Disclaimer:

Naruto & DxD : Om Masashi & Om Ichi.

Warning,,!

Gaje, abal-abal, mainstreem, typho bertebaran dan lain sanak saudara lainnya.

Chapter : 1

Di sebuah ruang tanpa dasar dan tanpa ujung, melayang seorang pemuda bersurai pirang dengan mata biru menatap kosong kedepan. Tubuhnya hanya terbalut celana hitam yang sudah compang-camping, tubuhnya kotor penuh debu dan beberapa luka yang terlihat perlahan beregenerasi.

'' Kenapa,,'' satu kata yang terus dia ucapkan tanpa intonasi sejak dia terlempar ke ruang itu.

Di benaknya masih terlihat jelas saat sahabatnya yang telah menjadi rival abadinya memberikan seluruh kekuatannya sebelum menghancurkan dunianya yang memang telah hancur karena perang melawan 'dewa' yang di pengaruhi 'anaknya'.

'' Kenapa kamu melakukan itu, aku tidak ingin kekuatanmu. Aku hanya ingin mati bersama kalian,'' akhirnya tidak hanya kata 'kenapa' yang keluar dari mulutnya, tapi sebuah kalimat walau kalimat itu menggambarkan keputus asaan yang tak terbayangkan.

Dari kejauhan nampak sesuatu melayang mendekat kearah pemuda terakhir dari dunianya itu, semakin dekat semakin jelas bentuk sesuatu itu.

Sosok Naga, itulah yang tengah mendekat kearah pemuda pirang yang masih melayang dengan pandangan kosong.

'' Manusia, siapa kau,? Sedang apa kau di sini,?'' sosok Naga itu bertanya pada pemuda pirang itu saat sudah dekat di sampingnya, matanya yang tajam menatap lekat bak akan memangsa pada pemuda yang tengah putus asa itu.

Pemuda yang merupakan putra tunggal dari pemimpin tertinggi di desanya itu hanya melirik sebentar melalui ujung matanya pada sosok Naga yang besarnya dua kali lipat dari makhluk yang ada di dunianya yang di gunakan untuk menghancurkan dan memanggil sang dewi oleh keturunannya untuk mewujudkan tujuannya. Kemudian pandangan pemuda itu kembali menatap kosong kedepan.

'' Grrrr,,,, aku bicara padamu Manusia,!'' Naga penyandang gelar Great Red itu berteriak kencang tepat di depan pemuda itu setelah dia berpindah kedepannya karena di acuhkan.

'' Pergilah, atau kalau mau memakanku silahkan.'' ujar sang pemuda tanpa intonasi yang menggambarkan sesuatu.

'' Baiklah kalau itu maumu,'' Great Red membuka mulutnya bersiap memakan pemuda pirang itu. '' Tapi tidak, terimakasih. Aku tidak mau memakan manusia yang tengah berputus asa,'' ucapnya mengurungkan niatnya walau sebenarnya hanya untuk menakutinya.

'' Oh, ya sudah pergilah,'' ucap pemuda itu masih tanpa intonasi.

'' Ck, ada juga di dunia ini manusia yang putus asanya seperti itu,? Peristiwa apa saja yang telah kau lalui, manusia,?'' Great Red nampak penasaran dengan penyebab pemuda di depannya seperti itu.

'' Sesuatu yang tidak akan pernah hilang dari ingatanku, karena aku terlalu lemah hingga aku kehilangan semuanya,'' setelah terdiam cukup lama akhirnya sang pemuda menjawab dengan ambigu.

'' Oh jadi kau ingin kekuatan, huh,? Mau aku berikan kekuatanku,?'' Great Red menyeringai menunjukan gigi-giginya yang tajam.

'' Buat apa, itu semua sudah terlambat. Aku kini hanya sendirian, semuanya sudah musnah tanpa sisa,'' balas sang pemuda masih sama seperti sebelumnya.

Sang Naga nampak bingung dengan ucapan si pemuda, namun yang pasti otak dalam tempurungnya memikirkan satuhal. Peperangan. '' Apa kau korban peperangan,?'' tanya Great Red mengemukakan pemikirannya.

Diam, itulah jawaban yang di berikan oleh pemuda pirang itu hingga membuat sang Naga menyeringai karena tebakannya benar.

'' Oh, apa kau kehilangan kekasih,? Teman,? Atau orang yang kau sayangi,? Hingga membuatmu berputus asa seperti ini,?'' tanya Great Red dengan seringaiannya yang masih terpampang.

Kembali hanya keheningan yang menjawab pertanyaan dari Naga penggambaran Impian itu, namun nampaknya sang Naga tetap menunggu jawaban berupa suara dari sang pemuda.

'' Semua, aku kehilangan semuanya bahkan duniakupun ikut musnah. Temanku sendirilah yang melakukan itu, dia menghancurkan dunia tempatku tinggal untuk menghentikan perang yang tidak mungkin bisa kami menangkan dan dia pulalah yang mengirimkanku kesini berharap menemukan kehidupan baru yang lebih baik,'' akhirnya pemuda penggila ramen itu menjawab pertanyaan sang Naga, nadanya datar namun menggambarkan semua perasaannya.

'' Semuanya huh,? Memang perang apa atau melawan apa hingga membuat duniamu hancur,? Pasti tidak benar-benar hancur bukan,? Pasti masih ada sisa-sisa peperangan di sana,'' Great Red nampak sangat tertarik dengan kisang pemuda yang di temuinya di ruang dimensi tempat tinggalnya, dia tau pemuda itu bukan berasal dari tempatnya karena aura kekuatan yang di pancarkan pemuda itu sangat berbeda.

'' Yah masih ada sisa dari duniaku, yaitu debu bekas tanah pijakanku yang melayang di angkasa. Perang yang kami lakukan adalah perang melawan dewa pencipta dunia kami yang tengah di manfaatkan oleh anaknya untuk mencapai tujuannya sendiri,'' jawab pemuda pemilik nama Uzumaki Naruto itu akhirnya mau di ajak bicara oleh sang naga.

'' Sungguh tragis sekali kisahmu, manusia. Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan,? mewujudkan keinginan temanmu atau ada rencana lain,?''

'' Aku,,, aku tidak akan melakukan apa-apa, aku hanya akan berdiam disini menunggu ajalku,'' kembali nada yang di gunakan oleh Naruto tanpa intonasi yang menggambarkan sesuatu.

'' Berdiam diri disini huh,? Tapi maaf, aku tidak akan mengizinkannya karena tempat ini miliku,'' Great Red menyeringai dan mengarahkan satu kuku jarinya kearah kepala Naruto. Muncul cahaya bulat berwarna merah hitam yang perlahan masuk kedalam kepala pemuda pirang itu. '' Aku beri sesuatu yang sangat di inginkan di dunai ini, bersenang-senanglah kau dengan itu. Sekarang pergilah dari tempatku,'' ucap Great Red setelah menarik kembali cakarnya dan dengan tidak pedulinya membuat lubang dimensi di belakang Naruto yang kontan langsung menariknya masuk kedalam lubang itu.

'' Eh,?'' itulah tanggapan Naruto saat tubuhnya tersedot oleh lubang dimensi ciptaan Naga didepannya yang masih setia menyeringai misterius. '' Huuuuuwwaaaaaa,,,,,!'' ah akhirnya sebuah ekpresi di tunjukannya sambil berteriak nyaring.

Sementara lubang dimensi itu perlahan menutup setelah menelan pemuda pecinta ramen itu, dan sang Naga masih menatap tempat bekas lubang dimensi. ' Manusia, apa yang akan kau lakukan di dunia ini setelah melihat dan merasakan kehancuran duniamu,' batin sang naga sebelum kembali berenang di tempatnya itu.

::

Di langit suatu kota yang berwarna hitam dengan taburan permata angkasa, muncul suatu distorsi yang membentuk sebuah lubang. Keluar dari sana seonggok tubuh pemuda pirang yang langsung terseret gaya grafitasi dari bumi hingga dia melayang jatuh dengan lumayan cepat.

