DARK SIDE

By: Railash61

.

Main Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun

Other Cast: Kim Jongin, Do Kyungsoo, Xi Luhan, Oh Sehun, etc.

Genre: Crime, Romance

Rate: M

Yaoi, Boys Love.

.

Typo betebaran dimana mana, ga sesuai EYD.

.

Ps: Fanfic ini terinspirasi dari Black Organization dalam manga Jepang Detective Conan, hanya mengambil dari beberapa karakter dalam manga tersebut. Untuk alur dan cerita akan sedikit berbeda.

.

.

.

.

EPILOUGE

.

.

.

.

Pada akhirnya semua hal yang telah termulai akan menemui akhir, segala hal yang terlahir akan meninggal tanpa bekas, dan semua cobaan yang tercipta akan mengabur dengan kebahagiaan sebagai wujud penggantinya.

Mereka bahagia meski kelam telah menjelajahi hampir seluruh kisah hidup.

Mereka bahagia meski pernah berteman dengan ketakutan.

Inti kata, mereka bahagia.

.

.

.

.

"Engh"

"Good morning Park Baekhyun" sapa Chanyeol sambil mengecupi pucuk kepala Baekhyun yang berada di dadanya.

Mata sipit Baekhyun mengerjap sekali dua kali, membiarkan retinanya terbiaskan oleh mentari pagi. Sudah tujuh bulan sekiranya mereka menyandang sebagai pasangan yang di ikat dengan tali suci pernikahan. Singkat kata, Baekhyun bahagia dapat hidup dengan cinta pertamanya. Ia bahagia ketika marganya berubah mengikuti marga sang suami. Ia bahagia ketika wajah Chanyeol lah yang pertama kali tertangkap di lensa matanya saat bangun tidur. Ia bahagia dengan semua hal kecil namun manis yang Chanyeol lakukan hanya untuknya. Baekhyun benar-benar merasa lengkap karna Chanyeol selalu berada di sampingnya, selalu memberikan kenyamanan tersendiri dalam rengkuhan hangatnya. Terlebih sekarang saat mereka mempunyai calon bayi yang berada di perut Baekhyun yang mulai membesar. Dan karna si calon bayi inilah, Chanyeol menjadi lebih protektif terhadap Baekhyun. Namun Baekhyun sangat menyukai itu.

"Can you give me my morning kiss?" ujar si kecil manja dengan kepala yang ia dongakkan, berusaha menatap inti mata suaminya.

"With my pleasure, sweet heart" ucapnya kemudian menciumi bibir tipis Baekhyun yang sedang menengadah. Lumatan pada ciuman itu sungguh manis dan mendayu. Memberi letupan kecil pada sudut hati yang mungkin berwarna merah muda, tidak lagi merah seperti orang normal. Baekhyun gila, ia gila dengan segala kelembutan dan perlakuan suami tercintanya, Park Chanyeol.

Mereka berbaring, masih bergelung di bawah selimut merah dengan aksen bunga lili yang tergambar jelas disana. Kedua tubuh itu masih mendekap satu sama lain tanpa ada niatan untuk melepaskan, begitu juga bibir mereka yang terus bertautan dengan mesra. Jam dinding terus berputar, seolah waktu hanyalah sebuah angin kosong yang berlalu begitu saja. Chanyeol berhenti dan terengah, tak ada niatan keduanya untuk melanjutkan ke kegiatan yang lebih dalam, mereka berciuman dengan lembut dan itu hanya sekedar Morning kiss yang Baekhyun pinta.

Baekhyun menatap wajah Chanyeol dalam, menelisik lagi apa saja yang telah terlewati selama tujuh bulan pernikahan mereka. Teringat kembali ketika Chanyeol mempersuntingnya saat usia kehamilan Baekhyun genap dua bulan, dan sekarang lelaki itu telah memasuki bulan kesembilan dimana sudah saatnya bayi yang berada di kandungannya itu lahir ke dunia. Baekhyun sungguh tak sabar menantikan saat-saat ia akan menjadi seorang ayah. Oh entahlah, Baekhyun sendiri bingung harus menyebut dirinya sebagai ayah atau ibu karna pada kenyataannya ia di berikan anugrah oleh Tuhan sebuah rahim pada tubuhnya. Meskipun rahim itu begitu rapuh dan kemungkinan besar dirinya hanya bisa sekali mengandung, tetapi itu tak membuatnya bersedih dan ia justru merasa bahagia.

Kembali ia teringat ketika usia kehamilannya memasuki bulan ketiga, dimana ia baru sebulan menjalani pernikahan bersama Chanyeol. Tubuhnya ambruk begitu saja saat ia ingin berjalan ke kamar mandi, untung saja Chanyeol masih merada di dalam kamar mereka dan langsung membawa Baekhyun ke rumah sakit terdekat. Darah begitu banyak keluar membasahi seluruh kaki putihnya. Chanyeol sungguh kacau dan kalut saat itu, ia tak tau mengapa Baekhyun tiba-tiba tumbang padahal sebelumnya Baekhyun terlihat baik-baik saja. Dan dengan kecemasan yang luar biasa, Chanyeolpun masih bisa berusaha sabar dan menunggui Baekhyun yang pada saat itu sedang di tangani oleh tim dokter.

Saat itu, dokter yang menangani Baekhyun menyampaikan bahwa janin yang berada di kandungan Baekhyun akan berpotensi mengalami keguguran. Janin itu begitu lemah dan sangat rapuh sekali. Ditambah lagi ketika usia janin itu masih muda, tubuh Baekhyun terlalu banyak mengkonsumsi obat bius yang membuat janin itu semakin lemah. Seperti yang kita tahu, siapa lagi orang yang waktu itu dengan gencarnya mencekoki obat bius secara berlebihan pada tubuh Baekhyun? Ya, ia adalah Kyungsoo. Saudara tirinya sendiri.

