ANDANTE

Chapter 10 : All With You

Cast:

Lu Han, Se Hun

EXO Members

Romance, Angst, a little bit Humor and Drama

This is Genderswitch.

.

.

.

Sore itu, selesai berbelanja komik kesukaannya bersama dengan Jongin, Sehun berniat mengambil arah jalan pulang yang berbeda dari biasanya. Maka ia memutar arah dan melewati sebuah sekolah. Sekolah yang pernah menjadi lawan bertarungnya sekitar dua bulan lalu itu sebenarnya sekolah impian Sehun. Hanya saja walau Sehun kaya, ia sedikit bodoh dalam hal ilmu pengetahuan. Itu sebabnya Sehun tidak bisa bersekolah di sana.

Sehun bukan anak bodoh yang akan berkeliaran di wilayah musuh dengan atribut seragam yang lengkap. Tentu saja ia masih sayang tubuhnya walau bagaimanapun juga. Dengan penampilan biasa seperti sekarang –kaos putih polos dengan segelas minuman dingin Sehun akan aman dari serangan musuh dari sekolah manapun.

Satu hal yang tidak Sehun ketahui adalah di sebelah sekolah impiannya ternyata berdiri sebuah gedung kosong yang tidak terpakai. Kalau sudah kosong dan tidak terpakai itu artinya gedung itu adalah markas roh halus. Sehun menghentikan langkahnya dan diam berdiri di depan gedung kosong tersebut. Bentuknya sih bagus tapi kondisinya itu benar-benar tidak terawat, jelek, buruk, ah pokoknya cocok menjadi markas hantu.

Sepertinya Sehun memang harus berterima kasih kepada usulan bodoh yang tiba-tiba singgah ke dalam otaknya sore itu. Pertemuannya dengan si cantik yang sekarang menjadi sumber kehidupannya memang diawali dengan keinginan anehnya yang ingin mengambil jalan pulang yang berbeda dari biasanya setelah menemani Jongin membeli komik. Padahal jika dipikir-pikir jalan yang akan dia lalui akan memakan waktu lebih lama dari yang biasanya. Berawal dari pemikiran untuk sekedar melihat bagaimana penampakan sekolah idamannya dulu, Sehun malah teralihkan dengan keberadaan gedung kosong yang lebih mirip sarang hantu ketimbang gedung serba guna.

Sehun geli sendiri mengingat bagaimana ia bisa sebegitu penasarannya dengan gedung kosong yang jelek dan buruk itu. Ia sendiri yakin bawa ia bukanlah tipikal orang yang gemar mencari tahu hal-hal aneh atau malah tertarik kepada sesuatu yang bukan menjadi urusannya namun hari itu entah makhluk apa berhasil memasuki pikirannya untuk tetap berdiri tenang di depan gedung bodoh nan horror tersebut sembari menghabiskan minuman dingin yang ia beli. Sepertinya ia juga harus berterima kasih banyak kepada makhluk entah berantah yang berhasil mempengaruhinya sore itu hingga ia bisa mendapati pintu gedung bodoh tersebut terbuka dan membawanya kepada pertemuan pertamanya dengan Luhan. Siapa sangka kisah cinta mereka akan dimulai dari pertemuan tak disengaja akibat dirinya yang lemah dengan tatapan mata seorang gadis manis? Sehun memang jagoan berhati hello kitty. Sehun menggelengkan kepalanya mengingat pertemuan pertamanya dengan Luhan yang tidak begitu menyenangkan. Siapa juga yang berharap dipertemukan dengan pasangan hidupnya melalui cara aneh seperti itu. Namun ia juga tidak menampik perasaan aneh yang sering datang memenuhi hati dan pikirannya sejak pertama kali ia bertemu dengan Luhan. Gadis itu sepertinya telah berhasil membangunkan sisi romantismenya dengan sangat baik.

Tepat saat Sehun membalikkan tubuhnya, pintu gedung kosong itu terbuka dengan seorang gadis yang terlempar begitu saja tepat di dekat kakinya. Menundukkan pandangannya ia mendapati seorang gadis mungil dengan kondisi yang tidak terlalu baik untuk digambarkan.

"Kalau kau tidak bisa seperti Hayoung, enyah saja dari hidupku! Cih!" Seorang pria meludah tepat di depan gadis yang terlempar tadi. Seorang gadis dengan pakaian tidak beraturan kemudian berdiri di samping pria tadi. Ekspresi gadis itu benar-benar seperti jalang pikir Sehun.

Oia, Sehun?

Setelah melihat adegan ludah meludah itu, Sehun segera beranjak dari tempatnya. Menurutnya tidak penting sama sekali untuk melihat adegan drama yang pasti akan berurai air mata dari si gadis itu. Sepengelihatan Sehun juga, pria yang mesum dengan gadis yang disebut Hayoung itu satu sekolah karena seragam mereka sama, sedangkan gadis yang terlempar tadi itu berbeda sekolah dari mereka.

Intinya sama, mereka bertiga bukan dari sekolah yang sama.

"Lihat! Bahkan orang asing itu saja tidak berniat sama sekali denganmu!" Laki-laki itu kemudian mengangkat kepala gadis itu dengan menarik rambut belakangnya.

Sialnya, Sehun melihatnya.

Gadis itu sebenarnya manis dilihat dari matanya yang lucu menurut Sehun. Bibirnya juga mungil dan terlihat ranum, hidungnya bangir, sangat lucu. Sayangnya semua itu terhalang oleh raut kesedihan, ketakutan, kehancuran, kekecewaan yang terpancar jelas dari kedua matanya.

