Korban ToD
.
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Korban ToD © Dera Xiao-chan
Warning!: AU, typo everywhere, OOC, OC, aneh, gampang ditebak, dan kekurangan lainnya
Don't Like, Don't Read
.
~Happy Reading~
.
/Sakura ditantang teman-temannya untuk menembak kakak kelas menjadi pacarnya dalam waktu pacaran selama sebulan, akankah Sakura berhasil melakukan tantangan tersebut? Bagaimana dengan kakak kelas Sakura yang terkenal tegas dan dingin tersebut?\
.
"Sasuke-kun!"
"Hn?"
"Ternyata itu benar kau!"
"Ka-kau!"
Mata Sasuke hampir melotot saat wanita berambut biru pendek tersebut memeluknya, ditambah lagi kekasih korban ToD nya berada dihadapannya.
"Dia siapanya Sasuke-kun?"
"Sialan!"
.
"Kyaaaaa akhirnya aku menemukanmu!" seru wanita berambut biru tersebut sambil terus memeluk Sasuke dan sambil meloncat-loncat pula.
"Ho-hoi! Lepaskan aku!" akhirnya, Sasuke melepas pelukan wanita berambut biru tersebut dengan kasar sambil sedikit mendorongnya, tentu saja itu membuat mata Sakura melotot karena Sasuke mendorong seorang wanita yang tentu tidak Sakura kenal.
"Jahat sekali kau ini..." wanita berambut biru tersebut mengembungkan pipinya kesal, "Kau jahat sekali..." sambungnya sambil memeluk Sasuke lagi, didalam pelukan Sasuke, wanita berambut biru tersebut menyeringai melihat Sakura yang nampaknya masih shock.
"Lepaskan aku, Konan!" akhirnya Sasuke melepaskan pelukannya lagi kepada wanita berambut biru yang bernama Konan tersebut.
"Tega sekali kau tidak memanggilku nee-chan!" seru Konan menuding Sasuke kearah hidungnya menggunakan telunjuknya.
"Eh?"
"Hehehe... kau pasti terkejut. Tenang saja sayangku, Sasuke ini calon adik iparku. Jadi kau tidak usah khawatir tentang pacarmu ini, lagipula aku tidak tertarik dengan es balok sepertinya," ujar Konan santai sambil merangkul Sakura yang sedang tertawa kaku.
Karena kesal, Sasuke menarik Sakura dari pelukan Konan secara kasar, "Aku tidak mau pacarku tertular virus yuri darimu!" ketusnya tajam. Sontak wajah Sakura sedikit merona lantaran keluar kata 'pacarku' dari bibir kekasih ToD nya.
Konan mengerucutkan bibirnya sebal, "Kalau begitu, antar aku ke rumahmu!" tukasnya.
"Heh! Tidak bisa! Aku harus mengantar pacarku pulang, kalau mau, kau telpon Itachi langsung saja," ujar Sasuke sebal sambil menaiki motor sport-nya.
"Pulsaku habis," kata Konan menyengir sambil menunjukan i-Phone 5 nya.
"Ck! Hp bagus gak ada pulsa." Sasuke menggerutu sebal, sambil mengeluarkan i-Phone 6 nya dan membuka aplikasi teleponnya lalu mengetikkan sesuatu disana, tak lama kemudian dia menempelkan hp nya pada telinga kirinya.
Piip...
"Halloooooo Sasu-chan! Jarang-jarang kau menelponku, ada apa darling?"
Sakura dan Konan cekikikan melihat wajah Sasuke merah padam menahan malu, lantaran suara telpon diseberang sana tak bisa mengontrol suaranya.
"Diam kau, baka! Makhluk biru-mu itu minta dijemput sekarang, lokasinya berada didepan warung Fura di gang Takina 5."
Tiga siku-siku bersarang dijidat kanan Konan lantaran merasa tersinggung akan ucapan Sasuke yang berkata 'Makhluk Biru', kenapa dirinya disebut seperti itu? Apakah karena rambutnya berwarna biru?
"Nggg... makhluk biru? Kisame?"
Sasuke hanya mendiaminya.
9,98 detik kemudian.
"Ooh... Konan!"
