Not Mainstream

DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Adventure dan Family

Rating : T

WARNING : No YAOI, No shounen ai, murni straight, bertebaran typo, gaje, smart_Naru, Canon dan bashing beberapa chara.

Author Note : Maaf jika updatenya molor pakai banget. Feelnya ilang. Alurnya juga lupa nyimpannya dimana, jadi aku bikin alur yang baru. Endingnya sedikit melenceng dari alur awal yang Ai buat. Chapter 11 ada sedikit perbaikan, karena ada yang ganjil.

Kan banyak member Akatsuki yang tewas, kok bisa ngumpulin bijuu?

Saat proses pengumpulan bijuu, member Akatsuki yang tewas baru Deidara. Hidan dan Kakuzu tewas setelah berhasil menangkap jinchuuriki Nibi. Kisame tewas setelah gagal menangkap jinchuuriki Ichibi, tapi Sanbi, Gobi dan Yonbi berhasil ia tangkap. Sedangkan, Tobi, Konan dan Nagato masing-masing sukses dengan misinya masing-masing. Tinggal Ichibi dan Kyuubi yang belum.

Alurnya terlalu cepat seperti shinkansen di Jepang?

Menurutku tidak. Malah menurut rencana awal, setelah Minato mati, Ai mau langsung lompat saat Naruto berumur 16 tahun dan Gaara sudah ditangkap. Tapi, Ai ubah di tengah jalan karena Ai pikir nanti feel friendship antara SasuNaru, ItaShisuiKakashi jadi kurang terlihat. Dan, yang utama kegeniusan Shisui dalam memerintah Konoha nanti malah tidak terekspos. Padahal kan itu salah satu sisi menarik dari fanfic ini.

Terima kasih Ai ucapkan untuk para reader yang telah berkenan meninggalkan jejak di kotak review, memfollow, dan memfav fic gaje ini yang tidak bisa Ai sebutkan satu per satu. Maaf Ai tidak bisa membalas semuanya. Arigatou Gozaimasu. /(_)\

Don't Like Don't Read

Chapter Twelve

Teror Akatsuki

Di Markas Akatsuki

"Kisame sudah tewas," kata Zetsu. "Ia mati dimakan hiu summonnya sendiri karena tak ingin rahasia kita bocor ke tangan musuh," Laporan lebih lengkapnya.

"Jadi, ia gagal menangkap Ichibi?" simpul Pain.

"Ya dan jinchuuriki Ichibi sekarang sudah tidak tinggal di Suna, melainkan di Konoha."

"Konoha? Kenapa ia justru tinggal di Konoha? Bukannya ia seorang kazekage?" tanya Konan pada Zetsu.

"Itu salah satu isi perjanjian damai Suna-Konoha pasca Suna gagal menginvasi Konoha 4 tahun yang lalu. Gaara sebagai jinchuuriki Ichibi jadi jaminannya. Dengan kata lain, Gaara adalah tawanan perang Konoha."

"Cerdik seperti biasanya," komentar Konan.

"Tentu saja. Kalau tidak cerdik, tidak mungkin ia terpilih sebagai hokage." Celetuk Tobi. Pain, Konan dan Zetsu refleks menoleh padanya. "Apa?" tanya Tobi begitu menyadari tatapan penuh arti para partner crimenya.

Ketiganya melengos, pura-pura tidak dengar. "Bukan apa-apa," jawab Pain akhirnya, mewakili Konan dan Zetsu.

Meski bilang tidak apa-apa, sebetulnya dalam hati mereka ada apa-apanya. 'Aku tidak salah dengar kan tadi? Tobi kok terdengar cemburu ya? Jangan-jangan si Tobi ini memiliki obsesi menjadi hokage? Terus, karena tidak kesampaian, visi hidupnya pun beralih jadi si pembenci hokage no 1.' Tuduh mereka dalam hati.

Dari semua hokage yang pernah memerintah Konoha, Tobi sukses membuat masalah dengan 3 diantaranya. Yang satu dipaksa mati (Yondaime hokage), satunya lagi diadu domba dengan rekan setimnya hingga tewas (Sandaime hokage), sisanya dibuat sekarat (Godaime hokage). Itu prestasi yang luar biasa. Belum ada lho yang bisa menyamai prestasi Tobi. Madara mah kalah. Danzo? Ugh lewat dech. Orochimaru? Ups maaf, di fanfic ini ia tidak punya masalah dengan Konoha.

BTS (Back To Story), abaikan yang tadi.

"Jadi? Kita kembali ke rencana awal? Menginvasi Konoha? Lagi?" Pain yang bicara. Nada suaranya terdengar datar. Tak ada rasa takut sedikit pun. Ia tak perduli dengan Konoha. Ia tak perduli dengan Uchiha. Uchiha yang manapun. Dan, jelas ia tak perduli dengan anak mendiang Yondaime yang kini naik pangkat jadi saudara seperguruannya, sama-sama murid Jiraiya.

Memang, apanya yang harus ia takuti dari Uchiha? Ia punya rinnegan, doujutsu yang levelnya lebih tinggi dari sharingannya Uchiha. Ia sudah setengah jalan menjadi Rikudou Sennin yang kedua. Selain itu, di sini pun ada Uchiha. Tinggal suruh Uchiha ini saja yang maju. Dia kan kuat. Ia tercatat berhasil membunuh hampir semua pemakai sharingan yang rerata sudah jounin dan Chuunin, mengendalikan Kyuubi, meratakan separuh Konoha, dan hal-hal keji lainnya. Kurang apalagi coba?

"Itu tidak perlu," tukas Tobi. "Aku tahu kita mampu, tapi ongkos yang harus kita bayar tidak setimpal dengan hasilnya. Ingat! Tugas kita bukan hanya menangkap para jinchuuriki, tapi juga mengekstrak bijuunya ke dalam Gedomazo. Itu bukan tugas mudah, khususnya dengan anggota yang hanya berjumlah empat orang." Tambahnya saat Pain berniat membantah.

'Masuk akal,' pikir Konan. Ia juga tak mau kondisi Nagato kian parah karena memaksakan diri. "Lalu? Apa rencanamu?" tanya Konan.

"Kendalikan para tetua Suna dan lalu paksa Gaara untuk kembali ke Suna," Tobi membeberkan rencananya.

"Kita pernah melakukan cara yang sama dan gagal." Tolak Pain menekankan pada kata sama dan gagal.

"Gunakan otakmu, Pain! Timingnya kali ini tepat, bersamaan dengan undangan pertemuan kelima kage. Suna punya alasan bagus untuk memanggil Gaara kembali, karena Gaara mewakili Suna secara politis di dunia luar. Ia tidak bisa nebeng Konoha begitu saja, meski mereka sudah menjalin aliansi." Cetus Tobi agak kesal dengan ketulalitan Pain. 'Mungkin otaknya sudah rusak. Maklum sudah tua bangka. Sekarat pula.' Hinanya dalam hati.

Pain berfikir. Tobi ada benarnya. Dengan cara ini, mangsa bisa ditangkap lebih mudah tanpa harus menarik perhatian yang tidak perlu. Dengan demikian, mereka punya waktu lebih longgar untuk mengekstrak para bijuu yang sudah mereka tangkap. Kalaupun ketahuan, saat itu semuanya sudah sangat terlambat. "Nice idea," puji Pain.

"Aku Uchiha," kata Tobi seakan itu menjawab semuanya.

Pain dan Konan mendengus dalam hati. 'Dasar penjahat megalomaniak. Di saat begini pun, ia masih saja membanggakan klannya,' pikir keduanya sebal.

Ketiganya lalu menghilang dari ruang pertemuan, pergi ke ruangan-ruangan pribadi milik mereka. Pain istirahat karena Nagato yang mengendalikannya memilih untuk istirahat. Ia butuh istirahat untuk memulihkan stamina dan cakranya. Konan dan Zetsu memeriksa persiapan untuk ritual pengekstrakan para bijuu. Tobi? Ia sedang mempersiapkan diri untuk menggenjutsu para shinobi Suna.

SKIP TIME

Di saat Akatsuki sedang merencanakan penangkapan Ichibi, di apartemennya yang sempit, Naruto tengah kedatangan tamu istimewa yakni Fukatsu-sama, tetua katak dari gunung Myoboku.

"Ada apa kakek ke sini?" tanya Naruto ramah sambil menyuguhkan segelas teh padanya. Gaara dan kedua saudaranya memilih menyingkir sementara waktu untuk memberikan privasi pada Naruto dan tamunya.

Fukatsu memberikan Naruto sebuah gulungan surat. Naruto menerimanya, menimang-nimangnya dengan tatapan penuh tertarik. "Minato memintaku memberikan surat ini padamu begitu terhembus kabar jinchuuriki Ichibi dari Suna diculik. Tapi, ku pikir ada baiknya aku menyerahkan gulungan ini lebih awal karena sudah ada beberapa bijuu yang ditangkap oleh Akatsuki." jelasnya.

Naruto tersentak, baru teringat pesan mendiang ayahnya. Kalau Fukatsu-sama tidak datang hari ini, ia pasti sudah melupakannya. "Aku mengerti dan terima kasih."

"Sama-sama, Naruto. Aku pergi dulu. Terima kasih banyak untuk suguhannya. Lain kali aku yang akan menjamumu,"

Tubuh Naruto mengejang kaku, seakan tersengat arus listrik pendek, membayangkan dirinya dijamu sang tetua katak dengan menu yang euwww dijamin membuat perutnya mual. Refleks, ia menelan ludahnya. Naruto tersenyum canggung, untuk menutupi isi hatinya. "Err.. itu tidak perlu." Kata Naruto membuat kerutan di wajah sang tetua katak itu bertambah. "Maksudku, terima kasih untuk undangannya," tambahnya dengan terburu-buru.

"Aku tahu." Kata Fukatsu-sama sebelum menghilang bersama Gamabunta yang mengawalnya.

Naruto mengusap dahinya yang dipenuhi keringat dingin. "Fiuhh selamat. Tadi nyaris saja," gumamnya sambil menghela nafas lega. Ia bukannya tidak suka dengan keramah tamahan sang guru, tetapi ia ngeri dengan menu jamuannya nanti. Ia tidak mau makan campuran belatung, ulat bulu dan sejenisnya. Tidak lagi. Setahun selama pelatihan Sage mode katak di gunung Myoboku sudah ia anggap cukup. Naruto lalu membuka gulungan surat dari mendiang ayahnya dan membaca isinya.

"Ada apa? Apa yang diinginkan tetua katak itu?" tanya Kankurou begitu ia memasuki ruangan dan Naruto sudah memusnahkan suratnya.

"Ooh, ia ingin mengajakku berlatih,"

Dahi Kankurou mengerut samar. "Lagi? Bukannya kau baru saja kembali setelah menjalani pelatihan berat bersama mereka?"