Setelah mendengar penjelasan memilukan dari mulut sang dokter, Chanyeol buru-buru menelpon Jongin dan membawa keparat kecil perusak kebahagiaannya kala itu untuk ikut serta ke rumah sakit. Chanyeol kalap, jiwa iblis yang sebulan terakhir tak pernah datang saat itu muncul kembali. Ia dengan entengnya mengarahkan pistol hitam di tengah-tengah kamar rawat inap Baekhyun. Jangan tanya mengapa Chanyeol seperti ini karna Baekhyun nyatanya belum sadar saat itu. Tak ada yang mampu menenangkan Chanyeol saat kalap, tak ada yang mampu meredam kemurkaan Chanyeol jika bukan Baekhyun seorang. Kyungsoo nyaris mati tercekik karna pistol yang saat itu Chanyeol gunakan telah di hancurkan oleh Jongin, dan lelaki itu tergeletak tak berdaya setelah adu jotos oleh kakak kandungnya. Dan ya, Chanyeol lah yang memenangkan ajang perkelahian itu.

Tangan Chanyeol sudah benar-benar apik bertengger di leher Kyungso kala itu. Menekan dengan kuat pangkal leher si kecil hingga aliran oksigen tersendat masuk. Kyungsoo gelagapan, ia berontak dengan sekuat tenaga namun apa daya, Chanyeol seolah punya kekuatan iblis yang menyatu dengan raga lelaki itu. Mungkin ini adalah kali kedua Kyungsoo merasakan sekarat di ujung matanya setelah kejadian gerbong barang waktu itu. Rasanya nyawa benar-benar sudah berada di kerongkongan, hingga tiba-tiba terdengar suara melenguh yang mengalun di tengah suasana yang mencekam.

Baekhyun tersadar dan memanggil nama Chanyeol dengan parau. Suara lirih itu sukses membuat leher Kyungsoo yang tadinya di tekan dengan kuat kini terlepas begitu saja. Kyungsoo meringsut sembari mengais-ngais sisa oksigen yang ada agar paru-parunya membaik, lalu merangkak menuju Jongin -kekasihnya- yang sudah tampak seperti orang mati.

Chanyeol memeluk tubuh Baekhyun, menanyakan keadaannya dengan nada bicara yang sarat akan kekhawatiran. Namun di jawab dengan senyum meneduhkan dari suami mungilnya. Baru saja tersadar dari tidurnya yang cukup panjang, Baekhyun kembali di herankan dengan keadaan Kyungsoo serta Jongin yang sangat mengenaskan. Dan keadaan pun berbanding berbalik, Baekhyun mencerca berbagai macam pertanyaan pada Chanyeol padahal tubuh si kecil masih tergolong lemah. Tadinya Chanyeol ingin berbohong saja dulu demi kebaikan kandungan Baekhyun, tapi lelaki mungil itu sangat keras kepala, sehingga Chanyeol mau tak mau menceritakan semuanya. Begitu juga tentang keadaan calon anak mereka dan penyebab utama yang menjadi kesalahan Kyungsoo sepenuhnya. Chanyeol mengatakan semuanya dengan lembut, tak ingin Baekhyun tertekan hingga membuat kesehatannya lemah kembali.

"Hei, sedang melamunkan apa?" interupsi Chanyeol karna Baekhyun hanya memandangi wajahnya dengan tatapan kosong.

"Aku teringat kembali saat pertama mengandungnya" jawab Baekhyun sembari mengelusi perut buncitnya "Banyak sekali cobaan yang ia hadapi, padahal ia hanya sebuah anugrah yang harusnya di syukuri"

"Aku mengandung disaat keadaan begitu sulit. Disaat kau akan terancam di bunuh oleh saudariku sendiri. Dan ia lagi-lagi harus menderita karna aku tak mampu menahan amukan ku saat itu, hingga saudariku harus menggunakan obat bius agar aku dapat tenang. Secara tidak langsung, akulah yang menyebabkan ia lemah Chanyeol" lanjutnya.

"Kau ini bicara apa?" Chanyeol mengunci pandangan Baekhyun, lelaki itu mengecup bibir suaminya agar ocehan yang menyalahkan diri sendiri itu berhenti terlontar "Kau tak melakukan kesalahan apapun sayang. Selama ini kau selalu menjaganya agar ia tetap hidup di dalam tubuhmu. Anak kita akan sekuat ayahnya dan selembut ibunya. Kau yang mengajarkan ku untuk menerima semuanya dan membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dan ia akan terlahir dengan sehat karna ia memiliki orang tua yang sangat menyayanginya" oke, mungkin ini adalah kalimat terbijak yang pernah Chanyeol ucapkan seumur hidupnya, catat itu.

"Kau ayah yang baik" Baekhyun mengulas senyumnya ketika Chanyeol telah usai mengatakan kata-kata bijaknya. Baekhyun benar-benar merasakan perubahan dalam diri Chanyeol saat mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri.

"Ya, itu aku" jawabnya terlampau percaya diri.

Jika kalian bertanya bagaimana nasib organisasi hitam sekarang, jawabannya adalah organisasi itu masih tetap kokoh berdiri. Meskipun si iblis kini telah menikahi seorang malaikat, namun tak ada alasan untuk membubarkan organisasi besar ini. Hanya saja tujuan utama organisasi hitam tak lagi berkutat dengan dunia pasar gelap. Chanyeol sudah meninggalkan kubangan kelam itu sejak ia menikahi Baekhyun. Tentu ini pun atas perintah si kecil dan juga atas kemauannya sendiri, ia calon ayah bukan? Dan ayah mana yang ingin anaknya mempunyai perilaku buruk dan terjelembab dalam dunia gelap itu? Tak ada yang ingin, termasuk Chanyeol. Lantas jika Chanyeol tak lagi berkutat dengan pasar gelap, mengapa organisasi hitam masih berdiri? Jawabannya terletak pada musuh bebuyutannya sejak dulu. Lelaki albino yang selalu bertampang datar, Oh Sehun. Sehun dan Chanyeol sudah menemukan titik dimana dendam tak lagi menggerayangi hubungan antar keduanya, terima kasih Yoona. Sehun datang pada Chanyeol, menawarkan sebuah kerjasama yang di perintahkan langsung oleh atasannya sendiri, Suho. Sehun mengatakan bahwa semakin lama dunia pasar gelap semakin di kerubungi oleh cecurut kecil dan seolah beranak pinak. Mereka membesar tak terkendali. Sehun berfikir, tak ada orang yang lebih mengetahui tentang seluk beluk perdagangan gelap selain Chanyeol, dan Chanyeol tentu sudah hatam tentang itu.