"Ya," jawab Sasuke singkat, padat, dan tidak tahu jelas atau tidaknya dan langsung memutuskan sambungannya. "Itachi akan menjemputmu disini, aku akan mengantar Sakura pulang." Sambung Sasuke lalu memakai helm fullface nya.
"Ohh.. jadi namanya Sakura," gumam Konan sendirian, tak sadar Sasuke sudah meninggalkannya.
.
.
Diperjalanan, Sakura memeluk pinggang Sasuke erat, tak biasanya ia dibawa bonceng secepat ini, dia memejamkan matanya erat-erat pelukannya juga semakin kuat, membuat Sasuke merasa sesak, tapi dia hanya mendiaminya.
Selang beberapa menit kemudian, kecepatan motor yang Sasuke kendarai menurun.
Ckit
"Sampai, turunlah." Sasuke berkata sambil melepas tangan Sakura yang gemetar dari pinggangnya. Sakura turun dari motor sport Sasuke dengan tubuh yang masih gemetar, bahkan hampir menangis.
Duak
Sasuke melototkan matanya, baru pertama kali dia dipukul perempuan selain ibunya yang kadang memukulnya sewaktu kecil. Pandangan Sasuke jadi kosong. Sakura yang tadi memukul punggung Sasuke menatap horror kearahnya.
"S-sakura..."
"Huaaaa maafkan aku senpai! Aku benar-benar tidak sengaja..."
What?! Tidak sengaja katanya?
"E-eh... bukan tidak sengaja, tapi secara reflek. Aku terlalu takut dengan kecepatan tinggi, sekali lagi maafkan aku senpai," Sakura kembali memohon.
"Iya, aku maafkan. Maafkan aku juga karena terlalu mengebut bawanya,"
"Errrr... eeemhhh te-terimakasih. Senpai mau mampir dulu?" tawar Sakura.
"Tidak, aku masih ada urusan." selepas mengatakan itu, Sasuke menjalankan motornya menjauh dan menghilang dibalik tikungan. Pergi tanpa mengatakan apa-apa, mungkin masih shock dengan yang tadi.
Sakura menatap telapak tangan kanannya dengan miris, "Apa yang baru saja aku lakukan? Kalau begini sih, aku akan cepat kalah permainan."
.
.
Ping!
Perhatian Sakura yang tadi tertuju pada cermin kini teralihkan saat notifikasi masuk ke smartphone-nya. Dia membuka kunci layar bersandi dan membuka aplikasi BBM yang tertera.
'Uchiha Sasuke', nama itu meng-invite nya untuk dijadikan kontak. Segera saja Sakura menerima permintaan itu.
Ping!
Sakura membuka chat yang tertera.
'Sudah makan?'
"Hmmm..." Sakura mengetik smartphone nya dengan cepat
'Belum, aku baru selesai mandi'
'Makanlah, nanti kau sakit, aku tidak mau kekasihku sakit, walaupun itu hanyalah korban ToD'
Nyuuuut
Sakit broooo.. dibilang gitu sama pacar sendiri, akhirnya dengan wajah cemberut Sakura mengetikan sesuatu lagi.
'Iyaaaaa, senpai'
'Baguslah, aku juga harus menghadiri pertemuan'
"Pertemuan?" pikiran negatif langsung menghampiri otaknya. 'Apakah Sasuke-senpai akan dijodohkan? Berselingkuh? Atauuuu...'. Mungkin efek terlalu banyak menonton sinetron.
'Pertemuan apa?'
Ceklis. Itulah yang terjadi.
Ctak
Ternyata Sasuke langsung menon-aktifkan data selulernya. Dengan kesal, Sakura langsung membanting smarthphone nya dan bergegas keluar untuk makan malam.
"Sakura?"
"Ya?" Sakura menjawab pertanyaan ibunya.
"Tadi di depan, yang mengantarmu siapa?" tanya kaa-channya sambil meletakan piring beling dihadapan Sakura.
"Nnnggg..."
"Pacar ya? Ahh... anak kaa-chan sudah semakin dewasa rupanya..." goda kaa-channya sambil menjawil pipi Sakura.
"Auu... hehehe..."
"Karena kau ini masih bocah SMP, kaa-chan harap kau tidak berlebihan," nasihat ibunya.
"Iya,"
Mereka hanya makan berdua, karena sang tou-chan sedang ada dinas keluar kota.
Sharingan Hotel.