'' Huuwwaaaaa,,,,! Dasar Kadal Merah Sialaaaannn,,,,! Huuuuwwwaaaaaa,,,!'' umpat pemuda itu dengan berteriak karena terus jatuh. Huft, sungguh malang nasibmu pemuda pirang...

New Word

Satu bulan telah berlalu sejak Naruto datang kedunia itu dan satu bulan juga dia harus bersekolah di salah satu sekolahan di kota tempat dia mendarat dari acara jatuhnya setelah di tendang oleh Naga Impian dari tempat tinggalnya, dan dia bersekolah bukan karena keinginannya tapi perintah dari pria paruh baya beponi pirang yang tidak sengaja di temuinya dan dengan argumen serta debat yang panjang akhirnya dia menyerah dan melakukan apa yang disuruhnya.

Berjalan dengan santai memasuki sekolahan yang dulunya sekolahan khusus perempuan namun kini sudah campur walau dengan perbandingan 7:3 di mana tetap murid wanita lebih banyak dari pada murid prianya.

'' Pagi Naruto-senpai,!''

'' Pagi Naruto-kun,!''

'' Naruto-kun, pagi,!''

Sapaan yang sudah sering di dapatnya langsung merasuki telinganya, dan hanya di balasnya dengan senyuman senatural mungkin walau hanya kepalsuan karena dia masih terpaku pada dunianya yang telah hancur dan meninggalkan kepedihan yang mendalam pada hatinya.

' Huft ' dia hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan para murid wanita di sana dan membayangkan sahabatnya yang dulu pernah mengalami itu. Menundukan kepalanya dan sebuah senyuman tersungging di bibirnya, senyuman tanpa kepalsuan saat mengingat masa-masa di akademi ninja dulu.

Namun tanpa dia sadari senyumannya itu malah membuat para gadis yang melihatnya merona pipinya tanpa bisa di tahan karena mungkin menurut mereka dia terlihat,,, manis,?

'' Yoo, Naruto-san,! Pagi,!'' dari arah belakangnya sebuah sapaan menghentikan langkahnya dan membuatnya berbalik pada sosok yang memanggilnya.

'' Pagi juga, Issei-san,'' balas Naruto pada pemuda berambut coklat yang barusan menyapanya.

Dia adalah salah satu teman dekatnya di sekolah itu, walau masih banyak teman yang lainnya namun pemuda itu yang paling dekat dengannya karena mereka sekelas. Yah walau aura yang di rasakan oleh Naruto tidak seperti dulu saat mereka bertemu, beberapa minggu dia merasakan aura dari sahabatnya itu berubah mirip aura beberapa siswa di sana yang pastinya jumlahnya tidak banyak dan malah orang terpandang di sekolah itu.

Namun, bagi Naruto tidaklah masalah asal jangan sampai berbuat sesuatu yang membuatnya berpandangan lain dan cenderung ke pada rasa tidak suka ataupun benci bahkan bisa di cap musuh olehnya.

'' Ne, seperti biasa huh,? Dapat sapaan dari para gadis,?'' ujar Issei dengan nada iri. '' aku benar-benar iri padamu, Naruto-san,''

'' Kamu juga bisa mendapatkan yang seperti itu, Issei-san. Syaratnya buang atau kurangi kemesumanmu itu yang sudah lebih dari akut,'' balas Naruto memberi saran walau dengan nada bercanda.

' Strike '

Issei langsung tertunduk lesu mendengar saran dari pemuda pirang di depannya, namun itu hanya sesaat karena di bola matanya kini seperti ada api yang membara.

'' Itu tidak bisa, Naruto-san. Karena dengan kemesumanku aku akan membuat kerajaan Harem, dan aku akan puas-puasin meremas Oppai dari para Haremku,'' ucapnya penuh semangat yang langsung di hadiahi tatapan penuh jijik dari siswi yang lewat di sekitarnya. '' Eh,?'' ujarnya bingung saat pandangannya tidak melihat pemuda pirang yang di ajak bisaca di depannya dan malah sudah berjalan jauh akan memasuki gedung sekolahan.

'' Semoga tercapai cita-citamu, Issei-san,!'' samar-samar dia mendengar kata dukungan dari sahabatnya itu yang tengah melambaikan tangan kanannya tanpa menoleh kebelakang dan terus berjalan, memang kini pendengarannya lebih tajam dari sebelumnya karena peristiwa yang telah di alaminya.

'' Te-terimakasih Naruto-san, kau adalah teman sejatiku,'' ucapnya dengan air mata anime beruraian keluar dari kedua matanya.

Kembali dia di pandang jijik oleh para siswi yang lewat tidak jauh darinya dan buru-buru menghindar darinya, drop itulah yang Issei rasakan melihat pandangan dari para gadis di sana. Kemudian dia kembali melangkahkan kakinya ke arah gedung sekolahan karena jam pelajaran pertama sebentar lagi akan di mulai.

:::

Bel istirahat telah berbunyi, dan kini Naruto sedang berjalan kearah bangku Issei setelah menolak ajakan para siswi perempuan untuk kekantin bersama.

'' Issei-san, aku lihat akhir-akhir ini kamu terlibat banyak masalah yang serius yah,'' ucapnya sambil duduk di meja samping meja milik pemuda berambut coklat yang di sapanya.

'' Yah, begitulah. Sangat serius malahan,'' balas Issei dengan tampang lesu.

'' Sepertinya setelah kamu bergabung dalam Klub itu masalah itu tidak pernah lepas darimu,''

'' Huft, memang tapi biarpun begitu aku tetap senang karena aku bisa terus melihat Oppai besar milik Rias-Buchou dan Akeno-senpai,!'' kali ini bukan wajah lesu yang di tunjukan oleh pemuda penggemar Oppai itu, melainkan wajah penuh semangat dan ambisi. '' Tapi masalah kali ini sepertinya sangat pelik dan sangat sulit di seleseikan. Tidak ada yang membantu dan mendukungku, jadi aku harus menyeleseikannya sendiri,'' tambahnya kembali berwajah murung.

'' Nih ambil,'' Naruto menyodorkan sebuah Kunai bercabang tiga pada Issei. '' Jika kau dalam keadaan darurat yang mengancam nyawamu, goyangkan atau lemparkan Kunai itu. Aku akan datang untuk menolongmu,'' ujarnya saat mendapat tatapan bingung dari sahabatnya itu.

'' Serius,? Hanya dengan benda ini kamu akan bisa langsung datang ketempatku,? Sugoi,'' tanya Issei sambil terkagum.

'' Simpan saja, nanti juga kamu tau. Hanya teman dekatku saja yang aku beri benda itu,'' ucap Naruto sambil berlalu pergi.

'' Naruto-san,! Mau kemana,?''

'' Menyendiri,'' balas singkat Naruto yang sudah sampai di pintu kelas.

'' Huh, aneh. Tapi terimakasih, Naruto-san,'' gumam Issei sambil melihat Kunai cabang tiga di tangannya sebelum menyimpannya.

Sementara di tempat Naruto, dia kini sedang tiduran di atap bangunan sekolahnya. Memandang awan yang bergerak pelan dengan Background langit biru.

'' Sasuke, Sakura, Hinata-chan, Kakashi-sensei, sedang apa kalian di sana,? Apa kalian puas membuatku begini,? Membuatku hidup sendiri dengan semua beban berat yang kalian tinggalkan,'' gumam Naruto dengan datar dan terdengar sedih.

Dengan di sadarinya, sesosok gadis mungil berambut hitam pendek nampak mendengarkan Nnaruto dari balik pintu yang menuju atap gedung itu. Niatan awalnya dia mau membuka pintu, namun saat mendengar ada suara dari balik pintu dia lebih memilih mendengarkannya dulu.