Sehun masih diam memperhatikan bagaimana laki-laki mesum dan kedua temannya memperlakukan gadis mungil itu. Menggerayangi setiap lekukan tubuhnya yang membuat gadis itu menangis dan meronta. Sebenarnya Sehun sudah mau maju dan bertindak sok jagoan karena tiba-tiba hati kecilnya tersentuh dengan tatapan permohonan dari gadis itu. Tapi ia masih diam di tempatnya menunggu saat yang tepat.

"Kau ini masih baru kan? Bagaimana sedikit permainan untukmu dariku sebagai salam perpisahan kita hmm?" laki-laki itu kemudian membawa tangan mesumnya ke dalam rok sekolah gadis mungil yang terus saja meronta. Sementara kedua temannya malah asik menggerayangi bagian depan dan belakang tubuh gadis itu.

Pikiran pria itu kemudian melayang pada saat pertemuan mereka yang selanjutnya. Ia tiba-tiba saja teringat dengan kedatangan Luhan ke sekolahnya sambil membawa obat-obatan hanya karena ia memberitahukan gadis itu jika ia sedang sakit. Entah Luhan itu memang polos atau bodoh atau apalah yang jelas siswa laki-laki di sekolahannya merupakan segerombolan serigala lapar yang doyan dengan melon-melon, jadi ketika mereka mendapati buruan mereka sedang berdiri dengan senyum manisnya di depan pagar sekolah maka jangan heran jika kau akan mendengar kehebohan penuh tatapan lapar di sana.

Sehun tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan orang lain padanya terkait mengapa ada gadis asing yang cantik di depan sekolah mereka dan mencarinya. Gadis itu benar-benar lugu atau bodoh yang pasti Sehun akan berpikir dua kali bahkan berkali-kali untuk datang ke sekolah orang lain dengan perlengkapan seragam yang masih lengkap dari ujung kepala sampai kaki.

Luhan, gadis tempo hari yang ia tolong sekarang berdiri di dekat pintu gerbang sekolahnya dengan tas ransel di punggung gadis itu. Rambutnya diikat menjadi ekor kuda yang panjang dengan ikal pada bagian ujungnya. Ia masih menggunakan rok sekolahnya lengkap dengan kemejanya hanya saja di tutupi dengan jaket. Meski demikian kehadiran Luhan seperti magnet untuk anak-anak sekolah Sehun terutama bagi anak laki-laki yang mesum. Mereka dari tadi sudah berdiri di belakang gerbang menggoda Luhan, memanggil namanya bahkan ada yang iseng memberikan tanaman –sebagai pengganti bunga untuk Luhan. Namun gadis itu hanya tersenyum melihat mereka semua dan sesekali membungkuk pada mereka.

"Jelaskan nanti." Woo Bin menepuk bahu Sehun ketika ia melihat anak itu berdiri di sebelahnya. Ia kemudian mempersilahkan Sehun untuk menghampiri gadis itu. Gadis mungil itu sekarang menyodorkan sebuah bungkusan yang katanya obat. Setelah Sehun buka, memang berisi obat sih tapi kenapa harus ada plester kucing putih merah muda ini juga?!

"Ini punyamu?" tanya Sehun lagi untuk memastikan kalau plester hello kitty itu tidak akan menempel di tubuhnya.

Luhan menggeleng dan menyodorkan semua isi bungkusan itu pada Sehun.

"Untukmu. Hidungmu." Sehun membulatkan matanya mendengar jawaban Luhan. Ya Ampun Sehun itu pria sejati, masih tergoda dengan 'melon-melon' wanita masa harus pakai plester hello kitty sih?! "Hidungku baik-baik saja. Aku tidak butuh ini." Sehun mengacungkan plesternya ke hadapan Luhan dan mendapati gadis itu melihat plester di tangannya yang malah tersenyum setelahnya. Ia kemudian mengikuti Luhan yang tiba-tiba saja menariknya untuk merendahkan tubuhnya sehingga Luhan lebih tinggi darinya.

Kecupan kupu-kupu.

Oh jangan lupakan tentang ciuman malu-malu yang Luhan berikan hari itu sebagai obat untuk lukanya yang tidak seberapa itu. Kecupan itu benar-benar seringan bulu selembut salju. Benar-benar menaklukan Sehun sampai ke dasar bahkan mampu membuatnya terdiam pasrah atas Luhan padanya.

"Kan hidungku ti-" Bibir mungil merah jambu itu menempel halus di dahinya yang ia rasa mempunyai bekas keunguan. Terasa begitu lembut bahkan hampir sama seperti ciuman ibunya di malam hari atau ciuman sayang noonanya begitu ia memenuhi kemauan gadis itu.

Ciuman? Sehun lebih suka menyebutnya kecupan kupu-kupu Luhan.

Hanya sepersekian detik momen manis itu terasa bagi Sehun karena setelahnya Luhan menjauhkan wajahnya dan mulai membuka bungkusan obat tadi. Sehun seperti anak durhaka yang dikutuk ibunya hanya bisa diam memperhatikan apa yang dilakukan gadis itu padanya. Luhan mengeluarkan plester hello kitty yang tadi sempat ia hina dan menempelkannya dengan lembut ke dahinya –yang tadi terkena kecupan kupu-kupu Luhan.

"Cepat Sembuh."

Siapa pun yang mendengar kisahnya pasti akan berdecak kagum penuh suka cita atas kesetiaanya dan kekuatan cinta mereka berdua. Bagaimana pertama kali dalam hidupnya ia mau bangun pagi di hari Minggu dan mengajak Luhan bermain seharian dan ditutup dengan pengakuan perasaannya pada gadis itu. Bagaimana kencan pertama mereka yang begitu berkesan dan ditutup dengan hilangnya Luhan tepat di awal kisah cintanya baru dimulai.

Sehun akui ia seharusnya bisa mendapatkan penghargaan atas ketahanan hatinya dalam mempertahakan perasaan yang sering di sepelekan oleh orang dewasa kala itu hingga berkembang sampai sebesar dan sedalam sekarang.

Tidak.

Tidak pernah sedikitpun pernah terpikirkan oleh otak cerdas seorang Oh Sehun untuk melupakan seluruh kenangan buruk yang turut menyertai langkahnya dan Luhan karena baginya mereka adalah sebuah pelajaran untuknya sendiri, sebuah pengingat baginya di saat ia dihinggapi rasa lelah atas perjalanannya pada hatinya. Ia harus selalu ingat bagaimana rasa sakit dan kehampaaan itu terus melandanya dari hari ke hari, waktu ke waktu, membuatnya kesulitan tidur dan ketergantungan obat penenang ketika Luhan mendadak hilang dari genggamannya. Ia harus selalu ingat bagaimana dirinya yang mampu bertahan dalam ketidakpastian selama bertahun-tahun sembari menggenggam kesetiaan dengan hatinya yang berdarah tak tentu arah hanya karena ia tidak mampu menemukan Luhan dalam jarak pandangnya. Sehun tidak akan pernah melupakan semua rasa sakitnya diatas cintanya pada Luhan.

Delapan tahun bukan waktu yang singkat namun bukan juga waktu yang panjang untuk sebuah penantian. Setelah ini ingatkan Sehun untuk selalu berdoa kepada Tuhan atas semua kesempatan yang telah diberikan kepadanya. Katakanlah ia bukan seperti Jongin yang hampir pingsan karena mendapati Kyungsoo berdarah di hari pernikahan mereka atau Chanyeol yang menangis haru karena terlalu bahagia namun bagaiamana pun juga Sehun berhak meluapkan emosinya atas apa yang terjadi hari ini. Hasil tidak akan membohongi proses. Semua doanya mulai terjawab satu persatu terhitung hari ini. Tidak sia-sia ia menolak semua tawaran kencan buta yang kakaknya berikan, memasang tampang tanpa minat, bertahan menjadi perjaka sampai bertemu Luhan.

Semua hidup Sehun hanya untuk Luhan dan jika gadis itu memintanya untuk berhenti dari kehidupan hanya demi kebahagiaannya maka dengan senang hati Sehun akan memberikannya untuk Luhan.

Menarik nafasnya untuk berusaha tenang, Sehun berusaha sekuat tenaga untuk tidak pingsan dan menangis hari ini. Ia akan menunjukkan pada Jongin dan Chanyeol jika ia tidak selemah mereka berdua yang harus nyaris pingsan dan menangis. Berdoa saja kakinya masih sanggup menopang tubuhnya atau paling tidak kedua kakinya tetap berdiri kokoh tidak lumer seperti jelly karena rasa gugup yang berlebihan. Sehun yakin ia tidak menderita kelainan jantung dan semacamnya namun hari ini ia yakin sekali kedua telapak tangannya terasa dingin dan basah karena terlalu berkeringat. Anggap saja anugerah lainnya yang masih menempel pada tubuhnya adalah bahkan disaat dahi dan lehernya basah karena keringat, tamu undangan mereka yang berjenis kelamin wanita tetap merasa gerah karena melihatnya. Mengusap lembut telapak tangannya sambil terus membawa pikiran positif ke dalam otaknya, membangun kenangan-kenangan manis akan Luhan supaya tenang, mencoba mengingat-ingat ekspresi si rusa kecil, mengingat bagaimana wajah malu-malu Luhan saat ia terus menerus menggoda gadis itu, bagaimana wajah kesal gadis itu ketika ia senang berbuat ulah padanya atau mengingat wajah bahagia Luhan ketika ia mengajak gadis itu untuk menjadi pasangan hidupnya dan Tentu saja hari ini akan menjadi salah satu yang paling ia sering ingat dalam hidupnya.

Saat sedang asik-asiknya bernostalgia sembari menenangkan diri, Sehun mendapati Leon dan Minji yang berjalan riang sambil menaburi langkah mereka dengan kelopak bunga dengan riang. Mereka berdua memang moodboster yang paling tepat baginya –selain Luhan tentu saja. Beberapa kali Leon dengan sengaja menaburkan kelopak bunga yang ada di keranjang ke arah Minji hanya untuk menggoda putri kecil itu atau Minji yang terus tersenyum menggemaskan tak lantas membuat Sehun merasa tenang, katakan saja ia nyaris muntah karena rasa mual yang tiba-tiba menyerang tubuhnya.

Namun ketika matanya di hadapkan atas kehadiran seseorang yang ia tunggu sepanjang hidupnya, maka hari itu juga seorang Oh Sehun menitikkan air mata kebahagiannya. Melihat gadis itu berjalan dengan perlahan nan anggun ditemani Kris sebagai pendampingnya membuat Sehun sama sekali tidak berkutik. Semua rasa gugup dan ketakutannya menghilang begitu saja, rasa mual yang semula memenuhi perutnya sekarang menguar entah kemana. Telapak tangannya juga tidak lagi mengeluarkan keringat gugup. Ia tampil lebih percaya diri akan semua yang terjadi di hadapannya. Luhan dan semua keindahannya. Seingatnya ketika pertama kali melihat Luhan mencoba gaun pernikahan mereka, gadis itu memang sudah cantik namun hari ini bahkan jika ada kata yang lebih dari indah maka biarkanlah Sehun sematkan untuk Luhan. Gaun itu memang sederhana tidak ada pecahan intan berlian atau permata di sana namun kesederhanaan itu tak lantas menutupi kecantikan seorang Luhan. Si mungil yang tampil manis dengan buket bunga mawar putih dan biru ditangannya sementara wajah gadis itu terus memancarkan senyum ketenangan. Ia bahkan berharap waktu bisa berhenti begitu saja ketika Kris menyerahkan Luhan padanya. Keduanya tak putus-putus untuk saling menatap satu sama lain, menghujani keduanya dengan penuh cinta kasih.