Sasuke terkekeh geli sambil memandangi layar i-Phone nya. Pertemuan... mungkin kekasih korban ToD nya mengira hal-hal yang negatif, keluarganya memang sedang mengadakan pertemuan dengan keluarga pengusaha besar yang lainnya dalam rangka sudah membuka hotel baru di daerah Konoha.
"Hoi! Kau tertawa sendiri, kenapa?" Naruto datang dan langsung merangkul Sasuke.
"Hn, Sakura." Sasuke menjawab singkat lalu memasukan i-Phone nya kedalam saku jas nya
.
.
Ting Nong!
Mebuki—ibu Sakura—segera membuka pintu pada pagi hari tatkala bel pintu rumahya berbunyi, "Ya? Cari siapa?"
"Aku ingin bertemu Sakura," ujar tamu tersebut datar.
"O-oh... silahkan masuk, Sakura masih sarapan," Mebuki mempersilahkan tamu tersebut masuk. "Ingin minum apa nak?"
"Nngg... tidak usah ba-chan, terimakasih." ucap sopan tamu tersebut.
"Ya sudah, ba-chan panggilkan Sakura dulu ya," pamit Mebuki melenggang pergi.
Meja makan
"Saku, ayo cepat. Didepan ada yang menunggumu, wajahnya tampan sekali. Dia ingin bertemu denganmu. Apakah dia yang mengantarmu kemarin?" cerocos Mebuki. Segera Sakura menyudahi sarapannya dan menegak setengah susu putih.
"Ya, Sasu... Eh? Toneri-senpai?" bingung Sakura, "Ada apa?"
"Hn, aku hanya ingin mengantar ini." Toneri berkata datar sambil mengeluarkan map biru tua dari ransel hitamnya.
"Errr... Toneri-senpai datang pagi-pagi ke rumahku hanya untuk mengantar ini?" heran Sakura.
"Hn, itu harus segera kau tanda tangani."
"Tapi kita kan bisa bertemu nanti disekolah,"
"Aku akan keluar kota, aku menitipkannya padamu." Sakura menepukan tangannya kedahi lebarnya, dia baru menyadari bahwa Toneri tidak mengenakan seragam kotak-kotaknya. Dia hanya mengenakan kaos hitam polos dan jaket putih dipadu dengan jeans putih pula dan sepatu sneakers hitam, tampan. Menyadari hal itu, lantas Sakura menggelengkan kepalanya, 'Kau sudah punya pacar! Shannaro!'
"Kau kenapa, calon ketua OSIS?" Toneri bertanya dengan penekanan.
"Ah... aku tidak apa-apa, senpai. Dan jangan panggil aku begitu!" seru Sakura kesal sambil memasukan map biru tua tersebut pada ransel sekolahnya.
"Hmmm iya-iya. Mau sekalian aku antar?" tawar Toneri sambil menggendong ranselnya.
"Bukannya senpai mau keluar kota?"
"Aku tidak sedang buru-buru, ayo!"
"Kaa-chan, Saku berangkat dulu!"
"Hati-hati!"
Saat Sakura ingin menaiki motor sport putih milik Toneri, suara deru motor lain menghampiri telinganya. Saat menoleh, dia melihat Sasuke tengah merapihkan rambut emonya yang sedikit berantakan, lantaran helm fullface yang dikenakannya.
"Hn,"
"Oh, kau kesini rupanya. Ternyata benar, kau berpacaran dengan Sakura. Aku pikir itu hanyalah isu." Toneri tampaknya tidak mengacuhkan tatapan menusuk yang Sasuke layangkan padanya.
"Sakura, kemarilah!" titah Sasuke sedikit keras, sementara Sakura langsung menurutinya lantaran masih bingung. Kenapa sikap Sasuke kini seperti benar-benar cemburu selayaknya kekasih kepada pasangannya? Langsung saja Sakura menggelengkan kepalanya, dia kan hanya...
Nyuutt
Deuuhh... sakit.
"Yasudahlah kalau begitu. Aku harus pergi. Lagipula aku sedang tidak ingin mencari masalah denganmu, Uchiha!"
Toneri langsung mengenakan helm fullface nya dan menghidupkan mesin motornya, lalu meninggalkan kawasan rumah Haruno tersebut.
