oOo

Main cast : Luhan, Sehun, Kai

Rate : M

Gendre : Hurt, Drama, Family, Romance

Length : Chapter

PS : FF ini HunHan / KaiLu buat yang ga suka sama main castnya ga di saranin untuk baca^^ pemain lainnya akan muncul dengan bertambahnya chapter,FF ini hasil imaginasiku sendiri jadi untuk yang baca review ya..aku nerima kritikan tapi menolak bash,happy reding,semoga kalian suka :*

.

.

.

.

.

Satu mobil Ferrari 458 berwarna merah menyala berhenti tepat di depan rumah yang bisa di bilang sederhana jika di bandingkan rumah lainnya.

Seorang pria turun dari mobil sport mahalnya dengan penampilan menawan, coat hangat berbahan ringan dan lembut membalut pas tubuh tegap seorang Oh Sehun.

Oh sehun membuka pintu gerbang rumah itu yang sudah terlihat sangat penuh karat dan melangkahkan kakinya menuju pelataran rumah sederhana itu, sedikit memperbaiki rambutnya dan mengetuk pintu yang ada di depan rumahnya dengan palan.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan seorang lelaki yang lebih terlihat lebih mungil dari Sehun.

Lelaki itu memiliki wajah kecil berparas cantik dengan mata indah dan bibir berwarna merah alami.

Lelaki itu menyambut Sehun dengan pelukan, membuat Sehun tersenyum simpul karnanya.

"Kau sudah siap?" Sehun bertanya membuat lelaki cantik itu mendongak.

"Aku takut Hun.."

"Kenapa kau harus takut Luhan?"

Sehun balas menatap pada mata Luhan yang terlihat benar benar resah.

"Ini akan menjadi pertemua pertamaku dengan orang tuamu dan bagaimana jika mereka tidak menyukaiku?" Wajah Luhan jelas tersirat sebuah kecemasan.

"Kau masih meragukan dirimu sendiri saat sudah memilikiku sebagai kekasih? Oh Sehunpun takluk padamu Lu jadi tidak akan ada yang tidak menyukaimu, kau tahu itu" Sehun memberi bibir mungil Luhan sebuah kecupan manis.

"Mereka berbeda denganmu Oh Sehun, bagaimana jika mereka seperti di drama drama yang aku tonton?"

Sehun sedikit menunjukan expresi berfikir.

"Heeemm maka aku akan menjadi Kim tanmu yang memperjungkanmu"

Luhan tersenyum mendengarnya.

"Aku lebih menyukai Kim joowon"

"Eeeeeyyy Kim tan lebih baik dari dia.. Jadi bagaiman kau masih ragu?"

Luhan menggeleng dengan senyum indah terukir di sana.

"Baiklah.. sekarang jabat tanganku rusa manis" Sehun mengulurkan tangannya pada Luhan yang langsung di jabat Luhan dengan senang hati.

.

.

Selama di perjalan menuju tempat yang sudah di rencanakan, Luhan tidak berhentinya terus berdoa agar orang tua Sehun menyambutnya dengan baik.

Empat tahun lebih berpacaran dengan anak tunggal pewaris Hyundai heavy industries, sebuah perusahaan turun temurun perakit kapal terbesar di dunia dan memiliki banyak anak perusahaan lainnya bukanlah hal yang mudah untuk Luhan jalani.

Luhan harus berhati hati untuk menemui ataupun bertemu Sehun, karna Luhan tahu Sehun bukanlah orang normal seperti yang lainnya, kehidupan Sehun di usianya yang sudah dewasa (24th) lebih menggoda untuk para media di banding kehidupan kehidupan selebrity terkenal di Korea dan para pemburu berita bisa ada di sekitar mereka kapanpun tampa di sadari, walaupun Sehun tidak pernah merasa keberatan jika seluruh dunia tahu Luhan adalah kekasihnya tapi tidak dengan Luhan.

Luhan tidak siap kehidupannya menjadi sorotan dunia dan Luhan belum mempunyai kesanggupan untuk di kritik halayak umum karna dirinya dari kalangan bawah yang berpacaran dengan kalangan paling atas.

Sehari harinya Luhan hanya bekerja di toko kue temannya sepulang jam kuliah dan rumah yang ia tempati adalah peninggalan neneknya yang meninggal satu tahun silam.

Hidup tampa orang tua dan sodara lainnya selain neneknya membuat Luhan menjadi lelaki pekerja keras, semua biaya sekolahnya sampai menengah keatas adalah hasil kerja paruh waktu yang ia ambil.

Luhan tidak pernah bermimpi untuk bisa kuliah, baginya tamat sekolah menengah atas sudah lebih dari cukup, namun setelah menjadi kekasih sehun di usianya yang kesembilan belas Luhan kembali melanjutkan pendidikannya di usia dua puluh tahun atas paksaan dan bantuan dari Sehun.

.

.

FLASHBACK.. Two years ago.

Luhan tengah membuat ramyeon untuk Sehun yang sedang terduduk manis di kursi makannya, setelah ramyeon yang Sehun minta matang, Luhan membawanya dan meletakan di meja makan kecilnya.

Sehun dengan bersemangat langsung mengambil panci berisi ramyeon yang masih mengepul dan memakannya dengan lahap.