"Hai cantik," Sehun tidak perlu mengatakan jika hari itu Luhan tampil cantik karena baginya setiap hari gadisnya selalu cantik. Senyum manis dari si mungil menjadi jawaban atas panggilannya pada Luhan barusan.

"Hai tampan," Anggap saja Sehun sudah terlalu gila dalam mengagumi Luhan atas segalanya. Bahkan hanya dengan mendengar suaranya saja ia sudah merasa begitu bahagia.

Ketika seorang laki-laki itu menangis maka disaat itulah titik kelemahannya diketahui dan Sehun mengeluarkan kelemahan hari itu. Sehun tidak pernah merasa sebahaga ini dalam hidupnya sampai hari ini tiba. Semua rasa sakit dan ketakutannya akan kehilangan Luhan terbayar dengan sangat sempurna melalui janji sehidup semati yang mereka ikrarkan di hadapan Tuhan. Sehun bahkan menghiraukan suara Jongin dan Chanyeol berserta si kembar Kris dan Yifan yang sibuk menggodanya sementara Zitao dan Sena yang sibuk mengomentari tindakannya. Ia bahkan tidak peduli dengan tamu-tamu undangan yang merasa iri akan cintanya pada Luhan karena yang ingin Sehun lakukan hanya membuat Luhan tahu jika ia begitu memuja gadis itu seluruh hidupnya.

"Saya, Oh Sehun menerima engkau, Luhan menjadi satu-satunya istri dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan diperhatikan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, semasa kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan diwaktu sehat, untuk dikasih dan diperhatikan serta dihargai seperti Tuhan mengasihi JemaatNya sampai kematian memisahkan kita, menurut titah kudus Tuhan dan iman percaya saya kepadaNya, kuucapkan janji setiaku kepadamu." – Oh Sehun

"Saya, Luhan menerima engkau, Oh Sehun menjadi satu-satunya suami dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, semasa kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan di waktu sehat, untuk dikasihin dan diperhatikan serta dihargai seperti Tuhan mengasihi JemaatNya sampai kematian memisahkan kita, menurut titah kudus Tuhan dan iman percaya saya kepadaNya, kuucapkan janji setiaku kepadamu." – Luhan

.

.

.

Seharusnya ia sekarang berada dibawah, mengandeng mesra sang pria menikmati pesta. Namun yang terjadi malah berada di dalam kamar dengan tubuh lemas karena kelehanan. Anggap saja Luhan punya daya tahan tubuh yang tidak terlalu baik namun semua persiapan pernikahan ini memang menguras tenaganya sangat banyak. Belum lagi si cantik Minji dan si tampan Leon yang senantiasa memintanya untuk bermain bersama, mengurus bayi besar Oh Sehun yang kelewat manja dan menyelesaikan ceritanya membuat Luhan harus rela masuk kamar lebih dahulu daripada yang lainnya.

Mencoba bangun dari tempat tidur, Luhan menggerakan tubuhnya perlahan karena kepalanya masih agak berputar. Jangan berpikir kalau ia tengah mengandung bayi si bayi besar sebab meskipun mereka sudah melakukannya namun hari ini Luhan baru saja selesai dari masa merahnya jadi semua yang terjadi pada si cantik hari ini adalah murni karena Luhan kelelahan. Terima kasih pada Kyungsoo dan Baekhyun yang tadi sempat membantu Sehun menggantikan pakaiannya sehingga sekarang Luhan telah siap dengan baju rumahannya. Ia hanya tinggal membasuh wajahnya sebentar dan semua akan terlihat baik-baik saja.

Berjalan perlahan menuju kamar mandi, Luhan membasuh wajahnya perlahan sambil menikmati bagaimana air itu membuatnya lebih tenang dan sedikit bertenaga. Ditatapnya pantulan wajahnya pada cermin dan Luhan masih belum percaya dengan apa yang sekarang terjadi padanya. Semua terasa begitu cepat sehingga lebih terasa seperti mimpi ketimbang kenyataan. Karena bagi Luhan tidak ada kenyataan yang begitu manis dan tidak ada mimpi yang begitu pahit. Beberapa bulan lalu, wajah yang ia tatap itu adalah seorang gadis dengan rahasia menyakitkan dalam hidupnya, si bodoh yang memilih melarikan diri dari masalah dan membuat lubang kesakitan di mana-mana. Beberapa bulan lalu cekungan bawah matanya masih terlihat, wajahnya terlihat datar dengan tatapan mata yang kosong penuh kesakitan. Namun sekarang semua berubah. Perlahan Luhan menggerakan jarinya menyusuri wajahnya sendiri untuk merasakan perbedaan yang terlalu mencolok pada dirinya. Mata cekung itu sekarang hilang dengan sempurna, pipinya mulai mengeluarkan rona merah muda alami, bibirnya tak lagi pucat, matanya memancarkan kebagaian, kehidupan. Sebegitu kuatkah kekuatan cinta berimbas padanya? Perlahan namun pasti.

