If You Do

Cast : Exo members, BTS members and other

Pairing : secret-

Warn(s) : Boyslove, OOC, Gaje, Typo dan kalo tidak suka pair atau cast bisa close or Back

a/n: saya kepikiran BTS terus dan sudah lama tidak mencari hal-hal tentang exo, apalagi ff-nya. Dan saya lumayan kaget lihat D.O pake anting *pokerface*

"Kau tidak bisa menolaknya,"

"Aku tidak suka, hyung…"

"Aku tau Sehun ah, hyung tau. Tapi kau tidak perlu melakukan itu padanya pula, kasihan Jongin…"

"…"

Sehun tak menjawab. Pemuda dengan kulit pucat itu merebahkan tubuhnya di sofa dan membulat disana. Mengabaikan tatapan prihatin dari sang hyung. "Dia pasti menangis sekarang.." gumam pria tinggi itu. Mendudukkan dirinya di sofa tunggal dan tenggelam dengan pemikirannya sendiri.

Cukup lama sunyi melingkupi mereka hingga Sehun memecah suasana itu."Hyung, apa Jimin jadi pindah ke Seoul?" Tanya Sehun tiba-tiba. Membalikkan tubuhnya menghadap yang lebih tua.

"Jadi. Dia bilang akan tiba besok pagi. Haaah… ini sudah lama sekali rasanya. Ckh, aku penasaran seperti apa wujud bocah itu sekarang," terawang sang hyung.

"Hm hm hm… pasti dia jadi semakin cerewet sekarang, khekeke... Ah! Hyung, apa dia akan tinggal denganmu? Disini?"

"Yup! Memangnya mau tinggal dimana lagi? Lagi pula ini sudah kesepakatannya. Keluargaku dan keluarga Jimin, keluarga kami. Terlebih Jimin sudah kelas akhir sekarang,"

"Kenapa tidak menunggu dia tamat dulu hyung? Pindah sekolah kan merepotkan, apalagi dengan pelajarannya. Apa Jimin bisa mengikutinya?"

Sang hyung memandang pemuda yang lebih muda. Terlihat kilatan percaya diri di mata bulat dan tajam sang hyung dan sedikit rasa jenaka di sana. "Kau meragukan keluarga Park? Walaupun dia pindahan dari Busan, adik ku itu jenius Sehun ah, dia juga berbakat loh!"

"Khe, aku tidak percaya. Dan memangnya apa bakatnya? Palingan berteriak dan mengganggu orang, hahahaa"

"Dia bilang dia jadi dancer dan pernah ikut lomba dan menang. Jinyeong juga bilang beberapa waktu lalu kalau bocah pendek itu pernah di tawari seorang staff ent. entah aku lupa namanya apa untuk ikut audisi. Bukankah dia punya bakat, Oh Sehun?" ujar sang hyung, sebelah alisnya terangkat dan tersenyum tipis.

Sehun hanya menatap datar laki-laki di depannya, kembali mengubah posisi tubuhnya, bersandar di lengan sofa dan menjulurkan kaki panjangnya. Sejenak teringat dengan kegiatan club dance-nya. Ah ya, dia ada jadwal hari ini, sabtu kalau tidak salah dan seharunya ia pergi karena sudah waktunya. Jam menunjukkan pukul 14.25 sekarang, dan sepertinya ia sudah terlambat karena clubnya dimulai pukul 14.00.

Tiba-tiba rasa malas dan lelah mengrogoti tubuhnya. Tidak ingin beranjak dari sofa coklat yang didudukinya semenjak ia tiba di apartemen sang hyung. Biarlah ia bolos sekali ini, toh hanya latihan dan kumpul-kumpul biasa.

"Kau tidak pergi latihan?" Tanya sang hyung, dating dari arah dapur, di tangannya ada dua gelas jus manga. Menyerahkan satu gelas pada Sehun dan segelas lagi ia nikmati sambil memencet remot tv, mencari siaran yang menghibur.

"Tidak. Malas…"

Sang hyung hanya diam, mengangguk singkat dan kembali memencet remot tv-nya.

"Hyung, Jongdae hyung bilang kemarin dia bertemu Lay hyung di toko bunga,"

"Hum?"

"Bukankah kemarin hyung bilang kalau laki-laki dimple itu masih di China?"

"Ya, lalu?"

"Kau tidak cemburu?"

"Tidak. Dan hentikan membahas itu."

Nada dingin sang hyung membuat Sehun terdiam dan suasan kembali hening.

Hanya beberapa saat karena Sehun bertanya lagi.

"Hyung, kau tau JB?"

"Kalau tidak salah…. Jaebum? Im Jaebum? Bukankah dia sekelas denganmu?"

"Ya. Dan Jinyeong sepertinya menyukai laki-laki dingin itu."

"Apa Jaebum menyadarinya?"

"Tidak, sepertinya… dan hyung, Jaebum itu 'sama' sepertiku.."

"Hum… kalau dia 'sama' sepertimu berarti Jinyeong juga 'sama' seperti Jongin?"

Sehun kembali terdiam mendengar satu nama itu terucap. Jujur saja, ia merasa sedikit bersalah tapi itu semua juga ia lakukan karena pemuda dengan kulit tan itu terus saja membuat ia pusing dengan segala tingkahnya. Bagaimana tidak, Jongin selalu mengolok-oloknya dan mempermainkannya, memerintahnya semaunya seakan dirinya seorang pelayan setia bagi sang tunagan. Melakukan apapun keinginan pemuda tan itu dan jika menolak dirinya akan di siksa oleh baba dan mamanya.