Udara di seoul cukup dingin dan memakan ramyeon buatan Luhan adalah hal terbaik untuk Sehun.

Luhan menatap Sehun dengan senang melihat kekasihnya sudah hampir menghabiskan satu panci kecil berisi ramyeon.

"Kau sangat lapar?"

Sehun mengangguk.

"Kau bisa memesan makanan manapun yang kau mau dengan cepat jadi untuk apa susah susah datang kemari?"

"Aku merindukan ramyeonmu Lu"

Luhan tertawa kecil mendengarnya.

"Dan apa kau tidak merindukanku? Kita sudah satu minggu tidak bertemu"

"Kita pernah tidak bertemu selama lima bulan asal kau ingat"

Sehun tersenyum mendengarnya.

"Ya aku ingat itu.."

Setelah semua ramyeonnya habis, Sehun mengambil beberapa document dari tasnya.

Luhan menatap bingung pada document yang Sehun letakan di depannya.

"Apa ini?"

"Beberapa daftar unniversitas yang aku pilih untukmu.."

Luhan mendelik.

"Sudah aku bilang aku tidak mau menerimanya"

"Sebentar lagi aku akan mulai focus membantu Ayah di perusahaan dan setidaknya kau harus kuliah agar tidak terlalu merindukaku"

Luhan menatap Sehun jengkel yang tengah tersenyum menggoda padanya.

"Kau yang akan mati karna terlalu merindukanku.."

"Yah kau benar, aku akan mati jika tidak bertemu dengamu" Sehun tertawa kecil saat mengatakannya membuat Luhan merasa geli melihatnya.

"Jadi sekarang pilih mana yang kau mau.."

Luhan kembali mendengus.

"Tidak ada penolakan kali ini Lu.. jika kau menolak itu sama saja seperti kau menolak untuk menikah denganku.." Sehun menatap serius pada Luhan.

"Kau tahu betul seperti apa hidupku dan aku sangat mencintaimu asal kau tahu dan jika aku ingin membawamu masuk lebih dalam maka setidaknya kau harus menamatkan S1mu lebih dulu.."

Luhan terdiam mendengarnya, berfikir bahwa yang Sehun katakan benar.

Dia sudah cukup malu menampangkan diri pada dunia sebagai kekasih Sehun dan jika dia ingin menjadi pendamping Sehun, Luhan harus mempunyai sebuah kemampuan.

Luhan sadar betul Sehun adalah seorang pangeran yang selalu di gandrungi anak dari kerajaan lain dan Luhan yang hanya seorang petani biasa harus memiliki lumbung berisi padi yang cukup untuk membanggakan diri di depan semua orang nantinya.

Sehun menatap Luhan penuh harap dan tak lama Luhan mengangguk dengan senyum kecilnya.

"Aku akan melakukannya karna aku mencintaimu Oh"

Sehun tersenyum lebar dan langsung melangkah untuk memeluk Luhan dari belakang.

Sehun berkali kali mengucapkan terimakasih dan memberi tengkuk Luhan beberapa kecupan kecupan kecil.

"Aku mencintaimu Luhan"

"Aku lebih mencintaimu Sehun"

FLASHBACK END…

.

.

Dan kini di usia 22th, Luhan hanya sedang menunggu waktu wisudanya dan karna itulah Luhan sudah memiliki sedikit keberanian untuk di perkenalkan pada orang tua Sehun walaupun Luhan kini tengah mati matian menahan debaran jantungnya yang seakan ingin melompat keluar.

"Sudah sampai Lu.."

Luhan tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Sehun.

Sehun menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran Italy yang Luhan ketahui sangat mahal harga perkursinya, bukan orang sembarangan yang sanggup makan di restoran ini.

Sehun memang sering membawanya ke tempat tempat mahal yang tidak kalah mahalnya dari ini tapi untuk restoran ini Luhan tidak pernah membayangkan dirinya akan menginjakan kakinya di sini.

"Cepat Lu"

Sehun sudah berdiri di depan Luhan yang masih terduduk di kursi mobil Sehun dengan tatapan memuja pada restoran mewah di hadapannya.

Luhan mengangguk dan menerima jabatan tangan Sehun, mereka berjalan memasuki restoran dengan bergandengan tangan.

Luhan tidak berhenti mendecak kagum pada interior restoran mewah ini yang penuh dengan sentuhan arsitektur kuno.

"Tuan Oh silakan ikut dengan kami"

Seorang waiters datang menghampiri Sehun dan Luhan untuk menunjukan ruangan VVIP yang sudah keluarga Sehun sewa untuk menjaga privacy mereka.

Sehun mengangguk dan mengikuti waiters itu dengan Luhan yang masih sesekali menengok kebelakang untuk melihat lihat kesekelilingnya.

"Silakan masuk Tuan"

Waiters itu berhenti tepat di depan pintu yang penuh ukir ukiran membentuk gambar khas orang romawi, membuat Luhan menatap semakin kagum dengan restoran ini dan tanpa Luhan sadari langkahnya sudah Sehun bawa memasuki ruangan yang mereka tuju.

Luhan baru tersadar dari kekagumannya saat matanya melihat dua orang yang sudah berdiri di depannya.

