"Magic 72?!" teriakan Baekhyun menggelegar di studio itu. Chanyeol sampai-sampai harus menutup telinga lebarnya. Dan juga, ia tak menyangka Baekhyun dapat berteriak sekencang itu.

"Kau memang pantas menjadi monyet, Byun." gumam Chanyeol kesal.

Baekhyun kembali teriak dan Chanyeol mencepit bibir pria itu dengan jemari kanannya.

"Berisik sekali kau, bocah!" balas Chanyeol.

"Kau mengataiku seperti monyet?!" Baekhyun berkacak pinggang.

Chanyeol hanya menepuk puncak kepala Baekhyun dengan gulungan lirik gubahannya.

"Kau baca dulu ini."

Baekhyun berdecak seraya merebut gulungan kertas tersebut. Keningnya berkerut, tanda ia kebingungan dengan kata-kata yang ditulis oleh produser muda itu. Kepalanya menyerong ke kanan dan kiri, membuat Chanyeol menggelengkan kepalanya gemas.

"Kau tak tahu arti 72?" tanya Chanyeol yang hanya dibalas gelengan oleh Baekhyun. "Kau bukannya belajar sastra?!" kali ini Chanyeol mengeraskan suaranya.

"Seingatku tak ada angka 72 di buku sastra manapun."

"Kau yakin sudah melahap semua buku sastra?! Bagaimana dengan Kitab Perjalanan ke Barat, apa kau sudah membacanya, Byun?!"

Kening Baekhyun kembali berkerut.

"Itu adalah buku sastra negeri seberang, Produser Park." ujarnya dengan senyum memaksa.

"Kitab Perjalanan ke Barat adalah salah satu buku sastra yang sampai saat ini masih dihormati di Asia. Seharusnya kau tahu itu, Byun." balas Chanyeol. "Sudahlah, aku bukan akan memperdebatkan buku sastra." Chanyeol kembali merebut gulungan kertas di tangan Baekhyun.

Baekhyun memajukan bibirnya dan menatap Chanyeol sebal.

"72 adalah banyaknya perubahan yang dilewati oleh Sun Wukong dalam Kitab Perjalanan ke Barat, sebelum ia berubah menjadi Sun Wukong yang baru." Chanyeol duduk di kursi hitamnya. "Dan dengan istilah itu pula, aku ingin menunjukkan kepada khalayak, bahwa seorang Byun Baekhyun akan kembali menjadi idola dengan image baru dan lebih baik pastinya."

"Oh….." Baekhyun tercengang. Bagaimana bisa Chanyeol berpikiran sejauh itu untuk comebacknya?

"Aku sudah membuat demonya, tetapi kurasa aku butuh dua tiga hari lagi untuk menyempurnakannya." Chanyeol kembali menggoreskan tinta pada kertas liriknya. "Oh, aku juga sudah menghubungi agencymu untuk mengurus kontrak dengan perusahaan rekamanku. Mereka sudah mengirimkan email perjanjian kontraknya, akan kutitipkan padamu saja setelah kutandatangani nanti."

Baekhyun mengangguk tanpa kata.

"Dan karena ini adalah lagu up-beat, kau tentunya dituntut untuk menari. Aku sudah bertanya pada Kris perihal latian tarimu, dan ia menyanggupi untuk menjadi koreografermu di lagu Magic 72 nanti."

"Eh?!" Baekhyun melesat mendekati Chanyeol. "Kau serius meminta Kris untuk membantu masalah Tariku?"

"Kenapa tidak? Kau cukup dekat dengan Kris, dan kupikir ia seorang penari yang cukup handal."

"Dia adalah gagman, Produser Park."

Chanyeol mengetawai kebodohan Baekhyun, lalu ia menyundul kening Baekhyun dengan jari telunjuknya.

"Aku tak tahu kau kelewat polos atau memang bodoh. Tetapi dari gelar sarjana humanioramu, kau tak mungkin sebodoh itu kan?" cibir Chanyeol. "Sudah kubilang, Kris adalah mantan murid pribadi Park Jinyoung. Dia seharusnya debut sebagai leader boyband 2PM, tetapi ia memilih mengikuti seleksi Gag Concert ketimbang mengisi acara Hot Blood. Dan yah, kau bisa melihat Kris yang sekarang ini."

Mulut Baekhyun menganga, dan Chanyeol kembali menatapnya dengan aneh.

"Kau serius akan hal itu?"

"Ya." kata Chanyeol, singkat.

"Bagaiman-"

"HAI SEMUA!"

Sontak kedua kepala milik Chanyeol dan Baekhyun menoleh ke tempat asal suara. Rupanya Kris sudah terduduk santai di samping Baekhyun. Lelaki dengan tinggi berlebih itu juga merebut kertas lirik lagu comeback Baekhyun bikinan Chanyeol, dan bahkan sesekali termangut dengan gumaman menggoda.

"Apa aku harus menciptakan tarian monyet untuk ini?" goda Kris dengan tertawa lebar.

Betapa Baekhyun ini menendang perut Kris dengan kaki hapkidonya.

"Seriuslah sedikit, Kris." Chanyeol berdecak, yang membuat Kris langsung merubah raut mukanya.

"Angsa." gumam Kris.

Kening Chanyeol dan Baekhyun sama-sama berkerut.

"Kenapa harus angsa?" Baekhyun memiringkan kepalanya, bingung.

Kris menatap kedua temannya itu bergantian.

"Aku tahu soal 72 perubahan dari Sun Wukong, tetapi image Ugly Duckling lebih cocok untukmu, Baekhyun-ahh. Jadi, kita ubah saja konsepnya, itik yang mengalami 72 perubahan seperti Sun Wukong, sebelum akhirnya ia menjadi seekor angsa." jelas Kris. Ia kemudian menoleh pada Chanyeol, "Bagaimana menurutmu? Aku tahu itu akan merusak konsep Sun Wukongmu, tetapi akan sangat aneh sekali bila Baekhyun menari seperti monyet."

"Tidak masalah. Aku hanya mengambil istilah dari Perjalanan ke Barat, bukan berarti aku menginginkan Baekhyun berubah menjadi Sun Wukong."

"Call!" seru Kris.

Baekhyun hanya pasrah begitu saja kepada kedua lelaki di depannya itu.

.

.

.

Baekhyun dengan malas berjalan mengikuti Kris yang saat ini mengenakan hoodie hitam dengan training kelabu selututnya. Baekhyun sendiri lebih memilih kaos putih dengan celana olahraga seadanya—ia hampir saja memakai celana olahraganya semasa SMA yang membuatnya mendapat omelan dari Jimin.

"Selama dua minggu pertama, kau akan berlatih dengan temanku, sedang aku akan berlatih dengan Jongin untuk mencari gerakan yang cocok untukmu. Tetapi yang pasti, aku akan memasukkan sedikit unsur balet modern. Kau tahu sendiri kan, angsa identik dengan Swan Lake?" terang Kris yang sama sekali tidak ditanggapi Baekhyun.

Baekhyun sendiri terjebak dengan omelan dalam hatinya. Demi Tuhan, ia benci menari! Dan produser kurang ajar itu seenaknya sendiri menciptakan lagu up-beat untuknya! Dan sekarang, Kris juga ikut-ikutan untuk mengajarinya menari! Sejak kapan pula komedian satu itu menjadi jagoan tari?! Dumelan Baekhyun terhenti saat Kris akhirnya membuka pintu kayu yang langsung terarah pada ruangan penuh kaca. Seorang wanita dengan rambut bob sebahu langsung menyambut mereka.

"Nah, ini adalah Kadowaki Kanako, ia adalah seorang sahabatku yang juga seorang pelatih tari. Kau bisa memanggilnya Kanako, Baekhyun-ahh."

"Uhng! Kanako imnida! Aku adalah seorang Jepang yang sudah belasan tahun hidup di Korea. Senang berkenalan denganmu, Baekhyun-ssi." wanita bernama Kanako itu membungkukkan badannya, yang juga dibalas dengan bungkukan kikuk oleh Baekhyun.

"Baekhyun imnida."

"Aku dan Jongin akan berlatih di ruang sebelah. Dan tiga jam lagi kami akan mengecek kalian, dan aku percayakan pria pendek ini padamu, Kanako."

"Tenang saja, Kris. Aku akan membuatnya menari dengan baik selama tiga jam ke depan."

Kemudian Kris keluar dari ruangan itu, menyisakan Baekhyun yang masih saja kikuk. Kanako sendiri, sudah memulai pemanasannya.

"Sebelum menari, kita terlebih dulu melakukan pemanasan, Baekhyun-ssi."

Baekhyun mengikuti Kanako yang merenggangkan kakinya.

"Ini pertama kalinya kau menari yah, Baekhyun-ssi?"

Baekhyun menunduk malu. "Ya."

Kanako kemudian tertawa, yang dibalas dengan Baekhyun yang mengerucutkan bibirnya.

"Aku menertawaimu yang kikuk, Baekhyun-ssi. Dan masalah kau yang baru sekali ini menari, kupikir bukan masalah besar. Aku seringkali menemukan murid yang ingin belajar tari karena mereka ingin menjadi idol. Sebagian besar mereka yang datang padaku adalah orang-orang yang hanya bisa bernyanyi, dan seperti yang kau ketahui, artis yang tidak bisa menari, akan susah laku di Korea."

"Akupun begitu, Kanako-ssi." Baekhyun kemudian merubah posisinya, kali ini ia melakukan pemanasan tangan. Ia adalah atlet hapkido saat sekolah dulu, jadi ia sedikit banyak tahu perihal pemanasan ini. "Kau tahu Park Chanyeol? Produser gila itu yang memaksaku menari!"

Kanako memangut. "Chanyeol juga mantan muridku."

Baekhyun melebarkan matanya, seolah bertanya 'kau serius?!'.

"Yah." Kanako mengangguk dengan cepat. "Saat itu ia akan mengeluarkan mini album keduanya, dan ia datang kemari karena ingin sekali saja memasukkan tarian pada comebacknya. Kau tahu sendiri kan, Chanyeol adalah penyanyi RnB yang sama sekali tidak pernah menari."

Baekhyun berpikir sebentar, berusaha mengingat berapa banyak MV dan lagu yang telah dikeluarkan oleh Chanyeol. Bagaimanapun Baekhyun juga salah satu pengagum Chanyeol—tetapi tidak semaniak Jimin yang bahkan berkali-kali datang ke jumpa fans Chanyeol.

"Kau pernah tahu Chanyeol pernah merilis edisi terbatas dari Common Jasmine Scent?"

Sekedar informasi, Common Jasmine Scent adalah judul mini album kedua Chanyeol.

"Oh, aku ingat! Sahabatku adalah fans fanatik Chanyeol, dan saat itu dia menangis tersedu-sedu karena tidak berhasil mendapatkannya. Bukankah itu hanya diproduksi sebanyak 100 keping saja?"

"Yeah. Dan di sana terdapat hidden track, dan hidden MV pada bonus DVDnya. Dan DVD itu sendiri memiliki proteksi, dimana para fans tidak dapat mengcopynya."

"Oh, lalu di MV itu ia menari?"

Kanako kembali mengangguk.

"Nah sekarang cukup dengan bahasan perkara Chanyeol, Baekhyun-ssi." Kanako mulai beridiri di samping palang yang terdapat disekeliling ruangan itu. "Kita renggangkan dulu kakimu. Dan karena Kris memintaku untuk mengajarkan balet modern terlebih dahulu, aku akan memulainya dengan posisi point."

Baekhyun tak punya pilihan lain, selain mengikuti gerakan Kanako. Ia benar-benar ingin mengalahkan Park Chanyeol, dan membuktikan padanya, bahwa ia adalah penyanyi serba bisa.

.

.

.

Ini adalah hari ketiga Baekhyun menginap di apartement Jimin. Dan pada malam itu, Baekhyun datang dengan badannya yang lemas, juga kakinya yang luar biasa lelah.

"Kau terlihat seperti kucing yang baru saja kalah memperebutkan ikan, Baek."

Jimin sendiri masih memakai pakaian kerjanya, karena ia harus memberikan pelajaran tambahan. Oh, kalian belum tahukah, Jimin adalah seorang guru mandarin?

"Istilahmu seaneh mukamu, pendek." rutuk Baekhyun yang dengan santainya mengambil sebotol jus strawberry kemasan di kulkas Jimin. "Anyway, kau tumben sekali menyimpan jus strawberry?"

Jimin berbalik dan menyentil kening Baekhyun.

"Katakan terima kasih untukku karena aku sengaja membeli selusin jus strawberry untukmu, Byun tambun!" ujarnya. "Cih, kau pikir aku tak tahu akal bulusmu yang menjadikan apartementku sebagai tempat tidurmu karena tempat ini dekat dengan studio Chanyeol?"

Baekhyun menyengir.

"Kau memang teman terbaikku, Jim pendek!" ia kemudian memeluk Jimin yang hanya bertinggi sebatas dadanya saja—saat Jimin sama sekali tidak memakai heelsnya. Dan yeah, Jimin adalah salah satu contoh nyata wanita yang tidak dapat hidup tanpa heels dan insole.

"Lepaskan pelukanmu itu, