Part 7

BOYS SEX II

By : Han Kang Woo

Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Exo Member, etc.

Main Cast : ChanBaek

Genre : Romance

Warning : BL (Boys Love), NC, Banyak Typo, FF ini hanya pinjam nama saja

Rated : M plus

DLDR

= Happy Reading =

O…O…O…O…O…O…O…O…O

o

o

o

o

Baekhyun berteriak keras untuk mencegah Jongin dan Luhan membawa Chanyeol pergi. Dia terus memeluk Chanyeol dengan erat.

"Jangan bawa Chanyeol, aku mohon." pinta Baekhyun, saat tangan Luhan dan juga Jongin menyentuh bahu Chanyeol, kiri dan kanan.

"Maafkan kami. Kami harus membawa Chanyeol dari sini." ucap Jongin, memberikan pandangan tidak enak pada Baekhyun. Dia sangat mengenal Baekhyun di sekolah, walau memang jarang bertegur sapa.

"Y.. Ya, ma..maafkan kami." Luhan juga meminta maaf. Dia berencana akan segera mengembalikan uang yang pernah dibayarkan oleh Baekhyun dulu, uang untuk membeli obat bius dan menculik Chanyeol.

"TIDAK... JANGAN..." namun seruan dan teriakan Baekhyun sia sia saja, Jongin dan Luhan berhasil memisahkan Chanyeol darinya. Ini juga dikarenakan tenaganya yang agak lemah pasca berhubungan seks dengan Chanyeol.

Jongin menarik selimut dan menutupi tubuh telanjang Chanyeol yang pingsan, yang dibantu oleh Luhan tentu saja. Mereka memapah Chanyeol disisi kiri dan kanan, lebih mirip mengangkat. Karena Chanyeol sama sekali tidak jalan.

"Jangan bawa Chanyeol... Aku mencintainya.." teriak Baekhyun lagi, histeris. Dia seperti kehilangan suaminya saja. Namja itu ingin beranjak dan mengejar, tapi dihalangi oleh Victoria.

"Apa yang terjadi padamu Baekhyun ah..." kata Victoria, menarik sprei dan menutupi tubuh Baekhyun yang masih bugil. Gadis cantik itu masih terisak isak tidak percaya, tidak menyangka jika adik sepupunya yang periang bisa melakukan hal seperti ini.

Dan akhirnya, Chanyeol dibawah keluar rumah oleh Jongin dan Luhan. Namja tampan itu dimasukkan kedalam mobil milik Tiffany. Bersiap dipulangkan.

o

o

o

o

Tiffany masih berada didalam rumah. Tepatnya didepan kamar Baekhyun. Kali ini yang menenangkannya adalah Nichkhun, mantan pacarnya sendiri. Wanita itu masih shock.

"Kau apakan Chanyeol? Hah?" tanya Tiffany, matanya sembabnya tertuju pada sosok Baekhyun.

Baekhyun tidak menjawab, namja itu hanya menangis tertahan. Menundukkan wajahnya.

"Katakan? Kenapa kau menyembunyikan adikku disini? Kenapa? Aku kira kau namja yang baik, ternyata aku salah." seru Tiffany, mencoba menahan emosinya yang memuncak.

"Aku mencintai Chanyeol. Aku sayang padanya." akhirnya Baekhyun mengeluarkan suaranya, bergetar.

"Mencintai? Oh yang benar saja... Kau menyiksanya. Kau ingin membunuhnya." geram Tiffany. Dia sempat melihat luka merah yang berbekas di bagian dada, bahu dan perut Chanyeol beberapa saat yang lalu. Dan hal itu membuatnya semakin sedih.

"Ak.. Aku.. Aku awalnya berniat demikian. Menyiksanya... Tapi pada akhirnya.. Aku...aku sadar, bahwa aku jatuh cinta padanya. Aku tidak ingin berpisah dari Chanyeol." Baekhyun memberikan pembelaan, pikirannya saat ini bukan pada hukuman yang mungkin diterimanya, tapi kepada Chanyeol yang sekarang sudah pergi dari sisinya.

"Aku tidak percaya... Kau..."

"Cukup. Cukup sudah." kali ini Victoria yang berseru, gadis itu yang sejak tadi diam kini buka suara.