Perasaan kekaguman Luhan pada restoran ini sontak hilang dalam sekejap, tergentikan rasa gugup yang kembali menjalari sekujur tubuhnya.

Sehun membungkuk dan Luhan dengan canggung mengikuti apa yang Sehun lakukan.

Seorang lelaki dengan wajah penuh kewibawaan tersenyum kecil dan mempersilakan Sehun juga Luhan untuk duduk.

Luhan duduk dengan tangan yang terasa bergetar dalam genggaman Sehun.

Seorang wanita yang masih terlihat cantik dan begitu anggun menyuruh para waiters untuk keluar sebelum menyusul suaminya untuk duduk.

Sehun tersenyum.

"Ayah Ibu ini Luhan, dia kekasihku"

Sehun memperkenalkan Luhan tanpa basa basi saat merasa waktunya sudah tepat.

Orang tua Sehun langsung mengarahkan perhatian mereka pada Luhan yang terlihat sangat gugup.

"A.. aku Luhan,salam kenal" Luhan kembali membungkuk dengan lebih sopan.

"Duduklah" Ibu Sehun tersenyum pada Luhan.

"Jadi namamu Luhan?"

Luhan mengangguk menjawab pertanyaan Ayah Sehun.

"Aku Oh kwang ryul ayah sehun dan ini istriku Oh in hwa" Sebagai kepala keluarga, Ayah Sehun memperkenalkan istrinya yang di sambut Luhan dengan senyum simpul.

"Aku sudah mengetahuinya tuan di Korea tidak ada yang tidak mengenal orang sehebat anda"

Ayah Sehun tertawa kecil mendengarnya.

"Berapa lama kalian berhubungan?"

"Empat tahun"

"Wow jadi kenapa kau baru mengenalkan Luhan pada kami Sehun?" Ayah Sehun melemparkan tatapannya pada Sehun.

"Hanya menunggu waktu yang tepat Yah.."

"Baiklah, silakan kau makan hidangan yang sudah kami siapkan" Ayah Sehun mempersilakan dengan baik.

Luhan mengangguk, Luhan merasa sedikit kelegaan mendapati senyum kedua orang tua Sehun untuknya, dalam hati Luhan berharap bisa meninggalkan kesan yang baik pada mereka.

Mereka mulai menikmati makan malamnya dengan hikmat.

Luhan sedikit merasa bosan sebenarnya dia tidak terbiasa dengan adat diam ketika di meja makan.

"Luhan bagaimana kuliahmu?"

Luhan mendongak dengan bersemangat saat mendengar suara Ibu Sehun.

"A.."

"Luhan mendapat nilai tinggi di unniversitasnya dan berhasil menamatkannya dengan baik"

Sehun memotong jawaban yang akan Luhan beri pada Ibunya.

Ibu Sehun mengangguk kecil.

"Bagai mana dengan usiamu?"

"Dia lebih muda satu tahun dariku"

Luhan menghela nafasnya saat lagi lagi Sehun merampas haknya untuk menjawab.

"Orang tuamu, bagaimana dengan orang tuamu? Apa nama perusahaan mereka?"

Luhan sudah bersiap siap untuk tidak membiarkan Sehun merebut lagi haknya menjawab, namun saat mendengar pertanyaan yang terlontar adalah itu mulut Luhan kembali terkatup rapat.

"Apa orang tuamu bekerja di industri hiburan? Aku benar benar ingin memiliki besan atau menantu yang bekerja dalam bidang entertainment" Ibu Sehun mengungkapkan harapanya dengan sedikit terkekeh.

Luhan hanya terdiam, jiwanya seolah olah lepas dari tubuhnya mendengar perkataan Ibu Sehun.

Apa sekarang aku akan di usir?.

Sehun menggenggam tangan kiri Luhan yang berada di atas meja dengan tangan kanannya.

"Luhan tidak memiliki orang ua Bu, hidupnya sederhana.. dia hanya bekerja paruh waktu di toko kue temannya"

Luhan sepontan menoleh dengan mata membulat pada Sehun yang menatap orang tuanya dengan serius.

Apa sehun bodoh? Jelas jelas setelah ini Luhan pasti akan di usir.

"Tapi denga Luhan sudah menamtkan S1nya aku berencana ingin mempekerjakan Luhan di kantorku"

Ayah Sehun mengangguk mengerti.

"Tidak masalah, Sehun sudah memiliki semuanya dan tidak membutuhkan hal lain, bukankah seperti itu bu?" Ayah Sehun menoleh pada istrinya yang tersenyum simpul.

"Asal Sehun bahagia, aku akan mendukung keinginan Sehun"

Luhan hampir tidak bisa berkedip mendengar itu.

Apa dugaannya salah?

"Kau dengar itu Luhan?"

Sehun tersenyum pada Luhan yang masih tercengang.

"Kau akan menjadi Oh Luhan, secepatnya" Sehun tersenyum lebar dan memberi bibir Luhan sebuah kecupan.

"Eeeyy Oh Sehun kau tidak sopan nak"

Sehun terkekeh mendengar gurauan Ibunya, sementara Luhan tiba tiba merasa malu menyadari apa yang Sehun lakukan padanya.