Sehun menawarkan Chanyeol untuk bekerja sama dengan kepolisian. Menangkapi satu persatu bajingan tengik yang lalu lalang di dunia pasar gelap. Awalnya Chanyeol menolak, ia merasa telah menghianati tempat dimana dulu ia bernaung. Namun lama kelamaan Chanyeol menjadi khawatir sendiri dengan kelangsungan kehidupan bayinya kelak. Ditambah lagi para pemain baru itu benar-benar bodoh dan tidak tau aturan. Menyalahi larangan yang sudah di gariskam mutlak dalam permainan kelam mereka. Para bajingan itu tanpa segan menusuk rekannya sendiri bahkan sebelum transaksi dimulai, itu hal konyol namanya! Jadilah Chanyeol meminta saran pada Baekhyun dan di buahi anggukan oleh si kecil.

Namun Chanyeol tak lantas mengiyakan ajakan Sehun. Ingat bukan bahwa Chanyeol adalah orang yang benar-benar sombong dan tak terbantahkan? Ia juga tak ingin bekerja untuk orang lain, terlebih itu untuk pihak kepolisian yang sampai sekarang masih ia benci, entah karna alasan apa, hanya Chanyeol yang tahu. Berbagai macam syarat Chanyeol ajukan pada Sehun. Seperti ia ingin menangkap cecurut itu dengan caranya sendiri, menembaki sesuka hati contohnya, dan hal-hal yang lainnya. Pihak kepolisian pun menyanggupi, dan kerja sama antar keduanya pun terjalin hingga sekarang.

Jika kalian menyangka Chanyeol dan Baekhyun masih menempati markas mereka, maka jawabannya salah besar. Chanyeol nyatanya telah memberi sebuah hunian yang cukup luas. Pria dengan single dimple itu mengatakan bahwa kesehatan bayinya akan terancam jika mereka masih tinggal di dalam markas yang notabene berisi orang-orang brengsek. Maka dari itu Chanyeol dengan perintah tak terkalahkannya memaksa Baekhyun untuk tinggal di sebuah rumah, dan bersama dirinya tentu saja.

Baekhyun dengan perutnya yang membuncit kini bangkit dari rengkuhan sang suami. Ini sudah pukul delapan lewat tiga puluh menit dan ia belum menyiapkan apapun untuk suaminya. Namun baru saja ingin menuruni ranjang, tangan Chanyeol buru-buru menghela tangan Baekhyun. Mungkin bayi besar ini masih membutuhkan malaikatnya.

"Aku harus menyiapkan sarapan untuk suamiku" elus nya pada surai Chanyeol yang berada pada perutnya, sedangkan Chanyeol sibuk mengusung-ngusung hidungnya di perut buncit Baekhyun dan menghujami dengan beberapa kecupan.

"Tinggalah sebentar, biar Song ahjumma saja yang membuatkan sarapan" rengeknya.

"Tapi aku harus, kau suamiku Chanyeol. Bersiaplah, hari ini banyak yang harus kau selesaikan bukan?"

"Hm" Chanyeol memejamkan matanya saat Baekhyun mengecup sekilas pipi kanannya "Ku tunggu di meja makan" lanjut Baekhyun.

"Aishite iru Baekhyunnie"

"Nado saranghae Chanyeollie"

.

.

.

Sehun berjalan menyusuri lorong hitam yang sudah ia hafal seluk beluknya. Wajar saja sebab ini sudah bulan ketujuh dimana ia dan pemimpin tempat ini menjalin sebuah kerja sama. Ya, bisa dibilang kerja sama yang amat menguntungkan bagi pihaknya, pihak kepolisian. Dengan bergabungnya komplotan Chanyeol, itu membuat kepolisian tak perlu lagi susah payah untuk menangkap para keparat penghuni pasar gelap. Karna ia telah menemukan partner yang sangat ahli di bidang itu. Terima kasih Park Chanyeol, Sehun mau tak mau mengatakan ini di dalam hatinya. Cih, nanti bisa besar kepala jika pria itu mampu mendengarnya.

Sehun melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Chanyeol, ia berkunjung memang rada pagi hari ini. Disamping ia memang harus menyelesaikan penangkapan pada gembong narkoba di daerah pinggiran Osaka, Sehun juga sebenarnya sengaja datang lebih awal. Jangan tanya kenapa, karna ia sendiri tak yakin dengan jawabannya.

Klek...

Pintu ruangan Chanyeol terbuka, namun penghuninya tak ada di sana. Lalu kemudian ia tutup lagi pintu kayu kokoh itu dan beranjak dari sana. Langkah kakinya menyusuri lorong dengan deret pintu yang berderet rapih. Bunyi khas ketukan sepatu terus menggema namun fikirannya menerawang entah kemana. Ia kembali teringat tentang mimpi-mimpi indah yang setiap harinya ia lewatkan di kala malam. Tentu saja mimpi itu indah, karna Yoona selalu ikut serta di dalamnya. Mereka tertawa bersama, membagi kisah lama yang nyatanya masih menyenangkan jika di ceritakan ulang. Namun mimpi-mimpi itu sekarang hanyalah sebuah mimpi. Yoona tak lagi datang, entah sudah berapa bulan, Sehun tak ingat pastinya. Namun terakhir kali Yoona hadir ketika ia dengan cantiknya mengecup pucuk kepala Sehun, dan membenamkannya di atas dada. Sehun ingat ia tak mendengar detakkan apapun di dalam sana, tak ada suara apapun. Lalu kurang lebih lima menit dalam posisi itu, Yoona mendorong pelan kepala Sehun dan tersenyum ke arah lelaki itu.

Yoona bercerita, bahwa ia dan Sehun adalah sosok yang berbeda sekarang. Benar-benar berbeda dan hal itu seolah di benarkan dengan tak ada lagi detakan apapun di dada Yoona saat Sehun membenamkan kepalanya. Sehun mengernyit, seolah sedang membaca situasi antara dirinya dan kekasihnya. Jemari kekar itu mengelus surai Yoona perlahan, hatinya sakit entah mengapa. Lantas jika memang mereka berbeda lalu kenapa? Selama Yoona mampu hadir di dalam bunga tidurnya setiap malam, Sehun tak akan keberatan sama sekali. Yoona merespon ucapan Sehun kala itu dengan senyuman yang manis, namun senyuman itu membuat dadanya sangat sesak. Seperti sedang di tinju oleh sepuluh algojo namun tak ada darah yang keluar dari dadanya. Ia meringis dan Yoona masih tetap tersenyum.