"Sebetulnya pelatihanku belum selesai. Jiraiya-sensei tiba-tiba memanggilku dan memintaku membantunya,"

"Ooh. Jadi? Kau akan pergi?" Nada suaranya terdengar kecewa.

Naruto mengulum senyum. "Iya. Maaf."

"Tidak usah minta maaf. Aku tidak apa-apa kok. Hanya canggung. Soalnya, aku ini tipe orang yang sulit bersosialisasi." Kankurou beralasan. "Tapi, aku bisa mengatasinya." Hiburnya membesarkan hati Naruto. "Ku rasa," imbuhnya sedikit menegasikan kalimat sebelumnya.

Naruto kembali tersenyum canggung, tidak enak hati pada Kankurou dan saudaranya. Secara tidak langsung kan, ia ngusir mereka dari rumahnya. "Aku akan berangkat besok."

"Hm." Gumam Kankurou. Ia tak tahu harus berkomentar apa. Ramah tamah salah satu kelebihannya.

Naruto semakin tidak enak hati. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sekedar untuk mengusir kecanggungan. "Kau bisa tinggal di sini selama kau di Konoha. Anggap saja rumah sendiri,"

"Hm.." Lagi-lagi, Kankurou hanya bergumam.

Naruto kian dibebani rasa bersalah. Ia pun mengambil sesuatu yang tersimpan di balik bajunya. Itu adalah sebuah kalung yang terbuat dari campuran besi dan tembaga. Sebuah botol kecil terhubung dengan rantai kalung, sebagai pengganti liontin. "Ambillah ini!" katanya dan meletakkannya pada telapak tangan Kankurou.

Alis Kankurou mencuat ke atas, bertanya dalam bahasa isyarat. "Ini adalah nectar bunga lily. Kemampuannya sangat luar biasa. Ia bisa mengobati berbagai macam luka dan menawarkan segala jenis racun. Konon, ia bahkan bisa memanggil jiwa yang pergi melintasi sungai Yamatai. Karena itulah, bunga ini dinamakan bunga keabadian. Banyak yang berlomba-lomba ingin mendapatkannya."

Kankurou melotot karena terkejut. Mulutnya terperangah tidak percaya. Masak Naruto memberikan benda seberharga itu padanya, sosok yang masih asing dalam hidup Naruto. Ia mengulurkan benda itu lagi pada Naruto, begitu ia berhasil menguasai dirinya sendiri. "Aku tak bisa menerimanya. Aku tak pantas menerima ini, Naruto,"

"Justru karena ini berharga, makanya itu aku memberikan ini padamu." Naruto tetap bersikukuh menyerahkan nectar itu pada Kankurou. Sebaliknya, Konkurou pun bersikukuh menolaknya. "Anggap saja sebagai tanda persahabatan." Rayunya.

"Kenapa kau memberikannya padaku? Aku ini bukan sahabat karibmu. Aku hanyalah orang asing. Aku bahkan berasal dari Suna, desa yang pernah menginvasi desamu. Dengan kata lain, aku ini musuhmu," katanya mencoba mengelak.

"Karena aku ingin dan aku mau kau memilikinya. Ku mohon simpanlah. Suatu saat nanti, benda ini pasti berguna untukmu dan kau akan bersyukur karena memilikinya. Please?" Kankurou dengan keras kepala menggelengkan kepalanya. "Anggap saja sebagai tanda persahabatan kita,"

"Terserah kaulah," ujar Kankurou pasrah, akhirnya mengalah. "Sebagai gantinya, terimalah ini. Ini tidaklah seberharga milikmu, tapi ini barang kesayanganku," katanya lagi sambil memberikan sebuah kantung berisi entah apa, tapi baunya harum sekali dan Naruto merasa damai setelah menghirupnya. "Ini buatan mendiang ibuku untukku beberapa minggu sebelum beliau meninggal,"

"K-k-k..?"

Entah apa yang mau dikatakan Naruto, tapi Kankurou sudah memotongnya. "Aku tidak menerima penolakan," Ia tersenyum lebar, sangat lebar untuk ukurannya. Maklum, Kankurou ini bukanlah tipe orang yang mudah tersenyum, khususnya pada orang yang masih asing dan baru dikenalnya seperti Naruto. "Sekarang kita impas," imbuhnya berpuas diri.

Naruto tersenyum dan menyimpang kantung pemberian Kankorau dalam kantung serba gunanya, tanda mata dari sahabat barunya.

Sebulan kemudian, usai Naruto pergi pulau Kura-kura untuk berlatih, Gaara dan dua orang saudaranya kembali ke Suna

Gaara, Temari, dan Kankurou tiba di Suna dengan selamat. Tak ada halangan yang berarti seperti yang dikhawatirkan Shisui. Sebelumnya, Shisui sempat menolak permintaan mereka saat mereka minta ijin kembali ke Suna untuk keperluan pertemuan kelima kage nanti. Ia takut rombongan Gaara dihadang oleh Akatsuki dalam perjalanan pulang ke Suna. Namun, pihak Suna ngotot. Shisui akhirnya mengalah dengan catatan Gaara harus dikawal ketat. Karena itulah, ia mengirim tim 10 untuk mengawalnya.

Gaara menyuruh tim 10 yang dipimpin oleh Maito Guy ini beristirahat di rumahnya. Ia dan kedua saudaranya sendiri akan langsung ke kantor untuk pertemuan penting dengan para anggota dewan. Ketiganya hanya punya waktu 30 menit untuk beristirahat sebelum rapat.

Begitu sampai di rumah Gaara, Neji langsung ambruk di atas ranjang karena kelelahan. Badai gurun yang berlangsung selama seminggu penuh telah membuat staminanya drop. Begitu pula dengan Tenten. Maito Guy sendiri memilih duduk sambil menikmati secangkir teh hangat. Ia pun sama kelelahannya dengan Neji dan Tenten. Hanya Lee yang masih bersemangat.

Dengan semangat, Lee memulai petualangannya. Ia berkeliling, mengamati aktivitas sehari-hari penduduk Suna. Tidak ada yang aneh. Mereka beraktivitas seperti biasanya. Ada yang berjual beli, ada yang ngobrol dengan teman dan tetangga, dan ada yang mengantar anaknya ke sekolah. Hanya saja, entah mengapa, instingnya mengatakan ada yang aneh. Ada yang berbeda dengan mereka. Namun, Lee menepisnya dan kembali melanjutkan acara jalan-jalan santainya.

Saat Lee berbelok, diantara dua rumah penduduk Suna yang lumayan sepi, ia disergap seseorang. Karena terkejut dan tidak siap, ia berhasil diringkus dengan mudah. Lee tidak memberikan perlawanan yang berarti. Lalu, ia dimasukkan ke dalam karung terigu oleh seseorang dalam kondisi pingsan.

Nasib Neji, Tenten, dan Guy tidak lebih baik. Byakugannya memang sempat memberinya peringatan awal. Namun, dengan staminanya yang kurang, ia pun berhasil dilumpuhkan menyusul Tenten yang sudah terkapar di lantai tidak berdaya. Guy guru mereka sempat melawan. Namun, ia pun kalah karena kalah jumlah dan kalah persiapan. Tim 10 berhasil ditekuk.

Gaara resah di atas kursinya. Jadenya menatap resah pada pemandangan desa di bawah kantornya. Feelingnya mengatakan ada sesuatu yang buruk yang menimpa pada rakyatnya. Tepat saat para petinggi dan tetua datang di ruang rapatlah, ia baru menyadari apa yang salah. 'Sial,' batinnya dalam hati.

Gaara lari dari kejaran. Ia bukannya takut kalah, namun karena tak ingin membuat rakyatnya (penduduk sipil juga bergabung dengan para shinobi untuk mengejar Gaara) terluka. Selama ini, ia berlatih agar jadi shinobi yang kuat untuk melindungi Suna. Tapi kini, hari ini, kemampuannya justru ia gunakan untuk bertarung dengan shinobi-shinobi dari desanya sendiri. Ini miris.

Dalam satu lirikan, ia berhasil melihat kedua kakaknya yang mulai kepayahan dikepung oleh puluhan orang. Meski demikian, keduanya tetap bertahan, berusaha untuk hanya melumpuhkan karen bagaimana pun lawan mereka adalah penduduk Suna sendiri. Lalu, ia mendengar teriakan kakak laki-lakinya sebelum tersungkur, ambruk ke tanah dengan bersimbah darah. Di tempat lain, kakak perempuannya pun berhasil dibekuk dan akan dibunuh dengan kunai oleh shinobi berambut panjang sebahu berwarna Cokelat gelap. Gaara dengan pasirnya mati-matian melindungi kakaknya. Temari selamat, tapi dia tidak.

Terlalu sibuk melindungi kedua kakaknya, membuatnya lengah. Salah satu shinobi Suna berhasil menikam punggung Gaara dengan kunai hingga terbenam sepenuhnya. Tidak sampai membuat Gaara mati, namun merobohkan pertahanan absolute Gaara. Ia kini dikepung dari segala penjuru. Gaara terengah-engah menahan sakit. Wajahnya memperlihatkan kesedihan yang amat dalam, memikirkan nasib kedua kakaknya dan penduduk Suna sepeninggalnya.

Dengan sisa-sisa cakarnya, ia berusaha menyelamatkan kedua kakaknya. Lalu, muncullah bayangan hitam, membawa kedua kakaknya pergi. Tak ada satu pun yang menyadarinya selain Gaara, karena perhatian mereka sepenuhnya terfokus pada Gaara. Harapan membuncah dalam dadanya. "Kankurou-nii. Temari-nee. Bertahanlah! Kalian harus selamat. Harus…" katanya sebelum kesadaran meninggalkannya.

Begitu Gaara ambruk, sebuah makhluk, hasil persilangan antara manusia dengan tanaman Venus, ups sorry maksudnya Zetsu muncul dari dalam tanah. Ia berjalan perlahan seperti cacing yang sedang merayap, mendekati Gaara. Ia lalu membawa tubuh Gaara yang sudah tak sadarkan diri pergi dan membiarkan para penduduk Suna tetap dalam kondisi linglung seperti boneka.

SKIP TIME

Di saat Gaara ditangkap Akatsuki, Naruto sedang berlatih di Pulau Kura-Kura. Sebelumnya, ia meminta ijin terlebih dahulu pada pihak Kumogakure agar tak dianggap sebagai penyusup atau mata-mata. Kumogakure bersedia memberi ijin, dengan barter informasi tentang Akatsuki yang telah menangkap jinchuuriki Hachibi dari Kumogakure yang juga merupakan adik angkat Raikage saat itu.

