Summary: Karena suatu kejadian, Annie harus dimasukkan ke dalam kelas XI-F yang berisi siswa-siswa abnormal. Selain dirinya sendiri, ia juga harus menyelamatkan seorang siswa baru dari ancaman Trio Idiot.

Romance/Humor | Armin Arlert/Annie Leonhardt | Multichapter

T-rated.

The story is mine, but the characters are Isayama Hajime's.

Cupid © Ryuki Ayanami


Chapter 4 — Disaster

Sesuai dengan rencana, Annie bangun lebih awal dari biasanya. Jam lima ia sudah sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuk ayahnya. Biasanya ia membuatkan bauernfruhstuck setiap kali ayahnya selesai mengurusi turnamen. Namun, untuk kali ini ayahnya harus puas hanya dengan menyantap ikan makarel kalengan yang dipanaskan.

Annie mematikan kompor dan menuangkan masakannya ke mangkuk. Dengan gerakan cepat, ia membawa mangkuk itu ke meja makan dan menutupnya dengan tudung saji. Kemudian ia menulis pesan di kertas dan menempelnya di pintu lemari es.

Aku berangkat lebih cepat. Ada jam tambahan pagi di sekolah.

Pukul setengah enam, ia keluar dari rumah. Dilihatnya rumah keluarga Arlert masih tertutup rapat. Hanya jendela kamar Armin yang terbuka. Annie berjalan cepat menuju halte bis. Ia menunggu selama sepuluh menit hingga ada bis yang muncul, lalu naik. Di dalam bis itu hanya ada tiga orang penumpang dan ia adalah satu-satunya yang berseragam sekolah.

Annie tiba di sekolah tepat pukul enam pagi. Gerbang sekolah bahkan masih ditutup. Ia memanjat pagar yang tidak terlalu tinggi di bagian samping sekolah. Seorang tukang kebun yang sedang menyiram tanaman memandanginya dengan heran. Annie terpaksa mengorbankan setengah uang jajannya untuk menyuap si tukang kebun. Dengan langkah buru-buru, ia melanjutkan perjalanannya ke kelas F.

Ketika ia tiba di kelas, ruangan itu masih sepi. Tidak ada orang. Tentu saja. Ia adalah siswa yang pertama tiba di sekolah. Annie melirik jam tangannya. Lima menit lagi pasti Trio Idiot akan muncul. Ia bersandar di pintu kelas dan menunggu dengan sabar.

Tak lama kemudian, terdengar suara orang mengobrol. Annie tahu apa yang diincarnya hampir muncul di depan mata. Dari kejauhan, Trio Idiot berjalan menyusuri lorong sambil menenteng buku catatan. Mereka terus mengobrol, sebelum akhirnya Connie melirik ke arah Annie dan menyadari ada malaikat pencabut nyawa sedang nongkrong di depan kelas mereka. Jean dan Eren mengikuti arah pandangan Connie dan berhenti berjalan.

Trio Idiot menelan ludah.

Annie melemaskan otot-otot tangan dan kakinya. Ia menaruh tasnya begitu saja di lantai.

"Jika kalian masih ingin hidup," ancam Annie, "serahkan video itu padaku."

Mereka bertiga terlihat takut. Namun, Eren berusaha menggertak balik.

"Tidak akan," kata pemuda berambut coklat itu.

"Kau ingin mati?"

Jean turut membela diri. "Tidak ada yang bisa kaulakukan dengan video itu."

"Itu benar!" sahut Connie. "Kau kira kami sebodoh itu? Kami sudah menduga kau akan muncul pagi-pagi untuk mencegat kami. Jadi, sebelum itu terjadi, kami upload video itu ke Twitter."

Badan Annie tiba-tiba kaku. Trio Idiot tersenyum seolah-olah mereka memenangkan perang.

"Dan Sasha sudah me-retweet-nya," tandas Eren.

Ekspresi Annie langsung berubah menjadi horor. Jika video itu sudah diketahui Sasha, hidupnya dapat dipastikan hancur. Reputasinya sebagai atlet judo (yang kalah dalam babak semifinal) akan rusak.

Annie mengepalkan tangan. Ia meraih tasnya dan segera berlari ke laboratorium komputer yang letaknya di gedung lain. Ruangan yang selalu dikunci rapat itu dapat dibobolnya hanya dengan sekali tendangan. Untungnya Kepsek Smith terlalu pelit untuk membeli CCTV. Tanpa buang waktu, ia menyalakan komputer dan segera online.