'' Ini membingungkan, kalian membiarkan aku hidup sementara aku ingin mati menyusul kalian. Namun sebelum aku mati aku harus melakukan satu hal besar dulu agar kalian tidak menghajarku nanti,'' Naruto masih bergumam, mengeluarkan keluh kesahnya dengan masih memandang langit. '' Pasti kalau kalian menghajarku, pukulan Sakura-chanlah yang paling menyakitkan,'' bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman saat membayangkan bogeman dari sahabat pinknya.

'' Huft, tapi sepertinya aku tidak akan mati dengan mudah karena akan ada yang mencegahku untuk itu. Apa aku harus mempelajari Jutsu terlarang milik Nidaime agar kalian bisa bersamaku lagi,?'' dia menghela nafas pelan dan mengucapkan pemikiran yang terlintas di otaknya.

'' Jangan bodoh Naruto, aku yakin mereka tidak akan senang jika kau melakukan itu,'' sebuah suara berdengung di kepalanya, suara yang amat di kenalinya.

'' Tapi aku sudah tidak sanggup lagi hidup sendiri, hidup tanpa mereka Kurama,'' balas Naruto pada partnernya itu.

'' Naruto, ada alasan kenapa bocah uciha itu mengirimpanmu ke sebuah lorong dimensi. Dia berharap kau melanjutkan perjuangan mereka di tempatmu yang baru, mereka berharap dan yakin kau dapat melalui semua itu walau tanpa mereka,'' Nasihat dari sosok berbulu yang numpang tinggal di dalam tubuhnya.

'' Mungkin kamu benar, Kurama. Tapi bagaimana aku melakukannya sedangkan keadaanku sedang begini,?'' tanya Naruto meski dia membenarkan Nasihat dari partnernya itu namun dia masih ragu untuk melakukannya.

'' Aku yakin kamu pasti bisa, masih ada aku partnermu yang akan selalu membantu dan menunggumu juga si kadal merah yang tiba-tiba numpang di dalam tubuhmu,'' Kurama memberi semangat pada hostnya.

' Duagh '

'' Adow, grrr,,, kadal merah kenapa kau menjitaku,!'' Kurama nampak menggeram dan mengaduh terdengar dari suaranya.

[ Siapa yang kau sebut kadal merah, rubah hitam bulukan,!] sebuah suara lain membalas ucapan Kurama.

'' Tentu saja kau, kadal merah. Grrr,,, siapa yang kau sebut rubah hitam bulukan hah,!''

[ Tentu saja kau lah, ck. Aku bukan kadal merah, tapi aku seekor Naga, rubah ]

'' Ck, itu sama sajalah. Sama-sama sejenis reptil ''

[ Tentu saja bedalah, akukan besar sedangkan kadal kan kecil. Juga aku bisa menyemburkan api yang sangat panas sedangkan kadal tidak ]

'' Ya ya ya, aku mengalah. Kadal merah besar yang bisa menyemburkan api,''

[ Hoi,,,]

'' Kalian bisa diam tidak,? Kepalaku pusing tau mendengar perdebatan kalian,?'' ucap kesal Naruto menghentikan perdebatan dua makhluk yang numpang tinggal di dalam tubuhnya.

'' [...] ''

Tidak ada sahutan, hanya keheningan yang dia dapat.

'' Nah begitu lebih baik,'' gumam Naruto masih terus memandang langit yang bergerak pelan.

'' Huft, baiklah. Aku akan mengikuti alur takdir ini dan menerima kekuatan serta pengorbananmu, Sasuke. Aku akan menggunakan apa yang kamu berikan padaku untuk mewujudkan keinginan luhur kita. Akan aku lakukan itu walau bukan di tempat kita,'' akhirnya dia menerima kehidupannya kini, walau masih terbelenggu sebuah keputus asaan namun dia akan mencoba untuk keluar dari kubangan itu.

Sementara gadis di balik pintu masih setia mendengarkan apa yang di ucapkan pemuda pirang itu, walau dia bingung karena sosok yang sedang di untitnya seperti bercakap-cakap dengan seseorang namun dia hanya mendengarkan suaranya saja, tidak ada suara lain yang di dengarnya walau sudah mengkonsentrasikan pendengarannya.

Mengindahkan sebentar pemikirannya, dia kembali ke tujuan awalnya yaitu menegur sang pemuda karena jam pelajaran sekolah sudah di mulai lagi.

Membuka pintu di sampingnya dan mendekat kearah pemuda yang masih senan tiasa berbaring sambil menatap awan di langit.

'' Uzumaki-san, jam pelajaran sudah di mulai. Kenapa kamu masih disini,? Cepat masuh kekelasmu sebelum aku hukum,'' tegur gadis itu dengan nada tegasnya.

Naruto menengok keasal suara kemudian bangkit berdiri dan memberikan senyuman yang sering di tunjukannya. '' Maaf, Kaichou-san. Aku ketiduran jadi tidak mendengar bel masuk kelas,'' ucapnya beralasan dengan sebuah kebohongan.

'' Kalau begitu, cepat kembali kekelasmu,'' ucapan dengan nada memerintak tak mau di bantah keluar dari bibir tipis ketua OSIS akademi kuoh.

'' Baiklah, Kaichou-san. Aku kekelas dulu,'' balas Naruto lalu berjalan kearah pintu arah tangga untuk kembali kekelasnya.

Sona, nama gadis itu. Menatap punggung lebar Naruto yang kini menghilang di balik pintu.

' Uzumaki-san, peristiwa apa yang telah kau alami hingga membuatmu seperti itu,?' batin Sona penasaran, namun kemudian dia menggelengkan kepalannya menghilangkan pemikiran itu dan berjalan kearah pintu untuk berkeliling mencari siswa yang belum kembali kekelas.

:::

'' Buchou, Walaupun Buchou dan Akeno-senpai tidak mau membantu aku akan tepat kesana. Kalau aku keluar dari naungan keluarga Gremory bisa menolong temanku, akan aku lakukan karena seorang sahabat pernah bilang padaku ' Orang yang melanggar perintah di sebut sampah, tapi orang yang meninggalkan temannya lebih rendah dari sampah ','' ucap Issei panjang lebar sambil keluar dari ruang Klub yang dia ikuti.

Sementara itu, dua gadis berparas ayu yang mendengar ucapan Issei mematung di tempatnya. Memikirkan kata-kata yang di keluarkan oleh salah satu bidaknya itu.

'' Huft, Akeno. Sepertinya ini akan menjadi rumit,'' Rias selaku King mengurut pelipisnya karena pusing memikirkan kelakuan salah satu anggotanya.

'' Ara ara, fufufu. Issei-kun keras kepala juga ya, tapi baru pertama kali aku lihat dia seserius itu,'' Akeno dengan gaya khasnya membalas ucapan Rias dan malah memuji pemuda berambut coklat itu.

'' Ck, ini bukan saatnya memujinya. Huft, sepertinya kita sendiri yang harus turun tangan, Kiba dan Koneko-chan sedang ada kontrak dengan Klien mereka masing-masing,'' Rias berdecak mendengar ucapan Queennya.

'' Tapi lebih baik kita melihat keadaannya dulu sebelum ikut turun tangan,'' saran Akeno.

'' Kau benar, kalau begitu ayo kita berangkat,'' ucap Rias membenarkan dan bangkit dari duduknya sebelum membuat lingkaran sihir teleportasi untuk memindahkan mereka ketempat tujuan.

:::

Di tempat Issei sekarang ini, atau lebih tepatnya di dalam Gereja yang sudah bobrok karena tidak pernah di rawat.

Keadaannya terbilang tidak baik, dan beberapa luka di dera tubuhnya akibat ulah dari makhluk bersayap gagak dan seorang pendeta gila yang kini tertawa senang melihat keadaannya.

'' Maa~ maa~, Iblis-chyaan,,, sekarang aku akan memisahkan kepala dari tubuhmu,,, hyaaa,,,!'' pendeta itu melesat kearah Issei dengan cepat dengan pedang cahayanya yang siap tebas.