Di malam terakhir Yoona mengunjunginya adalah malam dimana ia kembali merasa kehilangan seseorang yang ia cintai. Setelah itu Yoona tak pernah datang, dan bunga tidurnya seolah tak lagi indah karna ia telah kehilangan cintanya untuk kedua kali. Di malam itu, Yoona terus saja mengoceh pada Sehun untuk membuka hatinya, membuka ruang kosong yang sudah lama tertutup itu. Namun Sehun terus saja membantahnya sampai pada saat Yoona berkata...

"Kau tau? Kau hanya perlu membuka hati. Karna pada kenyataanya seseorang telah menunggumu. Seseorang yang jauh lebih baik dariku. Dan aku bahagia saat mengetahuinya"

Ya... kata-kata penuh magis itu terngiang lagi dan terus berputar-putar di tempurung kepala Sehun. Dan herannya, ketika ia mengingat kata wasiat dari Yoona, selalu saja ada satu bayangan yang terus hadir dalam benaknya. Seolah kata-kata itu, dan bayangan itu adalah teman sejati yang tak terpisahkan. Dan alasan mengapa ia datang jauh lebih pagi hari ini karna bayangan itu sendiri. Dan dirinya seolah bergerak otomatis untuk mengikuti arah kemana bayangan itu pergi, hingga pada akhirnya ia berada di tempat ini.

"Berlatih lagi?" tanya Sehun ketika ia sampai di auditorium, tempat dimana para pemula di ajarkan untuk tembak-menembak.

"Hm" seseorang itu berdehem dan wajahnya masih terfokus untuk mengeker target visual yang berada di sebrangnya. Namun dalam hati ia terus berkomat-kamit agar degup jantungnya yang berlebihan itu tak mampu di dengar oleh Sehun.

DAR!

Sebuah selongsong peluru kosong jatuh ke lantai tertanda seseorang itu telah menembak mangsa incarannya. Tapi hasilnya begitu buruk karna nyatanya ia tak dapat berkonsentrasi dengan baik. Salahkan saja pada lelaki tinggi yang sedari tadi memandanginya dengan tatapan seperti itu. Ditambah lagi jantungnya tak mau diam hingga akhirnya ia gugup sendiri.

"Masih saja berlagak seperti amatiran" kata Sehun sembari berjalan mendekat.

"Aku di didik bukan untuk menjadi sniper, harusnya kau tau itu tuan bermuka datar" cetusnya.

"Kalau gitu kau harus belajar dari ahlinya"

Luhan mematung saat senapan seri Mcmillan 50 yang berada ditangannya dengan mudah di rampas begitu saja oleh Sehun. Sedetik kemudian tubuh Luhan yang tadinya berhadapan kini di putar balikkan secara sepihak, oleh Sehun juga tentunya.

"Perhatikan baik-baik"

Luhan mengangguk tanpa bersuara. Lengan Sehun kini sudah dengan apik melingkar di sisi tubuhnya guna mengarahkan senapan itu agar pelurunya mampu menembus gambar visualisasi di depan mereka. Sial, bagaimana ia bisa memperhatikan dengan baik jika posisi mereka saat ini terlihat seperti kekasih yang sedang merangkul kekasihnya? Bahkan dada Sehun pun menyentuh punggung Luhan, dan Luhan sekarang tak dapat berkonsentrasi lagi karna sialnya ia terlena dengan irama degup jantung sang pendidik yang sama bertalunya seperti miliknya. Dan juga deru nafas Sehun yang hangat seolah menyapu leher Luhan yang mana membuat lelaki itu harus menahan dirinya mati-matian.

Deg.. Deg...

'Sial, kenapa ini selalu terjadi?' Sehun bersuara dalam batinnya.

DAR!

Sehun terngaga sendiri atas apa yang baru saja terjadi. Peluru itu benar-benar jauh melenceng dari incarannya. Mereka berdua terdiam, diantara kaget dengan kelalaian Sehun yang mungkin bisa terjadi satu banding seribu. Ditambah lagi atmosfir diantara keduanya sungguh sangat canggung. Keadaan yang mendadak sunyi mengantarkan sebuah melodi lembut dengan bunyi konstan yang terdengar memburu. Dentuman jantung Luhan yang bertalu seolah terdengar dengan jelas karna senyap begitu merajai keduanya, serta degupan jantung Sehun yang terasa manis mengetuk-ngetuk punggungnya menjadikan Luhan salah tingkah sendiri.

"Di luar ekspektasi" Sehun menghina dirinya sendiri "Aku begitu memalukan" lanjutnya.

"Ya itu kau" ucap Luhan seraya ingin memisahkan diri dari dada Sehun yang masih bersandar pada punggungnya.

"Jangan bergerak" potong Sehun tiba-tiba "Biarkan seperti ini, biarkan aku bersandar seperti ini"

Luhan kembali mematung. Senapan hitam itu pun telah jatuh menemui lantai marmer yang dingin. Sehun melemparnya dengan sembarang, tak perduli harga fantastis yang harus di bayar guna membeli perakat itu. Keduanya kembali terdiam. Samar-samar degup jantung berkejaran satu sama lain. Sehun menelisik dalam diam. Sekiranya apa yang terjadi pada dirinya. Ini bukan sekali ia merasakan jantungnya berpacu, terlebih dengan jarak yang bahkan tak ada di antara mereka.

"Kenapa aku selalu seperti ini?" Sehun bermonolog sendiri di depan telinga Luhan. Hembusan nafasnya terasa hangat, dan semakin membuat lelaki rusa itu mabuk kepayang.

"M-maksudmu?"

"Entahlah, ini aneh. Kenapa aku harus merasa gugup setiap kali bertemu denganmu? Bahkan kau bukanlah seorang keparat yang setiap harinya ku tembaki"

"Aku tak mengerti, jadi bisa kau lepaskan aku?" Luhan berbicara dengan nada yang tegas. Berbanding terbalik dengan kata hatinya yang tak ingin rengkuhan ini terlepas.

"Biarkan seperti ini, aku tak ingin melepasmu" ujarnya sembari menaruh rahang runcing itu di perpotongan leher Luhan yang sempit.

"Kenapa kau harus?"