Semua ini gara-gara Trio Idiot, ucapnya dalam hati.

Annie log in ke akun Twitter-nya. Ia hampir pingsan saat melihat timeline-nya.

Jean Kirstchein uploaded a video.

(et)LolliconMastah bahan gosip baru (et)MinaCarolina (et)FujoSHA

Mina Carolina, Eren Jaeger, and Connie Springer re-tweeted this.

(et)MinaCarolina I can't believe it! #ArminAnnieDating

(et)HentaiHero eksklusif hanya di RSA. #ArminAnnieDating

Sasha Blouse re-tweeted this.

(et)FujoSHA GOOD JOB buat Trio Idiot! #ArminAnnieDating

(et)mimikasa selamat. #ArminAnnieDating

(et)Krista_lenz O_O

(et)ymirymir cheesy...

(et)BotakBercahaya #ArminAnnieDating

Kedua tangan Annie mengepal. Ia menge-scroll ke bawah.

(et)PetraRal Wah, selamat ya! #ArminAnnieDating

(et)MrRivaille (et)LolliconMastah (et)HentaiHero (et)BotakBercahaya sudah siap ulangan?

Jean Kirstchein, Eren Jaeger, and Connie Springer are logged out.

Bahkan Miss Petra dan Mr. Rivaille juga sudah tahu?!

(et)KepsekSMITH kukira memasukkanmu ke kelas F akan membuatmu berlatih judo lebih keras lagi. Tapi, ternyata ini yang terjadi. #ArminAnnieDating

Si Kepsek Brengsek itu juga?!

Annie menggeram kesal. Ia menggebrak meja komputer dengan keras. Rasanya ia ingin menangis. Belum pernah ia terkena skandal sebesar ini sebelumnya.

Ya Tuhan. Apa yang harus ia lakukan?


Sejak kecil, Armin adalah seorang siswa yang biasa-biasa saja. Bukan dalam pelajaran sekolah, namun terkait dengan popularitasnya. Karena ia adalah seorang kutu buku sekaligus penyendiri, ia tidak terlalu menonjol. Di dalam kelas ia memang dipuji-puji. Tapi begitu ia melangkah ke luar kelas, tak ada yang memperhatikannya. Armin sudah terbiasa dengan hal itu, jadi ia sangat heran ketika ia tiba di gerbang sekolah tiba-tiba siswa-siswa di sekelilingnya memperhatikannya.

Reflek ia mengecek seragamnya. Barangkali seragamnya sobek. Tapi seragamnya normal-normal saja. Tak ada yang rusak. Atau barangkali ia salah mengenakan seragam. Tapi siswa yang lain mengenakan seragam yang sama dengan yang dipakainya. Lalu apa, dong?

Ia menyentuh bibirnya. Siapa tahu ada sisa-sisa selai yang tertinggal di sana. Namun, tak ada. Armin mendesah. Sungguh. Ia tak tahu mengapa siswa-siswa lain memperhatikannya dengan begitu serius. Bahkan ada yang berbisik-bisik ketika ia lewat. Sangat tidak menyenangkan.

Armin tiba di depan kelasnya. Ia membuka pintu dan langsung dikejutkan oleh tatapan dari dua puluh dua siswa kelas F. Mereka menatapnya sambil tersenyum aneh. Seolah-olah ia memiliki pacar rahasia dan mereka mengetahuinya. Hanya Annie Leonhardt yang tampak tidak mempedulikan kedatangannya. Gadis itu tampak larut dalam buku yang sedang dibacanya.

Ia menelan ludah, lalu berjalan ke kursinya. Ketika ia meletakkan tasnya dan duduk di kursi, teman-teman sekelasnya berbisik-bisik sambil tertawa kecil. Armin menatap gadis yang duduk di dekatnya.

"Annie, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya. "Mengapa teman-teman bertingkah aneh?"

Gadis berambut pirang itu tidak menjawab. Melirik Armin saja tidak.

Armin merasa gugup. Apakah ia melakukan kesalahan pada Annie?

"Annie?"

Tetap tak ada tanggapan.

"Oi, Leonhardt!" seru Eren. "Pacarmu sedang berbicara denganmu. Jangan jadi sok cool begitu."