Sungguh tega orang tuanya. Dan sialnya ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan memberontakpun yang ada ia yang akan setengah tahun lebih ia merasa di perbudak dan di permainkan oleh Kim Jongin. Dan ia butuh sesuatu atau mungkin seseorang untuk mengubah tunagannya itu.

Ada kalanya ia ingin menghentikan pertunangan itu tapi ia tidak bisa melakukannya. Ia tidak bisa. Kataknlah dirinya pengecut karena sejatinya ia sudah terjebak dalam penjara sang pemuda manis bermuka dua itu. Ia sudah jatuh cinta dan hatinya tidak bisa berpaling pada yang lain. Pemuda Kim itu sukses mengubah dirinya yang penyendiri dan antisosial menjadi seorang yang terbuka. Saking terbukanya ia malah menjadi seseorang yang akan melakukan apapun untuk seorang Kim Jongin.

Selama setengah tahun. Aah… mungkin ia sudah di mantrai atau di guna-guna atau entahlah apa namanya sehingga ia mau saja melakukan apapun untuk putra kedua keluarga Kim itu. Kaluarga Kim dan keluarganya, Oh, menjalin persahabatan erat. Dan mereka bilang akan semakin erat jalinan hubungan keluarga mereka jika salah satu anak mereka dipersatukan.

Tapi! Tidak harus dirinyakan?

Meski… meskipun sejak awal pertemuannya dengan Kim Jongin sudah membuat dirinya terpesona dan semakin lama semakin jatuh hingga membuat dirinya sulit seperti sekarang.

Sulit. Teramat sulit.

Dan… ah ia sangat berharap Kim Jongin yang ia kenal dulu semasa kanak-kanak dapat ia lihat lagi. Tidak seperti saat-saat seperti ini…

Kim Jongin yang manis dan lucu.

Kim Jongin yang memanggilnya dengan Hun-hun.

Kim Jongin yang membuatnya berjanji untuk selalu di samping pemuda itu, apapun yang terjadi.

Sebuah janji yang entah ia harus pertahankan atau-

Lepaskan?

-0-0-0-

"If You Do"

"And I Will Do"

-0-0-0-

"Ada yang tau Chanyeol hyung dan Sehun dimana?" Jongin menghampiri tiga orang laki-laki yang tengah bersantai di bawah pohon di taman luas kampus. Bertanya dengan nada dinginnya membuat tiga pemuda itu sedikit berjingkat kaget.

"Tidak- ah! Mereka di apartemen Chanyeol hyung. Ada apa Jongin?" Tanya Baekhyun, salah satu dari tiga laki-laki itu.

"Tidak. Hanya ingin tau. Aah, aku pikir Sehun bersama anggota club dance-nya," jawab Jongin, mendudukkan bokongnya di samping pemuda tinggi dengan bahu lebarnya. Menyandarkan kepalanya pada bahu tegap itu.

"Kenapa tidak telepon saja?" Tanya si pemilik bahu. Mengangkat jemarinya dan menyisir lembut helaian rambut coklat madu Jongin.

"Hum, tidak. Dan kalaupun aku menelponnya, ia tidak akan mengangkatnya, Seokjin hyung." Gumamnya namun masih terdengar oleh ketiga orang itu.

Namjoon, duduk bersandar di pohon samping Baekhyun bicara hati-hati, "Apa karena kejadian tadi pagi kah?" tanyanya, mengundang tatapan heran dan bingung dari Seokjin dan Baekhyun.

"Kejadian tadi pagi? Memangnya ada kejadian apa? Jongin ada apa? Apa Sehun berbuat jahat padamu? Hey, katakan pada hyung," serbu Baekhyun, menghadapkan tubuhnya pada yang lebih muda dan menangkup wajah Jongin dengan kedua jemarinya. Menatap lamat-lamat perubahan wajah manis itu. Dan yah, sepasang mata sipitnya sedikit melebar melihat sepasang mata bulat indah itu sedikit memerah dan sembab. Seperti habis menangis berjam-jam.

"Kau menangis?" Tanya Seokjin yang juga ikut memperhatikan wajah 'adik'nya itu. Jemarinya sedikit turun, menyingkirkan poni-poni yang menghalangi iris coklat Jongin.

"Menurut hyungdeul?" gumamnya pelan, suaranya kembali serak terdengar. Padahal ia sudah minum banyak tadi, berharap suaranya seperti biasa lagi. Dan ia juga sudah memastikan tadi sebelum menghampiri hyungdeulnya jika kedua matanya sudah tidak memerah lagi.

Tapi sepertinya ia tidak bisa menutupinya karena… akh, perkataan Sehun tadi pagi kembali terngiang di kepalanya. Dan kembali membuat hatinya sakit dan iapun menangis.

"Hikss hyung.."

"Jo- Jonginie, ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menangis? Hey, baby, ada apa hum?"

Jongin tidak menjawab pertanyaan Baekhyun. Ia menunduk dan membawa jemarinya ke depan dadanya dan meremas bajunya erat. Tepat disana, ia merasakan sakit. Sakit dan terluka. Sesak. Dadanya sungguh sesak.

Baekhyun dan Seokjin panik. Dengan sigap mereka memeluk tubuh mungil yang mulai bergetar itu. Semakin lama semakin keras Jongin menangis.

Dan Seokjinpun menuntut penjelasan dari adik angkatannya itu. Namjoon menggigit bibirnya bingung dan berakhir mendesah frustasi.

Hassh!

.

.

.

To be continue…

Bakal di lanjut kalo banyak yang minat.

Akhir-akhir ini sering dengar lagu-lagu galau T.T

Dan yaah… glommy-glommy cup cup cup….

And yah,,, it`s HunKai.

And I'm so sorry for not update my other story, esp hwr and jln *bow

Mianhe…