' Cih, sial,! Apa aku akan berakhir di sini,? Tidak, setidaknya aku harus menolong Asia-chan dulu sebelum mati,' batinnya bertekad.

Tangannya entah sadar atau tidak mengambil sesuatu dari katung celananya dan dengan itu dia menahan tebasan pedang cahaya dari lawannya.

'' Mati kau Iblis-chan,,!'' seru sang pendeta menebaskan pedang cahaya di tangannya kearah Issei.

' Trank,,, swung,,, sleb '

benda yang di gunakan Issei untuk menahan tebasan pendeta gila itu terlempar dan menancap di langit-langit Gereja.

'' Hahaha,,, sekarang kau pasti mati,!'' kembali pendeta itu menebaskan pedangnya sambil tertawa gila.

Issei yang melihat itu melebarkan matanya dan menggerakan tangan kirinya yang terbalut Gountlet merah untuk menahan serangan itu.

' Tank '

kembali Issei dapat menahannya dan kini malah menggenggamnya dengan erat.

'' Sugoi~ Iblis-chyan bisa menahan seranganku lagi~, tapi bagaimana dengan ini,!'' Pendeta gila itu mengambil sebuah pistol berjenis revolver dengan tangan kirinya dan mengarahkan tepat keperut Issei.

Pemuda penyuka Oppai itu kembali melebarkan matanya melihat serangan dadakan yang pasti tidak dapat di hindarinya itu.

'' Mati kau,!'' pendeta gila itu menari pelatuk pistolnya membuat Issei semakin melebarkan matanya.

::

Di tempat Naruto kini berada, dia tengah memegang sebuah busur panah dengan anak panah siap di lesatkannya ke target tujuan.

' Syut '

Anak panah itu di lesatkannya dan tepat mengenai titik tengah target sasaran meskipun jarak antara dia dan target bukanlah jarak yang dekat, sekitar seratus meter lebih.

Dia memang memasuki klub memanah di sekolahnya karena dia ingin mempunyai keahlian itu untuk menutupi keahlian Ninjanya suapaya tidak ada yang mencurigainya.

Saat dia akan mengambil anak panahnya lagi, tiba-tiba dia merasakan sesuatu.

' Ini tanda dari Kunai yang aku berikan pada Issei, jangan-jangan,,,!' batinnya khawatir pada sahabat satu kelasnya itu. Dan dalam sekali kompresan chakra dia menghilang dengan kilatan kuning khas jutsu yang di turunkan oleh Tou-sannya.

Naruto muncul di langit-langit gereja, tempat dimana kunai yang di berikannya pada Issei menancap. Dan dengan reflek yang bagus karena tempat mendarat yang tidak terduga, dia langsung mengalirkan chakranya kekakinya dan berdiri terbalik di langit-langit gereja.

Direksinya melihat teman sekelasnya dalam kesulitan karena sedang bertarung melawan orang yang tingkatannya berbeda, sementara di sekitar sahabatnya itu terlihat beberapa makhluk dengan sayap gagak di punggungnya.

Beruntung, dia menghilangkan hawa keberadaannya begitu dia muncul hingga mereka yang ada di sana tidak menyadari kehadirannya.

'' Mati kau,,!''

Matanya melebar saat dia melihat keasal suara, dengan cepat dia mengambil satu anak panah yang langsung di lesatkannya pada sosok yang tengah membahayakan sahabatnya.

' Syut '

Anak panak itu melesat dengan sangat cepat bak sebuah peluru, membelah angin dengan halus menuju sasarannya yaitu tangan yang Sedang memegang sebuah revolver.

:::

kembali ke tempat Issei.

'' Mati kau,,!''

Setelah dia mendengar deklarasi yang membahayakan nyawanya, dia langsung memejamkan matanya menunggu ajal yang sudah pernah dia rasakan sebelumnya.

' Syut,, stab,'

Sebuah anak panah melesat cepat dan menancap di lantai karena target sasaran anak panah itu berhasil menghindarinya walau nyaris saja tangannya tertembus anak panah itu.

'' Siapa itu,! Siapa yang menggangguku membunuh Iblis hina ini,!'' Freed, nama pendeta itu. Dia berteriak dengan marah karena ada pengganggu yang menghalanginya membunuh Iblis muda di depannya.

' Tap '

Sebuah suara sesuatu yang mendarat di lantai, dia tidak terlihat karena ada di bagian gelap yang tertutup bayangan.

' Tap,,tap,,tap,,'

Suara langkah kaki terdengar setelah suara sesuatu yang mendarat di lantai Gereja itu.

'' Issei, sudah aku bilang kalau dalam keadaan bahaya atau membutuhkan bantuan, lempar Kunai yang aku berikan.. Kalau kamu melakukannya lebih awal pasti kamu tidak akan terluka seperti itu,'' ucap sosok dari balik bayangan yang kini mulai terlihat penampakannya.

Issei yang tidak merasakan sakit dan mendengar suara yang familiar di telinganya, menengok kebelakang kearah asal suara.

Matanya melebar kaget melihat siapa yang telah menolongnya. '' Na-Naruto-san,'' gumamnya tanpa sadar.

Naruto mendekat kearah Issei dengan busur panah tergenggam erat di tangan kirinya.

'' Perlu bantuan, huh,?'' tanya Naruto setelah berada di samping pemuda berambut coklat itu, mata birunya yang membeku tidak seperti dulu menatap lekat kearah Freed yang nampak sedang kesal.

'' Siapa kau,! Kenapa kau menghalangiku membunuh Iblis hina itu,!'' seru Freed marah sambil mendelik kearah Naruto.

Naruto tidak menjawab, namun matanya nampak awas mengantisipasi serangan yang akan datang. Instingnya yang memang sudah sangat terlatih merasakan suatu bahaya dari sekitarnya.

Mata biru bekunya memfokuskan pandangannya kebelakang Freed, lebih tepatnya kearah sosok di balik bayangan yang tengah membuat sesuatu yang bercahaya dan kalau tebakannya benar pasti seluruh makhluk yang sama dengan sosok itu sedang membuat sesuatu yang serupa.

'' Ow, kau tuli ya Manusia,! Baiklah, aku akan membunuhmu dulu sebelum membunuh Iblis hina itu,'' ucap Freed menyeringai. '' Kalian,! Bunuh dia,!'' lanjutnya memerintah entah pada siapa sambil menunjuk kearah Naruto dengan pedang cahaya di tangan kanannya.

' Syut, syut, syut, syut, syut,'

Namun sebelum sosok yang di perintah oleh Freed melancarkan serangannya, Naruto telah melesatkan lebih dulu anak panahnya dengan sangat cepat kearah mereka dan mengenai telak bagian di atara mata mereka. Total sepuluh anak panah berlapis chakra yang dia lesatkan untuk mencabut nyawa mereka para malaikat pendosa.

Erangan tercipta saat tubuh mereka melebur menjadi partikel debu saat nyawa mereka meninggalkan raga mereka dengan paksa.

Freed hanya bisa melebarkan matanya melihat itu semua, serangan yang amat cepat yang tidak mungkin bisa di lakukan oleh manusia biasa. Matanya kian melebar saat melihat pemuda berambut pirang yang berdiri di samping buruannya sudah mengarahkan tiga anak panah kearahnya.

Issei yang melihat sahabatnya dengan mudah mengalahkan bahkan membunuh mereka yang telah menjadikannya seperti itu hanya bisa terkejut dengan mata melebar, mulutnya membisu tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

'' Si-siapa kau,! Ke-kenapa kau dapat membunuh mereka dengan mudah,?!'' tanya Freed sambil berteriak, dia agak menggigil saat melihat tatapan mata yang di tunjukan oleh pemuda pirang yang kini sedang mengancam nyawanya. Tatapan yang begitu tajam dan berisi berbagai perasaan yang tidak bisa di gambarkannya.

' Kreet '

Bunyi dari busur Naruto yang kian di tarik untuk menambah daya lesat anak panahnya menjawab pertanyaan dari pendeta gila yang kini melangkah mundur.