Pandangan Luhan terfokus pada sesuatu yang berkilau datang dari jari manisnya. Salah satu bukti kebahagiaan itu telah datang padanya. Sekali lagi, Luhan masih belum percaya bahwa beberapa jam lalu ia telah melepaskan kebebasannya untuk membawa marga OH di depan namanya, bersumpah atas nama Tuhan untuk hidup dan kesetiannya pada seorang pria. Dulu tak pernah terlintas dalam otak cantiknya tentang menikah dan hidup bahagia dengan suami tampan. Dulu yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana caranya bertahan hidup dan membayar sewa tepat waktu, bagaimana mendapatkan uang untuk membeli makan siang dan malam, dan Bagaimana menjaga rahasia busuk itu tetap menjadi rahasia tanpa terbongkar sama sekali. Menikah sama sekali tidak ada dalam rencanya hidupnya.

Namun sekarang semua berubah sejak pertemuan pertamanya lagi dengan Sehun. Pria itu begitu rapuh dan putus asa terlihat dari wajahnya yang tampak lelah dan hampir menyerah. Luhan tidak akan pernah lupa bagaimana Sehun menghujaninya dengan tatapan penuh kesakitan yang nyata karena tindakannya. Luhan tidak pernah merasa begitu bersalah, kecewa dan marah secara bersamaan hanya karena kata-kata Sehun yang menyakitkan baginya.

Ia tidak akan pernah lupa bagaimana ekspresi Sehun saat semua rahasia busuknya terbongkar. Bagaimana kesakitan yang selama ini ia sembunyikan harus terbuka begitu saja di depan semua orang yang telah menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Sehun tanpa tahu bahwa ia juga merasakan kesakitan yang lebih dari yang dapat mereka bayangkan. Bagaimana teman-teman pria itu menatapnya penuh permusuhan hingga mereka yang menghakiminya bahkan memberinya tamparan atas apa yang terjadi. Diatas semuanya, kehancuran Sehunlah yang menjadi puncak dari segalanya. Pra itu memang tidak menuntut balas atau memarahinya, menjauhinya atau melakukan apa yang selama ini ia pikirkan namun apa yang tersaji pada wajah pria itu apa yang dipancarkan kedua matanya telah menyiratkan amarah dan kecewa atas diri sendiri terhadapnya.

Luhan tentu saja selalu dan tidak pernah lupa bagaimana pria itu akhirnya mampu meyakinkan hatinya untuk membangun sebuah hubungan masa depan. Bagaimana usaha Sehun untuk mengumpulkan kembali kepingan cerita mereka, menyatukannya, memperbaikinya sekuat yang ia bisa lakukan. Penawaran pertemanan hingga rayuan yang berujung pada kesungguhan telah Luhan nikmati selama ia berjalan bersama Sehun dalam proses perbaikan diri mereka. Hingga akhirnya Sehun mampu meyakinkannya untuk membawa hubungan mereka lebih dari sekedar teman dekat semata. Bagaimana pria itu membawanya ke dalam penyatuan intim mereka yang begitu panas dan menggoda, perlahan namun pasti. Bagaimana Sehun pelan-pelan meyakinkan dirinya atas kepemilikannya pada Luhan, bagaimana sisi egois pria itu mampu membuatnya percaya dengan semua yang dilakukan Sehun padanya adalah demi kebaikan bukan sebaliknya. Permintaan itu terlontar begitu saja seiring dengan hawa panas yang masih menggoda mereka untuk saling menari bersama diatas kenikmatan dunia.

"Lu," Suara Sehun bahkan masih terdengar begitu serak dan berat sementara nafasnya juga masih memburu sisa pelepasannya barusan. Tak ada sedikitpun niat Sehun untuk memisahkan dirinya dengan gadisnya, ia semakin membawa mereka ke dalam hubungan yang lebih dalam dan hangat. Sementara Luhan masih berusaha memulihkan kewarasannya yang sudah berhambur bersama kenikmatan yang Sehun bagi bersamanya. Ia tidak pernah berharapa bisa melakukan apa yang mereka sebut dengan percikan panas itu bersama dengan Sehun, sedikitpun tidak pernah namun pria itu mampu membuatnya percaya bahwa semua akan baik-baik saja.

"Sayang," Suara Sehun terdengar begitu merdu menyapa gendang telinga Luhan yang mulai menemukan irama kesadarannya lagi. Perlahan ia membuka kedua matanya dan menangkap bayangan wajah Sehun tepat di hadapannya dan tersenyum membuatnya turut mengulas senyum serupa tanda ia siap dengan apapun yang akan pria itu lakukan atau katakan padanya. Walau sebenarnya ia masih mengambang di atas sana.

"Jadilah hidupku," Luhan sedikit tak mengerti dengan maksud perkataan Sehun barusan. Pria itu sudah mengajaknya bertarung memacu kenikmatan bersama dan sekarang memintanya untuk menjadi hidupnya? Pria ini melamarnya atau apa?

Sehun mengerti atas kebisuan yang Luhan suguhkan padanya. Perkataannya barusan memang mengandung makna ganda yang dapat berbeda penafsirannya namun maksud Sehun hanya satu, menikahi Luhan. Tidak ada maksud atau makna lain di dalam perkataanya. Luhan telah menjadi bagian hidupnya dan ia akan terus meminta gadis itu untuk selalu menjadi bagiannya maka permintaannya pada Luhan barusan tidaklah salah.

"Sehun, kau.."

"Apapun yang ada dipikiranmu sekarang, ya. Katakan ya atas semuanya Lu." Kesadaran Luhan telah kembali sepenuhnya setelah perkataan Sehun barusan. Apapun? Benarkah apapun yang ia pikirkan maka itulah jawaban dari apa yang Sehun katakan? Benarkah? Jika begitu bisakah ia berharap jika pria itu memintanya untuk menjadi pilihan terakhir dalam hidupnya, menjadi bagian dari mimpi dan harapannya, menjadi ibu dari anak-anaknya dan menemaninya saat tua?

Menjadi istri seorang Oh Sehun?