Dalam berlatih, Naruto tidak seorang diri. Ia ditemani oleh Yamato, satu-satunya shinobi Konoha yang punya elemen kayu serta Jiraiya, guru Naruto sendiri. Naruto sudah memberitahu Shisui mengenai jati dirinya, karena itulah ia menyertakan Yamato sebagai anggota rombongan. Yamato akan bertindak jika Naruto kehilangan kendali, sedangkan Jiraiya yang akan membimbingnya selama latihan.

Naruto berlatih sesuai dengan menu latihan yang diberikan ayahnya dalam lembaran suratnya. Awalnya, Naruto harus bisa melewati Air Terjun Kebenaran yang menutupi kuil tempat ia akan melatih Bijuu-modenya nanti. Ia bermeditasi berhari-hari di tempat itu hingga dua minggu penuh di atas sebuah batu yang menyembul di atas genangan air dan menghadap langsung pada air terjun itu. Saat bermeditasi itulah, Naruto bertemu dengan Dark Naruto, sosok yang mempresentasikan sisi jahat atau gelap yang ada dalam diri Naruto.

Naruto berusaha keras mengalahkan Dark Naruto, karena itu adalah syarat mutlak untuk bisa mengendalikan Bijuu. Itu bukan perkara mudah. Konon, mengalahkan diri sendiri, tabiat dan sifat jelek kita sendiri itu lebih sulit daripada mengalahkan musuh manapun, karena lawan kita ya kita sendiri. Dark Naruto memiliki teknik yang sama dengannya. Bedanya hanya pada emosinya saja. Jika Naruto gabungan emosi positif dan negatif, sedangkan Dark Naruto hanya memiliki emosi negative saja. Namun, akhirnya dengan hati yang lapang, menerima keberadaan Dark Naruto dan menghargai eksistensinya, Naruto berhasil juga mengalahkannya.

Sekarang, Naruto masuk dalam tahapan selanjutnya, yakni bertarung dengan Kyuubi. Naruto masuk ke dalam ruangan di balik air terjun Kebenaran. Deretan patung tanpa kepala menyapa indera penglihatannya, begitu ia menapakkan kakinya ke dalam kuil, membuat bulu halus di tengakuknya meremang. Ia bertanya-tanya dalam hati, 'Kenapa patung-patung itu tanpa kepala?'

Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya, menepis segala prasangka buruk yang membebani pikirannya. 'Apapun yang terjadi, ia harus bisa menguasai Bijuu-mode,' tekadnya bulat. Naruto berjalan lurus, menghiraukan patung-patung yang membuat nyalinya menciut dan sudah masuk ke dalam ruangan. Ada sebuah patung kepala dengan mulut terbuka lebar menempel di dinding.

"Masukkan kepalamu ke dalam patung itu, Naruto!" kata Jiraiya memberinya intruksi.

Naruto melongok masuk ke dalam mulut patung itu. Di sana ia melihat sebuah tombol. Ia menekannya dan lalu dinding di belakangnya terbuka. Naruto, Jiraiya, dan Yamato masuk ke dalam ruangan tersembunyi itu. Mata Naruto nanar, menatap dinding bercat aneh, campuran putih, krem seperti awan yang melayang-layang di udara, kadang-kadang agak berkilau bercahaya seperti hidup.

"Dari penyelidikan Minato, ini adalah ruangan khusus untuk berkomunikasi dengan Bijuu," jelas Jiraiya.

"Apa bedanya tempat ini dengan tempat yang lainnya? Bukankah tiap jinchuuriki bisa mengunjungi bijuu dimana pun?" tanya Naruto.

"Ini sedikit berbeda. Di tempat ini, meski kau membuka segelmu, bijuu itu tak akan bisa keluar dan mengamuk ke luar kuil. Kuil ini secara otomatis akan mengekang bijuu agar tetap di ruangan ini, sebelum disegel pada jinchuurikinya yang baru karena jinchuuriki sebelumnya tewas saat latihan. Jadi, tempat inilah tempat paling cocok untuk melatih bijuu-modemu."

"Ooo.., lalu aku harus apa?"

"Pejamkan matamu dan lalu bermeditasilah! Masuki alam bawah sadarmu, tempat dimana Kyuubi berada," kata Jiraiya.

Naruto duduk di lantai, karena tempat itu tidak ada perabotan apapun selain dinding yang bercat aneh, diikuti oleh Jiraiya dan Yamato. Ia berkonsentrasi penuh, memasuki alam bawah sadarnya. Saat ia membuka mata, ia sudah berada di ruangan yang di bawahnya digenangi oleh air dan sebuah kandang ukuran raksasa yang di dalamnya ada seekor rubah berukuran gigan berwarna oranye. Ini kali kedua Naruto mengunjungi tempat yang membuat bulu kuduknya meremang.

Kyuubi menegakkan kepalanya, menyambut kedatangan Naruto. Ia menyeringai jahat, memamerkan taring-taringnya yang tajam luar biasa dan matanya yang bengis pada Naruto. "Naruto yo? Nay, mau apa kau kemari? Meminta bantuanku?" tanya Kyuubi terdengar sinis.

Setelah sekian lama Naruto menolak bantuannya, akhirnya datang juga waktunya, bagi Naruto untuk memanfaatkan cakranya. Bocah lugu yang dikenalnya dulu mungkin seiring waktu telah berubah menjadi makhluk hipokrit, baca munafik, yang tamak, dan hanya mengincar cakranya saja.

"Ya dan maafkanku. Aku tak bermaksud memanfaatkanmu, tapi kondisinya saat ini sedang genting. Saudara-saudaranya sudah tertangkap kecuali Ichibi. Aku ingin membebaskan mereka, karena itu aku meminta bantuanmu," jawab Naruto dengan perasaan bersalah.

"Apa urusanku dengan mereka?" dengus Kyuubi egois.

Naruto terdiam. Wajahnya telihat prihatin. "Apa kau tahu kapan kau diciptakan oleh Rikudou sennin?" Kyuubi mendengarkan, menunggu Naruto mengutarakan isi hatinya. "Dulunya, kalian satu tubuh, bernama Juubi. Lalu, Rikudou membelahnya jadi Sembilan, karena ia tahu, di dunia ini tak ada orang yang memiliki kekuatan yang sanggup menahan Juubi,"

Kyuubi masih menyimak. Naruto melanjutkan penjelasannya. "Selain itu, mungkin beliau berfikir, tak baik jika kekuatan sebesar itu dimiliki hanya satu orang. Orang itu lama-kelamaan akan berubah menjadi tamak, zhalim, dan penindas, mengikuti tabiat dasar manusia. Karena itulah, kalian diciptakan."

"Bisakah kau mengatakan intinya saja?" potong Kyuubi yang mulai bosan.

"Orang itu, yang dulu pernah memanfaatkanmu untuk meluluh lantakkan Konoha berniat membangkitkan Juubi untuk kedua kalinya. Dengan kata lain, kau dan semua saudaramu akan kehilangan eksistensi." Kata Naruto sampai pada intinya. "Kedatanganku ke sini untuk meminta bantuanmu, Kyuu. Demi dirimu dan saudara-saudaramu, tolong bantu aku. Aku tak bisa melakukannya sendiri, tapi denganmu, kita pasti bisa."

Kyuubi tampak diam. Ia tengah membuka jaringan komunikasi khusus para Bijuu. Dari sana, ia mendengar raungan Ichibi yang berteriak meminta tolong. Ia bisa merasakan ketakutan dan keputus asaan dari suaranya. Hatinya yang selama ini keras, tertutup oleh kebenciannya pada manusia, akhirnya luluh. Namun, ia masih harus menguji Naruto, apa ia layak mendapat kepercayaannya.

"Kau harus bisa mengalahkanku, Bocah." Kata Kyuubi.

"Mohon petunjuknya," kata Naruto memberi hormat. Tubuhnya melayang ke atas, berdiri tepat di depan kertas bertuliskan huruf fuin untuk menahan Kyuubi tetap di kandangnya. Ia menarik kertasnya dan lalu menjauhkan tubuhnya dari dinding. Ia mengalirkan cakranya pada kelima jarinya. Dari telapak tangannya keluar symbol dan lalu menyebar hingga siku tangannya membentuk gambar kunci. Dengan tangannya yang bebas, ia mengangkat bajunya sebatas dada yang memperlihatkan fuin segel di perutnya, dan lalu menekankan jari-jarinya di atas segel untuk membuka segel.

Segel itu terbuka hampir bersamaan dengan lenyapnya jeruji besi yang menahan Kyuubi. Kyuubi melangkah keluar kandang dan melenguh. Ia menggoyang-goyangkan ekor-ekornya secara bebas, menghasilkan putaran angin kencang yang menerpa tubuh Naruto dan membuatnya terdorong ke belakang. Naruto menahannya dengan kedua tangannya.

Selanjutnya, mereka bertarung. Pertarungan antara Kyuubi dan Naruto berjalan sangat sengit. Jual beli serangan terjadi. Kyuubi bersikap rendah hati. Ia tampak jelas memperlihatkan kekuatannya secara penuh pada Naruto, tidak setengah-setengah untuk membimbingnya.

Kyuubi memang luar biasa. Ia bisa menahan rasengan Naruto hanya dengan kedua ekornya dan mengembalikannya lagi pada Naruto. Tubuh Naruto terdorong ke belakang. Ia berpijak pada ekor Kyuubi untuk menahan tubuhnya dari agar tidak membentur lantai. Namun, ia tak punya waktu untuk beristirahat karena Kyuubi kembali menyerangnya.

Kyuubi meski bertubuh besar, gerakannya lincah. Ia tak mengalami kesulitan menggerak-gerakkan ekornya dan cakarnya untuk menyerang Naruto, membuat si pirang meloncat ke sana kemari untuk menghindari tusukan ekor-ekor Kyuubi dan cakarnya.

Naruto bergerak, berpindah dari ekor Kyuubi yang satu ke ekor yang lain, menjadi ekor Kyuubi layaknya jalanan untuk menghindari tusukan ekor Kyuubi dan sekaligus mendekatinya untuk menarik cakra Kyuubi, memisahkan cakra Kyuubi dari tubuhnya. Naruto mendapat kesempatan bagus. Ia berhasil menjatuhkan tubuh Kyuubi dengan kedua teknik taijutsunya.

Kyuubi meraung marah karena punggungnya membentur lantai. Malu dan sakit membuatnya menyemburkan bijuudamanya pada Naruto. Naruto untunglah berhasil menghindarinya dan menyerangnya balik dengan rasengannya. Tubuh Kyuubi terpaku di lantai, tertahan oleh rasengan Naruto yang berukuran besar.

Naruto lalu menarik cakra Kyuubi. Kyuubi tidak tinggal diam. Ia belum menyerah. Secara diam-diam, ia menyalurkan hawa kebenciannya. Bukan untuk menenggelamkan Naruto dalam lautan kegelapan nan pekat, melainkan untuk mengajari Naruto arti dari kebencian, menerimanya dan lalu menakhlukkannya.