"Tolong maafkan Baekhyun... Dia namja yang baik. Aku juga tidak mengerti kenapa dia melakukan semua ini." kata Victoria, dia mencoba merendahkan suaranya, berkata selembut mungkin, agar Tiffany tidak bertambah emosi.

Tiffany menjawab perkataan Victoria dengan isakan, air mata yeoja itu tumpah lagi. Dia tidak tahu harus berkata apa. Marah marah memang bukanlah stylenya, tapi jika sudah menyangkut Chanyeol, maka ceritanya akan lain.

Tiffany mendesah beberapa kali, merapikan sejenak pakaiannya yang kusut.

"Hukum yang akan berbicara." tutup Tiffany, dan tanpa berkata kata lagi, gadis itu pergi dan meninggalkan rumah Victoria, menuju mobilnya yang terparkir di halaman depan.

Hening.

"Ahh..." Victoria sempoyongan, sambil memegang pelipisnya, dia mendadak pusing.

"Kau tidak apa apa?" Nichkhun dengan sigap menahan tubuh Victoria agar tidak jatuh.

"Ti..tidak apa apa. Nichkhun shi, sebaiknya kau tidur.. Jadwal pesawatmu besok cukup pagi." Victoria mengingatkan, dia mencoba tersenyum.

"Ya, tapi kau juga istirahat."

"Aku akan menemani Baekhyun, sebentar saja. Kau tidurlah."

"Baik kalau begitu." Nichkhun akhirnya juga beranjak, namja tampan blasteran itu memandang Victoria dan Baekhyun secara bergantian, setelah itu dia keluar kamar. Hening lagi.

Tinggallah Victoria dan Baekhyun berdua saja. Namun tidak ada kata kata yang keluar dari kakak dan adik sepupu itu. Mereka diam membisu.

Kejadian yang tadi betul betul berlangsung cepat dan tidak terduga, semua kaget, semua shock. Semua tidak menyangka. Dan sepertinya kejadian itu akan membuat semuanya tidak akan sama lagi, semuanya pasti akan berbeda.

Waktu yang akan menjawabnya.

o

o

o

o

O...O...O...O

Lima hari kemudian.

Baekhyun dalam beberapa hari ini mengurung diri didalam kamarnya. Dia tidak mau bicara dan menemui siapapun. Victoria sudah berusaha berbicara dengannya, namun sia sia saja. Telefon dari Kyungsoo juga sama sekali tidak pernah dijawabnya. Intinya, Baekhyun masih tidak bisa merelakan kepergian Chanyeol.

Hiks hiks hiks.

Menangis, menangis dan menangis. Hanya kata itu yang sering dilakukan Baekhyun didalam kamarnya, menangisi Chanyeol yang sangat dicintainya.

Nichkhun sudah empat hari lalu kembali ke kampung halamannya, Thailand. Victoria cukup sedih karena harus berpisah dengan teman lamanya itu. Namun sekarang fokusnya hanya kepada Baekhyun dulu, dia masih belum mengerti kenapa adik sepupunya itu melakukan penculikan terhadap Chanyeol, penculikan disertai penyiksaan batin dan fisik. Dan tidak kalah penting adalah niat Tiffany untuk melaporkan masalah ini ke polisi, namun setelah lima hari berlalu, tidak ada satupun polisi atau pihak berwajib yang datang kerumahnya. Hal itu sedikit membuatnya lega, dia tentunya tidak ingin Baekhyun berurusan dengan hukum alias masuk penjara.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.03 pagi. Baekhyun berdiri didepan cermin, memandang pantulan wajahnya yang agak pucat dan berantakan. Seragam sekolahnya sudah terpakai. Ya, dia berniat hari ini masuk sekolah.

'Baekhyun, kau harus kuat... Kau namja kuat.' batin Baekhyun, menguatkan dirinya dalam hati. Bayang bayang wajah Chanyeol saat orgasme terlintas diwajahnya, entah mengapa dia tidak bisa sedetikpun melupakan wajah namja tampan itu.

Beberapa saat kemudian, Baekhyun keluar dari kamarnya dan langsung menuju lantai bawah. Kakak sepupunya tentu saja sudah berangkat kerja sejak tadi. Baekhyun sama sekali tidak sarapan, namja itu langsung pergi.