Luhan terlalu hanyut dalam pemikiran dan harapannya sehingga ia tidak begitu nyadari jika Sehun telah bergerak begitu cepat melepaskan diri mereka dan melakukan sesuatu pada jemarinya.

"Sehun," Luhan tidak bisa menyelesaikan kata-katanya begitu ia melihat Sehun yang membawa tangannya dan mengecupnya hingga ia menyadari sesuatu telah bersemayam di jemari manisnya. Nafasnya sudah mulai sesak karena menahan tangis yang tiba-tiba tak bisa ia keluarkan sementara matanya telah mengalirkan air mata tak percaya. Sedagkan Sehun, ia terus menikmati wajah bingung Luhan yang begitu menggemaskan dan menggodanya untuk permainan selanjutnya.

"Ya Luhan, jadilah milikku, hidupku, istriku, ibu dari anak-anakku. Menikahlah denganku."

Cup!

Luhan tersadar dari lamunannya begitu ia menyadari seseorang telah dengan lancang menciumnya bahkan sekarang telah memeluk tubuhnya erat. Tubuhnya sempat menegang sesaat sampai ia mengenali siapa yang sekarang tengah membaringkan kepalanya di pundak mungilnya. Tidak ada pria yang berani melakukannya jika tidak ingin berhadapan dengan si petarung jagoan jalanan Oh Sehun, suaminya. Luhan tersenyum melihat tingkah manja Sehun yang semakin erat memeluknya bahkan pria sesekali menggerakkan kepalanya semakin dalam pada lekukan leher Luhan.

"Sehun, ada apa? Ku pikir acara di bawah masih berjalan." Tanya Luhan sembari mengelus lembut kepala Sehun yang masih asik bersembunyi di pundaknya. Sehun lebih memilih memberikan kecupan-kecupan ringan sepanjang pundak dan leher Luhan ketimbang menjawab pertanyaanya. Ia sudah hampir terkenan serangan jantung tadi ketika ia tidak mendapati Luhan di tempat tidur mereka sementara dari kamar mandi tak terdengar suara apapun sama sekali. Wanita itu bisa saja hilang atau diculik namun yang lebih membuat Sehun takut adalah kemampuan Luhan untuk pergi tanpa jejak tidak bisa diragukan lagi. Sudah terbukti dengan sangat akurat.

"Sehun," Panggilan Luhan atas namanya memang bernada biasa bahkan wanita itu tidak menggunakan desahan sama sekali namun setelah bibirnya nakal menciumi pundah dan leher Luhan, Sehun tidak bisa lagi menghentikan apa yang sudah bergejolak dalam dirinya. Tangannya yang semula memeluk pinggang Luhan kini sudah mulai bergerak bermain di tubuh wanitanya sedangkan bibirnya tetap aktif menciumi daerah kekuasannya. Gerakan dan semua stimulasinya pada Luhan perlahan mulai bekerja pada Luhan sebab ia sudah merasakan Luhan yang bergerak resah atas perlakukannya. Tanpa sadar wanita itu telah membaringkan kepalanya pada Sehun sementara Sehun semakin memperdalam permainan bibirnya pada tubuh Luhan. Kedua tangannya kemudian memutar tubuh Luhan, membaginya untuk menahan pinggang dan leher wanitanya membawanya dalam ciuman panjang. Kepala Sehun memang sudah berkabut nafsu namun ia masih bisa menyalurkan cinta kasihnya dalam kegiatan bibirnya atas bibir Luhan sementara Luhan memberikan balasan yang setimpal atas apa yang telah ia dapatkan dari Sehun pada dirinya. Wanita itu telah belajar bagaimana menyampaikan perasaannya pada ciuman dan sekarang ia berhasil melakukannya dengan sangat baik. Kedua tangannya telah mengalung sempurna pada leher Sehun membuat keduanya semakin dekat, panas dan intim.

Sehun memang yang pertama memulai dan ia masih sanggup bertahan untuk lebih lama lagi namun Luhannya adalah wanita bernafas pendek. Ia harus memberikan waktu bagi si cantik untuk mengambil nafas di sela ciuman mereka sementara ia menggoda bibir si rusa dengan sesekali memberinya gigitan kecil nan menggoda hanya untuk menunggu Luhan kembali siap untuk bertarung dalam cinta pada tahan pertama hubungan mereka –ciuman.

"Aku mencintaimu Luhan. Percayakan dirimu padaku sayang, percayalah."

Berbisik lirih ditelinganya, Sehun membawa Luhan semakin hanyut dalam gerakan sensual yang ia ciptakan atas tubuhnya. Pria itu perlahan menggiring Luhan untuk ikut larut dalam keintiman mereka malam ini maka dengan tenang. Jangan tanyakan bagaimana keadaan Luhan dan Sehun sekarang jika bukan tengah berbaring diatas tempat tidur dalam keadaan saling merangsang satu sama lain. Bibir mereka memang saling mencium, memakan, menggigit satu sama lain dengan mata tertutup namun tangan keduanya tetap mampu bekerja dengan sangat baik. Entah sejak kapan Sehun mampu menyingkirkan penghalangnya satu persatu sehingga pertemuan kulit keduanya terasa begitu panas menggairahkan.

Melepaskan dalam ketidakrelaan, Sehun mengajak bibirnya untuk berpetualang di atas tubuh si cantik dengan apik. Gerakannya begitu lembut penuh hasrat membuat Luhan yang bahkan secara tak sadar menegakkan lehernya untuk mempermudah jalan Sehun untuk menari dengan tubuhnya. Jari-jari mungilnya seakan memilik mata sendiri sehingga mereka mampu bergerak begitu lincah membalas perlakuan Sehun atasnya. Meremas, mengenggam, mencakar apapun yang dapat diraihnya. Sementara dirinya sendiri sibuk menahan nafasnya yang terasa begitu berat setiap Sehun menggerakkan bibirnya diatas titik sensitifnya.