"Karna aku merasa ada yang tidak beres dalam diriku, dan penyakit itu selalu datang jika kau berada di dekatku"

Sehun menjawab rentetan kalimat itu dengan begitu tenang. Seolah kegugupannya bisa ia telan sendiri. Selama ini, Sehun akui Luhan memang selalu ikut andil dalam rencana penangkapan para gembong laknat itu. Bahkan Chanyeol sendiri yang selalu memasangkan Luhan agar lelaki itu bisa ikut bersamanya. Sehun pun kadang di buat tak mengerti dengan jalan fikiran Chanyeol yang selalu meminta dirinya dan Luhan berada dalam satu kasus yang sama. Namun sekarang ia mengerti. Sehun mengerti alasan Chanyeol selama ini. Karna ia sendiri merasakan kelembutan di balik sikap keras kepala yang di miliki Luhan. Sehun merasakan dengan jelas ketika ia tertebak timah panas pada dada kanannya kala itu. Mereka gagal meringkus salah satu transaksi pada bulan ke tiga. Dan Luhan datang menemui Sehun dengan berlinangan air mata, padahal disana ada Jongin yang ikut serta. Namun hanya Luhan yang terus menangis sesegukan memanggil nama Sehun. Lelaki itu tersenyum diantara darah yang mengalir. Ia merasa di sayangi lagi, ia merasa di khawatirkan lagi, dan ia merasa dicintai lagi.

"Jangan menutup hati lagi, terbukalah. Aku pun merasakan hal yang sama denganmu. Dan berada di dekatmu membuat aku merasa dibutuhkan. Aku merasa seperti orang lain pada umumnya. Yang merasakan cinta"

Luhan membola mendapat penuturan teduh namun menghentak jantungnya cukup keras. Apa yang barusan Sehun bilang? Apa? Bisa tolong di ulangi lagi? Oh Tuhan. Luhan merasa tungkai kakinya lemas. Sehun membalas perasaannya yang selama ini ia pendam susah payah. Memainkan berbagai macam emosi dan reaksi demi perasaannya agar tak terbongkar. Pada awalnya Luhan sempat pesimis. Apalagi mengingat Sehun adalah seorang detektif dan dirinya seorang penjahat, di dalam benang merah pun mereka di takdirkan untuk saling bermusuhan. Namun Tuhan dengan kehendaknya meniupkan sebenih cinta dalam hatinya, yang harus ia tahan mati-matian agar lelaki dengan raut wajah tegas itu tak mampu menyadari perasaannya.

"S-sehun?" Jawab Luhan tergagap.

"Jangan bertanya lagi. Biarkan aku bersandar padamu, bukan cuma tubuh tetapi juga hatiku. Mari kita memulai semua yang harusnya sudah termulai, aku tak ingin menyianyiakan lelaki cantik yang selalu menangisiku ketika aku tertembak"

"Ta.. tapi kau seorang s-straight bukan?"

"Love has no gender, dear. And I think I love you"

Luhan memejamkan mata, senyum tak lagi malu-malu untuk menampakkan diri. Dipegangnya tangan Sehun yang sebelumnya sudah melingkari bagian perutnya.

"I love you too, Sehun-ah"

.

.

.

"Jongin! Lepaskaannn!" Kyungsoo merengek si sela-sela marah yang di buat-buat. Saat ini mereka sedang berada di salah satu ruangan dengan bau khas rumah sakit. Ya, sebuah klinik.

Semenjak Baekhyun pergi dari gedung markas organisasi Hitam, Kyungsoo lah yang menggantikan posisi Baekhyun. Ia meracik berbagaimacam penawar untuk obat-obatan terlarang yang sebelumnya organisasi ini buat. Chanyeol sendiri yang menyuruh lelaki bermata bulat itu. Kyungsoo juga kadang membatu beberapa dokter yang masih bekerja disini jika ada anggota organisasi mereka yang terkena luka tembak atau luka lainnya. Namun jika anggota itu adalah Jongin, maka para dokter tak boleh menyentuh tubuh lelaki itu. Karna kekasihnya sendiri lah yang akan menanganinya.

"Kau menyebalkan!" Kyungsoo menyebik bibir tebalnya hingga melengkung kebawah. Jangan tanya kenapa, karna Jongin tiba-tiba saja datang dengan nafas tersengal. Wajahnya penuh darah yang meleleh dari pelipis kanan, dan pakaiannya pun robek-robek bahkan diantaranya ada bekas luka tembak. Kyungsoo jelas panik bukan main, namun saat dirinya bahkan sudah berlinangan air mata, Jongin dengan seenak jidatnya hanya nyengir tanpa dosa dan mengecup bibir Kyungsoo sembarangan. Dasar kurang ajar!

"Maafkan aku Soo-ya"

"Lepaskan... ku bilang lepaskan Jongin!" Kyungsoo memukul-mukul lengan Jongin yang sedang memeluk tubuhnya dari belakang, namun yang di pukul tak gentar untuk melonggarkan pelukan.

"Aku hanya merindukamu, hei aku bahkan tiga hari bertugas di perbatasaan Kyoto. Kau tak merindukanku? Jahat" ujarnya manja. Oh Jongin, kau sangat tidak cocok jika bertingkah menjijikan seperti itu.

"Tidak! Aku tidak merindukanmu!" Ketusnya.

"Anokata in action" goda Jongin.

"Jongin!"

"Kyungsoo!"

"Jongin!" lengking Kyungsoo sembari mencubit cubiti lengan Jongin. Ia menyerah jika Jongin sudah mensangkut pautkan anokata dalam ucapannya.

"Ah.. ah... sakit ah.. Kyungsoo! Hentikan, ini sakit ah..." Jongin kini sibuk mengaduh karna semakin lama cubitan Kyungsoo di lengannya semakin jadi. Yeah, Jongin merasa Kyungsoo adalah jodohnya yang selama ini di sembunyikan oleh Tuhan. Karena apa? Karna cubitan Kyungsoo sama pedasnya dengan cubitan sang ibu dulu. Tenang, Jongin masih mengingat itu dengan baik.

"Makanya lepas kan aku Jongin! Aku sedang bekerja"

"Tidak mau"

"Ayolah, jangan seperti anak kecil"

"Kyungsoo, aku hanya merindukanmu. Kau tau betapa tersiksanya aku tidur tak memeluk tubuhmu? Dan sarapanku pun hanya semangkuk ramen. Bisa kau bayangkan itu?" Jongin memutar tubuh Kyungsoo guna menatap lekat kedua bola matanya.