"Aku akan bekerja keras untuk pantas menjadi pendamping Oh Sehun" Luhan mengucapkannya dengan bersungguh sungguh pada orang tua Sehun.

Sehun sedikit tersentuh mendengarnya.

"Terimakasih Luhan" Sehun mengecup punggung tangan Luhan yang di balas Luhan dengan sebuah senyuman manis.

.

.

Setelah pertemuan selesai, Sehun mengantarkan Luhan kembali ke rumahnya.

"Kau tidak ingin masuk?" Luhan bertanya yang di jawab gelengan kepala oleh Sehun.

"Besok aku harus pergi pagi sekali ke kantor"

Luhan mengerti dan memberi Sehun elusan di pipi sebelum keluar dari mobil.

"Istirahatlah dengan baik"

Sehun mengangguk.

"Beri aku vitaminku lu.." Sehun tersenyum kecil.

Mengerti dengan maksud Sehun, Luhan tampa ragu mencium bibir Sehun.

Sehun menahan tengkuk Luhan dan balas melumat dengan Luhan.

Setelah beberapa menit pagutan itu terlepas dengan nafas Luhan yang tersengal sengal.

Sehun mengusap bibir Luhan yang menjadi basah karna ciuman mereka.

"Aku mencintaimu Luhan, sampai kapanpun"

Luhan terdiam terpaku mendengarnya, entah ini sebuah firasat atau bukan tapi Luhan tiba tiba merasa ini akan mejadi terahir kalinya mendengar kata kata itu.

Luhan menggeleng kecil mencoba menepis apa yang tengah ia rasakan.

"Akupun akan selalu mencintaimu Sehun, dalam keadaan apapun"

Sehun tersenyum kecil dan memberi ciuman untuk kening Luhan.

Luhan memejamkan matanya, menikmati cinta yang tengah Sehun tunjukan untuknya.

Luhan sangat mencintai Sehun, sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun! Sehun akan selalu menjadi orang pertama yang Luhan ingat.

.

.

Siang itu Sehun tengah membereskan beberapa map yang berserakkan di mejanya saat telfonnya berdering.

"Ada apa?"

'Ada yang mencari anda Tuan, dia mengatakan sudah membuat janji dengan anda'

Sehun sedikit berfikir mendengar ucapan sekertarisnya, seingatnya siang ini sehun hanya ada jadwal untuk datang ketempat perakitan guna mencek kapal yang tengah mereka tangani untuk Negara tetangganya.

"Baiklah, biarkan dia masuk"

Sehun menaruh document yang sudah dia tata dengan rapih di sudut meja dan tak lama suara ketukan terdengar dari luar.

"Masuk"

Pintu ruangan sehun terbuka, menampilkan seorang pria dengan kulit tan dan penampilan yang bisa di bilang cukup maskulin.

"Boleh aku masuk?"

Sehun mengangguk dan pria itu dengan cepat memposisikan dirinya di hadapan Sehun.

Sehun meneliti dengan baik pria yang tengah terduduk di depannya, Sehun benar benar tidak mengenal pria ini.

"Perkenalkan, namaku Kim Kai jika kau ingin tahu"

Pria itu, Kai! tersenyum pada Sehun.

Sehun mengangguk, sedikit merasa bingung sebenarnya dengan keperluan orang ini datang ke kantornya.

"Ada keperluan apa anda datang kesini?"

Kai terkekeh kecil mendengar pertanyaan Sehun.

"Tidak ada hal penting sebenarnya, ini hanya menyangkut Luhan, kekasihmu"

Mendengar nama Luhan di sebut, Sehun sontak menegakkan duduknya dengan keterkejutan.

"Ada apa dengan Luhan? Apa terjadi sesuatu?" Sehun sekarang merasa hawatir pada Luhannya.

Kai menggeleng kecil.

"Dia baik saat aku menemuinnya semalam"

Sehun menyeringit mendengar ucapan kai.

"Tepatnya setelah kau mengantar Luhan pulang sehabis bertemu dengan orang tuamu"

"Bagaimana kau bisa tahu soal itu?" Nada bicara sehun mulai terdengar memberat mendengar apa yang kai sampaikan.

Kai mendecih dan menatap Sehun sinis.

"Kau ini bodoh atau apa Oh Sehun! Luhan sudah bertahun Tahun membodohimu dengan mencintaimu hanya untuk kepentingannya sendiri dan asal kau tahu, aku adalah kekasih sesungguhnya Luhan"

Sehun mendengus dengan keras, merasa tidak percaya dengan ucapan Kai.

"Dan aku sudah cukup merasa jengkel karna harus berbagi Luhan dengan mu!"

"Kau fikir aku akan mempercayai orang yang tiba tiba datang tampa bukti?" Sehun menggeram saat mengatakannya, emosinya benar benar terpancing saat ini.

Kai tertawa geli mendengarnya.

"Apa tidak cukup hanya dengan menuruti ucapanku? Kau harusnya berterimakasih karna aku adalah penyelamat hartamu dari Luhan yang mengincarnya"

Sehun meremas kuat kursinya, menahan emosinya yang tengah memuncak.

"Luhan bukan orang seperti itu! Aku percaya sepenuhnya pada Luhan"

Kai tertawa mendengar ucapan Sehun.