"Aah,"

Dan akhirnya Sehun tersenyum saat ia mampu membuat Luhan mengeluarkan apa yang sejak tadi ia ingin dengar dari bibir cantiknya. Sengaja ia melewatkan puncak dada si cantik namun terus mengecupi sisi pinggirnya hingga ia dapat merasakan bagaimana gadisnya menahan nafas atas perbuatanya dan saat Luhan mulai bergerak tak sabar maka dengan lancang ia mengisap si puncak dengan keras dan berhasil membuat Luhan mendesah atasnya. Sehun semakin gencar menggoda si kembar dengan sangat baik, memijat keduanya perlahan dan lembut, mengisap puncaknya, memberikan sensasi menyenangkan atasnya sementara Luhan tak kuasa harus terus mendesah memilih untuk mengigit bibir bawahnya sembari tangannya sibuk meremasi rambut Sehun yang nakal.

Jari-jari nakalnya menggantikan tugas bibir sialan Sehun untuk bermain dengan dada si cantik sementara mulutnya terus menari semakin turun semakin dalam. Melewati lekukan perut dan pinggang Luhan, sedikit bermain di sana, memberikan kecupan nakal hingga akhirnya Sehun sampai pada pusat gairah wanitanya. Sedikit menghirupnya dengan hidung, Sehun membawa dirinya kehadapan Luhan memberikannya ciuman lembut untuk membawa Luhan sadar atasnya. Perlahan wanita itu membuka kedua matanya mendapati Sehun telah menatapnya penuh cinta dan kasih sayang.

"Kenapa berhenti?" Lirih Luhan begitu mendapati Sehun yang hanya diam sambil tersenyum menikmati usapan tangannya diwajah pria itu.

"Sayang?" panggil Luhan lagi namun kali ini dengan memberikan sedikit ciuman pada bibir Sehun untuk membawa kembali prianya.

"Tidak ada. Aku hanya ingin kau tetap membuka matamu ketika aku mempertemukan kita nanti." Jangan tanyakan bagaimana wajah Luhan sekarang jika tidak memerah karena malu. Tentu saja Luhan mengerti dengan sangat baik apa yang dimaksud dengan kata 'kita' pada perkataan Sehun barusan. Ia memilih untuk mengangguk mengerti atas permintaan Sehun membiarkan pria itu bermain lagi dengan tubuhnya. Semua penghalang mereka telah terlepas membuat pergerakan sekecil apapun mampu membawa dampak yang besar pada keduanya. Rasa panas kembali datang melingkupi keduanya terlebih ketika Sehun mulai menyapa Luhan di bawah sana. Bibirnya bergerak dengan sangat pelan, menggoda si sensitif dengan sangat baik membuat Luhan mengerang resah atasnya. Sehun tahu sangat paham malah gerakannya pada pusat Luhan membuat wanitanya begitu gelisah namun bukannya berhenti untuk menggodanya Sehun malah semakin semangat untuk membuatnya semakin bergairah. Kecupan ringannya bergerak dari atas mengikuti alur yang tercipta dengan indah disana, satu kecup satu kecup hingga mencapai batas akhirnya namun melewatkan si kecil. Bukan terlewat melainkan sengaja mempermainkannya dengan kembali naik satu kecup satu kecup menuju atas sambil tetap melewatkannya. Sehun terus melakukannya sampai ia mendengar nafas Luhan semakin memberat dan wanitanya bergerak semakin tak tenang. Menunggu saat yang tepat Sehun kembali menyapa Luhan di bawah sana dengan ciuman panjangnya diikuti benda tak bertulang yang turut melakukan tugasnya untuk bermain bersama si kecil nan sensitif yang langsung dihadiahi desahan lega dari mulut cantik Luhan.

Sehun tersenyum puas atasnya. Ia memang senang membuat Luhan terus memohon atasnya sehingga ia tidak berhenti untuk bermain dengan pusat gairah si cantik seperti sekarang. Menggerakkan bibirnya naik dan turun, menciuminya bahkan sesekali mengeluarkan lidahnya untuk menghisap tonjolan kecil yang paling menggoda nomor dua. Meskipun agak tidak rela untuk berhenti berciuman dengan bibir kedua Luhan, Sehun membawa dirinya setara dengan Luhan untuk menyalurkan pemikirannya pada wanitanya.

"Percayakan dirimu padaku sayang,"

"Ya Sehun," Tepat setelah Luhan menjawab permintaannya, Sehun mengajak Luhan untuk larut dalam ciumannya untuk membuat wanita itu terhanyut sementara ia sendiri sibuk mempersiapkan dirinya untuk bertemu Luhan dibawah sana. Di gerakkannya ujung dirinya pada diri Luhan sengaja menggoda wanitanya agar siap menerima dirinya. Sehun dapat merasakan desahan Luhan yang tertahan dalam ciumannya maka saat ia mulai menyatukan dirinya dengan Luhan ia semakin membawa Luhan dalam pertarungan mereka dan melepasnya saat ia telah berhasil bersatu dengan Luhan di bawah sana.

"Ahh," Suara Luhan terdengar begitu seksi begitu Sehun melepaskan bibirnya membiarkan wanitanya mendesah atas perlakuannya. Berbicara menggunakan tatapan mata, Luhan tersenyum meyakinkan Sehun jika dirinya mulai terbiasa atas Sehun dan mempersilahkan pria itu memulai perjalanan mereka.