"Aku juga merindukanmu, Jongin" ucap Kyungsoo sembari memeluk tubuh kekasihnya yang masih mengenakan pakaian compang-camping "Tapi datang padaku dengan darah bohongan serta pakaian gembel ini membuatku sangat panik, aku takut hal buruk terjadi padamu. Dan itu bukanlah sebuah lelucon yang bisa kau gunakan kapan saja. Itu mengkhawatirkanku" lanjutnya.

"Hm, maafkan aku" Jongin mengelus pucuk kepala Kyungsoo dan menghadiahinya sebuah kecupan ringan.

"Jadi jangan lakukan ituy lagi" peringat Kyungsoo lalu melonggarkan pelukan tetapi tidak melepasnya.

"Siap, Park Kyungsoo"

"Margaku masih Do, kau ingat?" sentil Kyungsoo di ujung hidung Jongin.

"Ayo ubah margamu menjadi Park Kyungsoo suami dari Park Jongin, terlihat keren bukan?"

"Itu tidak mudah Jongin" jawab Kyungsoo sendu.

Tiba-tiba keadaan yang tadinya hangat kini dingin dengan sendirinya. Hal ini selalu saja terjadi ketika Jongin dengan kesungguhan hatinya ingin mengajak Kyungsoo menuju jenjang pernikahan seperti apa yang telah kakak kandungnya lakukan -Chanyeol dan Baekhyun-. Jongin selalu mendapat reaksi yang sama yaitu wajah sendu nan murung dari kekasihnya. Jika di telisik lagi mengapa Kyungsoo selalu seperti ini semua terletak pada kejadian beberapa bulan yang lalu. Lebih tepatnya saat Baekhyun divonis akan mengalami keguguran pada janin pertamanya.

Saat mendapat telpon dari Chanyeol, Kyungsoo hanya termenung diam tanpa sepatah katapun. Jonginpun saat itu menyesal telah memberitahu keadaan Baekhyun pada Kyungsoo. Ditambah lagi saat mereka tiba di ruang rawat inap Baekhyun, Kyungsoo langsung di todongi dengan pistol keluaran Jerman yang bertengger dengan apik di tangan Chanyeol. Ia menyumpah serapahi Kyungsoo yang membuat calon bayinya dalam keadaan lemah hingga nyaris meninggal. Kyungsoo diam, hanya air mata yang kala itu mampu mengatakan betapa menyesalnya ia menyuntikkan berbagai macam obat bius pada tubuh Baekhyun. Dan sejak saat itu, Kyungsoo seolah mempunyai dinding beton yang ia bangun sendiri dalam hubungannya dengan Jongin. Meski Chanyeol dan Baekhyun sudah memaafkan kesalahannya di masa lalu, namun jauh dalam diri Kyungsoo, ia masih sangat tidak pantas jika bersanding dengan Jongin yang begitu sempurna di matanya.

"Kyungsoo, bahkan bayi Chanyeol hyung dan Baekhyun akan segera lahir. Dan itu terbukti bahwa kau sama sekali tak bersalah" ucap Jongin memcah keheningan.

"Tapi aku yang menyebabkan bayi itu hampir meninggal Jongin, aku yang menyebabkan itu terjadi" Kyungsoo menjawab, matanya besarnya sudah tampak merah, tertanda ingin menangis.

"Semua hal yang kau takutkan tidak akan pernah terjadi! Bayi Chanyeol hyung sehat, dan kau sendiri yang melihatnya. Jadi berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Aku mencintaimu Do Kyungsoo, aku mencintaimu. Jadi tolong jangan membatasi dirimu sendiri"

"Jongin, aku... aku hanya..."

"Atau kau tak memang tak pernah ingin melakukan sebuah pernikahan?" potong Jongin.

"Jongin, aku mencintaimu, percayalah" Kyungsoo memeluk lagi tubuh lelakinya, membenamkan wajah penuh derai air mata tepat pada dada Jongin "Setidaknya biarkan aku melihat keponakan ku lahir dengan tubuh yang sehat. Dengan begitu aku tak akan merasa berdosa lagi padanya. Hingga saat itu, aku janji"

"Aku akan menunggu, untukmu"

.

.

.

Hallo... Bagaimana kabar kalian? Oke sepertinya aku secara pribadi harus mengenalkan diriku terlebih dahulu. Ya, seperti yang kalian tahu sendiri aku adalah salah satu lelaki yang paling beruntung sedunia. Nama ku Byun Baekhyun, tapi itu dulu karna sekarang marga ku sudah mengikuti marga suamiku, menjadi Park Baekhyun. Chanyeol menikahiku tepat pada usia kehamilanku dua bulan, dan sekarang aku tak lagi mengandung. Malaikat ku telah terlahir kedunia dengan tubuh yang sehat dan sempurna. Ia berjenis kelamin perempuan, seperti apa yang aku harapkan sebelumnya. Namun jika yang terlahir laki-laki maka akupun akan sama menyayanginya, sebab aku akan mempunyai dua jagoan yang selalu menjagaku nanti.

Terlalu banyak yang aku lewati di masa lalu. Mulai dari hal yang biasa yaitu menjadi seorang guru di sebuah sekolah dasar. Kalian mengingat Ayumi dan Ken? Ku dengar mereka berdua menjadi bintang kelas di setiap tahunnya. Lalu aku ingat sekali saat malam dimana aku sedang berjalan menikmati indahnya kota Tokyo, seseorang menyelamatkanku saat aku ingin di lecehkan oleh para preman di gang sempit. Ya, lelaki itu menyelamatkanku, lalu menarikku dengan paksa menuju mobil hitam mengkilatnya. Dan seperti yang kalian tau sendiri, lelaki dengan aksen kasar dan tak terbantahkan itu adalah suami ku sekarang, Park Chanyeol. Namun perjalanan ku hingga bisa seperti ini tidaklah mudah. Begitu banyak yang di lalui. Termasuk bagaimana aku membenci Chanyeol ketika tau bahwa ialah dalang dari pembunuhan kakak kandung ku Byun Yoona. Namun Tuhan lagi-lagi meniupkan keajaibannya dalam kehidupanku, membuat Yoona noona kembali hidup meski hanya dalam mimpi. Lalu kehadiran Yoona noona tak serta merta membuat hubunganku dengan Chanyeol berjalan dengan lancar. Karna pada kenyataannya ujian datang kembali menimpa kami. Ya, sebuah nama yang amat legendaris tiba-tiba muncul menyeruak, anokata. Sosok yang di gambarkan begitu kejam oleh organisasi nyatanya adalah suadara tiriku sendiri. Bagaimana aku harus melawan kegundahan antara memilih kekasih ku atau saudaraku saat itu.