Hanya para penakhluk kebencian yang menurutnya bisa menciptakan perdamaian. Kyuubi tahu, sesungguhnya kekacauan yang terjadi di dunia ini, akibat dari rantai kebencian. Jika rantai itu belum terputus, maka perdamaian tidak akan pernah terwujud.

Naruto yang tercekik oleh kebencian dari Kyuubi, hampir saja terjerat. Hawa kebencian dari orang-orang yang dulu pernah dibunuh Kyuubi merasuki tubuhnya hingga membuat kesadarannya perlahan menghilang. Suara kebencian para penduduk desa, memori pengabaian kedua orang tuanya membayangi benaknya, membuat hatinya terkotori. Tubuhnya perlahan berubah jadi memerah menyerupai warna cakra Kyuubi, tenggelam dalam kebencian Kyuubi. Jiraiya dan Yamato berusaha menyadarkannya, namun suara mereka tak terdengar. Segel Yamato tak bisa berbuat banyak karena semua itu terjadi di alam bawah sadar Naruto.

Untunglah, di saat-saat genting itu, Minato dan ibunya muncul. Mereka berhasil menyelamatkan Naruto dan membawanya ke ruangan dimana Kyuubi tidak ada diantara mereka. Naruto memandang ayahnya penuh rindu. Sekarang, ia mengerti arti dari pesan terakhir ayahnya. Ia betul betul berjumpa lagi dengan ayahnya, meski tidak dalam wujud nyata. "Ayah.." kata Naruto sambil berlari memeluk ayahnya erat. Suaranya lirih hampir menyerupai bisikan, tercekat oleh kerinduan yang mengharu biru dalam dadanya. "Maaf…aku…"

Minato melepaskan pelukan Naruto dan memandang wajah anaknya yang kini sudah mulai memperlihatkan sisi maskulinnya dengan rahang yang mulai terbentuk dan bayangan cambang tipis yang menghiasi dagunya. Safirnya bertemu dengan safir Naruto. "Apa kau pernah menggunakan cakramu sebelumnya?" tanya Minato. Suaranya tegas dan jernih seperti yang terakhir Naruto ingat.

Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak. Sekali pun tidak pernah. Aku hanya mengandalkan aliran Chi-ku, tehnik yang diajarkan oleh ayah. Aku yakin tidak ada yang tahu jika akulah jinchuuriki Kyuubi, kecuali segelintir orang seperti Raikage kelima, Shisui-nii, Jiraiya sensei, dan terakhir Yamato-kaichou." Katanya. "Tapi, pria bertopeng itu tetap meneruskan rencananya, Ayah. Ia tetap menangkapi para bijuu untuk rencana mata bulannya."

Minato menghembuskan nafas panjang. "Aku pikir juga demikian. Orang itu tidak akan menyerah begitu saja. Karena itu, aku membuat rencana ini."

"Ayah tidak marah?"

Minato tersenyum tipis, mengusap kepala anaknya yang sangat dirindukannya. Kini, tak ada yang mengekangnya. Ia bebas untuk menunjukkan rasa sayangnya pada anaknya. "Kenapa marah? Justru aku yang merasa bersalah padamu. Aku telah banyak menyusahkanmu, Naru-chan."

"Huh… Apa boleh buat?" Suaranya bergetar saat mengatakannya. Naruto mengusap air mata yang bercucuran dari matanya. "..aku kan anak Hokage." Imbuhnya setengah bangga setengahnya lagi kesal.

Minato tersenyum simpul. Ia meraih Naruto dalam pelukannya dan menepuk-nepuk punggungnya lembut. "Sekarang, tinggal satu langkah lagi. Kau pasti bisa melakukannya. Ayah percaya padamu." Katanya sebelum menghilang. Cakranya sudah habis.

"Mari, Naruto! Kita tuntaskan latihanmu. Aku akan membantumu," kata Kushina yang sejak tadi memilih diam dan membiarkan suaminya mengambil alih bagiannya.

Naruto berpaling pada ibunya, menatap penuh kerinduan pada sang bunda. Meskipun ibunya galak, suka menjitak kepalanya, dan mengomelinya hampir sepanjang waktu, ia tetap merindukannya. Malah, setelah ibunya tiada, ia merindukan semua itu. "I-Ibu.." Suara Naruto kembali bergetar. Tangisnya mau meledak lagi.

"Jangan cengeng, dattebane!" katanya sambil menjitak kepala anaknya. "Kau kan anak Uzumaki Kushina dan tak ada ceritanya anaknya Uzumaki Kushina cengeng."

"Hai'k!" Jawab Naruto.

Ia pun pergi ditemani sang ibunda, meninggalkan tempat itu untuk bertarung lagi dengan Kyuubi. Kyuubi berdiri dengan tegak di atas keempat kakinya. Kesembilan ekornya bergerak, mengibas-ngibas dengan cara yang mengesankan. Bulunya terlihat lembut selembut sutra, namun jangan salah. Kekuatannya sangatlah merusak. Saat ekornya menyentuh tanah, maka tanah yang ada dibawahnya akan hancur berantakan, berterbangan tertiup angin. Ngeri-ngeri sedap. Kyuubi tersenyum jumawa pada Naruto. "Apa kau masih mau mencobanya?"

"Tentu saja. Kali ini aku tidak akan kalah. Mohon bimbingannya," kata Naruto sambil melompat ke depan menyerang Kyuubi. Kyuubi menangkisnya dengan ekornya, membuat tubuh Naruto terpelanting ke udara. Naruto berhasil menjaga keseimbangannya, ia berputar di udara dan lalu mendarat dengan mulus ke tanah.

Kyuubi maju ke depan, menghentakkan keempat kakinya ke tanah, meninggalkan jejak lubang di mana-mana. Naruto mengandalkan teknik taijutsu digabungkan aliran Chi Kungnya untuk menghadapi Kyuubi. Ia membuat perisai dengan cara memadatkan udara menjadi dinding pelindung untuk menahan cakaran Kyuubi yang sangat kuat seolah mau mencabik-cabik tubuhnya. Dengan lincah, ia mengayunkan pedangnya untuk membelokkan arah bijuudama Kyuubi. Ia lalu membuat kubah untuk mengurung Kyuubi sementara waktu.

Jauh di pojok sana, Kushina memperhatikan pertarungan antara anaknya dengan Kyuubi. Ada rasa bangga dalam hatinya, melihat pesatnya perkembangan Naruto. Saat Naruto berhasil mengurung Kyuubi, Kushina mengeluarkan rantai cakra miliknya untuk merantai Kyuubi melalui tubuh Naruto.

Kyuubi kini tak bisa berkutik lagi. Rantai itu secara efektif menghentikan rontaannya. Di saat yang sama, dalam kepalanya bergema jeritan Ichibi yang menyayat hati. Kyuubi menghembuskan nafasnya. Tampaknya, ia harus mengakui Naruto jika ingin dirinya dan saudara-saudaranya selamat.

"Kemarikan tanganmu, Naruto!" perintahnya.

"Untuk apa?"

"Tidak usah protes." Hardik Kyuubi.

Naruto menuruti kemauan Kyuubi. Ia mengulurkan kepalan tangannya pada Kyuubi yang juga mengulurkan salah satu kakinya, kanan atas pada Naruto. Kepalan itu bertemu. Selanjutnya terjadi proses transfer cakra. Cakra Kyuubi memasuki Naruto dan membuat tubuh Naruto berubah memasuki bijuumode. Dan, bersamaan itu pula, segel Kyuubi pun berubah. Kyuubi tidak lagi dikerangkeng dalam kandang, melainkan lebih bebas untuk berkeliaran karena ia sudah menyerahkan kepercayaannya pada Naruto.

"Aku percayakan cakraku padamu." Kata Kyuubi.

Naruto mengangguk penuh hormat. Bukanlah mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari Kyuubi yang hidupnya telah diliputi kebencian. Naruto menoleh pada ibunya yang mengacungkan jempol, bangga padanya sebelum tubuh ibunya memudar, pertanda cakranya sudah habis. Naruto pun membuka matanya, keluar dari alam bawah sadarnya.

"Aku berhasil," kata Naruto pada gurunya.

"Bagus. Sekarang kita akan melatih bijuu modemu," kata Jiraiya ikut puas.

SKIP TIME

Kankurou terbangun di ruangan yang bercat suram dan dengan pencahayaan yang redup. Awalnya, ia bingung lalu saat ingatannya kembali, ia pun memberontak, berniat bangkit, namun tubuhnya menjerit merasakan nyeri di sekujur tubuhnya, khususnya di bagian perut. Lalu, ia merasakan basah di bagian perut. Ia melihat ke bawah, sesuatu yang basah itu rupanya darahnya. Pantas kepalanya pusing dan matanya langsung berkunang-kunang begitu ia bangun dari posisi berbaringnya.

"Kau sudah sadar?" tanya sebuah suara. Suaranya merdu terdengar di telinganya. "Sebaiknya, jangan banyak bergerak! Nanti, lukamu terbuka lagi,"

Kankurou mengabaikannya, dan berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Rasa sakit itu kembali menghantamnya tanpa ampun begitu ia bergerak-gerak liar, membuatnya terkapar lagi. Kankurou mengerang frustasi, memukul-mukul udara tanpa daya. Dengan suara parau, ia berkata, "Gaara. Ia dalam bahaya. Aku harus menyelamatkannya." .

"Aku tahu. Tapi, dengan lukamu itu, kau tak bisa melakukan apa-apa. Tunggu sampai kau pulih dulu,"

Kankurou berniat membantah, lalu ia mendengar erangan Temari tak jauh dari tempatnya. Kankurou menoleh ke kanan, melihat Temari yang juga terbaring di atas dipan sederhana. "Temari, dia?"

"Lukanya sudah ku obat. Ia sedang tidur karena masih dalam pengaruh obat,"

Kankurou menatap langit-langit ruangan yang juga bercat kusam. "Kau Matsuri, kan? Murid Gaara? Dan dimana ini? Kenapa tempat ini terlihat kusam dan juga pengap?"

"Ya. Kita berada di ruang bawah tanah rumahku. Maaf sebelumnya. Sebenarnya aku ingin membawa kalian ke Hospital, tapi…" Matsuri menggeleng lemah. "Keadaannya tidak memungkinkan."

"Apa yang sebenarnya terjadi, Matsuri? Kenapa mereka memusuhi kami dan ingin menangkap kami?"

"Aku juga tak begitu mengerti. Yang jelas para penduduk Suna terkena genjutsu. Awalnya hanya para petinggi, lalu petinggi itu menggenjutsu shinobi bawah dan lalu menyebar hingga seluruh penduduk desa terkena genjutsu. Nenek Chiyo berusaha mencegahnya, tapi ia dan saudara laki-lakinya… mereka…." Matsuri melengos. Matanya berkaca-kaca.