Pergerakan Sehun begitu tenang namun pasti dan dalam, begitu sensual dan panas serta manis dalam bersamaan. Sehun sama sekali tidak berniat bermain kasar atau membuat Luhan merasa terlalu terguncang atas pergerakannya karena ia ingin Luhan selalu mengingat betapa ia tetap menjaga Luhan bahkan ketika mereka sedang bersatu dalam keintiman. Sehun membawa Luhan semakin dalam dengan pelukan yang diiringi permainan bibirnya pada dada Luhan sementara si cantik sibuk menggenggam lengan Sehun sebagai pegangannya atas kekuatan gerakan Sehun yang begitu nikmat di tubuhnya. Sesekali Luhan mengeluarkan suaranya rintih ketika Sehun berhasil menyentuh tepat pada titik gairahnya sedangkan pria itu akan semakin memacu gerakannya namun tidak membuatnya merasa terburu.

Semakin lama Luhan menyadari ada sesuatu yang harus ia lepaskan bersamaan dengan gerakan Sehun di dalamnya. Ia tidak bisa lagi menahannya dan ketika Sehun menambah kecepatannya sedikit lebih intens dari sebelumnya maka saat itu juga Luhan mendapatkan pelepasan pertamanya. Ia dan Sehun memang tidak banyak berbicara atau mendesah karena ia sendiri berusaha untuk tidak terlalu berisik dan hanya bersuara di saat yang tepat sementara Sehun lebih memilih untuk menggeram rendah yang membuatnya semakin seksi dan panas. Sehingga keduanya lebih banyak berbicara menggunakan tatapan keduanya dan ciuman sebagai balasannya.

"Giliranku sayang," Luhan hanya tertawa kecil mendengar permintaan Sehun setelah pelepasanya barusan. Ia hanya mengangguk sambil mencium Sehun sekali yang langsung di sambut dengan gerakan Sehun yang menuntut, keras dan dalam. Tubuh Luhan memang agak sedikit terguncang namun tidak terlalu menyakitinya karena Sehun menahannya dalam pelukannya. Ia sengaja membawa Luhan lebih dekat padanya agar serangannya pada titik terdalam Luhan dapat tepat sasaran hingga pada pergerakan yang terakhir Sehun semakin memacu tubuhnya lebih cepat dan lebih keras mengenai titik kepuasan Luhan serta meraih kepuasannya.

"Seh-uun," rintih Luhan ketika ia merasakan ia akan kembali mendapatkan pelepasan keduanya. Mengetahui wanitanya akan segera sampai, Sehun semakin mempercepat gerakannya agar mereka dapat selesai bersama.

"Sehuunh!"

"Luhaan argh."

Tiga kali gerakan dan keduanya larut dalam pelepasan yang panas, manis namun menggairahkan. Sehun menurunkan wajahnya menciumi perut Luhan sembari berbisik, "Jadilah Sehun dan Luhan kecil ya sayang."

Luhan hanya tertawa mendengar ucapan Sehun barusan sembari mengatur nafasnya. Ia hanya mengelus rambut Sehun lembut dan berdoa agar ucapan Sehun tadi dapat menjadi hadiah pernikahan terbaik baginya dan Sehun.

"Terima kasih Lu." Sehun mencium Luhan sekilas tanpa berniat melepaskan dirinya dari Luhan.

"Sama-sama Hun."

Lama berdiam saling menikmati pandangan mata satu sama lain, entah apa yang memacu Sehun kembali mengeras dibawah sana membuat Luhan tersenyum atasnya. Prianya memang tiak pernah puas atas satu kali.

"Mau dilanjutkan?" tanya Luhan sambil mengusap pipi Sehun lembut.

"Apa masih bisa?"

"Buktikan saja." Jangan tanya bagaimana Sehun setelah mendapatkan lampu hijau dari si cantik jika tidak tersenyum licik penuh gairah.

"Siapa takut!"


If you see my heart and feel my true heart. If you see my heart and find your way to me. I want to give you all of my heart, If you can stay by my side forever.

Thank youFor being by my side

Because you're by my side,It's so warm.

Because you're by my sideI am able to have strength – Taeyeon, All With You


END.

ANDANTE OFFICIALY END.

Haloooo! Akhirnya setelah 2 taun ff ini akhirnya selesai juga haha. Gimana ada masukan untuk chapter terakhirnya? Ada masukan untuk adegan ranjangnya haha. Maapin yak kagak hot sama sekali lalalalala maklum belum selesai berguru dengan para master PWP hehe ._.)9

Oia yang kemarin ada yang bingung di part 9b kok tiba-tiba semua Cuma tulisan Luhan doang, berasa gak nyambung atau gimana nah aku klarifikasi disini yak. Jadi part kemaren memang part bonus yang sengaja aku selipkan sembari nunggu part end ini. Kalau kalian baca di part 9 kan sampe Luhan dapet benda berkilauan di tangannya kan, nah di part bonus kemarin sengaja aku kasih petunjuk kalau Luhan udah dilamar Sehun. Part itu sekaligus sebagai jembatan apa sih yang dilakukan Luhan setelah menjadi tunangan Sehun di chapter ini yakni jadi penulis cerita karena dia kesel sama Sehun yang fokus kerja.

Intinya mah Cuma sebagai side story tapi masih ada petunjuk untuk chapter ini gituuuu.

Terima kasih untuk semua yang setia membaca, memberikan kritik dan masukan untuk cerita ini dan untuk diriku sendiri. Ternyata rasanya bisa lunasin satu kutang asik yak haha. Semoga setelah ini bisa ada kutang lain yang lunas yaaaak.

Selamat membaca! Sampai ketemu di cerita yang laiiiiin.

OIA MAAPIN YAAAK KALAU ENGGAK BALES REVIEW KALIAN SATU SATUUUUU :******