Semua seolah berjalan tak beraturan, Kyungsoo -saudariku- tanyatanya telah berubah menjadi sosok lain yang tak lagi ku kenal. Ku akui ia kejam dan begitu kasar saat itu, tanpa dosa ia menghujami tubuhku dengan berbagai obat bius. Jelas itu menganggu kesehatan janinku yang masih muda. Namun Kyungsoo tetaplah seorang Kyungsoo. Di balik sikapnya yang kasar kala itu, aku jelas mengetahui bahwa ia hanya khawatir padaku.

Saat usia kehamilanku memasuki bulan ketiga, ternyata obat bius yang Kyungsoo berikan ternyata membekas pada janin ku. Ia lemah hingga membuat aku berada dalam dunia fana lebih dari 24jam. Aku tak tau apa yang terjadi, tetapi ketika membuka mata, ku temukan Kyungsoo yang berlinangan air mata dan Jongin yang sudah tak sadarkan diri di sudut lantai. Aku jelas mengomeli Chanyeol karna semua ini pasti ulahnya. Namun ia lagi-lagi menjelaskan dengan begitu lembut padaku, rasanya ia seperti bukan seorang pria yang telah membunuh puluhan orang. Ia seperti seorang suami dan calon ayah yang baik.

"Mommy!"

Tunggu, ini seperti ada yang memanggilku. Apa kalian mendengarnya juga?

"Mommy hiks"

Ah, itu anakku. Peri kecilku menangis, oh tidak.

"Ada apa sayang? Hei, princess tak boleh mangis" Baekhyun segera berlari kecil menuju buah hatinya. Lelehan air mata tergambar jelas di wajah dengan mata besar menyerupai ayahnya, Chanyeol.

"Daddy hiks, daddy"

"Daddy sedang bekerja sayang, main sama mommy saja ya?" ucap Baekhyun sembari mengusir aliran air mata yang masih meleleh.

"Tapi Hyuna ingin daddy hiks" si kecil terus merengek minta daddynya. Ya ia adalah anak pertama dari Chanyeol dan Baekhyun, Park Hyuna.

Pip...

Pip...

Baekhyun menoleh saat ia mendapati ponselnya berdering, lalu ia menggendong buah hatinya lalu berjalan menuju sebuah meja yang terletak di sudut ruangan, guna mengambil ponsel pintarnya. Senyum mengembang di kedua bibir mereka. Ya, karna si penelpon lah yang menyebabkan senyuman keduanya mengembang.

"Biar aku saja mommy" ujar si kecil antusias saat tau siapa yang menelpon dari sebrang sana.

Baekhyun lalu menyerahkan benda pipih itu pada putrinya, sebelumnya ia sempatkan untuk menggeser tombol virual berwarna hijau. Dan sedetik kemudian, wajah sang suami yang sedang duduk di kursi besarnya menyeruak memenuhi layar ponsel. Mereka melakukan video call. Karna demi apa, Chanyeol tak akan puas jika hanya mendengar suara dari dua bidadarinya. Ia butuh visual, maka dari itu telpon dengan bermodalkan suara bukan gaya dari seorang Park Chanyeol.

"Daddy!" pekik Hyuna saat wajah Chanyeol sudah terpampang dengan sempurna.

"Hei princess, sedang apa? Tunggu, apa kau habis menangis?" ujar Chanyeol dengan mata yang menelisik.

"Ya, ia menangis karna merindukan daddynya" celetuk Baekhyun.

"Aku merindukan daddy" Hyuna langsung menyebik bibir yang sama persisi seperti milik Baekhyun. Melengkung kebawah dengan mata besar yang sekarang sudah menunjukkan jurus puppy eyes andalannya. Terima kasih pada mommy, karna Hyuna sekarang sudah belajar dari sang ahli.

"Oh, jangan jurus puppy eyes itu. Daddy lemah jika melihatnya" Chanyeol menutup wajahnya dengan sebelah tangan, lalu meningintip di sela-sela jemarinya.

"Daddy pulang ya? Daddy pulang~" rengek Hyuna makin jadi.

Baekhyun yang sekarang mendudukan dirinya -beserta Hyuna- di sofa. Melihat secara langsung bagaimana Hyuna merengek pada ayahnya benar-benar seperti melihat dirinya sendiri yang merengek pada Chanyeol. Baekhyun tersenyum, ia enggan menganggu acara mari-membujuk-daddy-pulang yang sedang Hyuna lakoni. Wajar saja jika putri mungil yang berusia 3 tahun itu merengek terus terusan. Sebab saat ia bagun tadi, Chanyeol tak datang untuk menyambut paginya. Chanyeol tak ada saat mata si kecil terbuka di awal hari yang baru. Karna biasanya, Chanyeol tak pernah absen untuk mengunjungi kamar putri kecil mereka di pagi hari bahkan sebelum Hyuna membuka mata. Mengecupi dahi, pipi, serta bibir mungil itu sebagai tanda ucapan selamat pagi. Hyuna tak mendapatkannya di pagi ini. Jadi beginilah sekarang, si kecil dengan poni rata yang menutupi dahi itu merengek habis-habisan kepada Chanyeol.

"Bagaimana jika Hyuna yang mengunjungi daddy?" tanya Baekhyun sembari menyisiri rambut hitam putrinya.

"Baek, tidak. Itu bukan ide yang bagus"

"Mari kita mengunjungi daddy, mommy! Yeay!" sikecil lalu langsung bangkit dari pangkuan Baekhyun dan berlari menuju kamarnya sendiri "Mommy cepat" teriaknya dari dalam kamar.

"Baek, markas bukanlah taman bermain. Kau tau sendiri di sini banyak senjata api dan senjata tajam. Aku tak ingin memberi hal buruk pada anak kita, kau mengerti maksudku kan?" ujar Chanyeol.

"Aku tau, tapi Hyuna hanya ingin bertemu dengan daddynya Chanyeol. Lambat laun ia akan mengerti, jadi aku akan tetap menuju markasmu dan mengacaukannya bersama Hyuna kkkkkk"

"Minta Sato untuk membawamu kesini. Kau di larang untuk mengendarai Park Baekhyun" titah Chanyeol.