'' Situasinya tidak sesuai dengan rencana, aku pergi dulu. Jaa ne Iblis-chyan, suatu saat aku akan membunuhmu dan kau manusia, aku akan membalas semua ini,!'' Freed melempar sesuatu sebesar kelereng di depannya yang kemudian meledakan cahaya yang amat terang hingga menghalangi pandangan pemuda di depannya untuk kemudian dirinya kabur.

Naruto masih tetap pada posisinya, dia tidak terpengaruh sedikitpun dengan bom cahaya yang di gunakan pendeta lamannya untuk kabur. Sebenarnya dia bisa saja membunuhnya tadi tapi tidak di lakukannya karena menurutnya bukan waktu yang tepat.

Kemudian dia menurunkan busurnya dan menyimpan kembali anak panah yang belum di lesatkannya ke tempat anak panah di punggungnya, kemudian dia menengok kearah sahabatnya yang berdiri persih di sampingnya.

'' Issei-san, sedang apa kamu disini,? Melawan makhluk aneh seperti mereka sendirian lagi,?'' tanya Naruto dengan nada bersahabatnya.

'' Na-Naruto-san,,,'' Issei menggelengkan kepalannya saat akan mengeluarkan banyak pertanyaan yang terbang kesana-kemari di dalam kepalanya. '' Naruto-san, cepat kita tolong Asia-chan,! Dia sedang dalam bahaya,'' lanjutnya dengan serius.

'' Asia-chan,?'' tanya Naruto sambil menaikan satu alisnya.

'' Di-dia temanku, teman baruku. Dia dimanfaatkan seseorang dan kini dia sedang dalam bahaya,'' jelas singkat Issei dengan pandangan sedih dan tangan terkepal erat.

'' Temanmu adalah temanku juga, ayo kita selamatkan dia,'' ucap Naruto kini melihat altar yang ada di gereja itu.

'' Na-Naruto-san,'' gumam Issei tidak percaya dan terharu karena sahabatnya itu mau membantunya.

'' Sisanya, serahkan saja padaku. Keadaanmu sudah terlalu parah untuk melanjutkan pertarungan, kamu berlindung di belakangku saja,'' ucap Naruto melangkah maju kearah altar, diamana dia merasakan aura jahat berasa.

'' Umm, terimakasih bantuannya,'' ujar Issei mengikuti langkah Naruto.

'' Terimakasihnya simpan saja, kita ini adalah teman jadi jangan sungkan meminta bantuan padaku,'' balas Naruto yang kini sudah menyingkirkan altar dan melihat tangga rahasia di bawahnya. '' Ayo,'' dia dengan cepat menuruni anak tangga itu dengan Issei di belangnya.

Setelah sampai di ujung anak tangga, mereka di hadapkan dengan sebuah pintu yang amat besar yang tertutup rapat menyembunyikan apa yang ada di dalamnya.

'' Issei, aku harap kamu mau merahasiakan kemampuanku,'' ucap Naruto tiba-tiba sambil menjulurkan tangannya kedepan.

'' Maksud Nar-,,'' ucapan Issei terpotong saat melihat di telapak tangan Naruto yang terjulur kedepan terbentuk suatu bola berwarna biru langit yang di dalamnya terdapat benang-benang yang berputar dengan sangat teratur.

Naruto mengangkat tangan kanannya keatas dan menambah chakranya pada bola Rasengan yang tengah di buatnya hingga Rasengan yang tadinya sebesar bola takrou kini berubah sebesar lima kali bola basket.

'' Rasengan,!''

Seru Naruto sambil mengarahkan bola chakra buatannya kearah pintu dengan dorongan yang sangat kuat.

' Duar '

Pintu itu hancur berkeping-keping dan berhamburan kedalam ruangan hingga mengagetkan semua yang ada di ruangan itu.

'' Asia,!'' seru Issei setelah kembali dari rasa kagetnya pada sahabat satu kelasnya itu dan melihat kedalam, walau masih ada debu yang menghalangi namun matanya lebih tajam dari pada manusia biasa. Di dalam ruangan, temannya itu terikat pada sebuah salib besar dengan keadaan yang sangat kacau. Saat hendak melesat kedepan dia di halangi oleh dua puluh Exorciss dan dua puluh malaikat pendosa, hingga dia hanya bisa melangkahkan satu kakinya di depan Naruto.

'' Ufufufu,,, Kau terlambat Iblis hina, aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan,'' ucap perempuan yang memakai pakaian berjenis kekurangan bahan dan sepasang sayap gagak di punggungnya tertawa angkus sambil memperlihatkan dua buah cahaya yang melayang di atas tangan kanannya.

'' Kalawaner, apa yang kau lakukan pada Asia-chan,!'' seru marah Issei, tangannya terkepal sangat erat.

'' Issei-san,'' walaupun sangat pelan, ucapan Asia yang menyebutkan namanya terdengar jelas di telinganya hingga membuat perhatiannya teralih kearah temannya itu. Matanya melebar saat melihat Asia tersenyum kearahnya sebelum matanya tertutup rapat.

'' Asia,!'' teriak Issei memanggil namun tidak ada reaksi dari gadis yang di panggil. '' Kau,!'' dia hendak meju kedepan namu pundaknya di tahan seseorang.

'' Naruto, apa-,''

'' Issei, biar aku yang mengurus ini. Aku benci melihat kejadian seperti ini,'' ucap datar Naruto meju kedepan Issei. '' Kau fokus menolong gadis itu setelah aku membuka jalan,'' lanjutnya sambil mengangkat tangannya kebelakang, mengambil lima anak panah sekaligus.

'' Hahaha,,, akhirnya aku akan di akui oleh Azazel-sama karena berhasil mendapatkan Seacret Gear yang sangat berharga ini,'' tawa Kalawaner membahana setelah memasah dua buah benda bercahaya yang ternyata sebuah cincin di kedua jari manisnya. '' Dan kau Iblis hina juga Manusia rendahan, bersiaplah menemui ajal kalian,'' lanjutnya menatap kearah Naruto dan Issei. '' Kalian, ser-''

' Syut, syut, syut, '

Ucapan perintah yang akan di lakukan Kalawaner tidak dapat di lanjutkannya saat puluhan anak panah berselubung sesuatu berwarna biru menembus kepala, jantung, dan bagian fital lainnya dari bawahannya hingga empat puluh bawahannya yang ada di sana mati seketika dan beberapa langsung melebur menjadi debu.

'' Kau,!'' geram Kalawaner marah melihat bawahannya mati dengan sangat mudah.

'' Sekarang Issei,!'' seru Naruto melesat kearah Kalawaner dengan Kunai yang sebelumnya dia berikan pada temannya itu di tangan kanannya dan berselimut aura berpendar berwarna biru hingga seperti sebuah perpanjangan dari kunai itu.

'' Kau tidak akan bisa me-''

' Crash, crash,'

ucapan Kalawaner terpotong saat dia akan terbang namun tidak jadi karena pemuda pirang yang menjadi lawannya menghilang di pertengahan langkahnya dan muncul di depannya kemudian langsung memotong kedua tangannya dengan sesuatu pisou aneh menurutnya.

'' Ba-bagaimana bisa,? Argh,,,!'' gumamnya penuh tanya dan mengerang merasakan sakit dua lengannya yang terputus.

'' Banyak bicara saat melawanku, artinya sudah bersiap bertemu dewa kematian,'' ucap datar Naruto sambil menghunuskan kunainya kearah dada Kalawaner hingga tembus kebelakang.

Kalawaner yang masih terkejut akibat serangan awal Naruto, tidak bisa menghindar saat pemuda itu menyerangnya kembali yang telak membuatnya nyawanya lepas dari jazadnya.

'' Argh,, tidak mungkin,!'' raung Kalawaner sebelum melebur menjadi debu.

Naruto menurunkan tangannya dan menghentikan aliran chakra pada kunainya, dia masih berdiri menatap bekas lawannya berada.