"Apa yang dia lakukan disini?" tanya Sasuke dingin.
"Dia hanya mengantarkan dokumen untuk aku tanda tangani sebagai kandidat calon ketua OSIS untuk nanti diberikan pada Gaara-senpai. Toneri-senpai kan sekretaris pertamanya. Lagipula, Toneri-senpai datang pagi-pagi kesini karena dia akan keluar kota," jelas Sakura tanpa jeda, dan yakin bahwa semua yang tadi akan Sasuke tanyakan ada pada penjelasannya.
"Kita berangkat sekarang,"
Bruummmm...
.
.
"Nggg... Sasuke-senpai? Sampai kapan kita akan disini?" ujar Sakura membuka pembicaraan di taman belakang sekolah. Bel pulang sudah berbunyi 15 menit lalu. Tapi Sasuke meminta Sakura untuk menemaninya di taman belakang sekolah. Dengan Sasuke yang bersantai ria berbaring di rumput hijau nan segar, sedangkan Sakura hanya duduk sambil menunduk.
"Kau ingin pulang?" tanya Sasuke yang masih memejamkan matanya. Sakura tidak menjawab, "Kemarilah!" titahnya.
Perlahan, Sakura mendekati Sasuke.
Grep
Sakura melototkan matanya. Kini, dirinya bagaikan guling yang sedang dipeluk Sasuke. Dia sedikit mendongak keatas, melirik wajah Sasuke yang tampak polos dan tak ada beban ketika sedang tertidur. Berbeda dengan tatapan kesehariannya yang selalu memasang ekspresi datar dan menusuknya. Sedikit demi sedikit, matanya mulai menutup. Menyembunyikan emerald disana.
1 jam 30 menit kemudian...
"Nak... bangunlah! Sekolah akan segera ditutup," seorang satpam sedang berusaha membangunkan sepasang manusia yang tengah berpelukan dengan nyaman tersebut. "Nak..."
"Haaa..." Sakura bangun dengan nafas tersengal, meskipun tingkah tiba-tibanya itu, tak membuat Sasuke bergeming.
"Bangunlah, sekolah akan segera ditutup." Satpam berambut coklat tersebut memberi tahu lagi.
"Eh?"
"Sekarang kegiatan ekstrakulikuler ditunda dulu sampai kepala sekolah kembali dari Tiongkok setelah menjalankan dinasnya," jawabnya, kemudian melenggang pergi.
Sedangkan Sakura hanya bingung, apa hubungannya kegiatan ekstrakulikuler ditunda dengan kembalinya kepala sekolah? Tak mau pusing-pusing, dia mulai menggoyangkan tubuh Sasuke yang masih memeluknya.
"Sasuke-senpai, bangun..."
"..."
"Sas—"
"Ssshhhh, aku masih mengantuk,"
"Ta-tapi... sekolah mau ditutup."
Dengan berat mata, Sasuke membuka kelopak matanya malas, "Hn?"
"Sekolah akan segera ditutup karena kegiatan eskul ditunda."
"CK..." sempoyongan Sasuke bangkt dengan dibantu Sakura. Matanya masih merem-melek tak kuat. "Ayo,"
Dengan ogah-ogahan, Sasuke menggerakan kakinya dengan langkah terseret. Nyawanya masih berpencar kemana-mana meski sudah berusaha keras memanggilnya (?). Ayolah kawan... Sakura kini sedang merangkul Sasuke sambil menyebrang dan diperhatikan oleh siswa yang lain.
"Se-senpai... berat, cepat bangun!" seru Sakura protes tatkala sudah sampai depan gang, tempat motor Sasuke disembunyikan.
"Hoaaahh..."
Akhirnya, dengan sedikit cipratan dari botol minum Sakura, Sasuke kini sudah bangun sepenuhnya, "Mendokusei na..."
"Senpai yakin kuat menyetir dengan memboncengku? Kalau masih belum kuat, aku bisa pulang sendiri,"
Grep
Lengan Sakura langsung ditangkap oleh Sasuke ketika dia hendak jalan memunggungi Sasuke. "Aku ingin makan dulu disini. Temani aku!" titahnya mutlak.
Mau tak mau, dia mengikuti Sasuke untuk masuk lebih dalam ke warung makan tersebut.