"Baiklah baiklah, datang ke hotel ini tepat jam 8am dan aku akan benar benar menunjukan seperti apa Luhan yang kau cintai"

Kai meninggalkan sebuah kertas beisikan alamat di atas meja Sehun dan langsung melangkah keluar dengan sebuah senyum licik di sana.

Sehun mengambil kertas itu dan tanpa ragu membulatkan niatnya untuk mengikuti ucapan Kai.

Sehun hanya ingin memastikan, apa yang Kai ucapkan tidaklah benar.

.

.

"Luhan kau sudah akan pulang?"

Seorang lelaki mungil bernametag Baekhyun bertanya pada Luhan yang tengah menaruh seragam kerjanya di dalam loker.

"Ya Baek" Luhan mengangguk kecil.

"Baiklah, hati hati di jalan" Baekhyun menepuk pundak Luhan dengan pelan.

"Baiklah.. selamat tinggal Baek"

Baekhyun menyeringit, merasa aneh saat mendengar salam Luhan.

"Iiisshh harusnya sampai jumpa, kenapa berubah?" Baekhyun bergumam kecil karna Luhan sudah pergi dari hadapannya.

.

.

Luhan berjalan dengan perasaan ringan menuju rumahnya.

Rumah Luhan tidak terlalu jauh dari sini dan itu adalah sebuah keuntungan untuk Luhan karna tidak harus merogoh dempetnya untuk biaya bus.

Tiba tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tapat di sisi trotoar yang tengah Luhan lewati, tak lama keluar seorang pria berpakain seperti supir kalangan atas dan datang menghampiri Luhan.

Luhan menatap bingung pada orang di depannya.

"Apa anda tuan Luhan?"

Luhan mengangguk dengan ragu.

"Ya aku Luhan"

"Aku di minta Tuan Sehun untuk menjemput anda"

Luhan menggaruk dagunya bingung, seingatnya hari ini dia tidak membuat janji dengan Sehun, bahkan Sehun belum menghubunginya satu harian ini.

Ah apa Sehun akan memberi kejutan?.

Luhan tersenyum lebar.

"Eeeyy jangan bercanda paman" Luhan sedikit menoyor pada bahu supir itu dengan malu malu.

"Aku tidak bercanda, tuan Sehun yang memintaku menjemput anda"

"Baiklah oh sehun, aku menunggu kejutanmu" Luhan bergumam gembira dan langsung memasuki mobil sedan itu tanpa keraguan.

.

.

Di dalam perjalanan Luhan terus menimang untuk menghubungi Sehun atau tidak.

Tapi luhan berfikir, bukankah ini sebuah kejutan, maka Luhan tidak harus menghubungi Sehun agar membuat Sehun cemas menunggunya.

Luhan terkikik dengan pemikirannya dan tak lama mobil yang membawanya berhenti tepat di parkiran sebuah hotel berbintang lima.

"Silakan ikut dengan saya"

Supir itu membuka pintu untuk Luhan, Luhan sedikit bergumam terimakasih dan mengikuti kemana supir itu melangkah.

Luhan terus menatap hotel yang ia masuki, Sehun tidak pernah membawanya ke hotel dan dengan Sehun membawanya ke sini apa itu artinya.

Pipi Luhan sontak memerah atas pemikiran yang ada di benaknya.

"Silakan duduk Tuan, Tuan Sehun akan segera datang"

Supir itu mempersilakan Luhan untuk duduk di dalam sebuah restoran mewah yang ada di hotel ini.

Luhan menurut dan seorang waiters menaruh satu gelas jus jeruk di hadapan Luhan.

"Silakan di minum ini Tuan"

Luhan tersenyum kecil pada supir yang masih setia berdiri menemaninya.

"Terimakasih" Dengan pelan Luhan meminum jus jeruk itu hingga tersisa setengah di gelasnya.

Sebenarnya Luhan ingin menghabiskan itu tapi mengingat di mana sekarang dia tengah berada Luhan mengurungkan niatnya, untuk menjadi pendamping Sehun bukankah harus mempunyai image yang baik?.

Luhan tertwa kecil dengan pemikirannya.

Namun tiba tiba Luhan merasakan matanya memberat, Luhan terus mengucek matanya mencoba menghilangkan kantuk yang datang menggelayuti matanya.

"Paa.." Ucapan Luhan terputus dan Luhan jatuh tertidur di atas mejanya.

.

.

Supir itu membopong Luhan dan membawa Luhan masuk pada salah satu kamar, supir itu meletakan Luhan dengan hati hati di ranjang.

"Kerja bagus"

Suara lain muncul dari sudut kamar.

Dia Kai, duduk dengan santai sambil menyesap wine di dalam gelas yang tengah ia genggam.

"Kau boleh keluar dan ingat beritahu aku jika si bodoh Oh Sehun datang" Pria itu mengangguk mengerti dan segera keluar dari kamar itu.

Kai meletakan winenya di meja dan berjalan menghampiri Luhan yang tengah tertidur pulas.

Kai mengelus pipi Luhan dengan sebuah seringaian terbentuk di bibir tebalnya.

"Kau cantik Luhan, tidak heran si bodoh Sehun tergila gila padamu" Kai tersenyum kecil menatap wajah Luhan yang terlelap.

