Part 2. Let's start the game

Summary

Sakura patah hati karena lelaki yang dicintainya bertunangan. Besoknya dia malah langsung nembak Sasuke yang terkenal dengan genk konyolnya yg hobi bikin taruhan. Anehnya Sasuke menerimanya. Sakura dibuat nangis bombai karna harus ngeliat Sasuke kencan dengan temen sekelasnya, Hinata. Apesnya Itachi, kakak Sasuke menjadi korban untuk menenangkan tangis Sakura.

.

.

.

CRAZY LOVER

Disclaimer : Masahi Kishimotto

Rated : T

Warning!

AU, BadFic, Typo, kata-kata non baku, Gaje, etc.. the pic isn't mine

Author baru, harap maklum..

Mohon review, kritik n sarannya.. Arigato Senpai… #ngebungkukin badan

Special thanks to MeiChan sista.. ^_^

Sasusaku ItaSaku

.

Itachi mengantarkan Sakura pulang ke rumahnya. Ia sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Otouto kesayangannya itu. Bagaimana mungkin Sasuke tega menyakiti gadis semanis Sakura. Kalau saja ia belum punya tunangan mungkin sudah dia sikat gadis rapuh itu. (Itachi nti author laporin ke Hana lho!)

Masih dengan self talkingnya, Itachi memperhatikan ekspresi gadis musim semi itu sudah mulai membaik. Sakura tersenyum manatap layar iPhone nya. Dasar remaja labil, cepat sekali berubah moodnya, batin Itachi. "Tenanglah Sakura, besok aku akan mencoba berbicara kepada Sasuke dan menyuruhnya menyelesaikan masalahnya denganmu. Aku tak tega melihatmu terus disakiti olehnya. Mungkin kau harus memintanya untuk mempertegas hubungan kalian. Bila ia memang tidak benar-benar mencintaimu, seharusnya ia tak menggantungkan hubungan kalian seperti ini!" Ucap Itachi pajang lebar membuat Sakura semakin melting dan tak sadar Sakura mata Sakura berkaca-kaca terharu mendengar betapa Itachi mengkhawatirkannya.

"Ita-nii, bolehkah aku meminta sesuatu padamu? Mungkin besok aku akan benar-benar melepaskannya.. Bisakah kau mengabulkan satu permintaanku ini?" Sakura mengeluarkan ekspresi memelasnya. Itachi tersenyum dan mengacak rambut merah mudanya. "Baiklah, pasti akan ku berikan padamu apapun itu!" Ucap Itachi yakin. Bolehkah aku meminta hatimu, Inner Sakura tertawa nista.

"Wajahmu sangat mirip dengannya, ku mohon berpura-puralah seolah kau adalah Sasuke dan berikan ciuman terakhir untukku.. Setidaknya agar aku bisa dengan tenang mengenangnya!" Sakura menundukkan wajahnya, sungguh permintaan yang memalukan dan terdengar konyol. Hancur sudah pride dan harga diri yang ia agungkan selama ini bila Itachi menolaknya.

Itachi menangkupkan kedua tangannya ke pipi Sakura, mengelusnya lembut, Sakura menengadahkan wajahnya dan membuka sedikit bibirnya yang terkesan menggoda. "Baiklah anggap aku sebagai Sasuke.." Kalimat Itachi membuat Sakura tertawa jejingkrakan dan menari-nari, tapi sayang hanya di dalam hati dan pikirannya saja. Itachi mengecup bibir merah Sakura, Onyx matanya dan emerald Sakura saling menatap seolah berkata mereka menginginkan lebih dari sekedar kecupan singkat. Itachi kembali menempelkan bibir mereka kemudian melumatnya dan Sakura sangat menikmatinya. Itachi melesakkan lidahnya kedalam rongga mulut Sakura mengabsen barisan rapi gigi Sakura. Itachi semakin mendominasi dan tubuh Sakura tersungkur di atas sofa, sementara lidah mereka berdua masih saling bertaut.

Pintu rumah terbuka menampakkan dua sosok yang tercengang melihat adegan tak senonoh Sakura dan Itachi di ruang tamu. Itachi berada di atas tubuh Sakura yang tergeletak di sofa. Meskipun pakaian mereka berdua masih lengkap, itu bukanlah hal yang pantas dilakukan seorang pria dalam menyambut tunangannya yang seharian ini tak ia sambangi.

"Sakura!" Bentak Sasori dengan nada murka. Sasori sangat mencintai adiknya, tapi kali ini ia benar-benar marah terhadap tindakan asusila yang dilakukan oleh adik si mata wayangnya ini bersama dengan sahabatnya yang notabenenya telah memiliki tunangan. Itachi dan Sakura segera melepaskan dirinya masing-masing.

Hana masih berdiri mematung menatap tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tunangan dua minggunya itu bukan hanya menghancurkan hatinya tetapi juga kepercayaan dan harga dirinya sebagai wanita. Ia berusaha tegar menghadapinya, tetapi nyatanya ia hanyalah wanita biasa yang lemah dan rapuh. Derai air mata mengalir perlahan dan membasahi wajah ayunya. Ia menatap nyalang ke arah Sakura, entah kenapa Hana menganggap gadis itu tak sepolos penampilannya.

"Hana! Ini hanya kesalahpahaman saja! Tak seperti yang kau bayangkan! Aku bisa menjelaskan semuanya padamu!" Raut muka Itachi begitu tegang melihat ekspresi wajah tunangannya. "Hana-ne! Itachi-nii tak bersalah, ini semua tak seperti yang kau pikirkan! Maafkan dia Hana-nee!" Ucap Sakura dalam isakan air mata buayanya. Hana semakin tidak suka dengan kekompakan mereka. "Kalian bahkan masih bisa saling membela!" Hana langsung berlari keluar rumah dan dikejar oleh Itachi. Sakura tersenyum melihat adegan kejar-kejaran itu.

PLAKKKK!

Sasori geram melihat tingkah adiknya, tanpa sadar ia telah menampar pipi adik tercintanya yang selalu ia jaga dan lindungi selama ini. "Hentikan kegilaanmu ini Saku! Kau hanya terobsesi kepadanya! Kau takkan tahu besarnya pengorbanan Hana kepada Itachi selama ini!" Sasori kembali membentak adik si mata wayangnya yang orang tuanya titipkan padanya selama mereka mengurus bisnisnya di luar kota. Ia merasa telah gagal memenuhi janjnya kepada ayah dan ibunya.

Sakura memegang pipi bekas tamparan kakaknya. Sasori sangat menyesali tindakan diluar kehendaknya yang baru saja ia lakukan. Ia mendekati Sakura hendak memeluknya tetapi sakura menepisnya. "Kau jahat oniichan! Bahkan kau lebih mengkhawatirkan wanita itu!" Sakura langsung menyambar kunci mobilnya dan berlari keluar rumah. "Sakura! Tunggu! Maafkan niichan!" Sasori mengejar adik kesayangannya itu tapi terlambat, sang gadis sudah mengijak pedal gas mobilnya dan melesat meninggalkan halaman rumah.

Sasori sangat paham dengan pribadi adiknya, hanya Ino saja sahabat terdekat yang dimilikinya. Sasori segera menelepon Ino dan menceritakan yang terjadi diantara mereka termasuk masalah Sakura dengan Itachi. "Dasar jidat bodoh! Selama ini dia tak memberitahuku tentang rencana gilanya ini padaku, Saso-nii! Baiklah aku akan menyuruhnya menginap di rumahku saja! Selamat malam niisan!" Ino segera menghentikan percakapannya dengan Sasori. Karena ia mendengar ibunya memanggil-manggil namanya.

"Kau panjang umur jidat! Baru saja aku membicarakanmu dengan Saso ni!" Ino langsung mengetuk jidat lebar sahabatnya itu. "Baguslah Ino! Aku tak perlu capek-capek menceritakannya padamu! Aku lelah! Aku mau numpang tidur di sini, bolehkan Pig?" Sakura menjawabnya dengan malas dan tanpa permisi langsuk masuk ke kamar Ino.

"Kau gila Sakura! Kau bisa berciuman dengan posisi yang sangat hot dengan Itachi! Kau menjebak Itachi dalam perangkapmu, kau menggunakan Sasuke sebagai alat untuk menarik simpati dari Itachi. Bahkan kau juga memasukkan Saso-nii dan Hana-nee dalam skenario cerita cinta gilamu ini! Ku akui kau memang benar-benar jenius merencanakannya Sakura! Tak ku sangka hanya dalam seminggu kau sudah bisa sejauh ini!" Ino terus-terusan mengomel di dekat telinga Sakura. Sementara Sakura hanya diam enggan menanggapinya. "Tapi kau jahat jidat, menutupi semua ini dariku! Bukankah kau selalu mengatakan aku adalah sahabat sejatimu, Saku?" Ino melanjutkan kalimatnya dengan mimik sedih.

"Ino! Aku tak bermaksud menutupi ini darimu, hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk menceritakannya kepadamu. Aku takut kau akan memarahiku dan berusaha mencegahku karena kekhawatiranmu yang kadang berlebihan itu! Bolehkah kita membahasnya besok saja? Kita masih berteman kan?" Sakura memeluk Ino yang tidur di sebelahnya. "Baiklah! Tentu saja aku memaafkanmu, aku sangat menyayangimu jidat!" Mereka berdua saling berpelukan. Sakura mencium gemas pipi Ino dan Ino langsung berteriak. "Hentikan, yuri!"

.

.

Di kediaman keluarga Uchiha, dalam sebuah kamar dengan nuansa biru dongker, sosok pemuda tampan dengan rambut ravennya yang tak lain adalah Uchiha Sasuke sedang gusar dengan pikirannya sendiri. Masih teringat jelas kejadian tadi sore ketika ia melihat siluet merah muda berlari di dekat arena ice skating. Ia berusaha mengejarnya dan hendak meminta maaf atas tindakannya yang cukup keterlaluan itu. Nyatanya ia disuguhi fakta yang begitu mengejutkannya. Gadis merah muda itu sedang berpelukan dengan kakak sulungnya di bangku taman. Sepertinya gadis itu terlihat sedang menangis, tetapi ia dapat dengan jelas melihat gadis itu menyeringai di sela tangisnya. Seolah mengaca pada dirinya sendiri yang akan melakukan apapun demi tujuannya. Ya, Sasuke bisa tahu kalau gadis itu sangat tergila-gila pada baka anikinya. Satu-satunya alasan kuat mengapa ia sampai mempertaruhkan pride dan harga dirinya sebagai seorang Haruno adalah karena cinta gilanya kepada sang sulung Uchiha. Otaknya memflashback kejadian seminggu terakhir.

Sasuke POV

Ckkk.. Kuso! Hinata yang kuanggap sebagai pion ku untuk menarik perhatian Sakura padaku, ternyata malah ia gunakan sebagai kuda poni yang berbalik menyerangku. Kenapa aku bisa seceroboh ini. Sakura, benar-benar wanita yang menarik. Kau selalu memberiku kejutan. Awalnya kami menganggapmu sebagai gadis yuri dan monster wanita yang sulit untuk ditaklukkan, kau malah datang padaku memintaku menjadi pacarmu. Kau menolak ciuman dariku, tapi kau malah datang sendiri dan mencium pipiku. Arrggghhh.. Kau benar-benar membuat jantungku menjadi tak normal.

What the hell! Ku pikir kau benar-benar menginginkanku, ternyata kau hanya memanfaatkanku untuk mendekati Itachi. Sepertinya kau juga sudah mulai berhasil menarik perhatian baka aniki. Tanpa kejadian tadi sore di taman pun aniki sudah mulai memberikan tanda-tanda ketertarikannya. Senyuman menjijikkannya tadi pagi seperti anak muda yang baru saja jatuh cinta. Ku pikir ia akan pergi kencan dengan tunangannya, Hana-nee, tetapi ternyata gadis ajaib sepertimu yang membuatnya terlihat seperti idiot. Sayangnya aku takkan mengalah begitu saja, Sakura. Aku takkan melepaskanmu. Kau mempertaruhkan hal yang paling berharga dalam hidupku.

.

.

Sasuke telah men-skip sekolahnya sehari. Ia butuh waktu untuk mempersiapkan dirinya bertemu dengan Sakura. Pacarnya itu bukanlah gadis biasa yang bisa ia hadapi tanpa rencana yang matang. Salah-salah ia sendiri yang akan terjatuh kembali pada permainan sang kekasih.

Pagi ini Sasuke bangun pagi-pagi sekali dan buru-buru berangkat ke sekolah. Bahkan Itachi masih mengucek matanya sambil menguap lebar ketika Sasuke menggedor pintu kamarnya. "Kenapa kau baka Otouto! Kau menggangu mimpi indahku!" Itachi mendengus kesal. "Aku pinjam mobilmu, Aniki!" Tanpa menunggu persetujuan dari sang kakak, Sasuke langsung masuk kamar dan mengambil kunci mobil kakaknya. "Arigato baka aniki! Ja ne!" Sasuke langsung melesat pergi. Itachi bingung.

Dengan menggunakan porche milik kakaknya, sampailah Sasuke di halaman rumah keluarga Haruno. Sasuke dengan sabar menunggu si merah muda keluar rumah. Sepertinya demi sang gadis, Sasuke akan banyak melakukan pengorbanan.

Tepat jam 6.30, Sakura terlihat keluar dari rumahnya. Fokus Sakura langsung mengarah ke porche hitam yang terparkir di halaman rumahnya. Sakura tahu benar siapa pemilik mobil mewah itu. Wajahnya merona membayangkan sang pujaan hati dengan romantis membukakan pintu mobil untuknya. Dari dalam mobil, Sasuke bisa melihat Sakura tersenyum gaje. "Hari ini kau akan mendapatkan banyak kejutan, sayang!" Desis Sasuke sambil menyeringai tampan.

Melihat Sakura sudah semakin mendekat ke mobilnya, Sasuke keluar dan menyapanya. Sakura hanya tersenyum cangung melihat rambut ayam yang keluar dari mobil Itachi. "Kenapa? Kau tak senang melihatku?" Ucap Sasuke dengan ekspresi datarnya. "Bukan begitu! Aku hanya heran kau datang ke sini sepagi ini!" Mimik wajah Sakura sedikit berubah, tetapi gadis itu cepat mengendalikan dirinya. Sakura heran melihat Sasuke pagi-pagi buta menyambangi rumahnya. Ini bukan mimpi kan? Kalaupun ini adalah mimpi, kenapa harus Sasuke yang ada di dalam mimpinya. Pasti ini adalah mimpi buruk. Inner Sakura berteriak tak terima.

Sasuke menarik pergelangan tangan Sakura, membukakan pintu mobil dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil. "Tentu saja menjemput kekasihku!" jawabnya singkat. Sakura mengernyitkan matanya, butuh waktu lebih dari 3 detik bagi Sakura untuk mencerna kalimat Sasuke. Dia underline. Italic, dan bold dua kata jemput dan kekasih. Oh, apakah Sasuke salah makan tadi pagi? Bagaimana mungkin ia bisa berubah sedrastis ini. Kemana Sasuke yang datar dan sombong itu. Apakah ini semua karena Itachi memarahinya dan menyuruhnya untuk menjadi pacar yang baik. Sepertinya tidak mungkin, Sasuke bukan tipe orang yang mudah mengikuti saran dari orang lain, apalagi kalau itu dari Itachi yang notabenenya kakak adik yang sering berdebat.

Sasuke mengemudikan mobilnya dengan santai sambil menikmati ekspresi bodoh Sakura yang sedang hanyut dalam lamunan dan self talkingnya. "Ternyata saat berekspresi seperti ini kau terlihat sangat polos dan manis!" Batin Sasuke tulus memuji sang kekasih. What? Kembali di-underline. Italic, dan bold kata manis yang muncul di pikiran Sasuke.

Sentuhan tangan Sasuke di pipi mulus Sakura membangunkan gadis musim semi itu dari lamunannya. Ia kaget dan reflek menyingkirkan jari-jari tangan Sasuke.

"Kita sudah sampai sekolah, Sayang! Jangan terlalu banyak melamun!" Sasuke mengusap lembut rambut merah muda kekasihnya itu. Mendengar Sasuke mengucapkan kata 'sayang' membuat Sakura mual ingin memuntahkan seluruh isi di dalam perutnya. Sakura menatap heran kelakuan absurd adik Uchiha Itachi pria pujaan hatinya itu.