"Ji-san, aku pesan satu ramen dan satu botol air mineral. Sakura, mau apa?"
"Engg... tidak perlu, aku makan sisa bekalku saja, aku juga sudah bawa minum."
"Yo! Teme! Tumben kau kesini untuk memesan makanan!" cengir Naruto datang bersama kawan-kawannya.
"Darimana saja kau belum pulang?" tanya Sasuke, tak lepas pandangannya dari layar i-Phone miliknya.
"Habis dari mall, makanan di mall porsinya sedikit tapi mahal. Lebih baik di kedai Teuchi-ji-san saja. Lalu kalian... *melirik* hehehe... aku tahu, kalian habis—"
Bletak
"Ittai... Sakit tahu!"
"Jaga bicaramu,"
"Nah, Sasuke. Ini pesananmu." Ayame datang sambil membawa nampan satu mangkok ramen dan satu botol air mineral.
"Ayame-san, biasa..." pesan Naruto, dengan nada yang sedikit menggoda.
"Iya."
"Jangan macam-macam dengan putriku, Naruto! Dia sudah ada yang punya!" ketus Teuchi sambil menyaring mie dari panci.
"Dasar jelalatan," sindir Neji datar. "Awas saja kalau Hinata menangis karenamu,"
"Tenang saja, nii-chan... semua aman terken—"
Bletak
"Awww... sudah dua kali kepalaku kena jitak. Satu lagi siapa nih? Biar tiga?!" seru Naruto sebal.
Entah waktu itu Hinata mendapat rejeki atau gimana, pada keesokan harinya ketika Sakura nembak Sasuke, Naruto menembak Hinata untuk jadi kekasihnya.
"Sakura, jitak kepala Naruto," titah Sasuke.
"Eh? Tidak..." terang saja Sakura menolak. Yang ada, dia mendapat masalah.
"Ji-san, aku sudah selesai. Semuanya berapa? Lalu aku juga minta kunci motorku," setelah membayar dan mengambil kunci motornya, Sasuke langsung menaiki motornya dan memundurkan motornya sambil menunggu Sakura memakai celana leging hitam tersebut.
15 menit kemudian...
Bruuummm...
"Sudah sampai."
"Ah... iya, Ariga—"
"Aku pergi dulu..."
Bruuummmm
'Anying! Makin bikin sakit aja.' Batin Sakura lalu bergegas masuk.
.
.
Krik
Sudah 15 menit mereka saling terdiam. Bel jam pelajaran terakhir sudah berbunyi. Tapi daritadi diantara mereka masih belum ada yang berbicara.
Sasuke: Dia bukanlah tipe yang membuka obrolan terlebih dahulu.
Sakura: Tidak berani membuka pembicaraan.
"Haah... jadi..."
Mereka terdiam, sama-sama mengucapkan kata itu.
"Kau duluan." Titah Sasuke.
"Jadi... ada apa senpai memanggilku?" Tanya Sakura berusaha membuka pembicaraan.
"Sudah satu bulan ya.."
'Hah? Satu bulan apa?'
Sakura segera mengecek memo di hp nya, 'I-iya. Sudah satu bulan aku dan Sasuke-senpai berpacaraAAANN! Huhuhu... jadi sebentar lagi aku diputusin. Baiklah, harus aku yang memutuskan Sasuke-Sen...'
"Kita putus."
Krik
"Heeeeee?"
"Kenapa? Perjanjian kita kan satu bulan. Jadi sekarang kita putus." Tukas Sasuke santai.
"T-ta-tapi kan harus perempuan duluan yang mengatakan 'putus', bukankah begitu senpai?" Pikiran Sakura kacau.
"Kau kan yang menembakku. Jadi aku yang memutuskanmu."
'Dia bilang santai sekali' gerutu Sakura.
"Sudah ya... sekarang kita resmi putus. Bye..."
Hancur-hancur haaaaatiku... hancur-hancur-hancur haaaaatiku...
Backsound kegalauan pun diputar oleh sang author#bletak
Gludug
Dreeeessss
Hujan deraspun makin menambah kemalangan Sakura.
.
.
"A-astaga Sakura! Kenapa tubuhmu basah kuyup begini? Padahal hujan sudah berhenti sejak satu jam yang lalu."
Mebuki bergegas mengambil handuk dan menutupi tubuh Sakura.
