Author's note:
Maaf banget baru sempet lanjutin hehe baru ada waktu:-: semoga masih semangat liat akhirnya ya, selamatmembaca :3


Murahan. Entah kata kasar darimana yang Kyungsoo temukan untuk dirinya sendiri. Ia membiarkan majikannya sendiri menudurinya selama bertahun-tahun, bahkan setelah majikannya menikah. Ia yakin, pelacurpun tidak akan melakukan hal sehina itu.

"Makanlah lebih banyak, Soo.."

Kyungsoo menatap kekasihnya, terbesit rasa bersalah dimatanya. Chanyeol terlalu baik untuknya. Chanyeol tidak pernah sekalipun meminta jatah kepadanya, bahkan berciuman pun mereka jarang. Lelaki itu yang terus mendorong Kyungsoo untuk menjadi lebih baik, lelaki itu juga yang terus menerus ia sakiti.

"C-Chan, aku ingin putus.."

Chanyeol membeku. Kesalahan apa yang telah aku perbuat?

"I-Ini bukan salahmu.. Ini aku. Aku.. Tidak ingin menyakitimu terus. Aku tidak ingin kau berfikir bahwa kau hanya pelarianku saja.." Kyungsoo akhirnya berkata jujur. Terlalu berat baginya untuk menyimpan semua beban sendiri, ia memutuskan untuk melepas setidaknya satu beban.

"Pelarian?" Mendengar kata itu, yang terbesit dalam benak pria tinggi itu langsung bayangan majikan mereka, Kim Jongin. "Rupanya kau masih mencintainya ya.." Ia tersenyum lembut sambil menyeka sudut bibir Kyungsoo dengan tisu, "Aku fikir aku telah memenangkan hatimu. Tapi tidak apa-apa," ia mengelus pelan pipi Kyungsoo. "Maafkan aku. Tapi kau benar-benar bukan pelarian, aku hanya tidak tega untuk menolakmu.. Kau begitu baik kepadaku, Chan."

Chanyeol tertawa pelan, "Aku mengerti, Soo," ia mengusak rambut Kyungsoo pelan, "lanjutkan makanmu, aku tidak apa-apa."

- —LIES— -

"Hmm? Kau terlihat sangat senang, Taeoh~ kau suka ya bermain dengan paman Baek?" Goda Baekhyun kepada bayi mungil yang tengah tertawa dalam gendongannya, "Paman Baek.. Terdengar aneh. Bibi Baek.. Lebih aneh. Hyung? Iya Hyung saja.." Ia bergumam sendiri. Jemari lentiknya mencubit-cubit pelan pipi tembam Taeoh, "Lucunya, kau mirip dengan Kyungsoo dan Geun young. Padahal Kyungsoo tidak ikut dalam proses pembuatanmu,"

Baekhyun tersenyum sumringah sambil menggendong-gendong keponakan pertamanya. "Hyung akan membawamu main ke lotte world kalau sudah besar,"

Kedua mata sipitnya menangkap sosok Chanyeol yang sedang termenung di dapur, memandang keluar jendela. "Kau kenapa?" Tanya Baekhyun kepada Chanyeol sambil terus menggoda Taeoh. Ia tidak tahan kalu harus mendiamkan bayi selucu Taeoh. "Kau bertanya kepadaku atau Taeoh?" Suara bass Chanyeol cukup mengejutkan Taeoh. "Astaga, berbicaralah lebih lembut! Kau mengejutkan Taeoh.. Uu~ sayangku~ maafkan paman dobi ya. Tentu saja aku berbicara kepadamu, Chanyeol."

"Paman dobi? Nama macam apa itu.." Chanyeol membalikkan badan dan melihat bayi di gendongan Baekhyun, "Kau harus segera punya bayi, kau cocok sekali menggendong bayi," ia tertawa pelan.

Baekhyun memutar bola matanya, "kau belum menjawabku." "Ayolah Baek, hibur aku sedikit, aku baru saja putus dengan Kyungsoo," lelaki bertelinga lebar itu mendengus pelan. Baekhyun mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Putus? Apa aku tidak salah dengar? Kenapa?"

Chanyeol yang gemas langsung mencubit bibir tipis Baekhyun, menghentikan brondongan pertanyaan dari lelaki bawel itu. "Begini lebih baik. Kau semakin mirip ibu-ibu, membawa bayi dan bawel"

Sebuah tamparan mendarat di tangan Chanyeol, "dan kau mirip kakek tua yang terserang darah tinggi–oh! Omo! Maafkan hyung, sayangku, ayo kita keluar, kau tidak menyukai paman dobi ya?" Tangisan Taeoh membuat Baekhyun segera menggendongnya keluar rumah untuk menghibur bayi itu.

"Paman dobi... Dan ia sebut dirinya Hyung. Dia bahkan lebih tua daripada aku," Chanyeol tertawa kecil, heran dengan perilaku Baekhyun.

Ia bahkan heran kepada dirinya sendiri, ia baru saja putus dari Kyungsoo. Seseorang yang dari dulu sangat ia harapkan, tapi sekarang ia masih sempat tertawa. Ia bahkan tidak ingat rasa menyesal lagi. Apa hatinya sudah berpaling?

"Baek! Tunggu, aku ikut!"