Baekhyun berharap ada suatu 'keajaiban' yang akan ditemuinya saat di sekolah nanti. Semoga.

o

o

o

o

O...O...O...O

Baekhyun melangkah gontai, posisinya sudah didepan halaman sekolah. Baru saja ingin masuk, tiba tiba dikagetkan oleh seruan namja yang dikenalnya.

"Ya Ambyun... Baekhyun. Kau kemana saja..." pekik si namja, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kyungsoo. Pemuda itu berteriak, bersorak gembira.

Baekhyun menimpali dengan tersenyum kecil. Dia sangat senang bisa bertemu lagi dengan teman dekatnya itu. Namun sebisa mungkin dia menyembunyikan kesedihan yang kini dirasakannya.

"Dari mana saja kau? Kau sakit apa? Kenapa baru masuk sekolah sekarang?" cerocos Kyungsoo, dengan serentetan pertanyaan yang sambung menyambung.

Lagi lagi Baekhyun tidak menjawab, namja itu menarik tangan Kyungsoo untuk berbicara disamping perpustakaan sekolah. Tempat itulah yang dulu digunakannya berbicara empat mata bersama Tiffany.

"Aku sakit. Hanya sakit biasa." akhirnya Baekhyun mengeluarkan suaranya, dia mencoba tersenyum lagi.

"Lalu, kenapa kau tidak mengangkat telefonku? Tidak membalas pesan singkatku. Kenapa?"

"Jawabannya panjang Kyung. Sangat panjang. Aku akan menceritakan nanti." jawab Baekhyun, lirih, mendesah.

"Jelaskan saja sekarang. Lagi pula wajahmu sangat pucat, matamu sembab. Kau tidak pakai eyeliner ya? Wajahmu tampak polos dan lain." Kyungsoo terus berujar, tanpa henti. Dia butuh penjelasan konkret.

Baekhyun mengalihkan pandangannya kearah lain, menghindari menatap mata bulat Kyungsoo. Lagi lagi bayangan wajah Chanyeol muncul, kali ini muncul dijendela perpustakaan.

"Chanyeol ah..."

"Kau bilang apa?"

"Ah, tidak."

"Aku tidak salah dengar. Baru saja kau mendesahkan nama si namja pembully itu, Chanyeol." tukas Kyungsoo.

"Ak.. Aku... Kau salah dengar Kyung."

Kyungsoo diam sejenak, dia nampak berpikir. Lalu berujar lagi.

"Tunggu... Sepertinya kau punya hubungan serius dengan si Park Chanyeol itu. Ceritakan padaku Baek... Aku sahabat dekatmu." paksa Kyungsoo.

Baekhyun bungkam, dia menundukkan wajahnya.

"Baru kemarin si Chanyeol itu masuk sekolah... Entahlah, dia terlihat sa..."

"Apa? Chanyeol masuk sekolah?" Baekhyun memotong kalimat Kyungsoo dengan cepat, otomatis.

"Ya. Tentu saja. Namja itu masuk sekolah."

"Di..dia tidak pulang ke Busan?" Baekhyun menahan nafasnya, bertanya lagi.

"Entahlah. Tapi aku tidak tahu. Yang jelas namja itu muncul kemarin. Dan hari ini sepertinya dia masuk sekolah lagi. Tapi.. Hei, kenapa? Kenapa kau bertanya tentangnya?" Kyungsoo bertanya balik, dahinya mengernyit tidak paham. Lagi lagi butuh penjelasan dari Baekhyun.

Hiks hiks.

Baekhyun menjawab pertanyaan Kyungsoo dengan isakan tertahan.

"Hei.. Kenapa kau menangis?" tanya Kyungsoo lagi. Belum juga mendapatkan jawaban, tiba tiba Baekhyun langsung memeluknya. Bugh. Dia nyaris saja terjengkang.

"Kyung... Aku... Aku mencintainya. Aku mencintainya Kyung." ucap Baekhyun, berulang ulang. Dia terisak isak sambil memeluk Kyungsoo.

"Men..mencintai siapa?" Kyungsoo masih gagal paham.

"Aku mencintai Chanyeol." jelas Baekhyun.

"Apa? Kau mencintainya? Kenapa bisa?" pekik Kyungsoo, kaget tidak percaya. Seakan Baekhyun baru saja mengatakan akan kursus balet dan akan menjadi ballerina.