Tak hanya sampai di situ saja kelakuan aneh bungsu Uchiha itu, bahkan lelaki tampan yang mendapat julukan Ice prince itu membukakan pintu mobil untuk Sakura dan menggandeng tangannya menuju kelas. Tentu saja mengundang atensi orang-orang di sekitarnya terutama para fangirl Sasuke. Mereka berteriak-teriak mengumpat dan menolak hubungan mereka. "Sasuke! Kenapa kau menggandeng tangan gadis yuri itu!" Karin sebagai salah satu fangirl Sasuke merasa sangat iri dan tidak terima melihat perlakuan manis dan mesra Sasuke kepada gadis Haruno tersebut. Bahkan terhadap Hinata yang kemarin ia dekati pun Sasuke terlihat datar ketika berjalan bersama.

Sasuke menghentikan langkahnya merasa kurang suka mendengar bait kalimat Karin. "Dia bukan yuri, dia gadis normal, karena dia adalah kekasihku!" Ucap Sasuke dengan nada Sarkastik. Sasuke tak terima pacarnya dianggap abnormal oleh orang lain. Walapun pada awalnya ia juga sempat mempertanyakan orientasi seksual Sakura.

"Kami tidak percaya itu Sasuke, dia pasti hanya barang taruhan dan mainan baru kalian, kau adalah milik kami bersama!" Kalimat para fangirl Sasuke semakin pedas saja. Sakura kesal dengan penghinaan kepadanya, selain disebut yuri dirinya juga dianggap sebagai barang mainan Sasuke, memangnya siapa si rambut ayam itu berani-beraninya mempermainkan dirinya. Melihat aura kemarahan di wajah Sakura, Sasuke tersenyum menyeringai. Ia tarik tengkuk Sakura dan dihisapnya bibir kissable dengan aroma cherry itu.

"Kalian sudah percaya kalau dia itu benar-benar kekasihku kan? Kalau ada yang berani menghina dan mengganggu gadisku akan berurusan denganku!" Sasuke terlihat serius dengan ekspresinya itu. Sakura yang tadinya ingin marah perihal ciuman sepihak itu mendadak sedikit merona mendengarnya.

Mereka berdua melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Sakura tak lagi menggubris umpatan kekesalan dari para fangirl Sasuke. Pikirannya malah dipenuhi bayangan ciuman frontal yang dilakukan Sasuke kepadanya. Ekor mata Sakura melirik Sasuke. "Ada apa, sayang? Kau kurang puas dengan ciuman kita tadi? Kita lanjutkan nanti saat istirahat di atap sekolah!" Merasa diperhatikan Sasuke membuka suaranya.

"Bukan masalah itu! Bukankah kau tak mau orang lain tahu kalau aku ini pacarmu karena takut akan mengacaukan taruhanmu!" Sakura masih tak percaya Sasuke akan membongkar hubungan mereka di hadapan teman-teman sekolahnya, terutama para fangirlnya.

"Oh, saat itu aku khawatir kalau kau tak serius padaku, tapi seminggu ini kau membuktikannya, sayang! Lagi pula aku sudah tak tertarik dengan taruhan wanita lagi, karena aku sudah memilikimu!" Sasuke mengerling ke arah Sakura sambil memegang kedua bahu mungil Sakura. Oh, sejak kapan Sasuke belajar menggombal seperti itu, semoga jantung Sakura baik-baik saja setelah ini.

"Bagaimana dengan Hinata? Sepertinya kalian terlihat sangat romantis akhir-akhir ini!" Sakura meledek dengan nada menyindir. "Hm, syukurlah kalau kau cemburu. Aku sangat senang mendengarnya. Aku tak serius soal itu, hanya untuk mengerjai dobe saja. Dia sangat menyukai Hinata!" Sasuke tertawa kecil seolah tanpa dosa lalu merangkul pinggang Sakura dan kembali berjalan menyusuri koridor kelas.