"Ahahaha... tadi sewaktu aku pulang sekolah, aku tercebur kolam ikan." Ujarnya memberi peringatan sambil senyum-senyum sendiri.
"Kok bisa?"
"Nggg... aku tidak apa-apa bu. Jangan khawatir."
Sakura langsung menjatuhkan dirinya ke ranjang tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Sudah korban ToD, diputusin, kehujanan pula. Mungkin nanti ada tambahan peribahasa 'Sudah jatuh, ditimpa tangga, dicaplok ular pula...'
.
.
Sakura berjalan gontai keluar kelas, hari masih pagi, hanya masih ada beberapa siswa yang sudah datang. Dia mencuci mukanya sembarangan di wastafel depan kelasnya. Berusaha menyegarkan kembali dengan menggunakan air dingin itu.
"I-itu kaaann?"
Sosok emo familiar lewat di lapangan. Karena kelasnya berada dilantai atas, jadi dia bisa melihat siapa saja yang lewat dilapangan. "Tumben berangkat pagi... biasanya siang terus."
Tak lama setelah Sakura ngomong sendiri, seorang gadis berambut pirang nge-jreng mendekati Sasuke lalu menggelayut pada lengannya.
"Fakk," gumamnya lalu lebih memilih masuk kelas.
Ternyata dia tidak sadar kalau teman se-geng nya udah pada dateng. Sakura mendekatinya dan heran sendiri ketika Hinata senyum-senyum sendiri. Ino dan Tenten pun merasa heran.
"Senyum memang baik untuk kesehatan. Tapi kalau senyum-senyum sendiri kesehatanmu perlu dipertanyakan."
Hinata mengerjap-ngerjap sendiri. Tenten dan Ino berjengit mendengar kalimat sarkastik yang keluar dari bibir mungil Sakura. Tapi sayangnya diantara mereka tidak ada yang berani mengeluarkan suara, karena mereka sendiri sudah tahu Sakura akan seperti apa ketika marah yang ditanya macam-macam, apalagi kalau yang ditanyakan akan hubungannya dengan alasan dia marah. Bisa-bisa satu persatu kepala mereka dicabut.
Selama pelajaran Bahasa Inggris, pelajaran yang menurutnya membosankan, hal yang dia lakukan secara terus menerus hanyalah mencoret-coret mejanya yang berlapis kaca tersebut menggunakan spidol. Tak peduli seberapa rumitnya perkataan orang tentang materi Passive Voice, yang terpenting dia harus bisa mengejar. Karena itu termasuk hal yang mudah bagi Sakura untuk menguasainya.
Sasuke, Sasuke, Sasuke. Hanya itu yang terpikirkan. Bahkan tukang kebun disekolahnya wajahnya tiba-tiba berubah menjadi Sasuke. Tak hanya itu, teman sekelasnya, Kotarou pun yang wajahnya agak —ekhm aneh pun berubah menjadi wajah Sasuke. Hal ini tentu membuatnya gusar. Dia bergerak tak nyaman, membuat Tenten, teman sebangkunya merasa risih dan sesekali memberikan tatapan sinis supaya Sakura diam. Namun yang pada dasarnya Sakura memang tak terlalu peka, jadilah Tenten dilayangkan tatapan polos ala-ala balita dari Sakura.
"What's wrong with you? You seem not be quiet." Tiba-tiba Urokai-sensei tanpa ampun melempar sebatang pulpen yang tepat mengenai kepala Sakura, membuat kikikan terdengar dari teman-teman sekelasnya. Terutama golongan Juugo, golongan yang suka bermain dengannya bahkan menganggunya.
"It's okay, sir." Tanpa mempedulikan lebih lanjut jawaban Sakura, Urokai-sensei kembali melanjutkan tentang materi passive voice.
.
.
"Benar kata Urokai-sensei, tadi kau tampak tak tenang. Ada apa? Ceritakan pada kami." Bujuk Ino sambil memainkan rambut Sakura. Saat ini, mereka berada di teras kelas dan menatap lapangan.
"Aku sudah putus." Jawab Sakura sekenanya.
Hinata langsung buru-buru mengeluarkan handphone nya dari balik rompinya dan membuka memo. "Be-benar. Berarti kemarin ya Sakura putus?"