"Aaa.. jadi apa yang harus aku lakukan padamu? Apa aku harus bermain main dulu dengan tubuh mulusmu" Kai bermonolog dengan tatapan meneliti pada tubuh Luhan yang terbaring di depannya.

Ponsel Kai bergetar dalam saku celananya, membuat Kai terkekeh kecil saat membaca pesan yang ia dapat.

"Oh sehun sudah tidak sabar rupanya dia datang lebih cepat dari yang aku kira" Kai bergumam kecil dan menampilkan semiriknya pada Luhan.

"Baiklah Luhan, kita akan memulai pertunjukan" Kai tertawa.

Dengan cepat Kai melucuti semua yang melekat pada tubuh Luhan, Kai bersiaul dengaan tatapan nakal saat mendapati tubuh mulus Luhan yang tanpa cacat terpampang tak berdaya di hadapannya.

Hanya lelaki bodoh yang tidak gila dengan tubuh sempurna Luhan.

Tanpa membuang waktu kai mengeluarkan penis kebanggannya tanpa melepas celannya dengan cepat dan tergesa Kai mengocok penisnya yang masih terkulai.

"Shit cepat bangun bodoh!" Kai mengumpat saat masa ereksi penisnya terasa sangat lama.

Sambil terus mengocok penisnya Kai mengambil wewangian dan mengusapkannya pada hidung Luhan.

Luhan dalam sekejap menggeliat dan Kai tersenyum puas melihat penisnya sudah full ereksi di saat yang tepat.

Tanpa menunggu Luhan sepenuhnya tersadar, Kai langsung menindihi tubuh telanjang Luhan, Kai sedikit mengusap penisnya pada hole Luhan untuk membantu Luhan agar lebih cepat mendapatkan kesadaranya.

Luhan makin menggeliat gelisah di bawah kungkungan Kai, Kai menggigit kecil cuping telinga Luhan karna merasa kesal Luhan tidak kunjung membuka matannya.

"Aaahh.."

Kai tersenyum mendengar satu desahan lirih keluar dari mulut Luhan.

"Ayo bangun sayang buka matamu heemmm" Kai berbisik dengan suara beratnya dan mencumbui leher Luhan, membuat beberapa tanda merah di sekitar bahu juga leher Luhan.

Perlahan Luhan membuka matanya yang masih terasa berat, Luhan bisa merasakan sensasi basah di lehernya dan geli di daerah bawahnya.

"Si.. siapa kau?" Dengan suara seraknya Luhan bertanya, kesadarannya belum sepenuhnya Luhan dapatkan.

Kai mendongak membuat Luhan bisa sedikit melihat wajah Kai yang masih terlihat buram di matanya.

"Aku orang yang akan memuaskanmu" Kai tersenyum menggoda pada Luhan dengan terus menggerakkan penisnya di sekitar area hole Luhan.

Luhan menyeringit dan mencoba melihat area bawahnya dan sontak matanya melebar saat mendapati tubuhnya telanjang tanpa tertutupi satu helai benangpun.

Dengan tatapan ngeri Luhan menatap Kai yang berada di atasnya.

"Si.. siapa kau?" Suara Luhan sudah terdengar lebih lantang.

"Kau sudah sepenuhnya sadar?" Kai tidak menjawab dia justru melempar pertanyaan lain dengan wajah mengerikan di mata Luhan.

"Apa yang kau lakukan padaku!" Luhan mencengkram lengan Kai, menancapkan kukunya pada kulit Kai.

"Kau hanya perlu menikmatinya Luhan"

Sebuah seringaian yang Luhan yakini bertanda berburuk terlihat di matanya.

Luhan menggeleng, Luhan jelas tahu apa yang akan terjadi padanya.

"Tidak.. jangan lakukan itu"

Kai terkekeh melihat air mata yang sudah menggenag di mata Luhan dan tanpa membuang waktu, Kai melesakan penisnya pada hole Luhan dalam sekali hentak.

Luhan menggigit bibir bawahnya dengan mata terpejam erat dan airmata yang mengalir membasahi pipinya saat merasakan nyeri pada holenya.

Kai mendesis merasa nikmat akan hole Luhan yang menghisap penis besarnya dengan lapar.

"Apa ini yang pertama untukmu?" Kai bertanya dengan susah payah.

Luhan tidak menjawab, airmatanya terus berlomba lomba keluar dari matanya yang masih terpejam.

Sesuatu yang selama ini dia jaga hanya untuk Sehun harus terenggut di tangan orang yang sama sekali dia tidak ketahui siapa dan bagaimana ini bisa terjadi.

Luhan merasa benar benar hancur dan kesakitan saat ini.

"Jadi benar, Sehun bodoh itu belum menikmatimu? Wow satu kehormatan untukku Luhan" Kai terkekeh saat menyadari arti dari airmata Luhan.

"Buka matamu Luhan"

Luhan tetap bergeming tidak mengindahkan perintah Kai.

"Buka matamu bodoh!" Dengan kesal kai menggerakan pinggulnya dengan telak sampai menyentuh titik kenikmatan Luhan, membuat Luhan tersentak dan membuka matanya.

Kai tersenyum senang.