"Mereka kenapa?" tanya Kankurou dengan tangan terkepal kuat. Ia dapat menduganya, tapi ia berharap dugaannya salah. Mereka masih…

"Mereka tewas,"

Perkataan Matsuri menghancurkan harapan Kankurou membuatnya tertunduk lesu. Chiyo-ba sama tewas. Gaara tertangkap. Gurunya dan shinobi yang lain terkena genjutsu dan jadi boneka Akatsuki. Lalu apa yang tersisa? Kankurou menatap jemari tangannya. Hanya tinggal dia, Temari, dan Matsuri. Tapi, mereka bisa apa? Apa yang bisa ia lakukan dengan kekuatannya yang kecil ini? Kesedihan dan keputus asaan merayap dalam dadanya, membuat ruangan ini tampak lebih suram dari seharusnya. "Kenapa kalian tidak memberi tahu kami. Kami ada di Konoha,"

"Kami ingin, tapi… tapi jalur komunikasi diputus. Surat-surat yang keluar masuk diperiksa secara detail sehingga tidak memungkinkan memberi tahu dunia luar tentang kondisi Suna saat ini. Maaf…"

Lalu, pintu ruangan terbuka, memperlihatkan Shira dan Lee yang memasuki ruangan. "Ah, kalian sudah sadar?" tegur Lee dengan wajah penuh semangat, walaupun ia berjalan terpincang-pincang dan mukanya babak belur.

Kankurou tidak terlalu terkejut. Sepanjang ingatannya, Lee memang selalu penuh semangat dan ceria. "Berapa lama kami pingsan?"

"Hampir sehari samalam." Jawab Shira yang kini duduk di samping Kankurou.

"Berarti Gaara…"

"Dia dibawa oleh Akatsuki. Entah apa yang akan mereka lakukan pada Gaara-sama?"

"Kita harus membebaskan Gaara. Akatsuki…" kata Temari yang baru saja tersadar sambil duduk menyender pada dinding.

"Aku tahu, tapi tidak bisa sekarang. Posisi kita saat ini sedang dikepung oleh musuh dari segala penjuru, dan…"

"Jangan-jangan Akatsuki ada di…"

"Tidak. Mereka tidak ada di Suna. Tapi saat ini, memusuhi Akatsuki berarti memusuhi penduduk Suna. Para penduduk Suna sudah digenjutsu, sehingga mereka tanpa sadar sudah menjadi anak buah Akatsuki."

"SIAL," rutuk Kankurou geram. "Lalu, apa langkah kita selanjutnya?"

"Kita bebaskan anggota timku dulu, baru mengejar Gaara. Misi kami adalah menjaga Gaara hingga ia datang ke pertemuan lima kage. Jadi, ini masih bagian dari misi kami," kata Lee.

Shira dan Matsuri tampak bimbang. Keduanya saling pandang, lalu Matsuri mengangguk pada Shira. "Maaf, sebaiknya biarkan saja mereka. Itu lebih baik bagi mereka," kata Shira dengan berat hati.

"K-kenapa? Aku tak mungkin membiarkan timku dalam bahaya,"

"Justru akan lebih berbahaya lagi jika kita memaksa menyelamatkan mereka." tukas Shira. "Shinobi Suna tidak akan membunuh timmu, aku jamin. Tapi, mereka akan menggenjutsu timmu, agar memberi laporan palsu pada Konoha. Dengan demikian, Konoha tidak akan tahu apa yang tengah terjadi dengan Suna."

"Tapi…"

"Shira-kun benar Lee-san. Mereka aman di sini. Yang terancam nyawanya sekarang adalah Gaara-sama. Kita harus menyelamatkannya karena jika tidak…" Keheningan mengisi ruangan ini, membuat udara yang melayang-layang terasa berat. Pikiran mereka berkecamuk antara menyelamatkan Suna atau Gaara.

Lee menarik nafas berat. "Kau benar. Maafkan aku,"

"Sebaiknya kita istirahat. Pulihkan tenaga. Aku dan Matsuri akan mengurus perbekalan kita nanti dan sekaligus mencari celah untuk pergi dari tempat ini," putus Shira mengakhiri perdebatan.

"Kau sudah tahu Gaara disekap dimana?" tanya Kankurou.

"Tidak. Kami hanya tahu Gaara dibawa anggota Akatsuki."

"Kita bisa melacaknya dengan ini," kata Temari menunjukkan secarik kain. "Ini satu-satunya petunjuk yang ditinggalkan Gaara," imbuhnya.

Semua orang tersenyum. Setidaknya, mereka masih ada harapan untuk menyelamatkan Gaara. Selama seminggu penuh para shinobi muda itu memulihkan tenaga mereka, khususnya Kankurou dan Temari yang lukanya paling parah. Shira dan Matsuri membuat jalur pelarian, secara diam-diam, di tengah aktivitas sehari-hari mereka, agar tidak dicurigai. Lee sendiri mengasah kemampuannya sambil membantu Shira berjaga di markas mereka.

Mereka berangkat saat bulan mati, ketika kegelapan menyelimuti Suna. Kegelapan itu berjasa besar menyembunyikan mereka dari mata-mata makhluk hidup yang ada di Suna. Mereka bergerak dengan lincah dalam bayang-bayang, menyelinap diantara bangunan yang dijaga oleh para shinobi Suna dan anbu. Aksi mereka berjalan mulus, hingga mereka sampai di depan pintu gerbang Suna yang sudah dijaga sangat ketat oleh para penjaga.

"Aku akan membuat pengalihan," kata Kankurou menyiapkan gulungan untuk menyimpan kugutsu-kugutsunya. "Saat ada kesempatan, segera keluar. Nanti, aku akan menyusul," imbuhnya. Ia segera membuat segel yang rumit untuk membuka segel gulungannya.

Suara ledakan terdengar dimana-mana, membuat perhatian para penjaga teralih. Dari keremangan malam, keluarlah makhluk berbentuk Salamander. Itu adalah Sanshouo atau Salamander karena bentuknya menyerupai hewan Salamander. Sanshouo milik Kankurou bergerak ke depan membuat barisan pasukan Suna terfokus pada satu titik dan meninggalkan pos penjagaan mereka, sehingga mereka tak menyadari adanya bayangan yang bergerak ke luar desa melalui pintu.

Kankurou sambil menggerakan Sanshouonya —menjaganya agar tidak membunuh siapapun dan hanya melumpuhkan saja— juga mencatat dalam hati mengenai celah pertahanan Suna ini. Kelak, jika ia selamat, ia akan memperbaiki formasi pertahanan mereka, agar hal-hal seperti ini tidak terulang kembali.

Setelah memastikan Lee, Matsuri, Shira, dan Temari sudah berhasil keluar dari pintu gerbang, Kankurou membuka segel gulungannya lagi. Kali ini yang keluar adalah Karasu, kugutsu kesayangan Kankurou karena sifatnya yang sangat ofensif dan memungkinkan Kankurou untuk melakukan teknik pergantian tubuh. Karasu terbang di atas kepala para shinobi Suna. Dari sendi-sendi Karasu keluarlah smokescreen yang membuat para shinobi Suna buta untuk sesaat dan lalu bergelimpangan karena gas tidur yang Karasu tebarkan.

Kankurou menyegel kembali kugutsu-kugutsunya ke dalam gulungan dan menyimpan gulungannya di punggungnya yang ditata sedemikian rupa menyerupai tatanan rambut para hakim Eropa jaman abad pertengahan, yakni gulungan rambut berwarna putih yang tersusun ke atas layaknya menara. "Maaf, maafkan aku." Katanya penuh sesal sebelum meninggalkan rekan-rekan shinobinya dan bergabung dengan Temari.

Mereka berlari dengan cepat, mengejar ketertinggalan. Mereka mengambil waktu istirahat sesedikit mungkin. Toh mereka juga tak bisa istirahat tenang. Pikiran mereka dipenuhi perasaan was-was akan nasib Gaara. Di tengah perbatasan antara Suna, Ame, dan hutan yang menutupi Konoha, mereka berhenti.

"Aku sudah memikirkan ini lama. Ini misi yang sangat berbahaya dan tak cocok untukmu yang masih genin. Karena itu, Matsuri, sebaiknya kamu ke Konoha." kata Kankurou.

"Tidak, aku tidak mau. Aku akan ikut menyelamatkan Gaara-sama." Tolak Matsuri.

"Jangan bodoh!" bentak Kankurou membuat mata Matsuri terbelalak karena terkejut. Kankurou menjambak rambutnya karena frustasi. Ia tahu niat Matsuri baik, tapi ini misi yang sangat berbahaya. "Kau harus ke Konoha.."

"Aku.."

"Kankurou benar, Matsuri. Kau harus ke Konoha. Beri tahu Hokage tentang masalah ini. Kita membutuhkan Konoha untuk menyelamatkan Suna dari kehancuran. Saat ini, hanya kau yang bisa kami mintai tolong."

Matsuri bimbang antara ingin ikut menyelamatkan Gaara, gurunya, atau Suna. Namun, akhirnya ia menurut. Mereka benar. Saat ini, hanya dia yang bisa dimintai tolong. Lagipula, perjalanan Suna-Konoha juga bukan perjalanan mudah dan sama berbahayanya. "Baiklah! Kalian hati-hatilah." Katanya sambil berpamitan. Ia mengubah arah dari Ame ke Konoha.

Sepeninggal Matsuri, tim Kankurou melanjutkan kembali perjalanannya. Mereka jadi lebih waspada karena posisi mereka sudah sedemikian dekat dengan musuh. Rupanya, Gaara disekap tak begitu jauh dari perbatasan Suna-Ame. Wajah-wajah serius dan mata penuh tekad menghiasi semaunya. Dengan tabah, mereka menghadapi segala rintangan yang disiapkan Akatsuki untuk menghadang.

SKIP TIME

Di markas Akatsuki, tubuh Gaara melayang di udara. Dari mulutnya keluar cakra berwarna biru yang lalu cakranya menuju sebuah patung dari batu, sebut saja Gedomazo. Jeritan kesakitan memenuhi ruangan itu. Lalu, tidak terdengar suara apa-apa lagi, selain suara sesuatu yang jatuh ke tanah. Itu adalah suara dari tubuh Gaara yang ambruk ke tanah. Awalnya, Gaara masih hidup, namun bersamaan dengan jatuhnya tubuhnya, api kehidupan Gaara pun padam. Ia dinyatakan mati.

"Ada penyusup, tiga orang shinobi Suna dan satu dari Konoha. Dua jounin dan duanya lagi masih Chuunin." kata Zetsu memberi laporan.