Sejak hari itu Sasuke terlihat selalu menempel pada Sakura, seakan tak memberikan ruang gerak yang leluasa pada gadis musim semi itu. Dari pagi hari ketika matahari masih di ufuk timur hingga ketika sang surya sudah tenggelam dan digantikan oleh rembulan, Sasuke enggan melepaskan gadis itu dari pandangan matanya. Tatapan mode sharingannya itu selalu membuat para lelaki keki dan takut untuk sekedar melirik ke arah Sakura. Walau terkadang sikap posesifnya itu bisa membuat Sakura merasa tersanjung. Bayangkan saja, di luar sana begitu banyak gadis dan wanita yang mengelu-elukan nama Sasuke dan berharap bisa sekedar berbicara saja dengan lelaki yang terkenal irit bicara itu. Sementara dirinya bisa leluasa dengan mudahnya seharian penuh bersama pria tampan itu, menyuruhnya melakukan apa saja yang diinginkannya seakan lelaki itu yang mengemis cinta padanya.

Namun yang menjadi tanda tanya besar bagi Sakura hingga saat ini adalah apa yang membuat pria Uchiha itu berubah drastis seperti ini. Seolah seperti makhluk yang kehilangan rohnya, kemana perginya Uchiha yang dingin dan arogan itu? Ataukah mungkin terjadi kerusakan pada sel-sel neuronnya sehingga menyebabkan pemuda tampan itu menjadi idiot yang tergila-gila pada Sakura dan mengekorinya setiap saat.

.

.

Sakura tengah menikmati waktu luangnya menonton drama korea, acara favoritnya di televisi. Ia telah mematikan smartphonenya dari gangguan teror si rambut ayam demi bisa berkonsenterasi menikmati setiap adegan yang telah menjadi inspirasinya dalam membuat trik untuk merebut perhatian sang pria idaman, Uchiha Itachi. Konsenterasinya sesaat buyar ketika mendengar bel di pintu rumahnya mengalun keras.

"Ck, mengganggu saja!" desisnya kesal. Dengan malas Sakura beranjak dari duduknya dan membukakan pintu. Dengusannya seketika berubah menjadi senyuman manis yang bahkan lebih manis dari gula atau madu. "Itachi-ni!" Rasanya seperti mimpi baginya melihat pria tampan yang sangat ia rindukan itu tengah berdiri di hadapannya. "Saso-nii mungkin sebentar lagi pulang!" Sakura kemudian mempersilahkan Itachi masuk dan sedikit merapatkan pintu rumahnya walau innernya ingin sekali mengunci dan mengurung Itachi berdua di dalam rumahnya.

"Sakura.. Maafkan soal kejadian waktu itu! Aku benar-benar hilang kendali!" Itachi menjambak rambutnya memulai percakapan serius diantara mereka.

"Tak apa Itachi-ni, justru aku harus berterima kasih padamu, kau membuatku lebih tenang saat itu, seharusnya aku yang meminta maaf padamu karena membuat Hana-nee salah paham dan marah padamu!" Sakura membuat ekspresi sendu melow-melow persis seperti yang peran aktris antagonis lakukan di drama korea yang sedang ia tonton tadi. "Ku rasa Hana sedikit kekanakan menyikapinya, tenanglah semua akan baik-baik saja!" Itachi semakin membesarkan hati Sakura. "Yosh.. Tinggal sedikit lagi, my prince!" Inner Sakura menyeringai dan tertawa nista.

Sakura sangat senang bisa kembali berduaan dengan lelaki pujaan hatinya. Sudah hampir seminggu Sasuke selalu memonopoli dirinya dan selalu pulang larut sehingga tak bisa bertemu dengan Itachi. Beruntunglah hari ini dia mengatakan kalau dirinya kurang enak badan sehingga Sasuke mengantarkannya pulang lebih cepat. Sungguh ironis rasanya mencoba menghindari pacar di kehidupan nyatanya demi bersama pujaan hati yang hanya menjadi kekasih di alam mimpinya saja.

Sakura melirik malas ke arah pintu rumahnya bergeser. Oniichan telah pulang, pikirnya. Padahal ia masih ingin berlama-lama berduaan dengan pria yang ia anggap sebagai suami masa depannya itu. Tebakan Sakura meleset, bukan sosok pria baby face dengan rambut merah yang muncul, tetapi lelaki yang ia sebut sebagai ayam dan tak lain adalah pacar di kehidupan nyatanya. "Oh, Sasuke! Kau benar-benar tak bisa membuat hidupku senang walau hanya sebentar!" Batin Sakura berteriak.