Armin mengerutkan kening. Pacar?

"Percuma saja bertingkah sok cool," Connie menyahut. "Semua orang sudah tahu gaya berpacaran kalian. Saling menatap dari jendela kamar masing-masing. Co cwiiit."

Badan Annie menegang. Armin dapat menyadarinya dari kursinya. Gadis itu mengeluarkan aura seperti ingin membunuh seseorang.

"Jangan-jangan dia itu tsundere," kata Jean.

Eren dan Connie tertawa keras.

Tak lama kemudian, terdengar suara meja digebrak. Trio Idiot memekik ketakutan di kursi mereka. Annie Leonhardt bersiap dalam posisi kuda-kuda. Dia mengincar Connie karena laki-laki botak itu adalah target yang paling mudah.

Armin bisa membaca situasi yang sedang terjadi dengan mudah. Ketika Annie mengebrak meja, ia langsung bangkit dari kursinya. Ia bermaksud untuk melerai mereka.

Tanpa ragu, ia bergerak dan menempatkan diri di antara Annie dan Trio Idiot. Sayangnya, gerakannya terlalu lambat. Ia berdiri di antara kedua kubu yang sedang berseteru itu tiga detik sebelum pukulan Annie mendarat.

Gadis itu menyadari orang di depannya bukanlah targetnya yang sebenarnya. Annie mencoba untuk menghentikan tangannya, namun terlambat. Pukulannya mendarat di pipi Armin. Pemuda itu terjatuh ke belakang.

Seisi kelas mendadak diam.


Hari ini benar-benar hari sial bagi Annie.

Dimulai dari tersebarnya video yang diambil Eren, hashtag #ArminAnnieDating yang menjadi trending topic di sekolah, seisi sekolah yang tiba-tiba menjadi musuhnya, dan kejadian dimana ia tidak sengaja memukul seorang siswa yang baru seminggu pindah ke sekolahnya.

Annie menghela napas. Ia meletakkan buku yang sedang dibacanya.

Ia teringat bagaimana paniknya ia ketika bogem mentahnya justru mendarat di pipi Armin. Pemuda itu terjerembab ke belakang, lalu terbatuk sambil memegangi pipi kirinya. Ia segera memapah Armin ke ruang UKS sambil melemparkan pandangan aku-akan-membunuh-kalian-jika-kalian-menyebarkan-ini ke teman-teman sekelasnya. Mereka bungkam seketika.

Saat ia tiba di UKS, ada seorang dokter jaga yang baru tiba. Dokter itu segera memeriksa keadaan Armin.

"Apa yang terjadi?" tanya si dokter.

Annie membuka mulut. "Dia—"

"Sa-saya terjatuh di tangga," potong Armin. "Dia menolong saya dan membawa saya kemari."

Tidak terlintas di pikiran Annie sekalipun bahwa Armin akan melindunginya. Ia memikirkan hal-hal mengerikan seperti menghadap Kepsek Smith karena telah menghajar siswa baru, terancam diskors atau dikeluarkan dari sekolah. Ia menatap Armin, namun pemuda itu hanya tersenyum kecil. Kemudian dia meringis ketika si dokter menempelkan kantung berisi air es ke pipi kirinya.

Setelah memastikan Armin berada di tangan yang benar, Annie pamit dan segera kembali ke kelasnya. Teman-teman sekelasnya menatapnya ketika ia membuka pintu kelas. Tanpa peduli sedikit pun, Annie duduk di kursinya dan menunggu hingga bel masuk berbunyi.

Beberapa menit kemudian, Miss Petra masuk dan pelajaran Biologi dimulai. Guru bertubuh mungil itu mengingatkan murid-muridnya untuk segera menyelesaikan presentasi supaya bisa disajikan. Lalu Miss Petra menjelaskan tentang perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan. Annie hanya duduk tanpa benar-benar mendengarkan. Mood-nya sedang kacau. Terkadang ia melirik ke arah pintu, siapa tahu Armin sudah selesai dengan urusannya di UKS. Namun hingga jam Biologi berakhir, pemuda itu tidak muncul juga. Armin melewatkan pelajaran favoritnya.

Annie menghela napas. Apa yang harus ia lakukan? Ia belum pernah terjebak dalam situasi seperti ini.