Sepertinya hatinya sudah berpaling.

"Geun young, berhentilah bermain dengan ponselmu.. Apa kau tidak ingin bermain dengan anak kita? Daritadi Baekhyun terus menggendongnya dan mengajaknya bermain," protes Jongin sambil menatap istrinya yang tengah berbaring di kasur dengan ponsel pintar yang seolah melekat di tangannya. Dari hari kelahiran Taeoh, ia terus menerus menyibukkan diri dengan ponselnya dan Jongin mulai jengkel. "Sebentar, aku sedang memamerkan anak kita. Sebentar lagi Taeoh akan terkenal,"

Jongin mengerutkan dahi dan semakin heran. "Terkenal? Kau ingin anak kita terkenal? Kau bahkan belum menyentuhnya hari ini."

Geun young mendengus pelan, "Aku sudah memberinya ASI."

Ingin rasanya Jongin memarahi istrinya sampai wanita itu menangis, tapi ia tak sampai hati. Ia tidak tega. Mungkin Geun Young juga ingin menikmati waktunya sendiri.

"Lihat, itu appa, kau mau digendong appa?"

Bukan Byun Baekhyun namanya kalau tidak masuk tanpa izin ke rumah atau kamar orang lain.

"Pintu disana setidaknya punya fungsi, Baek.." Protes Jongin sambil memindahkan Taeoh dari gendongan Baekhyun, mendekapnya penuh sayang. Ia menatap wajah bayi digendongannya. Semakin dilihat, Taeoh semakin mirip dengan Kyungsoo. Mungkin karena struktur wajah Geun Young dan Kyungsoo mirip.

"Um, Geun Young, bukankah seharusnya kau menyusui Taeoh? Aku ingat dokter mengatakan kepadamu untuk menyusui setiap 2 jam sekali," kedua mata Baekhyun melihat kearah Geun Young.

Tidak digubris, Baekhyun mendecih. "Keluar sana," usir Jongin. Ia sudah kehabisan akal. Entah bagaimana cara untuk menyadarkan Geun Young yang begitu tenggelam dalam dunia maya.

"Dasar aneh. Aku kan cuma mengingatkan," gerutu Baekhyun dibalik pintu kamar Jongin, "Taeoh yang malang."

"Kenapa dengan Taeoh?"

Saking sibuknya menggerutu, Baekhyun bahkan tidak menyadari kehadiran Kyungsoo, "Ah t-tidak apa-apa. Aku tadi asal bicara.." ia lalu teringat akan kandasnya hubungan Chanyeol dan Kyungsoo, "Kau p-putus dengan-""iya," lelaki bermata bulat itu langsung menjawab dan tersenyum sedih, "ia terlalu baik. Aku tidak pantas untuknya."

Entah Baekhyun harus merasa sedih atau senang karena, jujur saja ia menyukai Chanyeol. Siapa yang tidak akan terpana melihat sosok bertubuh atletis dan tinggi seperti Chanyeol? Jangan lupakan ketampanan wajahnya, terlebih lagi Chanyeol adalah lelaki yang baik dan perhatian.

"Aku pergi dulu," Kyungsoo menepuk pelan pundak Baekhyun dan pergi ke ruang tamu.

Besar harapan Baekhyun kepada Chanyeol sekalipun malam itu Chanyeol tidak menghiraukan perasaannya.

"Baek, aku merindukanmu," sepasang lengan kuat dan kekar melingkar di pinggang mungil Baekhyun. Lelaki mungil itu cukup melihat alur urat-urat di lengan pucat itu untuk tahu siapa pemiliknya. "Hunnie, bagaimana kau bisa masuk?" Baekhyun membalikkan badannya dan mengusap pelan wajah lelaki pucat itu. "Dengan sedikit kedipan mata untuk Kyungie." mata Baekhyun memicing, "dasar genit." "bukan genit tapi mempesona," sebuah kecupan manis mendarat di bibir Baekhyun. "Apa kau sudah makan? Biar aku pinta Chanyeol untuk buatkan makanan ya," jemari lentik Baekhyun menggenggam tangan besar Sehun, menariknya dengan lembut ke dapur.

Terlihat sosok Chanyeol yang sedang duduk termenung. Entah apa yang ada di fikirannya.

"Um, Chanyeol-ah, tolong buatkan sandwich untuk Sehun,"

Kedua mata Chanyeol langsung tertuju kepada pria pucat berambut hitam dengan lengan yang tengah Baekhyun peluk, "Sehun? Pacarmu?"

"Bukankah sudah jelas?" celetuk Sehun sambil menarik tubuh mungil kekasihnya kedalam pelukan.

Tidak jelas angin apa yang menerpa Chanyeol, ia terlihat sedikit jengkel dengan kemesraan yang SeBaek pamerkan. Hatinya terasa tidak tenang dan sedikit kecewa melihat betapa manja Baekhyun kepada kekasihnya. Namun semua kejengkelannya tertutup rapi karena ia hanya akan menunjukkan ekspresi kecewanya kepada kompor di hadapannya.

"Sudahlah yeol, kau akan menemukan orang yang lebih baik dari Kyungsoo." ucap Baekhyun yang masih didekap Sehun.

Mungkin aku?