikannya padamu."
Tidak ingin tertinggal, Woo Bin berlari menyusul. "Minie! Kau harus menemaniku nanti!" rengeknya begitu tiba di samping si cantik.
"Aku tidak bisa, Binie...! Appa ingin berbicara denganmu empat mata. Mana mungkin aku menemanimu!? Kau mau, kalau nanti appa-ku marah? Kau tahu, 'kan, appa-ku sangat membenci pengecut?"
Tsk!
Kedua bahu Woo Bin sontak turun. Ia pasrah. Apa yang Min Ki katakan memang benar. Akan lebih baik kalau dalam waktu dekat ini, dia tidak bermain-main dengan emosi Yong Guk. Bisa-bisa... pernikahannya dengan Min Ki, yang hanya tinggal menghitung minggu..., batal. Omo, NO!
Frustasi membuat namja tampan itu menggusaki rambutnya kacau. "Ugh! Kenapa appa-Mu itu sangat galak, sih, Minie?! Adikmu, Bobby, juga sama saja! Dia sering sekali mem-bully-ku bersama appa-mu!"
"Kkkk, Mereka hanya terlalu menyayangiku, Honey~"
"Chanie Umma juga sangat menyayangimu. Tapi, dia bersikap baik padaku! Huh, sungguh ironis karena wajah adikmu sangat mirip dengan Chanie Umma, sementara sifatnya? Damn, He's your dad's copy-cat! And look at his body! God, I'm so sure that the kid on some steroid th – Awh!" Woo Bin terpekik. Sebuah geplakan tepat mendarat di belakang kepalanya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Bang Min Ki, tunangannya yang cantik ini!? "Yah! Minie-ya, appo~!"
Namja cantik yang direngeki telah berhenti melangkah, menatap Woo Bin tajam sembari berkacak pinggang. "Appo? You deserved it. Kau lupa kalau Bobby itu adalah dongsaeng-Ku? Aku hyung-Nya! Tentu saja, saat ada yang menjelek-jelekkan adikku, aku akan langsung membelanya! Kau tahu itu!?"
Wow.
The angry, diva like Bang Min Ki is... something.
Like mother, like son(?), eoh?
"Aku tidak menjelek-jelekkan adikmu, Baby~! Aku hanya merasa kemiripan Bobby dan Chanie Umma sangat disayangkan. Umma-mu itu sangat... WOW~!"
Ekspresi Woo Bin saat mengatakan 'wow' karena kehabisan kata-kata, terlihat seperti seseorang yang tengah bermimpi. What the... Damn! Jangan katakan kalau saat ini tunangannya tengah mengkhayalkan sosok umma-Nya!? "Yah! Katakan dengan jujur. Apa menurutmu, umma-ku cantik?" tanya Min Ki menyelidik.
"Ne! Tentu saja! Umma-mu sangat cantik, Baby. Aku heran, bagaimana mungkin seseorang yang berusia hampir setengah abad, masih terlihat begitu mempesona seperti Chanie Umma?! Oh~"
Min Ki face-palmed.
'Woo Bin Philip Henney, you're death!'
Sret!
Secara tiba-tiba si cantik berbalik. Ia hendak melangkah pergi jika saja suara kebingungan Woo Bin tidak memanggilnya.
"Babe? Kau mau kemana?"
"Menemui appa!" jawab Min Ki ketus, tanpa sedikitpun memalingkan wajah.
"Omo! Kau akhirnya memutuskan untuk menemaniku menemuinya?" Woo Bin berkata sumringah, tidak menyadari perubahan aura di sekitar sang kekasih.
"Ani. Aku ingin menyampaikan padanya kalau dalam waktu 7 bulan ke depan, dia akan menjadi seorang haraboji."
Tep, tep, tep, tep~
Hanya itu.
Kaki jenjang si cantik secepat mungkin melangkah pergi.
1 detik,
2 detik,
... 3—
"BANG MIN KI! JANGAN LAKUKAN ITU! APPA-MU AKAN MEMBUNUHKU!"
Teriakan Woo Bin begitu melengking. Horor. Sayangnya, Bang Min Ki seolah berlagak tidak peduli dan terus berjalan menjauh, mendekati gedung parkir.
"BABE! KAU MARAH? APA SALAHKU?! BABY!"
Hari itu Woo Bin Henney mendapat sebuah pelajaran berharga.
DO NOT EVER messing around with the pregnant Bang Min Ki.
FIN
A/N: Don't forget 2 vote 4 BAP on the music show, okay?! They DESERVED it! Send Our Boys with so many love that u have^^ & 4 all of The Readers-nim that still has somekind of patient 2 waited 4 this story 2 finish. THANK U, GUYS!^3^=)/ BANGHIM! BANGHIM! BANGHIIIIIIIIIIIIM!*0*)/