"Layani aku dengan baik dan aku akan menjaminmu keluar dalam keadaan selamat" Kai memberi tatapan mengancam pada Luhan.

Luhan memalingkan wajahnya kearah lain, tidak ingin menatap mata Kai.

"Aku tidak sudi melayanimu" Luhan berbisik dengan penuh penekanan dalam setiap perkataannya.

"Penggal aku jika tidak bisa membuatmu mendesah!"

Kai mencengkram pipi Luhan dan langsung melumat bibir Luhan dengan kuat.

Luhan terus memberontak dengan sisa tenaga yang ia miliki, tapi itu tidak berdampak sedikitpun pada Kai di atasnya.

Kai mulai menggerakkan pinggulnya dengan tenpo cepat, mengujami hole Luhan dengan kenikmatan.

Airmata Luhan mengalir semakin banyak membasahi pipinya, isakan Luhan terdeam oleh cumbuan Kai.

Merasa jengkel karna Luhan terus menangis, Kai menampar pipi Luhan dengan keras.

"BERHENTI MENANGIS ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU SEKARANG!" Nafas Kai tersengal karna nafsu dan emosi yang menyatu.

Luhan mencoba meredam isakannya dengan susah payah walaupun airmata masih terus keluar membasahi pipinya.

Dia tidak ingin mati sekarang.

Kai tersenyum kecil.

"Bagus! Sekarang layani aku dengan baik" Kai kembali melumat bbir Luhan.

Luhan dengan hati sesak terpaksa menuruti keinginan Kai.

Luhan balas melumat bibir Kai dan Kai kembali menghujamkan penisnya pada hole Luhan yang sempat terhenti.

Suara pintu terbuka terdengar.

Kai menyeringai dalam ciumannya, tanpa menengokpun Kai tahu kalau itu Sehun.

Sehun datang di waktu yang tepat.

Kai terus menggagahi Luhan, tanpa membiarkan Luhan bisa melihat pada arah pintu kamar.

Sehun mematung di tengah pintu menyaksikan pergumalan kekasihnya dengan pria bernama Kai, tangan Sehun terkepal saat telingaya bisa menangkap desahan Luhan yang teredam oleh ciuman Kai.

Dengan emosi memuncak, Sehun berjalan menghampiri Kai dan menarik kai dari atas tubuh Luhan, Sehun menyungkurkan Kai pada lantai dan langsung menghujami telak wajah Kai dengan pukulannya.

Kai tidak meringis saat wajahnya berkali kali berdenyut karna pukulan Sehun, Kai justru terkekeh kecil dengan sudut bibirnya yang berdarah saat meliaht mata Sehun penuh dengan kabut emosi.

Kai bagaikan setan yang merasa senang saat melihat seorang malaikat di bumi tewas mengenaskan.

Sehun menahan tinjunya yang terkepal di udara saat melihat wajah Kai yang terlihat penuh kebahagiaan, Kai tersenyum dengan darah yang sudah membasahi gigi putihnya.

"Aku memberi bukti yang kau minta Sehun, jadi kenapa sekarang kau memukuliku? Kau sudah melihat sendiri bagaimana Luhan tiap malam melwati malamnya denganku dan harusnya kau berterimakasih karna aku menunjukan siapa Luhanmu" Kai tersenyum mengejek pada Sehun.

Sehun mendesis dan dengan telak memukulkan tinjunya pada hidung Kai dengan keras.

Kai sedikit meringis saat merasakan darah mengalir dari hidungnya.

"Tutup mulutmu bedebah!" Sehun melepaskan cengkraman tangannya pada kerah kemeja Kai dengan kasar dan bangkit berdiri dari atas tubuh Kai yang tergeletak tidak berdaya.

Sehun mengarahkan tatapannya pada Luhan yang tengah duduk meringkuk di atas ranjang dengan selimut yang melilit di tubuhnya dan tangisan yang belum kunjung reda.

Tatapan Sehun terasa bagai mata pisau untuk Luhan.

"Sehun" Luhan memanggil Sehun dengan suara bergetar, berharap Sehun akan memeluknya dan membawanya pergi dari sini, namun yang terjadi Sehun hanya diam bergeming di tempatnya.

"Aku tidak menyangkau kau seperti ini di belakangku Luhan"

Luhan menggeleng dengan cepat saat mendengar ucapan Sehun.

"Tidak.. aku tidak tahu dia siapa Sehun dia menjebakku" Luhan menunjuk pada Kai.

Kai yang tengah duduk bersandar di tembok, mendecih mendengar ucapan Luhan.

"Sudahlah Luhan.. untuk apa kau masih berpura pura Sehun sudah mengetahui semuanya"

Luhan medelik.

"Tidak.. jangan percaya apapun yang dia katakan" Luhan kembali terisak dengan tatapan memohon pada Sehun.

Sehun tidak berkata apapun dengan wajah datarnya Sehun berbalik ingin meninggalkan kamar itu.

Luhan yang melihat pergerakan Sehun langsunh berdiri, melangkah menghampiri Sehun dengan susah payah sambil memegang selimut yang melilit di tubuhnya.

Luhan mencoba memegang tangan Sehun namun Sehun menepisnya.

"Jangan pegang aku dengan tangan busukmu Luhan!" Suara Sehun terdengar ketus.