Tobi membuat bunshin dari darahnya. Bunshin itu istimewa karena memiliki sepertiga dari kemampuannya. Biar bunshinku ini yang mengurusnya. Kita istirahat sejenak lalu lanjut untuk mengekstrak Nekomata,"

Saat tim Kankurou tiba, mereka sudah ditunggu oleh Tobi (bunshinnya). Gigi-gigi Kankurou gemeletuk marah, melihat tubuh Gaara yang tergolek lemah di bawah kaki Tobi. Ia pun membuka segel kugutsu-kugutsunya diikuti Temari yang membuka kipas raksasanya. Lee dan Shira mempersiapkan style taijutsu andalan masing-masing.

Pertarungan mereka berjalan sangat sengit. Meski hanya bunshin, tapi bunshin Tobi ini istimewa. Bunshin Tobi membuat tim Kankurou yang masih kurang pengalamannya keteteran, memaksa Lee membuka gerbang keenamnya. Walaupun tubuh Lee menjerit kesakitan saat gerbang itu terbuka, Lee tidak mau mundur. Ia harus menyelamatkan Gaara dan lalu selanjutnya timnya, tim 10.

Dengan penuh perjuangan, mereka berhasil mengalahkan bunshin Tobi. Tubuh bunshin itu hilang meninggalkan ceceran darah. Kankurou dengan tergopoh-gopoh dan jantung yang berdegup kencang menghampiri tubuh Gaara. Ia meraba tubuh Gaara yang masih hangat. Harapannya sedikit membuncah, namun betapa hancur dirinya merasakan tidak adanya denyut nadi Gaara. Dengan wajah yang pucat pasi, ia memeriksa jantung Gaara dan tidak mendapati apa-apa.

"TIDAK!" teriak Kankurou.

"Ada apa? Apa Gaara?" tanya Temari dengan tubuh yang penuh luka-luka, terseok-seok menghampiri Kankurou. Temari kini yang giliran memeriksa Gaara. Matanya membulat sempurna. "Tidak Gaara. Kau tidak bisa pergi dengan cara ini. TIDAKKK!" jerit Temari terdengar memilukan. Air mata bercucuran membasahi pipinya. Ia memeluk tubuh Gaara yang mulai kehilangan kehangatannya.

Lee dan Shira, keduanya selamat, meski baju mereka sudah koyak tak berbentuk. Saat ini, keduanya sama-sama menengadah menatap langit, menahan air mata yang mengancam mengalir dari kedua mata mereka. Keduanya turut berduka atas nasib malang Gaara-sama dan keluarganya.

Kankurou terisak-isak dengan kepala tertunduk, lalu dari dalam bajunya, keluar rantai kalung pemberian Naruto. Matanya terpaku pada botol kecil sebagai pengganti liontin. Ia teringat pada ucapan Naruto. "Ini adalah nectar bunga lily. Kemampuannya sangat luar biasa. Ia bisa mengobati berbagai macam luka dan menawarkan segala jenis racun. Konon, ia bahkan bisa memanggil jiwa yang pergi melintasi sungai Yamatai. Karena itulah, bunga ini dinamakan bunga keabadian. Banyak yang berlomba-lomba ingin mendapatkannya."

Harapan membuncah dalam dada Kankurou hingga ia takut dadanya meledak karena tak kuat menahan emosi yang menggelegak dalam dadanya. Ia merenggut tubuh Gaara dari pelukan Temari. Dengan paksa ia membuka mulut Gaara dan menuangkan nectar bunga Lily 2-3 tetes. "Bangun Gaara! Bangun! Ku mohon," kata Kankurou. Namun, tubuh Gaara masih tak bergeming.

Tak putus asa, Kankurou membuka mulut Gaara lagi, berniat menuangkan nectar yang kini tersisa sedikit, tapi lalu terjadi sebuah keajaiban. Jemari tangan Gaara bergerak-gerak. Hembusan nafas mengalir melalui lubang hidungnya. Perlahan-lahan kelopak mata Gaara bergerak-gerak lemah dan lalu membuka. "Gaara? Kau sudah sadar. Oh Tuhan, terima kasih Tuhan. Kau mengembalikan Gaara pada kami." Ujar Kankurou mengucap syukur.

"Dimana ini?" tanya Gaara dengan suara lirih. "Aku… kalian.. apa aku masih hidup?"

"Ya. Kami pikir kau sudah…, tapi nectar ajaib pemberian Naruto ini telah menyelamatkanmu. Kau hidup Gaara. Kau selamat." Kata Kankurou tak beraturan.

"Jadi, ia memberikan nectar itu padamu. Kau beruntung Kankurou. Itu benar-benar nectar yang ajaib. Ku dengar Asuma sensei juga selamat karena itu," kata Lee menambahkan. Ia sudah bergerak mendekati ketiga bersaudara itu begitu Kankurou bersorak penuh syukur.

"Ya." Kata Kankurou diantara tangis bahagianya. Ia tak malu menangis, meski laki-laki. Hatinya terlalu bahagia untuk memikirkan gengsi. "Sebaiknya kita pergi. Tempat ini membuatku tidak nyaman,"

"Kita mau kemana?" tanya Shira yang sejak tadi diam, menyimak.

Zooonkk… Mereka bingung, antara mau ke Suna atau Konoha. "Sebaiknya ke Konoha. Kita minta bantuan Konoha untuk menetralisir pengaruh genjutsu pada penduduk Suna." Putus Kankurou akhirnya. Ia akui dia tak begitu ahli dalam urusan genjutsu. Temari dan Gaara juga bukan ahlinya. Untuk mematahkan genjutsu sekuat itu, mereka memerlukan bantuan master genjutsu.

"Jadi mereka digenjutsu?" tanya Gaara sambil berdiri dengan susah payah dibantu oleh Temari, kakak perempuannya. "Karena itu, mereka mengejar kita dan membantu musuh kita?"

"Ya. Dan bukan genjutsu biasa. Itu genjutsu kuat yang bertahan lama dan menyebar layaknya wabah penyakit. Genjutsu itu akan menggenjutsu siapapun yang datang ke tanah Suna hingga mereka pun berubah jadi boneka Akatsuki. Mungkin, hanya Shisui dari Konoha yang bisa menonaktifkannya." Jelas Kankurou setelah mengamati yang terjadi di Suna selama mereka bersembunyi di ruang bawah tanah.

"Yach, mungkin. Sebaiknya kita segera berangkat," kata Lee mengambil alih tugas Temari untuk memapah Gaara meninggalkan tempat bekas pertarungan mereka.

Sibuk berusaha meninggalkan salah satu markas Akatsuki, membuat mereka tak menyadari kehadiran Zetsu yang hanya muncul separuh dari dalam tanah. 'Mereka berhasil selamat. Aku harus mencegah mereka sampai ke Konoha.' pikir Zetsu. Ia pikir, kedatangan mereka akan membuat proses ekstraksi terganggu. Padahal mereka masih belum menemukan jejak keberadaan jinchuuriki Kyuubi. Gara-gara itulah, selama berbulan-bulan Gaara dkkk berputar-putar di hutan yang membatasi Konoha dan Suna.

SKIP TIME

Shisui sedang duduk di kantornya, menyelesaikan pekerjaannya seperti biasanya. Di depannya, Itachi dan Kakashi menunggu dengan setia. "Aku memilih kalian berdua sebagai pengawalku untuk pertemuan kelima kage nanti, mengingat reputasi dan dedikasi kalian." Katanya memulai.

"Hai'k" jawab Itachi dan Kakashi.

"Kita akan berangkat minggu depan. Bersiap…" Tubuh Shisui mengejang kaku saat salah satu shinobinya masuk dengan tergesa-gesa dan wajah yang panik. "Ada apa? Ada kabar dari Suna?" Ia tak bisa menepis kekhawatirannya, meski Guy dalam suratnya bilang mereka baik-baik saja.

"Tim Shikaku menemukan seorang shinobi dari Suna, sepertinya masih genin, sedang tergolek lemah di tengah hutan. Ia sudah sekarat saat ditemukan. Sebelum pingsan, ia bilang, 'Tolong Gaara-sama!'

"Apa kau yakin?"

"Ya,"

"Aneh. Jika Gaara dalam bahaya, kenapa tim 10 tidak melaporkannya padaku? Dan kenapa juga mereka tidak kembali ke sini 2-3 hari yang lalu? Instruksiku sudah sangat jelas. Ada apa ini? Apa yang sebetulnya sedang terjadi?" Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari bibir Shisui, tapi tak ada yang bisa menjawabnya.

"Kita tunggu sampai kunoichi itu sadar." Kata Itachi kemudian.

"Baiklah. Kita tunda keberang.."

"Apa ada masalah? Di sini?" tanya seseorang yang membuat senyum Shisui mengembang lebar dari balik pintu yang terbuka.

"Nona Tsunade. Aku senang Anda ada di sini," kata Shisui.

"Aku mendengar kabar jika guruku, hokage ketiga dan hokage keempat sudah tewas. Apa itu benar?" Tsunade berdiri menyandar pada daun pintu, enggan masuk ke dalam ruangan.

"Ya. Mereka sudah tewas belasan tahun yang lalu karena ulah Akatsuki. Orochimaru, rekan anda juga saat ini ditangkap oleh Akatsuki." Shisui memilih jujur dan tak menyembunyikan rahasia ini dari Tsunade. Ia tidak bohong. Saat ini tenaga Tsunade sangat dibutuhkan oleh Konoha. Sekecil apapun bantuannya, berarti banyak pada Konoha.

Dahi Tsunade mengerut, melekuk dalam di wajah cantiknya. "Apa mereka sekuat itu hingga bisa menangkap Orochimaru yang terkenal sangat licin?"

"Ya. Sangat. Saat ini Akatsuki adalah ancaman bagi kita semua. Jika mereka tidak dihancurkan sekarang, Konoha akan tinggal nama,"

"Jangan terlalu berlebihan! Kita tak pernah kekurangan shinobi hebat.."

"Tapi, belum ada shinobi Konoha yang kemampuannya mendekati Minato-sama. Karena itulah, posisi Konoha sangat rentan. Aku berencana mengadakan pertemuan lima kage untuk menyerang Akatsuki bersama-sama dan meninggalkan Konoha dalam penjagaan Anda. Apakah Anda bersedia?" pinta Shisui.

Tsunade berfikir. Ia sebetulnya sudah tak ingin ikut campur dengan urusan shinobi, tapi jika setengah yang dikatakan SHisui benar, mau tak mau ia harus turun gunung. Tak perduli betapa ia membenci peperangan, tapi ia tak akan membiarkan siapapun menodai kesucian Konoha. "Baiklah. Aku terima,"

"Ah, apa Anda juga bersedia mengajari shinobi-shinobi kami tentang medis. Saat ini, kami membutuhkan banyak medic-nin."

Tsunade berfikir lagi, lalu mengangguk mengiyakan. Ia hampir bisa membaca isi pikiran Shisui. Tak ia sangka usulnya diwujudkan oleh seorang Uchiha.