"Ak.. Aku tidak tahu Kyung. Tapi aku betul betul mencintainya. Aku.. Aku bahkan sudah melakukan seks dengan namja itu. Hiks hiks..." ungkap Baekhyun.

"What?" mata bulat Kyungsoo semakin membulat. Kekagetannya semakin bertambah. Firasatnya selama ini benar, bahwa ada sesuatu antara Baekhyun dan Chanyeol yang tidak diketahuinya.

Lalu Baekhyun mulai bercerita, semuanya. Pemuda imut itu berbicara dengan tersendat sendat, juga segukan. Air matanya berlinang dan membasahi baju seragam sekolah Kyungsoo.

"Jadi kau menyekap namja itu dirumahmu?" tanya Kyungsoo, setelah Baekhyun selesai bercerita. Pantas saja dua hari ini Baekhyun selalu tertutup.

"Y.. Ya, aku menyekapnya. Menelanjanginya, dan kami melakukan hubungan seks sebanyak dua kali." Baekhyun menjawab, lirih.

"Lalu kenapa kau bisa jatuh cinta padanya? Bukankah dia selalu membullymu?"

"Sudah kukatakan tadi... Perasaan itu muncul begitu saja Kyung. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku mencintainya." sahut Baekhyun, setelah itu melepaskan pelukannya dari Kyungsoo. Beberapa siswa dan siswi yang melintas memberikan pandangan aneh pada mereka.

"Tenanglah Baek... Aku paham... Aku paham perasaanmu. Cinta memang datang tidak pernah terduga. Aku juga mengalaminya." desah Kyungsoo, lalu terbayang wajah seorang pemuda tampan berkulit seksi.

Kyungsoo mengusap bahu kanan Baekhyun. Sepertinya mereka berdua tidak masuk mata pelajaran pertama, karena baru saja bell masuk berbunyi, namun mereka belum beranjak dari samping perpustakaan.

"Tapi Baek... Aku menyayangkan kenapa kau sampai pada tahap berhubungan seks dengan Park Chanyeol?" tanya Kyungsoo, sedikit berhati hati, takut jika Baekhyun tersinggung.

"Itulah Kyung. Aku tidak bisa menahan diri. Seks awalnya kuanggap sebagai pembalasan dendamku. Tapi... Tapi seiring waktu, aku..aku malah menyukai seks itu. Semua sudah terjadi Kyung. Aku sudah melakukan semuanya." jawab Baekhyun, berbisik. Dia mengusap pelan wajahnya yang berlinang air mata. Lagi lagi wajah seorang Park Chanyeol muncul seperti siluet didepannya.

"Jadi bagaimana rasanya berhubungan seks bersama Park... Eh, maaf... Aku hanya bercanda, lupakan.. Hehehee." Kyungsoo yang hampir ketularan cabe, menutup mulutnya. Dia hampir saja bertanya pertanyaan yang bukan pada tempatnya.

Baekhyun tersenyum getir, lalu mengusap wajahnya.

o

o

o

o

O...O...O...O

Tiga puluh menit berlalu sejak Baekhyun dan Kyungsoo duduk berdua di bangku samping perpustakaan. Kedua namja itu mengakhiri pembicaraan serius dan mencoba membicarakan sesuatu yang santai dan menyenangkan. Kyungsoo yang berinisiatif sebenarnya, dia tidak ingin sahabatnya larut dalam kesedihan yang dalam.

Namun sesosok pemuda yang melintas tidak jauh dari mereka berdua, membuat pembicaraan kedua namja itu terhenti.

"Chanyeol ah..." kata Baekhyun, berdiri dari duduknya. Kyungsoo juga ikut berdiri.

Ya, Park Chanyeol melintas, pemuda bermarga Park itu berjalan pelan bersama dua orang sahabatnya. Tidak lupa ada empat yeoja anak kelas satu yang mengikut dibelakang, mereka adalah fans fans labil Chanyeol.

"Chanyeol ah..." panggil Baekhyun, dia tidak salah lihat. Chanyeol benar benar baru saja lewat. Dia awalnya mengira Kyungsoo salah dan Chanyeol tidak masuk sekolah dan sudah berada di Busan. Tapi ternyata Chanyeol memang masih masuk sekolah.