"Hmm... yang membuatku agak shock adalah Sasuke yang memutuskanku." Tukas Sakura tak peduli, dia justru sibuk nge-game, tak mengacuhkan teman-temannya yang menatapnya horror.
"HEEEEEE? "
"K-kok bisa?"
"Kau kalah cepat..."
"Seharusnya sebelum si ayam itu ingin berbicara, kau sudah harus inisiatif sendiri. Masa cowok yang memutuskan hubungannya."
"T-tapi Sa-sakura-chan, kau menerimanya atau masih sepihak?" tanya Hinata, tak lupa logat gagapnya yang asih menempel.
"Tentu saja aku menerimanya. Karena perjanjiannya hanya sebulan. Kecuali kalau kita menjalani hubungannya dengan serius," tatapan mata Sakura pun jadi sendu.
"Ciee kita."
Bletak
"Baka!" dengan gemas Tenten langsung menabok si kepala barbie.
Menyadari kalau tatapan mata Sakura tidak biasa yang menuju kearah lapangan, Hinata mengikuti arah gerak Sakura dan membisiki pada Ino dan Tenten.
Tenten menepuk-nepuk pundak Sakura, tanda memberi kekuatan. Hinata hanya mengepalkan tangannya keatas dan memberikan senyuman semangat. Sedangkan Ino? Si pirang itu memberikan pelukan. Membuat orang yang berlalu lalang jadi heran sendiri. Sudah pelukan, Inonya mengusap-ngusap punggung Sakura pula, "Sakura yang cantik dan baik, maukah kau meminjamkanku PR matematika untuk disalin nanti? Aku takut oleh Anko-sensei."
Krik
Ingin rasanya gadis keturunan Tiongkok tersebut membom seluruh bagian sekolah ini. Membawa dinamit dan menyembunyikan ditempat-tempat tertentu dan BOOM hanya dia yang selamat pada tragedi itu. Namun sayangnya tidak bisa ia lakukan, karena ia sendiri pun tidak tahu dimana toko yang menjual dimanit.
.
.
Tembak sana tembak sini. Mati lagi bunuh lagi.
'Game-game ini membosankan. Aku akan minta lagi pada Juugo.'
Tak modal? Mungkin iya. Game perang antar polisi dan terorist tak cukup membuat hatinya yang terbagi dua menjadi satu kembali. Player dengan nama Carolious *ceilah* tersebut sudah mendapat kematian dalam beberapa kali. Score: 2 Death: 21. Miris memang. Game perang antar manusia saja sudah membuatnya tak sanggup, apalagi melawan Zombie yang mempunyai boss si Kelelawar Sinting yang hobinya terbang sana sini. Ti jaman baheula ge teu acan anggeus ieu maenan di laptopna Sakura, dasar si borokokok.
Tak mempedulikan playernya yang sudah mati berulang kali bahkan peringkatnya yang tak naik-naik, Sakura hanya memandangi foto di ig Sasuke. Yang di post ada 19, followers nya 13.545, followingnya ada 113. Likersnya bahkan sampai menembus 8k hanya untuk satu foto yang bahkan sama sekali tidak ada ekspresi menarik bibir keatas apalagi menampakan gigi. Entah ini menggunakan 'trik' tertentu atau memang alami. 'Ini artis ya? Walaupun keluarganya kaya, tapi gak terkenal amat.' Jika batinnya didengar oleh leluhur Uchiha, bisa-bisa ketika ia terbangun ia sudah berada didalam peti mati yang sudah tak bisa dibuka lagi dan disembunyikan lagi didalam tanah, kan bahaya.
Ketika ia membuka BBM dan membuka RU, RU yang pertama kali muncul adalah milik PM milik Sasuke. Gak macem-macem sih, palingan promote pin orang. Sekalinya ganti PM atau DP mungkin bisa setahun sekali.
Dia menatap miris atap kamarnya, entah apa yang benar-benar ia tatap sehingga ditatap miris. Selama mereka berpacaran, tak pernah sekalipun mereka berkencan atau berjalan-jalan ke mall setelah pulang sekolah. 'Huhuhu... yaiyalah, Cuma ToD doang, berharap ditembak? Mimpi dulu sana!'
"Huft..."
.
.
"Huaaaahhhh beteeeeee..."