"Apa anda ke sini karena mendengar kabar duka itu atau karena ada alasan lain?" tanya Shisui.

"Bukan. Aku ke sini untuk mengantarkan seseorang yang sangat ingin bertemu denganmu. Dari ceritanya, aku tahu dunia dalam kondisi genting. Tadi, aku bertanya hanya untuk memastikannya saja,"

"Mana orangnya?"

"Aku membawanya ke rumah sakit untuk diperiksa sebelum bertemu denganmu. Dilihat dari lambangnya, mereka berasal dari Suna dan satu dari Konoha. Mungkin murid Gai dilihat dari pakaiannya yang mencolok itu. Tahu kan stylenya Gai yang khas itu?"

Mata Shisui terbelalak lebar. Shinobi dari Suna? Mungkinkah mereka… Shisui dengan tergesa-gesa meninggalkan kantornya diikuti Itachi dan Kakashi. Oh, well Tsunade juga ikut. Selain untuk menjemput Shizune, juga karena ia ingin tahu siapa sosok yang sudah ditolongnya itu.

"Oh, astaga Gaara!" pekik Shisui terkejut. Emosinya berkecamuk antara penasaran, cemas, dan lain-lain jadi satu. Jantungnya berdentam-dentam karena lega. 'Oh, syukurlah Kazekage kelima ini selamat.' Batinnya penuh syukur.

"Aku menemukannya di tengah hutan dalam keadaan seperti ini. Mereka terlihat linglung dan juga mengalami disorientasi. Namun, secara garis besar mereka baik-baik saja. Sebenarnya siapa mereka?"

"Yang berambut merah ini bernama Gaara, Kazekage kelima. Yang wajahnya dicat itu Kankurou, kakaknya Gaara. Sedangkan yang kunoichi bernama Temari, juga kakaknya Gaara. Yang di sebelah Temari, aku tak tahu namanya, tapi ia pasti orang kepercayaan Gaara. Dan, shinobi yang dari Konoha ini, Lee, muridnya Gai seperti tebakan nona Tsunade."

"Kenapa mereka bisa tersesat di tengah hutan? Jika shinobi-shinobi Suna ini aku mengerti. Tapi, shinobi Konoha? Itu aneh. Aku tebak minimal ia seorang Chuunin,"

"Lee bersama timnya aku perintahkan untuk mengawal Gaara ke Suna lalu kembali ke Konoha. Seharusnya, jika tidak ada halangan, tim 10 sudah sampai 2-3 hari yang lalu. Tapi, kenapa Lee kembali ke Konoha seorang diri tanpa timnya? Pasti telah terjadi sesuatu di Suna," kata Shisui. "Kita akan menanyai mereka setelah salah satu dari mereka sadar," putusnya.

"Kau tidak mengeceknya? Untuk mencari tahu?"

"Sudah. Aku telah memerintahkan tim Sasuke ke sana,"

"Sasuke?" Dahi Tsunade kembali mengernyit. Nama itu terbilang asing di telinganya. "Siapa itu Sasuke?"

"Dia adiknya Itachi. Meski masih genin,..."

"Kau bercanda? Seorang genin untuk misi sepenting ini? Kau gila, Shisui. Seharusnya, Asuma, Kurenai, atau Kakashi yang pergi, bukannya bocah ababil itu."

"Aku punya alasan untuk memilih Sasuke. Pertama, mereka lebih dibutuhkan di Konoha, karena aku mau pergi ke pertemuan lima kage. Kedua, Sasuke bagian dari tim elit bentukanku yang sudah menangani misi-misi paling sulit dan paling berbahaya. Ketiga, setelah dari Suna,…"

"Jika ia memang sehebat itu, kenapa ia masih genin?" Potong Tsunade kesal. Tsunade hampir berteriak saat mengatakannya. Tangannya mengepal menahan diri untuk tidak menghancurkan sesuatu karena emosinya sudah memuncak saat ini.

"Well, karena sibuk latihan, ia melewatkan kesempatan untuk ikut ujian Chuunin." Shisui sedikit nyengir saat mengatakannya. "Intinya, Sasuke adalah genin special rasa jounin dari Konoha."

'Rasa? Memang makanan?' rutuk Tsunade dalam hati. Kepalanya mendadak pusing dengan penjelasan Shisui. "Terserah kaulah. Tapi, jika Sasuke gagal, kau akan merasakan hukuman dariku," ancam Tsunade. Setelah itu, Tsunade meninggalkan hospital untuk berkeliling, bernostalgia ke tempat-tempat yang memberinya kenangan indah, lalu mampir ke kedai sake kesukaannya.

Di tempat yang berbeda dan diwaktu yang sama, Kyuubi menegakkan tubuhnya. Ia mendengar raungan Yonbi bergema dalam benaknya. Suara Ichibi, Nekomata, dan Sanbi sudah berbulan-bulan lamanya tidak terdengar. Ia cemas dan prihatin. Namun, ia tak berani memberitahukannya pada Naruto yang masih berlatih keras menguasai teknik bijuu-modenya. Kemampuan Naruto saat ini masih belum pantas untuk berhadapan dengan pria itu, Madara, yang membuat bulu Kyuubi meremang karena takut.

Kyuubi menghela nafas dan lalu merebahkan tubuh kembali di lantai atau sekarang kita bisa menyebutnya padang rumput. Naruto berbaik hati mengubah dimensi Kyuubi menjadi padang rumput lengkap dengan segala isinya, tidak lagi berbentuk kandang berukuran gigan yang selalu digenangi air.

Matsurilah yang pertama kali sadar. Shisui dengan tergesa-gesa mengunjungi bangsal tempat Matsuri dirawat, begitu Matsuri dinyatakan sudah siuman. "Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa sekarat di hutan Konoha?" tanyanya to the point.

"Tolong! Tolong kami! Gaara-sama tertangkap. Akatsuki sudah menangkap Gaara-sama." Kata Matsuri penuh hiba.

"Apa?" pekik Shisui terkejut. Jika Gaara tertangkap, mungkin Lee dan timnya membebaskannya dan lalu ke Konoha untuk melindungi Gaara. Ya, pasti begitu. Oh, itu menjelaskan kenapa Lee pulang seorang diri dan dalam kondisi compang-camping. Guy mungkin sudah..sudah.. Shisiui tertunduk lesu, menahan kesedihan. "Kapan Akatsuki menangkap Gaara?"

Matsuri berhitung dengan mentalnya. Dari Gaara tertangkap hingga mereka pergi dari Suna butuh waktu seminggu. Dari Suna ke perbatasan Ame makan waktu 3 minggu. Total sudah sebulan. Lalu, dari perbatasan Ame hingga Konoha makan jarak 7 bulan. Matsuri butuh waktu lama karena perjalanannya berkali-kali terhenti oleh adanya bandit dll. Belum dihitung ia nyasar pula. Total sekarang.. "8 bulan,"

"Apa? Tapi, kenapa tim Konoha tak memberiku laporan tentang ini?"

"Mereka sudah terkena genjutsu, Hokage-sama." kata Matsuri lalu menceritakan semua yang terjadi di Suna dan rencana penyelamatan mereka yang disusun secara terburu-buru. Wajah Shisui tercengang mendengarnya, dan itu membuat hati Matsuri tidak karuan. Jika hokage sama masih belum mengetahuinya hingga kini berarti.. berarti Kankurou-sama gagal dan Gaara-sama sudah… Air mata berlinang dari kelopak shinobi muda itu.

"Tenanglah. Gaara dan timnya selamat. Mereka sedang dirawat di bangsal sebelah. Dan untuk Suna, aku akan membentuk tim untuk mengurusnya," hibur Shisui.

Wajah Matsuri berbinar-binar. "Benarkah? Anda tidak bohong, kan?" tanya Matsuri antara haru dan ragu. Shisui mengangguk, mengiyakan.

"Kau bisa menemuinya nanti setelah tim medis memeriksamu," kata Shisui meninggalkan Matsuri yang laru dalam suka cita. Kini, ia beralih ke bangsal satunya lagi untuk mengunjungi Lee yang katanya juga sudah sadar.

"Ceritakan padaku, apa yang terjadi pada kalian sebelum nona Tsunade menemukan kalian!" Suara Shisui terdengar tegas dan berwibawa.

"Apa genin Suna bernama Matsuri sudah tiba di Konoha?" tanya Lee balik.

"Ya, tak lama sebelum kedatangan kalian. Ia sedang dirawat di bangsal sebelah. Sekarang, mulailah bercerita!"

"Selepas berpisah dari Matsuri, kami menuju ke daerah dekat perbatasan Ame. Kami mengendus jejak Gaara di sana. Sampai di sana, kami sudah ditunggu oleh anggota Akatsuki yang mengenakan topeng berbentuk permen lolypop,"

Tarikan nafas Shisui terdengar kencang, tepat saat Lee mengatakan pria bertopeng. Feelingnya mengatakan itu tidak bagus. "Lanjutkan!"

"Kami melihat Gaara sudah terkapar di bawah kaki pria itu," Feeling Shisui terbukti. Namun, Shisui berhasil meredam emosinya dan terus menyimak cerita Lee. "Kami bertarung dengannya. Susah payah kami mengalahkannya. Ternyata ia hanyalah chi-bunsin."

"Lalu?"

"Kami menghampiri Gaara dan ia sudah tewas. Ichibi berhasil direbut Akatsuki dari Gaara,"

"Tidak mungkin. Kalau ia tewas, lalu yang bersama dengan kalian itu siapa?" Tanya Shisui tidak percaya.

"Gaara kembali hidup berkat nectar lily pemberian Naruto."

"Oh, begitu." Gumam Shisui lesu.

Shisui merenung. Oke, ia senang Gaara selamat. Begitu pula dengan timnya. Tapi, kabar ditangkapnya Ichibi tidak membuatnya senang. Itu bisa mengacaukan segalanya. Akatsuki saat ini mungkin sudah selesai mengekstrak para bijuu yang sudah ditangkapnya berminggu-minggu yang lalu, dan sebentar lagi akan ke Konoha. Ini sangat tidak menguntungkan, khususnya saat ia harus menghadiri pertemuan lima kage seminggu lagi.

Shisui melirik Lee, memberinya tatapan damai. Setidaknya, ia harus memberikan apresiasi atas kerja keras Lee yang berhasil menyelamatkan Gaara dari tangan Akatsuki. Itu bukanlah tugas mudah. "Lalu, jika kalian sudah selamat, kenapa tidak segera ke Konoha?"

"Itu rencana kami, tapi kami berkali-kali dihadang para bandit dan juga missing nin selama perjalanan. Kami bisa bertahan dari mereka, tapi lalu ada anggota Akatsuki yang bentuknya aneh, mirip tanaman Venus yang menyesatkan jalan kami."