"Hm, see you there honey"

.

.

.

"Daddy!" Hyuna berlari ketika matanya melihat sosok sang ayah tengah menyambutnya di depan markas mereka. Hyuna menghambur memeluk sang ayah seperti ia telah lama terpisahkan dari Chanyeol "Hyuna merindukan daddy" cicitnya.

"Daddy juga merindukan mu sayang" kecup Chanyeol di dahi sang anak. Sementara Baekhyun baru ikut bergabung karna tadi ia sempat mengobrol sebentar dengan Sato, anak buah Chanyeol yang tadi sempat di tugaskan untuk menjemput suami dan anaknya.

Chanyeol bangkit sembari membawa Hyuna dalam gendongannya. Lalu sebelah tangan yang lolos itu ia gunakan untuk merangkul pinggang Baekhyun lalu mengecupi bibirnya dengan sangat manis.

"Bagaimana harimu?" tanya Baekhyun setelah Chanyeol selesai dengan kecupannya. "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Tidak ada, semua terkendali. Ayo masuk" ajak Chanyeol dengan dua tangan yang merengkuh kedua penyemangat hidupnya.

Mereka berjalan menyusuri lorong yang masih sama seperti dulu. Cat hitam, pintu yang berderet, serta orang-orang bersetelan gelap pun masih saja setia berlalu-lalang. Baekhyun merasa seperti terlempar kemasa lalu, masa-masa dimana ia merajuk pada Chanyeol di tengah lorong ini. Lalu berujung dengan keduanya yang bercinta hingga tengah malam.

Berbagai pasang mata berdecak kagum dengan keharmonisan keluarga sang pemimpin. Mempunyai seorang suami yang mungil dan menyayanginya, serta mempunyai seorang putri yang manis membuat siapa saja ingin berada di pihak Chanyeol. Semua bawahan dan staff organisasi hitam pun benar-benar merasakan dampak ketika Chanyeol telah memulai berkeluarga. Tak ada lagi Chanyeol yang seenaknya membunuh orang, tak ada lagi Chanyeol yang membakar gedung sesukanya. Ia tetaplah Chanyeol yang tegas, namun dengan cara yang berbeda.

Ini adalah tahun ketiga dimana semua badai dan angin telah terlalui. Semua orang yang berada di dekat Baekhyun pun satu per satu menemui kebahagiannya. Seperti Jongin dan Kyungsoo yang sudah menikah dua tahun lalu, tepatnya setelah Hyuna merayakan ulang tahun pertamanya. Pasangan dari adik kadung Chanyeol itu mengadopsi seorang anak lelaki yang entah mengapa wajahnya sangat mirip dengan Jongin. Jadi jangan heran jika banyak orang yang bilang bahawa bocah itu lahir dari rahim Kyungsoo. Namun nyatanya Kyungsoo hanya lelaki biasa, ia tak memiliki rahim istimewa seperti Baekhyun.

Jongin dan Kyungsoo pun ikut mengikuti jejak Chanyeol dan Baekhyun sebelumnya. Memisahkan diri dan membeli sebuah rumah yang tak jauh dari markas. Jongin pun merasa khawatir dengan perkembangan sang anak jika ia tetap menempati kamar lamanya bersama keluarga baru. Jadi, memilih untuk tinggal di sebuah rumah dan membinanya bersama Kyungsoo adalah hal yang paling baik.

Sedangkan Sehun dan Luhan, keduanya pun sudah menikah. Tapi mereka merupakan pengantin baru yang tahun lalu menggelar resepsi di sebuah pantai di kota Ishikagi, Jepang. Mereka masih tetap berkutat dengan senjata api, terutama Sehun, karna itu memang tugasnya. Luhan tak lagi menjadi seorang public figure. Ia lebih memilih untuk mengahbiskan hidupnya untuk merawat sang suami.

Keduanya pun baru berinisiatif untuk mengadopsi seorang anak seperti layaknya Jongin dan Kyungsoo. Sehun dengan suara yang menggebu ingin mengadopsi seorang anak laki-laki dari ia masih bayi, dan kelak akan mengajarkan bagaimana menjadi seorang sniper yang handal. Tentu saja setelah itu Luhan menghadiahi dengan sebuah geplakan di kepala sang suami. Yang benar saja!

Mereka hidup dalam kebahagiaan yang pada awalnya sangat riskan untuk datang. Mereka bertahan dalam cuaca kelam yang menggerayangi setiap harinya. Baekhyun dan Chanyeol bahagia atas semua hal menyedihkan yang telah terlalui. Dan kini keduanya merasa sempurna karna kehadiran si kecil Hyuna yang menjadi kekuatan kala gelap ingin kembali merajai.

Badai akan selalu datang, angin akan selalu berhembus dengan kencang. Namun kebahagiaan akan selalu kekal berdiri pada diri yang kuat melawan angin dan badai. Chanyeol dan Baekhyun pun kini merasakan itu.

.

.

.

THE END

.

.

.

Halo semua... apa kabar?

Ai datang membawa epilog, dan ini berarti Dark Side officially END! Wohoo~

Sekali lagi Ai berterima kasih sama readers atau silent readers yang sudah mau meluangkan waktu untuk baca ff ini. Ai juga sangat sangat sangat senang dan merasa terhormat mendapat apresiasi dari kalian hingga sampai 500 reviews. Ai ini seorang pemula, dan Ai sempet ogah untuk namatin ff ini. Tapi karna kalian terus memberi semangat, akhirnya Ai mampu menyelesaikan ff ini hingga akhir! Yeay!

Sebenernya Ai ingin update ini semalem barengan sama author kece yang lain seperti: Pupuputri, PrincePink, Baekbychuu, Hyurien92, Redaplee, Sayaka Dini, dan Kacangpolongman. Tapi ternyata ga keburu, jadi Ai updatenya sekarang deh kkkk jangan lupa check ff mereka ya! Uuuuu author favorit ku semua~~

Tapiii... Ai hari ini ga update sendiri kkkk Ai update barengan sama dedek Gyupal hihi so, jangan lupa untu baca ffnya juga ya!

Yeah... karna ini epilog a.k.a chap terahkir. Jadi Ai ingin deh para silent reader yang gemesin ini keluar dari persembunyian dan mengecupi kotak review ku kkkk ku tunggy lho!

Papai 'ㅅ'

-R61-