Sepertinya Armin tidak akan melaporkannya ke guru BK. Jika dia ingin melakukannya, pasti dia sudah mengaku pada dokter jaga saat diantar ke UKS. Masalahnya adalah siswa-siswa kelas F. Mereka menyaksikan adegan pemukulan itu. Bagaimana jika salah satu dari mereka ada yang mulutnya bocor? Bagaimana jika ada yang merekam kejadian itu? Bagaimana jika ia dilaporkan ke polisi karena dituduh telah menganiaya teman sekelas?!

Annie menahan diri untuk tidak menjedotkan kepalanya ke meja.

Semua ini gara-gara Trio Idiot, geramnya dalam hati.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka. Armin berjalan masuk sambil menggenggam erat kantung berisi air es yang ditempelkan di pipi kirinya. Annie langsung beku di tempat. Ia segera melempar pandangan ke luar jendela ketika Armin duduk di kursinya. Seisi kelas menyadari kecanggungan itu, namun mereka lebih memilih diam. Bahkan Trio Idiot juga ikut bungkam. Sepertinya mereka takut akan terjadi pembunuhan bagian kedua.

Tak lama kemudian, Keith Shadis masuk dan pelajaran Matematika dimulai.

"Kumpulkan tugas kalian di meja guru," kata Shadis. "Tugas kalian harus ditulis di kertas folio. Aku tidak menerima buku tulis. Tugas harus ditulis dengan rapi dan diberi nama serta nomor absensi kalian."

Shadis memandangi murid-muridnya satu persatu. Matanya tertuju pada kantung yang menempel di pipi Armin.

"Apa yang terjadi padamu, Siswa Baru?"

Annie menelan salivanya dengan susah payah.

"Saya terjatuh di tangga," jawab Armin.

Guru paling menyeramkan setelah Mr. Rivaille itu hanya mengangguk, lalu meneliti pekerjaan rumah masing-masing siswa. Diam-diam Annie menghela napas lega.

"Eren Jaeger!" teriaknya. "Kau mencontek Mikasa lagi?!"

"Ti-tidak, Pak!" sahut Eren dari kursinya.

"Lihat ini!" Shadis menunjuk lembaran tugas milik Eren. "Kenapa di lembaran ini tertulis nama Mikasa Ackerman padahal tulisannya jelas-jelas adalah tulisanmu?!"

Kelas Matematika resmi dimulai dengan didepaknya Eren dari kelas.


Tidak seperti biasanya, kali ini Annie sama sekali tidak menikmati perjalanannya menyusuri Lehnen Street. Pikirannya terdistraksi oleh banyak hal. Yang paling menganggu adalah kejadian di kelas tadi pagi.

Annie menghela napas ketika mengingatnya. Ia memang orang yang agak temperamental, tapi ia bukan orang yang bisa dengan mudahnya melampiaskan amarahnya pada orang tidak bersalah. Sempat terlintas dibenaknya untuk meminta maaf pada Armin dan menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud untuk memukulnya. Tapi ia tidak tahu bagaimana memulainya. Dibutuhkan lebih banyak keberanian untuk meminta maaf daripada ketika akan memukul orang.

Rupanya ia tidak lebih dari seorang pengecut.

Annie tersenyum masam. Ia terus menyusuri Lehnen Street dengan langkah pelan.

Ketika sampai di rumah, Annie langsung masuk ke kamarnya dan berganti baju. Kemudian ia pergi ke dapur untuk mengambil jatah makan siangnya. Setelah makan siangnya habis, Annie bergabung dengan ayahnya di ruang keluarga yang sedang menonton pertandingan sepak bola.

"Ada apa denganmu?" tanya Erik ketika dia melihat putrinya. "Apa kau punya masalah di sekolah?"

"Tidak ada apa-apa."

Kening Erik berkerut. "Are you sure? Pasti ada sesuatu. Apakah itu sesuatu yang berkaitan dengan laki-laki?"

Annie menghela napas.

"Kalau tidak mau cerita, ya sudah," kata Erik. "Omong-omong, kita mendapatkan undangan makan malam—"

Di saat yang bersamaan, terdengar suara ketukan pintu. Tanpa banyak bicara, Annie bangkit dan berjalan menuju pintu depan.