Baekhyun terus memanggil nama Chanyeol, namun si empunya nama tidak menanggapi.

"Baek, sudahlah... Dia..."

"Tidak Kyung. Aku akan bicara dengannya." tukas Baekhyun, kemudian langsung berjalan cepat, mengejar Chanyeol yang berjalan kearah kantin sekolah. Mau tidak mau, Kyungsoo mengikut dibelakangnya.

Baekhyun mengejar Chanyeol sampai ke kantin sekolah.

Chanyeol terlihat duduk manis bersama temannya yang bernama Jongin dan Sehun. Mereka memesan minuman dingin. Tepat pada saat itu, Baekhyun muncul dan langsung menuju kearah kursi yang diduduki Chanyeol.

"Chanyeol ah..." kata Baekhyun, matanya berkaca kaca, tangannya seperti ingin memeluk sosok pemuda yang dicintainya itu. Dia juga sangat khawatir dengan keadaan Chanyeol pasca pingsan lima hari lalu.

Deg.

Chanyeol menoleh, matanya beradu tatap dengan mata Baekhyun. Agak lama. Terlihat wajah Chanyeol masih pucat, namun secara keseluruhan pemuda itu terlihat baik baik saja.

"Chanyeol ah, bisa kita bicara?" Baekhyun menggumam, bibirnya bergetar.

Tapi Chanyeol sama sekali tidak menanggapinya. Namja itu memberikan ekspresi dingin dan tidak bersahabat. Dan yang pasti dia tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Chanyeol ah, bisa kita bicara berdua saja... Tolonglah..." ulang Baekhyun. Tidak putus asa.

"Hei banci... Pangeran Chan tidak ingin berbicara denganmu. Kau mengganggunya saja. Sebaiknya kau pergi. Dasar perusak suasana." salah seorang yeoja fans Chanyeol menyelutuk kasar.

"Huu huu. Benar..." yeoja yang lain ikut nimbrung.

"Memalukan."

Melihat perkataan gadis gadis kelas satu yang begitu keterlaluan, Jongin lekas berdiri. Tanpa disuruh namja itu langsung mengusir para gadis gadis yang mengejek Baekhyun.

"Hey anak kelas satu... Sebaiknya kalian masuk. Tempat kalian bukan disini, tapi di kelas... Apa mau abang temenin ke kelas?" tukas Jongin, menirukan bahasa lain dari negara tetangga.

Jongin mendorong dan mengusir halus para yeoja kelas satu, dan usahanya berhasil. Para yeoja pergi dengan menggerutu serta menghentakkan kaki ke lantai, kesal.

Kyungsoo tersenyum melihat cara Jongin mengusir gadis kelas satu itu. Senyuman bentuk hati khasnya terlihat jelas.

'Wow, Jongin memang sangat hebat. Dia bisa diandalkan.' batin Kyungsoo. Tersipu sipu sendiri.

Sementara itu Baekhyun dan Chanyeol masih diam membisu. Baekhyun tetap menatap Chanyeol, namun Chanyeol sudah membuang wajahnya, menoleh kearah lain. Dia meneguk minuman dingin yang baru saja dipesannya.

Lalu...

"Ayo kita pergi..." kata Chanyeol tiba tiba, pemuda itu berdiri dari duduknya, memberikan kode kepada Sehun dan Jongin untuk pergi dari kantin. Ekspresi wajahnya tetap datar dan dingin.

Tertusuk. Yeah, itu yang dirasakan oleh Baekhyun. Sudah berkali kali rasa itu menghujam dirinya. Chanyeol membuatnya kecewa. Dia mematung ditempatnya dengan kedua tangan bergetar, bibirnya juga bergetar sama hebatnya. Matanya yang berkaca kaca hanya bisa memandangi sosok tampan Chanyeol yang berlalu, meninggalkannya.

Hiks hiks.

"Baek... Sudahlah.. Kau harus tenang." Kyungsoo dengan sigap pasang badan, memegang bahu Baekhyun, memberikan ketenangan.

"Hiks.. Hiks.. Dia memang ingin melupakanku. Dia..dia tidak ingin melihatku lagi... Chanyeol ingin melupakan semuanya." isak Baekhyun, kepedihan dan kesedihannya semakin membuncah.