'' Asia,! Asia bangun, aku datang untuk menolongmu,''

Perhatian Naruto teralih keasal suara, dia melihat sahabatnya tengah memangku kepala Asia yang pasti sudah tidak bernyawa.

Naruto kemudian menunduk dan mengambil dua buah cincin bercahaya hijau lembut yang tergeletak di lantai, kemudian dia melangkah kearah Issei.

'' Asia, kumohon bangunlah,'' Issei masih terus membangunkan Asia walau hasilnya percuma, airmatanya telah mengalir deras membasahi pipinya.

Naruto jongkok di depan Issei dan menatap kearah wajah pucat Asia.

'' Naruto, tolong Asia. Kumohon,'' pinta Issei memelas.

'' Kamu menganggap dia seperti apa,? Teman atau lebih dari itu,?'' tanya datar Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah putih Asia.

'' Asia-chan lebih dari teman bagiku, walau kita baru saja bertemu beberapa saat tapi dia sudah aku anggap adik. Dia selalu sendirian, di buang oleh organisasi tempatnya bekerja, di fitnah karena menolong orang. Aku,,, aku ingin melindunginya, dia sosok yang rapuh jadi aku ingin melindunginya. Melindungi senyuman cerahnya, senyuman yang sangat tulus dan polos. Walau sebentar tapi dia sudah membuatku seperti seorang kakak, mungkin aku remaja bernafsu besar yang tergila-gila pada Oppai, tapi saat di dekatnya semua itu hilang dan hanya perasaan untuk melindunginya.'' jawab Issei panjang lebar menjelaskan perasaannya pada gadis di pangkuannya yang tidak lebih dari seorang kakak.

'' Begitu ya, lalu kalau dia hidup lagi kamu memilih dia berubah menjadi sejenismu atau dia tetap menjadi manusia,?'' tanggap Naruto dan kembali bertanya.

Issei agak kaget dengan pertanyaan itu, dia menyangka kalau temannya itu sudah tau siapa dirinya.

'' Aku sudah tau siapa Kamu, Issei. Walau aku tidak mengerti tapi auramu berubah sejak dua minggu lalu, namun aku tidak akan mempermasalahkan itu karena sahabat tidak memandang apapun,'' terang Naruto yang membuat Issei tambah kaget, namun kemudian senyuman tercipta di bibirnya.

'' Begitu ya, jadi kamu sudah tau,'' ujar Issei sambil menunduk menatap wajah Asia.

Ucapannya itu sukses menarik perhatian dari Naruto hingga kini dia menatapnya dengan bingung.

'' Kalau dengan menjadikannya dia menjadi Iblis bisa membuatnya hidup kembali, aku akan mengijinkannya. Tapi jika dia bisa hidup kembali sebagai manusia, aku akan lebih senang,'' ucap Issei sambil menyeka wajah Asia dengan tangannya.

'' Begitu ya,'' ujar Naruto kembali menatap wajah Asia. Kini giliran Issei yang teralihakn perhatiannya dari wajah Asia ke arah Naruto, dia menatap bingung tidak mengerti kearah sahabatnya itu.

'' Baringkan dia dan kamu menjauhlah sedikit,'' perintah Naruto masih menatap wajah Asia.

'' Na-Naruto-san,,,''

'' Sudah lakukan saja, semua orang memiliki kesempatan kedua. Dia gadis yang baik menurut ceritamu jadi dia tidak layak meninggalkan dunia ini dalam umur yang terlalu muda,'' sela Naruto kini persimpuh dengan satu lututnya.

'' Te-terimakasih Naruto-san,'' ucap Issei dengan sangat lalu membaringkan Asia diatas lantai marmer di bawahnya, kemudian dia berjalan mundur agak menjauh di belakang Naruto.

'' Terimakasihnya kamu simpan saja, kita ini sahabat.'' ucap Naruto sambil memejamkan matanya.

' Sasuke, maaf aku akan menggunakan kekuatanmu. Mungkin dengan ini aku bisa menyusulmu karena aku sudah melakukan satu kebaikan sesuai dengan harapanmu,' batin Naruto sambil mengalirkan sejumlah chakra ke kedua bola matanya.

Saat dia membuka matanya, matanya kini sudah berubah warna menjadi merah dengan tiga tomoe yang berputar cepat. Kemudian tiga tomoe itu masuk kedalam pupil di tengahnya dan berganti dengan pola bintang bersudut delapan dengan Background merah. (EMS Sasuke) dia masih terus mengalirkan chakranya hinga matanya berubah menjadi putih, dimana mata kirinya kini berpola riak air dengan tiga cincin, dan di masing-masing cincin terdapat tiga tomoe yang berputar berlawanan arah, sementara pupilnya masih berbentuk pola bintang delapan. Sementara mata kanannya juga berwarna putih, namun tidak ada pola riak airnya, hanya ada pola bintang enam di tengahnya.

Sekiranya selesei membangkitkan mata sahabatnya di kedua matanya, dia kemudian mengangkat kedua tangannya di depan dada dan dengan cepat merangkai Heandseal yang memang sudah tercetak jelas di kepalanya karena pemberian dari sahabatnya.

Memfokuskan chakranya agar setabil dan menyeleseikan Heandsealnya sambil menahan Heandseal terakhir.

'' Gedo Rinei Tensei ''

Ucap Naruto menyebutkan nama jutsunya sambil terus mengontrol chakranya.

Tanah sedikit bergetar dan dari tempat sambing kanan Asia muncul sebuah kepala aneh berwarna ungu dengan garis-garis putih. Kepala itu lalu membuka mulutnya, dan dari dalam mulutnya keluar sesuatu berwarna hijau lembut yang kemudian masuk kedalam tubuh Asia. Kepala itu kembali menutup mulutnya dan menghilang masuk kedalam tanah.

Melihat itu Naruto melepas Heandseal terakhirnya dan langsung bertumpu pada dua lengannya dengan nafas memburu dan darah keluar dari mulutnya.

Issei terdiam di tempatnya berdiri, dia tidak tau apa yang terjadi dan apa yang di lakukan sahabatnya itu. Dia terlalu terkejut dan takut untuk mendekat hingga hanya bisa mematung di tempatnya.

'' A-Asia-chan, bangunlah. Ada seseorang yang menunggumu,'' bisik pelas Naruto sambil mengelus pipi putih Asia.

Perlahan namun pasti, kelopak mata Asia berkedut sebelum akhirnya terbuka memperlihatkan mata indahnya.

Asia yang baru saja membuka matanya terkaget karena ada pemuda asing yang wajahnya lumayan dekat dengan wajahnya.

'' Si-siapa anda,?'' tanya Asia bingung.

'' Syukurlah, jutsuku berhasil. Aku bisa pergi dengan tenang,'' ujar parau Naruto.

' Brukh '

Naruto jatuh tersuungkur kesamping dengan darah keluar dari hidung dan mulutnya, namun seulah senyuman tulus tersungging di bibirnya.

'' Kyaaa,,, pemuda-san,,, pemuda-san, anda kenapa,?'' pekik Asia terkaget yang sontak langsung membuatnya terduduk.

'' Asia,!'' seru Issei senang namun tatapannya langsung khawatir saat melihat temannya tersungkur di atas lantai. '' Naruto-san,!'' dia kemudian mendekat kearah sahabatnya, kemudian melentangkannya guna melihat keadaannya.

'' Issei-san, apa yang terjadi,? Kenapa aku bisa hidup kembali,?'' tanya Asia bingung sambil menatap kearah pemuda berambut coklat di samping tubuh pemuda pirang di depannya.

'' Naruto-san yang menolongmu, dia menghidupkamu kembali. Tapi, malah giliran dia yang seperti ini,'' jawab Issei sambil mengecek denyut nadi Naruto. '' Naruto-san, kau tidak matikan,?'' tanyanya yang di balas dengan keheningan.

'' A-apa,?!'' kaget Asia langsung menatap lekat kearah Naruto, airmatanya kembali mengalir membasahi pipinya.