Pintu dibuka dan terlihatlah Armin Arlert. Pemuda itu tetap memperlihatkan senyum khasnya meskipun pipinya agak bengkak. Untuk sesaat Annie tidak bisa bergerak.

"Hai. Kau meninggalkan ini di laci meja," kata Armin sambil menyerahkan sebuah buku.

Annie menerima buku itu dengan gerakan kaku. "Trims."

"Armin!"

Tiba-tiba Erik bergabung dengan kedua anak SMA itu. Pria berbadan tegap itu menyalami Armin dengan ramah.

"Mampirlah dulu," kata Erik.

Armin menolak tawaran itu dengan sopan. "Tidak usah. Saya datang kemari hanya untuk mengembalikan buku Annie yang tertinggal di kelas."

"Ah, maaf sudah merepotkanmu. Omong-omong, apa yang terjadi dengan pipimu?"

Badan Annie menegang.

"Saya terjatuh di tangga."

Erik mengangguk-angguk. "Ah... Kukira ada yang memukulmu."

Annie berdehem, kemudian menyikut ayahnya. "Bukankah Ayah sedang menonton pertandingan bola?"

"Oh, aku lupa!" Erik segera kembali ke dalam.

Helaan napas keluar dari mulut Annie. Gadis itu menatap pemuda di hadapannya.

"Aku minta maaf," katanya. "Aku tidak bermaksud memukulmu."

Pemuda itu tersenyum. "Aku tahu."

"Apakah kau akan melaporkanku ke dewan guru?"

"Tidak."

Annie terdiam. Senyum itu melebar.

"Kau tidak perlu khawatir," kata Armin.

Annie memperhatikan pemuda di hadapannya. Sejenak ia heran. Ternyata ada orang yang begitu pemaaf meski pipinya terkena pukulan seorang (mantan) atlet judo.

"Well, ada satu hal..."

Badan Annie menegang. Ia memikirkan hal-hal yang mungkin akan diajukan Armin sebagai kompensasi tutup mulut. Uang? Ah, Armin bukan tipe yang mementingkan uang. Bahan contekan ulangan? Tapi Armin adalah siswa terpandai. Lalu apa dong?

Jangan-jangan... keperawanannya?

Annie menahan diri supaya matanya tidak melotot. Tidak. Itu tidak mungkin. Hal seperti itu hanya terjadi di cerita doujinshi H bajakan yang banyak beredar di internet. Armin tidak mungkin membaca hal-hal seperti itu lalu terinspirasi untuk mempraktikkannya, kan?!

"Datanglah ke rumahku untuk makan malam."

Jadi bukan doujinshi H, tapi shoujo manga?!

"Apa?"

Armin menatap gadis di hadapannya dengan heran. "Kau belum tahu? Kakekku mengundang kau dan ayahmu untuk makan malam di rumah kami besok. Kebetulan orangtuaku sudah pulang dari luar negeri. Ayahmu setuju untuk datang."

"Ah, begitu..." Annie menahan dirinya untuk tidak menghela napas. "Tentu saja. Kami akan datang."

"Oh, satu lagi..."

Annie mendengarkan dengan saksama.

"Bisakah kau tidak menceritakan kejadian tadi pada siapapun? Terutama keluargaku. Aku tidak ingin... dianggap lebih lemah dari... kau tahu... Hahaha," Armin menggaruk kepalanya sambil tertawa garing.

"Tentu saja."

Pemuda itu tersenyum, kemudian pamit. Annie memandangi tetangganya itu.

Undangan makan malam, eh?

To Be Continued


A/N: (beware of spoilers)

.

.

.

.

.

.

ARMIN MATEEEEEEEEEEEE /nangis di pojokan/

GOLOK MANA GOLOK

Oke, okeh... Saya tahu adalah hak setiap penulis untuk melakukan apapun pada karakter dalam ceritanya, termasuk membunuh karakter tersebut. Tapi, tapi, tapi, tapi... ARMIIIIIIIIIIIN /abaikan plis/

Oke, daripada saya galau begini, mending saya bales repiu di chapter 3.

Akiko Han: fujoshi juga manusia XD. Ini dia chapter terbaru, semoga suka ya...

Terima kasih juga untuk Seseorang dan Kitsune751 yang sudah memasukkan CUPID dalam list follow. Arigatou~

Sekali lagi... ARMIIIIIIIIIIN /ditendang/