'Oh, itu pasti rekan si pria bertopeng yang dulu menyatroni kompleks Uchiha,' batinnya. "Kau istirahatlah." Katanya mengakhiri sesi interograsi.

Malamnya, ia mengadakan rapat, mengumpulkan para petinggi Konoha di ruang pertemuan. "Ichibi sudah tertangkap berbulan-bulan yang lalu. Tim Guy yang ku utus gagal melindunginya. Kemungkinan besar, Akatsuki sudah mengurus bijuu-bijuu lainnya dan sebentar lagi ia akan menyatroni Konoha."

"Untuk apa? Apa ia mau menginvasi Konoha karena dianggap terlalu ikut campur?" tanya Koharu.

"Untuk memaksa kita menyerahkan Kyuubi pada mereka,"

"Kyuubi? Tapi, kita tidak memiliki Kyuubi. Kyuubi sudah ada di tangan Akatsuki seperti katamu. Kau tahu itu, kan?" cetus Koharu.

"Aku salah menduga. Kyuubi, selama ini, ternyata masih ada di Konoha. Identitas jinchuurikinya disembunyikan oleh mendiang hokage keempat untuk melindunginya. Akatsuki tahu itu, karena itu dalam waktu dekat ia pasti akan ke Konoha,"

"Siapa jinchuuriki Kyuubi ini?" tanya Fugaku.

"Aku tidak tahu," bohong Shisui dengan lancarnya.

"Kalau kau tidak tahu, bagaimana kita bisa melindunginya." Cela ketua klan Yamanaka.

"Justru itu bagus. Aku percaya akan kesetiaan kalian pada Konoha, dan aku juga percaya musuh punya banyak cara untuk memaksa kita bicara. Jika kita tidak tahu, maka mereka juga tidak akan tahu, karena mereka tidak bisa memaksa kita mengatakan apa yang kita tidak tahu,"

"Tapi, tetap saja itu.." Hiashi ragu.

"Percayalah! Siapapun jinchuuriki yang dipilih mendiang hokage keempat ia pastilah orang dengan kekuatan mumpuni, kekuatan yang mampu menampung dan menetralisir cakra Kyuubi yang korosif dan merusak. Tanpa itu, ia pasti sudah lama mati."

"Apa kau akan memanggil Naruto pulang?" tanya Shikaku teringat akan Naruto. Dari cerita Shikamaru, ia tahu jika kemampuan Naruto meningkat tajam. Ia sekarang sudah sejajar dengan para jounin elit. Jika perang memang tidak bisa dihindarkan, kehadiran Naruto jelas sangat berarti besar bagi kemenangan mereka nanti.

"Dia sedang berlatih bersama Jiraiya untuk saat ini. Begitu pelatihannya selesai, dia akan bergabung dengan kita," Jawab Shisui sedikit melegakan Shikaku. "Begitu pula dengan Sasuke," imbuhnya yang justru menghempaskan Shikaku ke dasar lembah.

Pada dasarnya, Shikaku tidak membenci klan Uchiha. Tapi, ia tidak suka melihat kedekatan Sasuke dengan Naruto yang mencurigakan. Bisa dibilang, hubungan dua orang itu sudah menjurus ke homo. 'Yach, semoga saja dengan perpisahan mereka, Sasuke jadi lebih normal dan tidak bertingkah aneh seperti saat SasuNaru masih dalam satu tim genin dulu.' pikir Shikaku dan kembali menyimak jalannya rapat.

"Jadi apa rencanamu, Shisui?" tanya Fugaku dengan suaranya yang tenang dan berwibawa, layaknya pemimpin klan.

"Aku akan tetap menghadiri pertemuan lima kage nanti. Aku akan berusaha membujuk mereka agar ikut serta kita melakukan serangan ofensif pada Akatsuki, menyelamatkan jinchuuriki yang masih hidup. Seperti kata pepatah, pertahanan terbaik adalah menyerang. Selama aku pergi, perketat pertahanan dan keamanan kita. Waspadalah selalu, jika Akatsuki sewaktu-waktu menyerang,"

Setelah itu, pertemuan dibubarkan. Di kepala mereka, terbayang beban yang harus mereka pikul. Keselamatan Konoha, lagi-lagi dipertaruhkan. Semoga saja, Konoha bisa melaluinya dengan selamat.

SKIP TIME

Sasuke tiba di Suna seminggu setelah kedatangan Gaara dkk ke Konoha. Sekilas pandang, Suna terlihat baik-baik saja. Namun, mata Sasuke yang jeli bisa melihat sesuatu yang tidak wajar. Mata para penduduk Suna terlihat kosong. Senyuman mereka hampa. Mereka seperti kumpulan manekin hidup. Sasuke mengikuti tanpa banyak cakap salah satu shinobi Suna yang menyambutnya. Ia berpura-pura tidak merasakannya.

Sasuke memasuki salah satu kamarnya untuk istirahat, terpisah dari tiga orang timnya yang awalnya berasal dari Otogakure, yakni Jugo, Shuigetsu, dan Karin. Ia mendengar suara ketukan dari luar kamar ketika ia baru meletakkan pedangnya di atas nakas. Dengan malas-malasan ia membuka pintu kamarnya. Ia baru mengucapkan sepatah kata, tiba-tiba saja kamarnya sudah penuh oleh bayangan orang. Meski demikian, wajah Sasuke tetap datar, tak memperlihatkan emosi apapun.

Salah satu dari shinobi yang berambut coklat panjang, berusia kira-kira pertengahan 40-an menghampiri Sasuke. Bibirnya mengucapkan sesuatu sebagai penjelasan, namun Sasuke bisa melihat beberapa dari shinobi Suna sudah membentuk segel. Sasuke tahu segel apa itu, segel untuk melakukan genjutsu. Sasuke masih berpura-pura tenang.

Segel sudah selesai, nama jutsu telah dirapalkan dan, Sasuke mulai memasuki dimensi yang berbeda. Ketika shinobi pertama yang menghampiri mengatakan sesuatu yang isinya menyuruh Sasuke mengatakan Suna baik-baik saja dan melakukan sumpah setia pada Akatsuki, tubuh Sasuke menghilang dalam kepulan asap.

"Mau menggenjutsuku secara keroyokan ya? Huh! Kalian terlalu meremehkanku," kata Sasuke sinis. Ia tanpa segel berhasil melepas genjutsu yang mengekang pikiran para shinobi Suna itu. Mereka tampak kebingungan begitu genjutsu itu dilepas.

"Dimana ini?" tanya salah satu dari mereka.

Sasuke tersenyum miring. Ada rencana licik yang bertengger di kepalanya. "Bukannya kalian bilang, mau mengundangku ke acara makan malam bersama para shinobi Suna?"

Kebingungan masih menghiasi wajah-wajah mereka. Salah satu dari mereka yang tampaknya sudah memperoleh sisi rasionalitasnya untuk tidak mempermalukan nama baik Suna, tersenyum ramah pada Sasuke, tamu mereka dari Konoha. "Ah iya. Mari ikuti saya," katanya mempersilahkan Sasuke mengikutinya ke ruang pertemuan para shinobi Suna yang ternyata hari itu sudah berkumpul semua.

Begitu semuanya sudah berkumpul, Sasuke mematahkan genjutsu para tetua Suna dan lalu memberikan genjutsu balik berupa sugesti kuat untuk membuat mereka melepaskan bawahan, teman-teman, keluarga, dan tetangga mereka dari jeratan genjutsu Akatsuki. Dengan demikian, ia tidak perlu kerja keras mendatangi para penduduk Suna satu per satu untuk menonaktifkan genjutsu yang dipasang Akatsuki secara keseluruhan.

"Misi selesai, sekarang misi selanjutnya." Kata Sasuke. Ia memutuskan hanya menginap sehari di Suna. Ia ingin buru-buru ke Amegakure untuk menyelidik jejak Akatsuki, setelah itu melaporkannya pada Shisui. Selanjutnya, ia bisa bergabung lagi dengan Naruto di Kumo. Ia sudah rindu pada sahabatnya itu. Hampir 5 tahun lamanya mereka berpisah.

Sasuke dengan tidak berperi kemanusiaan memaksa anggota timnya bergegas meninggalkan Suna secepat mungkin. Mereka terus berlari tanpa jeda. Mereka hanya istirahat 10 menit untuk makan, minum, dan buang hajat. Selanjutnya lari terus. Mereka baru istirahat jika malam menjelang. Berkat itulah, dalam kurun waktu seminggu, mereka bisa terbebas dari gurun pasir yang panas dan tandus.

Sasuke mengurangi kecepatan saat mereka sudah dekat di area musuh. Mereka bergerak dengan formasi yang sudah mereka rencanakan sebelumnya, yakni Juugo di depan disusul Sasuke, Karin, baru Shuigetsu. Kali ini mereka tidak berlari di permukaan tanah, melainkan lompat diantara dahan demi dahan karena rute yang mereka tempuh berupa hutan.

"Sasuke!" teriak Karin meminta perhatian.

Sasuke memberi isyarat pada timnya untuk berhenti sejenak. "Ada apa? Apa kau mendeteksi sesuatu,"

"Ya, aku merasakan cakra yang sangat kuat di depan sedang bertarung. Cakra ini aneh. Belum pernah aku melihat cakra seperti ini. Cakranya di satu sisi hangat dan di sisi lain mengerikan, penuh hawa kebencian."

"Hm.., mungkin itu cakra bijuu. Naruto bilang, cakra bijuu itu sangat mudah dikenali. Secara garis besar, cakra mereka memancarkan aura negatif. Kalau benar itu cakra salah satu bijuu, berarti kita sudah demikian dekat dengan markas Akatsuki. Berhati-hatilah!" kata Sasuke memberikan intruksi selaku pimpinan.

Mereka kembali bergerak, masih dengan formasi yang sama. Tapi, baru setengah jam berlari, mereka terpaksa berhenti lagi. Kali ini Juugo yang minta. "Di depan ada pertarungan," dalih Juugo.

"Kita dekati mereka. Jika itu member Akatsuki, kita tangkap dia." Kata Sasuke.

Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam. Mata mereka waspada terhadap berbagai kemungkinan. Mereka semakin dekat dengan lokasi pertarungan. Sasuke melihat sosok yang amat dirindukannya selama ini, sosok Naruto yang tengah bertarung. Di samping Naruto ada Jiraiya dan seorang shinobi berusia 30an entah siapa namanya, Sasuke tidak tahu.

TBC

Maaf jika updatenya telat. Lagi sibuk menyelesaikan fanfic Ai yang lain. Cerita ini sudah menuju perang, berarti bentar lagi tamat. Kang Mas Sasuke bakal ketemu Mas Naruto pada chapter depan. Di tunggu saja kehadirannya. Terakhir mohon saran dan kritiknya.