"Aku mohon dengarkan aku"Air mata Luhan tidak berhenti mengalir walalupun sudah tidak ada isakan di sana.

Sehun tidak menghiraukan dia kembali melangkah tapi Luhan dengan sigap terduduk di lantai dan memeluk kaki kanan Sehun.

"Aku mohon dengar penjelasanku Sehun!" Luhan berteriak dengan isakannya yang kembali muncul.

"Lepaskan aku!"

"Tidak!" Luhan menggeleng.

"Tidak sebelum kau mendengarkanku"

Dengan kasar, Sehun menendang Luhan membuat Luhan terlepas dari kakinya.

"SEEHHUUUNN!" Luhan berteriak kencang saat Sehun kemabali melangkah menuju pintu keluar.

Luhan berdiri mencoba mengejar Sehun, namun tangannya di cengkran kuat oleh Kai.

Luhan menengok pada Kai dengan tatapan penuh kebencian.

"APA YANG KAU INGINKAN DARIKU?" Luhan berteriak, meluapkan emosinya pada Kai.

"BODOH!" Dengan kasar Kai melepaskan cengkramannya pada tangan Luhan, membuat Luhan jatuh tersungkur di lantai.

Kai tergelak melihat Luhan yang menatapnya penuh ketakutan, Kai merunduk dan mencengkrang pipi Luhan dengan kuat.

"Orang seperti itu yang kau cintai Luhan?" Kai mendecih dengan pelan Kai menghapus aliran airmata di pipi Luhan.

"Dia bahkan tidak sudi mendengar penjelasanmu" Kai terkekeh.

"Harusnya kau sadar diri, kau hanya sampah! Jangan mengharapkan di pungut seorang pangeran"

Air mata Luhan kembali mengalir mendengar ucapan Kai.

"Bodoh" Kai tersenyum sinis dan dengan keras Kai menghantamkan kepala Luhan pada lantai.

"Akhh.." Luhan meringis merasakan kepalanya berdenyut.

Darah segar mengalir dari sudut kiri kening Luhan, airmata Luhan menetes menjadi pengantar Luhan sebelum akhirnya pingsan tidak sadarkan diri.

Kai menatap puas pada Luhan, dengan cepat Kai mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Semuanya sudah aku bereskan" Kai tersenyum licik.

Di tempat lain.

Seorang pria tengah berdiri memandang keluar pada jendela kamarnya.

"Aku suka dengan pekerjaanmu.." Lelaki itu mematikan sambungan telfonnya dan menyesap wine di gelas yang ada di tangannya.

"Apa sudah beres?" Seorang wanita datang berdiri di samping pria itu.

"Ya, kita hanya tinggal membuangnya" Pria itu tersenyum penuh dengan kepuasan.

Wanita itu mengangguk dengan senyum licik terpatri di bibirnya.

"Cih! Memang siapa dia ingin menjadi pendamping pewaris tunggal Hyundai heavy industries" Wanita itu bergumam penuh dengan sorot kebencian.

"Kau sudah mendapatkan seseorang yang akan membelinya?"

"Tentu, aku mendapatkan pembeli dengan harga terbaik"

Wanita itu Oh in hwa tertawa dengan perasaan senang, membayangkan hidup Luhan akan hancur setelah ini.

Lelaki di sampingnya Oh kwang ryul tersenyum kecil dan menghirup udara segar melalau jendela kamarnya yang ia buka.

"Sampah memang harus selalu di singkirkan bukan?"

Mendengar perkataan suaminya membuat In hwa tertawa dengan nyaring.

.

.

Kai memandang jijik pada Luhan yang masih tergeletak di lantai.

"Hidupmu akan di mulai Luhan.."

Kai tertawa dengan bahagia, membayangkan hidupnya akan di limpahi uang setelah ini.

"Waaahhh kau memang hebat Kai" Kai bertepuk tangan dan berlalu meninggalkan Luhan yang masih tidak sadarkan diri.

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUE…

Kalian tau ga sama jun kwang ryul dan jun in hwa? Mereka dua aktris senior dan aku milih mereka sebagai karakter untuk orang tua sehun karna kwang ryul itu mukanya masuk ke mana aja,jadi baik masuk jadi jahat masuk dan yang paling peting sosoknya itu penuh ketegasan dan wibawa pas buat karakter ini kalo in hwa jangan Tanya,dia mah top banget buat jadi karakter ibu sosialita yang judes,dan kalo jongin kenapa aku pake nama kai karna karakter dia bakal beda dari yang ada di you got me,oh! Dan kai itu lebih cocok buat karakter kaya gini ^^

OK FF kedua! FF ini bakal aku lanjut tergantung dari reponya kalian,kalo banyak yang ngrespon baik bakal aku lanjutin kalo engga ya terpaksa FF ini aku kubur dalam dalam TT

Waktu di ff you got me,oh! Chap pertama aku dapet 17 review,jadi kalo BISA,kalo bisa ya FF ini di chap pertama dapet lebih dari 17,karna aku ambil nilai respon kalian dari itu,kalo yang review di bawah 17 berarti respon kalian buruk dan aku ga bakal lanjutin FF ini

Baiklah,semua keputusan ada di kalian,bay bay hohoho