"Tenanglah Baek. Mungkin Chanyeol butuh waktu... Dia..."

"Tidak Kyung. Chanyeol ingin melupakan semuanya. Bahkan seks yang sudah terjadi itu. Hiks.. Hiks..." isakan Baekhyun semakin keras. Air mata namja itu seperti terkuras habis dalam beberapa hari terakhir ini, menangis, menangis dan menangis.

Untuk kesejuta kalinya Baekhyun menangis dan terisak.

'Padahal Chanyeol mengatakan cinta saat ejakulasi waktu itu... Apa dia hanya terbawa suasana?' Baekhyun membatin dalam hati.

'Tapi kenapa Chanyeol seperti ingin melupakan semuanya... Ya Tuhan... Aku tidak bisa hidup tanpa Chanyeol.'

Brugh.

"Baek... baek... Kau tidak apa apa kan?" tanya Kyungsoo, ketika melihat Baekhyun hampir jatuh dan menimpa meja kantin.

"Ti..tidak apa apa. Bisa bawa aku ke UKS? Kepalaku pusing." kata Baekhyun, pelan.

"Tentu saja." Kyungsoo dengan sigap membantu sahabat sejatinya itu. Menuntun dan membawanya ke UKS yang berada cukup jauh dari posisinya kini.

Baekhyun betul betul lemah, semangat hidupnya seakan menguap seiring perubahan sikap Chanyeol padanya.

o

o

o

o

O...O...O...O

Baekhyun tidur di ruangan UKS agak lama. Kepalanya pusing, dan matanya berkunang kunang. Beberapa menit yang lalu Kyungsoo pergi untuk melihat apakah mata pelajaran jam kedua sudah mulai atau belum. Dan sekarang namja bersenyum love itu kembali.

"Baek. Ada sesuatu yang harus kau ketahui." kata Kyungsoo, nafasnya tersengal sengal karena berlari. Dia melewati penjaga UKS berkacamata yang sedang tertidur dengan pipi menyentuh meja.

"Ada apa Kyung?" tanya Baekhyun tidak mengerti.

"Aku baru saja melintas di ruang administrasi. Disana aku melihat Tiffany, si kakak tiri Chanyeol itu... Dia sedang mengurus kepindahan Chanyeol ke Busan." jelas Kyungsoo, berbicara dengan tempo cepat.

Deg.

"Be..benarkah?" mata sipit Baekhyun membulat, mata itu berkaca kaca lagi.

"Ya, aku tidak bohong Baek. Aku mendengarnya sendiri. Chanyeol betul betul akan kembali ke Busan." ulang Kyungsoo, menjelaskan.

"Hiks.. Hiks... Chan.. Chanyeol betul betul tidak main main. Dia ingin melupakan semuanya... Hiks hiks.. " Baekhyun merosot ditempatnya. Dia seperti ingin mati saja.

Kepala Baekhyun mendadak semakin sakit. Penglihatannya berkunang kunang. Sekelilingnya terlihat kabur dan berputar putar. Hingga tanpa disadari namja itu terkulai lemas. Brugh. Jatuh pingsan, dengan tidak elit. o

o

o

o

O...O...O...O

Sinar mentari siang menyinari, menyeruak dan menyilaukan dua buah pasang mata sipit yang baru membuka. Pemilik mata itu adalah Byun Baekhyun. Pemuda yang baru beberapa saat yang lalu pingsan.

"Akhh.. Aku dimana?" Baekhyun menggumam, dia mengamati keadaan sekelilingnya yang nampak berbeda. Deg. Dia bukan lagi berada didalam ruang UKS, tapi disebuah mobil. Posisinya berada di jok depan.

"Kyung... Kyungsoo. Kau dimana?" Baekhyun menoleh kiri dan kanan, mencari sosok namja yang terakhir bersamanya.

"Ah. Kau sadar juga." seruan Baekhyun dijawab, namun bukan Kyungsoo yang menjawabnya, tapi suara lain.

Deggg.

Mata Baekhyun membulat untuk kesekian kalinya, dia baru sadar bahwa ada seorang pemuda disampingnya sejak tadi, dan itu bukanlah Kyungsoo.

Deg.