Di belakang mereka, muncul lingkaran sihir berwarna merah. Dan dari lingkaran sihir itu keluar dua sosok berparas ayu.

'' Ara ara,,, sepertinya kita terlambat, Buchou,'' ujar salah satu dari mereka.

'' Kamu benar, Akeno. Tapi sepertinya ada yang aneh,'' sahut sosok yang di panggil Buchou.

'' Umm,,, kenapa ada Uzumaki-san disini,? Dan sepertinya dia tengah sekarat,?'' ucap Akeno dengan nada tanya.

'' Itulah yang aku bilang aneh,'' ujar Rias sang King dari gadis di sampingnya. '' Issei-kun, apa yang terjadi,? Apa kamu yang mengalahkan mereka semua,?'' lanjutnya bertanya pada pemuda yang menjadi salah satu bidaknya.

Mendengar ada yang memanggilnya, Issei menengok kebelakang keasal suara. Di sana berdiri dua Onee-sama yang sangat dia kagumi dan juga King dari dirinya.

'' Buchou, bisa tolong Naruto,?'' pinta Issei memelas tanpa menjawab pertanyaan dari Kingnya.

'' Huft, padahal aku menyiapkan satu bidak untuk suster itu tapi ternyata dia tidak papa. Baiklah, akan aku coba menyelamatkannya dengan mereinkarnasikannya menjadi Iblis dalam naungan keluargaku,'' Rias maju mendekati Issei dan mengeluarkan sebuah bidak mentri untuk melakukan ritual guna menyelamatkan Naruto. '' Bisa beri aku sedikit ruang,?'' pintanya.

Issei yang mengerti kemudian menyingkir, namun Asia nampaknya enggan dan masih duduk bersimpuh di samping Naruto dengan air mata yang masih mengalir.

Rias tidak mempermasalahkan Asia, dia kemudian bersimpuh di sisi lain tubuh Naruto. Meletakan bidak menteri di atas tubuh Naruto dan memulai ritual.

'' Aku, Rias Gremory membangkitkanmu kembali menjadi Iblis dalam naungan bangsawan Gremory. Uzumaki Naruto, bangunlah kau sebagai Iblis sekarang,'' ucap Rias menyerukan mantra pembangkitan.

Lingkaran sihir khas keluarga Gremori muncul di bawah tubuh Naruto, perlahan lingkaran sihir itu mengecil serta bidak Menteri di atas tubuh Naruto bersinar terang.

' Pluk '

Namun, bukannya masuk bidak Menteri itu malah terlempar dari tubuh Naruto seakan tubuhnya menolak bidak yang di korbankan untuk membangkitkannya.

' Eh,?'

Tiga iblis di sana nampak kaget dengan kejadian itu, karena baru pertama kali mereka lihat hal seperti itu.

'' Tubuhnya menolak,?'' ujar Rias tidak percaya.

'' Atau bidak Menteri itu tidak cocok dengan dirinya,?'' ujar Issei menebak.

'' Ara, sepertinya lebih dari sekedar bidak Menteri untuk menjadikannya Iblis. Mungkin bidak raja,?'' ucap Akeno dengan gaya bicaranya. '' Apa dia mempunyai kekuatan atau Seacred Gear yang hebat,?'' lanjutnya dengan nada tanya.

Asia nampaknya masih tak terpengaruh dengan sekitarnya, dia malah mengangkat kedua tangannya kedepan dada dan menyatukannya.

'' Hiks,,, Kami-O, jangan ambil nyawa pemuda ini. Aku belum berterimakasih padanya, Engkau memberiku kesempatan kedua jadi tolong beri dirinya kesempatan kedua juga. Hiks,,, hiks,,, ji- jika Engkau ingin mengambil nyawanya, ambil saja nyawaku sebagai gantinya. A- aku tidak bisa menerima pengorbanan sebesar itu. Hiks,,, Kami-O, tolong kabulkanlah permintaan Hambamu yang hina ini,,,, Amen,'' do'a Asia dengan isakan yang masih keluar dan air mata yang kian deras mengalir.

Hening, tidak ada yang berbicara setelah mendengar do'a Asia. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka sendiri.

'' Gadis manis tidak cocok menangis,'' sebuah Suara langsung membuat semua yang ada di sana melebarkan matanya terkejut.

Naruto, nama pemuda itu hidup lagi. Padahal mereka sudah tidak merasakan hawa kehidupannya beberapa saat yang lalu, mungkinkah do'a suster itu terkabul,? Itu adalah pertanyaan yang melayang di kepala tiga iblis di sana.

Direksi mereka melihat tangan kiri pemuda itu terangkat kewajah suster gereja yang baru saja berdo'a untuknya, jari-jari tangan itu mengusap pipinya dan menghapus air matanya.

Asia terkejut bukan main, namun rasa senang langsung melingkupi hatinya melihat pemuda yang menolongnya tidak jadi mati.

'' A-anda,,,,'' ucap Asia tergagap, kembali air mata mengalir membasahi pipinya, namun kali ini bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan.

' Grep '

Asia tanpa peringatan langsung memeluk Naruto yang masih terbaring, dan membenamkan wajahnya di dada bidang miliknya.

'' Hiks,,, terimakasih,,, hiks,,, terimakasih telah mengabulkan permintaanku, Kami-sama... Hiks,,,, terimakasih untuk tidak jadi mati,'' ucap Asia di sela isakannya, walau suaranya teredam namun masih dapat di dengar mereka.

Naruto membalas pelukan gadis itu. '' Lebih dari sebuh jurus untuk membunuhku, karena ada yang tidak mengijinkanku untuk mati saat ini,'' ucap Naruto menenangkan gadis di dalam pelukannya. Entah di sadarinya atau tidak, dua sosok yang ada di dalam dirinya menyeringai menyetujui ucapannya. ' Walau aku menginginkannya,' lanjutnya dalam hati.

Naruto kemudian melepas pelukan gadis itu walau sepertinya dia enggan, setelah pelukannya terlepas dia kemudian duduk sambil sedikit memijit kepalanya yang agak pusing.

' Ck, ini pasti ulahmu, Kurama. Padahal tadi aku sudah senang akan mati dan menyusul teman-temanku yang telah gugur,' ucap Naruto melalui telepati pada partner yang numpang tinggal di dalam tubuhnya.

'' Hahaha,,, tentu saja. Kau tidak akan mati hanya dengan sebuah jutsu seperti itu karena walau jutsu itu memakan banyak chakramu tapi aku juga memiliki banyak chakra. Walau kau menggunakan jutsu itu sepuluh kali lagi, kau tidak akan mati. Palingan pingsan selama sebulan penuh,'' balas Kurama juga melalui telepati, dia sepertinya sangat senang karena telah menggagalkan rencana dari Hostnya yaitu bunuh diri dengan jutsu yang dapat menyerap banyak chakra dari penggunanya.

' Dasar,' dengus Naruto mendengar penuturan dari partnernya itu.

'' Naruto-san, kau tidak papa,?'' tanya Issei khawatir melihat sahabatnya seperti melamun.

'' Apa,? Oh, aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing,'' jawab Naruto kembali mengurut kepalanya.

'' Nii- Nii-san tidak papa,?'' Kini Asia yang bertanya, sepertinya dia sudah tidak menangis lagi karena pipinya sudah kering. Hanya bekas air matanya yang nampak.

Naruto agak kaget dengan sebutan yang di ucapkan Asia, begitupun dengan Issei.

'' Kamu tadi memanggilku apa,?'' tanya Naruto memastikan.

'' Ma-maaf, a-aku tidak sengaja memanggilmu seperti itu,'' jawab Asia sambil menunduk dengan pipi merona malu.