"Apa? Pete?" budegnya telinga Ino dalam menanggapi Sakura kambuh lagi.
"Eh dengkul sapi, telingamu bersihkan dulu..." Kesal Sakura.
"Haha... iya-iya, bete kenapa?"
Sakura tak menjawab, tapi dia justru hanya menulis-nulis rumus diatas mejanya.
"Hei jidat! Kalau kau tak cerita, kami mana bisa tahu." Tukas Ino.
"Aku hanya bilang lagi bete, gak pengen cerita."
"Masa sih?" Sakura mendengus nafasnya kasar, sejak kapan Hinata jadi menyebalkan seperti ini?
.
.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Sakura tampaknya masih enggan untuk meninggalkan kelas tercinta yang dipimpin oleh KM konyol tersebut. Kerjanya kalau sedang bosan yang seperti itu. Nge-game, apapun game nya pasti bakal tamat juga. Seperti yang ia lakukan sekarang, mengumpat-ngumpat sendiri sesekali menggebrak meja karena player yang ia gunakan terus saja menabrak zombie, walaupun sudah memegang senjata andalannya.
"Itusih kaunya saja yang tidak bisa main." Sakura tak mengacuhkan komentar Tenten pasal dia yang terus mati dalam gamenya.
Ketika itu terdengar suara riuh dari luar kelas yang sedang memanggil-manggil nama, nama yang dipanggil cukup familiar, sangat malah.
"Sssstt.. itu Sasuke-sen—"
Braak
"Lu napa ganggu gua, nyed!"
Krik
'Mampus, aku berbicara tepat Sasuke-senpai didepanku.'
Tapi Sasuke tampaknya tak peduli dengan omongan Sakura tadi, dengan tampang stoic tapi nyebelinnya itu bicara dengan tenang. "Sakura, kau harus jadi pacarku."
Rasa-rasanya, rahang Ino ingin terlepas saat itu juga. Begitu juga yang lain, apalagi Sakura.
"Tapi aku ini korban ToD." Lanjut Sasuke.
Krik
'Anjeeer.'
"Bhaaaaqqqq..."
"Kasihan amat hiduplu Sak,"
"Ck ck ck..."
Sakura menundukan wajahnya pertanda malu, malu karena dia dijadikan bahan cemoohan.
"Perjanjiannya berapa lama?" tanya Sakura memastikan.
"Hn, aku tidak tahu. Tapi, mulai sekarang, mau tidak mau, kau harus jadi pacarku, titik!"
"Errrr..."
"Aku benar-benar tak terima penolakan. Sekarang ayo pulang."
Tarik Sasuke tanpa melihat dulu kondisi Sakura.
.
~End~
.
Haihaihai... saya yang mungkin si author PHP datang...
Mungkin karena sudah lama tak membuat cerita, kualitas cerita saya ini jadi menurun *ceilah. Sekarang bahasanya jadi campur aduk, bahkan bahasa sehari-hari saya disekolah dimasukan kesitu.
Saya balas review non login, meskipun rentang waktunya udh jauh banget.
Love Moonrise: Iya ini udh chap terakhir, tapi maaf lhoo ini telat banget
Reina-chan: Wkwkwk mainstream atau antimainstream?
Kalau ada kesalahan, kasih tau aja lagi
Terimakasih sudah menunggu~
Cirebon, 14-05-16 at 6.30 pm
.
~Omake~
.
"Heh si Teme... modusnya aja Korban ToD, padahal mah udah ngebet dari tahun kemarin..."
"A-apa?! J-jadi Sasuke-senpai tadi menembak Sakura itu murni?"
"Waaaaa Hinata-hime... kau membuatku terkejut..." shock Naruto. Melihat tatapan bling-bling Hinata, membuat Naruto mengangguk juga. "Tapi jangan sampai di Teme tahu yaaa..." angguk Hinata lagi.
Posisi mereka hampir terhapus jaraknya kalau saja tak ada sebatang pulpen yang mengarahnya.
"Naruto! Hinata! Ikut aku keruang BK. SEKARANG!"
"N-naruto-kun..."
"Mampus kalau udah urusan sama Anko-sensei," Naruto menepuk jidatnya. Bagus jika sampai surat peringatan jatuh ke tangan ibunya, dia terancam akan digantung di gudang rumahnya nanti.
~End .2~