"Chan.. Chan.. Chanyeol.." gagap Baekhyun, tidak percaya dengan penglihatannya. Dia saat ini bersama Chanyeol didalam sebuah mobil dan hanya berdua saja.

"Kau pingsan terlalu lama, seperti gadis yang hamil saja." kata sosok disamping Baekhyun. Sosok itu memang adalah Chanyeol. Park Chanyeol. Dia tertawa renyah.

"Chanyeol ah... Ba..bagaimana mungkin.. Kau..."

"Aku minta maaf jika membuatmu kaget, Baekhyun." potong Chanyeol, masih menampilkan senyuman renyah yang jarang ditampilkannya.

Baekhyun benar benar tidak mengerti, Chanyeol tersenyum kepadanya. Padahal beberapa jam yang lalu pemuda itu begitu dingin dan tidak ingin melihatnya. Ada apa dengan Chanyeol?

"Aku tahu kau pasti kaget dan tidak mengerti. Tapi aku ingin menjelaskan sesuatu..." Chanyeol menjeda kalimatnya, dia mendesah.

"Aku akan pergi ke Busan, beberapa menit lagi dan..."

"KAU... KAU MEMBAWAKU KESINI, HANYA UNTUK MENGATAKAN ITU... KAU..." Baekhyun berteriak, memotong kata kata Chanyeol.

"Dengar dulu, aku belum selesai." ucap Chanyeol, mencoba memegang bahu Baekhyun yang terguncang keras.

"TIDAK. AKU TIDAK INGIN MENDENGAR KEPERGIANMU... AKU INGIN..."

"Aku memang akan ke Busan, tapi aku aku akan kembali lagi. DEMI CINTA KITA." jelas Chanyeol. Kata katanya meluncur mulus seperti jalan tol, tanpa hambatan.

Deg.

"Ap.. Apa? Kau..." Baekhyun berhenti memekik, pemuda imut itu memandangi Chanyeol dengan matanya yang berkaca kaca.

"Aku tidak akan mengulangi kalimatku, kurasa semuanya cukup jelas." kata Chanyeol, lalu tersenyum lima jari, sangat cerah.

Dan tanpa aba aba Chanyeol langsung melayangkan pelukan hangat ke tubuh Baekhyun. Pemuda yang belum pulih benar itu memeluk Baekhyun dengan segenap jiwa dan raganya. Tulus.

Mata Baekhyun yang sedari tadi berkaca kaca, tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Air matanya yang hampir kering tumpah, membasahi pipinya yang merah merona.

'Aku tidak salah dengar? Apa ini mimpi?' Baekhyun membatin. Tubuh dan tangannya bergetar hebat.

"Maafkan sikapku saat di kantin tadi. aku hanya sengaja... Aku ingin melihat wajahmu yang kecewa." ucap Chanyeol, lembut. Dia tertawa pelan. Karena berhasil mengerjai Baekhyun dengan bersikap dingin.

"Ka.. Kau tidak sedang bercandakan? Ini kenyataan?" Baekhyun belum sepenuhnya percaya. Namja menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa harus dengan seks lagi agar kau percaya? Begitu?" timpal Chanyeol. Cekikikan tidak jelas.

"Kita saling memiliki sekarang. Dan jangan paksa aku untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu. aku rasa kau sudah cukup mendengarnya saat adegan seks kita di kamarmu. Aku tidak akan mengulangi pernyataan itu." lanjut Chanyeol, dia memperjelas semuanya. All.

"Tap... Tapi... Kau..."

"Aku baik baik saja. Aku pingsan saat itu adalah suatu kesalahan teknis saja. Aku harap kau melupakannya. Aku adalah namja yang kuat... Tenang saja." Chanyeol memotong kegagapan Baekhyun. Dia lagi lagi cekikikan seperti kuda. Sifat aslinya yang kekanak kanakan keluar juga.

"Tap.. Tapi Tiffany, noonamu..."

"Aku sudah menjelaskan kepada Tiffany noona. Dia paham duduk permasalahannya sekarang. Walau awalnya Tiffany noona ingin melapor ke pihak berwajib, tapi setelah berkali kali kujelaskan, akhirnya dia bisa mengerti. Semua masalah ini berawal dariku, dan aku juga yang harus mengakhirinya."

Ada kelegaan, kehangatan dan rasa nyaman yang dirasakan oleh Baekhyun setelah Chanyeol selesai bercerita. Walau sampai detik ini, dia masih tidak percaya bahwa Chanyeol memeluknya dengan ikatan cinta.

"Apa kau sudah tenang dan mengerti?" tanya Chanyeol, seraya melepaskan pelukannya dengan gerakan lembut.

Baekhyun mengangguk, wajahnya memerah. Dia menunduk, entahlah, perasaannya campur aduk saat ini.

"Kalau begitu, jangan menangis lagi. Air matamu sudah sering keluar... Sama seringnya dengan air maniku yang keluar gara gara kau." sahut Chanyeol, melayangkan candaan mesum yang garing.

Mau tidak mau, Baekhyun tersenyum juga. Namja itu meninju pelan dada Chanyeol, dia malu sendiri.

"Baiklah... Aku akan mengantarmu kembali ke Sekolah. Karena jadwal pesawatku sebentar lagi, jadi..."

"Jadi kau... Kau betul betul akan pergi ke Busan?" Baekhyun memotong ucapan Chanyeol, mata sembab menyorot sedih.

"Tentu saja, hanya tiga hari. Setelah itu aku kembali, aku tetap akan bersekolah di sini." Chanyeol berujar, seraya mengecup pelan dahi Baekhyun, sangat lembut. Wajah Baekhyun semakin memerah akibat kecupan itu.

Chanyeol merogoh sesuatu dari sakunya, mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi empat, dia memberikan benda itu pada Baekhyun.

"Apa ini?" tanya Baekhyun, memegang benda yang diberikan padanya.

"Buka saja, kau pasti suka." jawab Chanyeol, menyuruh Baekhyun membuka kertas coklat yang menutupi benda tipis itu.

Baekhyun membukanya, dan matanya sontak membeliak kaget. Chanyeol memberikannya sebuah foto, bukan foto biasa, melainkan foto Chanyeol dalam keadaan telanjang bulat. Berselfie tanpa sehelai benangpun.

"Kau bisa memandangi foto itu sebagai penggantiku selama tiga hari. Kau suka kan?" kata Chanyeol, menampilkan smirk mesumnya. Dia terkikik.

"Ten..tu saja aku suka." jawab Baekhyun. Yang tidak menyangka jika Chanyeol memberikan foto telanjang, bukan cincin, coklat, gelang couple atau sejenisnya. Mungkin karena Baekhyun adalah seorang yang 'cabe', jadi benda seperti itulah yang tepat untuknya. Maybe.

Kedua insan yang awalnya saling benci itu akhirnya disatukan dalam rengkuhan yang dinamakan cinta. Chanyeol tidak ingin mengulangi pernyataan cintanya, bahwa dia juga mencintai Baekhyun. Entahlah, mungkin dia masih aneh karena mereka sesama namja. Tapi yang pasti Chanyeol tidak akan mengecewakan Baekhyun, dia akan segera kembali dari Busan dan menjalani kisah cinta mereka di Ansan High School, Kota Seoul.

Ini mungkin terlihat aneh dan terlalu cepat, tapi itulah cinta. Cinta bisa hadir kapan saja, bisa hadir saat melakukan pembalasan dendam, bisa hadir saat tersakiti atau sedang dalam kenyamanan, bisa hadir saat berhubungan seks dan sebagainya.

Dan yang utama dan nyata, bahwa Chanyeol dan Baekhyun tidak terpisah. Yeaah.

o

o

o

o

o

o

o

END

O...O...O...O...O...O...O

End juga deh. Maaf jika endingnya kecepetan... Aku sedikit drop karena kena sedikit bash, maafkan aku. Tapi aku mencoba sedapat mungkin menyelesaikan FF ini, walau akhirnya mungkin tidak sesuai ekspektasi pembaca semua.

Review dan komentar kalian semualah yang membuat FF ini sampai ke tahap ending. Terima kasih.

Mohon maaf jika ada kata kata di FF ini yang menyinggung. Fanfic ini hanya hiburan semata, tidak lebih, bukan untuk melecehkan atau apa. Sekali lagi terima kasih karena sudah mengikuti dan bersama FF ini.

Sampai jumpa dilain kesempatan, chingu...

Salam

Han Kang Woo