"Tadaima!" Sasuke melangkahkan kakinya dengan semangat menghampiri kekasih merah jambunya. "Kau bertingkah seolah sebagai pemilik rumah saja, Sasuke!" Sakura megerucutkan bibirnya kesal dengan candaan Sasuke yang tidak lucu itu. "Aku hanya berlatih, sayang.. Bukankah cepat atau lambat aku akan menjadi menantu Haruno.. Kau harus terbiasa menyambutku!" Sasuke melebarkan senyumannya, sangat OOC memang tapi ia terlihat semakin tampan.

"Ehm..!" Interupsi Itachi yang merasa tidak dianggap keberadaannya serasa dunia hanya milik mereka berdua dan yang lain numpang.

"Oh, baka aniki! Kenapa kau ada di sini?" Dasar adik kundang, tak sadarkah kalimatnya barusan sangat menohok hati kakak tercintanya itu. "Tentu saja menemui Sasori, kau lupa kalau kami adalah patner abadi dalam setiap tugas di kelas arsitek?" Itachi mejawabnya dengan bangga.

"Sasori dan Kisame sudah 2 jam menunggumu di rumah! Cepat pulang dan temui pasangan yaoi mu itu sebelum mereka menghabiskan stok cemilan di kulkas!"

"Kenapa mereka tidak meneleponku?" Desis Itachi yang masih bisa didengar oleh telinga ultra Sasuke. "Jawabannya adalah kenapa kau tak mengangkat teleponmu, baka aniki! Cepatlah kau segera pulang! Jangan ganggu acaraku bersama gadisku!" Sasuke menyeringai licik ke arah Itachi. "Apa yang akan kau lakukan padanya? Aku adalah kakakmu dan juga teman kakak Sakura! Aku tak akan membiarkanmu melakukan hal-hal buruk padanya!" Itachi khawatir Sasuke akan melakukan hal-hal yang iya-iya kepada Sakura. Entahlah inner Itachi sedikit tidak rela membiarkan Sakura hanya berduaan dengan Sasuke.

"Kau terlalu berisik aniki! Cepatlah pulang!" Sasuke mendorong punggung kakak sulungnya itu hingga sampai ke teras rumah, segera menutup pintu dan segera menguncinya dari dalam. "Hei! Buka pintunya baka otouto!" Masih terdengar pelan suara Itachi yang menggedor-gedor pintu. Sasuke tersenyum dan menyeringai.

"Let's start the game, Aniki!"

TBC

Ampuni saya readers.. kenapa jadi ada slight hot ItaSakunya.. ini kan fic SasuSaku.. tapi demi tuntutan skenario apa boleh buat.. semoga ga menyurutkan niat reader buat tetep baca n ngikutin fic ini

Arigato… #ngebungkukin badan

Thanks buat yang udah kasih Review.. mwah.. ^^

Itachan: wah, udah ketebak dari awal sama itachan ya :D Gomen aku jahat sama Hinata..

Guest : Ahahaha, Hinata belum muncul lagi d chapt 2

Zeedezly: Udah ku PM ya say, semoga chapt 2 ga lg membingungkan

Guest : Guest-san emang eike over lebaiii :D genre nya drama jadi eike dramatisirin dikit lah :D maf ya kalo ga suka ceritanya.. arigato udah review..

Dika: arigato sangat buat revisinya. Iya nih author kdg krg teliti.. Sakinya harus acting biar ga ketauan modusnya.. #kebanyakan nonton drama hohohoh

Luca: iya, udh ketebak ya :D yup sasuke yang liat dan udah tau klo dimanfaatin

Saver: sip, ini udh di next.

Pecinta ff unyu: Gomen pecinta-san, kurang menarik ya… nanti aku pasti terus belajar biar bisa menarik pecinta-san #blushing

Meichan sista: mwahhh… thank for cheering me up n always support me..

Yuri : hehehe cinta segitiga emang demenan aku say :D makanya dibuat fic ini :D

Tisha: ini dah lanjut cint..

Hana: ini ku update say..

Arigato tmn2, para senpai buat semua saran, review n revisinya.. semoga ga bosen buat read n review di chapter2 selanjutnya..

With Love

KEI..

01112015