'' Hehehe,,, kamu boleh memanggilku seperti itu, Asia-chan. Aku baik-baik saja, hanya butuh istirahat yang lumayan banyak,'' kekeh Naruto melihat tingkah Asia yang menurutnya lucu, dan entah sadar atau tidak, dia tersenyu. Sebuah senyuman yang tidak seperti biasanya dia tunjukan, bahkan sampai membuat temannya terkejut dan dua iblis wanita di sana terpana.

'' Terimakasih,'' cicit Asia pelan.

'' Simpan saja terimakasihmu, sekarang mulailah hidup dengan lebih baik dari sebelumnya. Issei-san telah menganggapmu adik, mungkin kamu bisa tinggal bersamanya,'' ucap Naruto sambil melihat kearah Issei.

'' Eh, etto. Umm,,, Naruto-san, mungkin sebaiknya dia tinggal bersamamu. Umm,,, kau taukan, aku takut khilaf nanti,'' ucap Issei dengan gugup menolak apa yang di ucapkan Naruto.

'' Aku hanya orang miskin, Issei-san. Aku takut dia tidak nyaman tinggal bersamaku karena aku hanya mempunyai apartemen kecil pemberian seseorang, walau aku tidak keberatan jika dia mau tinggal bersmaku.'' ujar Naruto sambil tersenyum miris melihat keadaannya yang tidak bisa di katakan baik dalam hal materi.

Asia menunduk merasa tidak enak setelah mendengar percakapan pemuda yang menolongnya dan temannya.

'' Ti-tidak usah repot-repot, aku tidak dingin merepotkan orang lain.'' ucap Asia dengan nada lirih.

Mendengar itu, Naruto melotot kearah Issei, namun Issei menggelengkan kepalanya seakan mengerti maksud lototan Naruto.

'' Kamu sebatang karakan,?'' tanya Naruto pada Asia yang di balas anggukan olehnya.

'' Baiklah, mulai sekarang kamu tinggal bersamaku. Aku tidak merasakan kerepotan kok, malah aku senang karena sekarang aku mempunyai Imotou yang sangat manis,'' lanjutnya yang langsung membuat Asia mendongak menatapnya.

'' Ta-tapi,,,''

'' Aku tidak menerima penolakan, kamu akan tinggal bersamaku mulai sekarang,'' potong Naruto cepat, kemudian dia mengelus surai pirang Asia dengan tangan kanannya.

Mendapat perlakuan seperti itu, pipinya merona dan seulas senyuman tercipta di bibir tipisnya.

'' Terimakasih,'' gumam Asia lirih.

'' Sudahlah, kamu sudah lebih dari puluhan kali menyebutkan kata itu,'' ujar Naruto kemudian berdiri di ikuti oleh Asie. '' Eh,?'' ujarnya terkejut melihat kondisi gadis itu.

'' Ck, apa yang mereka lakukan hingga membuatmu seperti itu,'' ujar Naruto sambil melepas jaketnya dan memakaikannya pada tubuh mungil Asia.

'' Eh,?'' kaget Asia yang tiba-tiba tubuhnya di selimuti jaket milik Naruto.

'' Itu lebih baik dari pada tadi, beberapa bagian tubuhmu terlihat,'' ucap Naruto setelah menyelimuti tubuh Asia dengan jaketnya.

Asia hanya bisa menunduk dengan pipi merona, tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya karena mengingat perkataan pemuda yang telah menolongnya beberapa saat yang lalu.

'' Ara-ara, sepertinya kita di acuhkan, Buchou,?'' ucap Akeno menyindir karena keberadaannya dari tadi tidak di anggap.

'' Uzumaki-san, siapa kamu sebenarnya,?'' bukannya menjawab perkataan Queenya, dia malah menanyai Naruto dengan nada mengintrogasi.

'' Ha,? Oh, aku hanya manusia biasa,'' jawab Naruto yang baru ngeh kalau dua Onee-sama sekolahnya ada di sana.

'' Aku tidak percaya, jelaskan kenapa tadi bidak menteriku tidak masuk kedalam tubuhmu,? '' tuntut Rias tidak percaya dengan jawaban Naruto.

'' Ow jadi benda itu yang kalian gunakan untuk menjadikan Manusia menjadi sebangsa kalian,?'' ujar Naruto sambil menatap bidak menteri yang kini di pegang oleh Akeno.

'' Maaf kalau itu membuatmu kecewa, itu tidak bisa masuk karena aku menolak. Menolak di ubah menjadi sebangsa kalian karena aku punya kenangan buruk dengan julukan seperti jenis kalian,'' lanjutnya menjawab pertanyaan Rias.

Issei agak kaget dengan jawaban Naruto, begitupun Rias dan Akeno. Apalagi kini mata Naruto menggambarkan kepedihan yang sukar di gambarkan.

'' Maaf, kami permisi pulang. Aku sudah sangat capai dan kondisiku tidak terlalu baik, jadi aku harus beristirahat sebelum sesuatu yang buruk terjadi padaku,'' pamit Naruto lalu mengambil busur dan menggendong kembali tempat anak panah yang tadi sempat di lepasnya saat melepas jaketnya. '' Ayo, Asia-chan. Kita pulang,'' ajak Naruto yang di balas anggukan gadis itu.

Naruto kemudian berjalan melewati Rias dengan Asia di sampingnya.

'' Tung-'' ucapan Rias terpotong saat akan mencegah Naruto pergi, dan pelakunya adalah Queennya sendiri.

'' Rias, cukup. Biarkan dia beristirahat, kita bisa mengintrogasinya besok,'' ucap Akeno sambil menggelengkan kepalanya.

'' Tap- huft, baiklah,'' akhirnya Rias menyerah menyimpan rasa penasarannya. '' Issei, pulanglah dan jelaskan semuanya besok di ruang klub,'' ucap Rias pada pionnya.

'' Ha'i, Bochou,'' balas Issei.

'' Akeno, ayo kita kembali,'' ujar Rias yang di balas anggukan oleh Akeno. Mereka berdua kemudian menghilang dengan lingkaran sihir yang di buat oleh Akeno.

' Huft, pulang sendiri tapi,,, terimakasih Naruto-san, kalau tidak ada kamu pasti,,, pasti aku akan menyesal seumur hidupku karena tidak bisa melindungi temanku. Naruto-san, siapapun dirimu aku akan selalu menjadi temanmu dan mendukungmu,' batin Issei merasa senang karena berhasil menolong sahabat yang baru di temuinya beberapa hari yang lalu, dia kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

T.B.C

Yo, ini cerita baru kelima yang aku buat. Karena BeTe jadi nulis baru, untuk Bc, The Replacement tinggal bagian akhir dan sedikit lagi selesei. The Devil Anbu, masih stuk di lemon, mungkin lemonya akan aku batalin karena khayalanku terlalu liar hingga tidak dapat aku tuangkan di dalam tulisan. Mungkin aku akan mulai menulis kelanjutan dari Fic itu. Untuk, Love Friend dan Love Sister mungkin akan di tulis ulang atau lebih tepatnya waktu berulang, tapi lagi mencari ide untuk dapat nyambung di depannya. Untuk My Life, tidak dapat di lanjutin. Aku kehilangan androidku gara-gara cerita itu, tapi akan ada cerita penggantinya yang mungkin tidak kalah menariknya.

Mungkin cukup sekian, dan aku minta maaf karena lama tidak update karena kesibukanku bekerja. Yah kehidupan nyata lebih di utamakan dari pada maya, dan karena kecapaian sekaligus stress jadi aku jarang nulis. Walau kini udah beli Laptop tapi malah Keyboardnya eror, tambah bikin Mood nurun saat nulis pake Laptop. Akhirnya, aku kembali nulis pake Symbianku.

Ok, mungkin ini cerita pembuka untuku kembali lagi meramaikan khasanah per-Fanfickan dengan karakter utama Naruto dan pasti kebanyakan full power.

Ok, sekarang saatnya minta Review dan saran. Flame juga aku tampung asalkan dengan bahasa yang sopan jangan seperti bocah yang tidak pernah di didik ama orang tuanya.

Sekian, dan terimakasih.

Samsul F. Out.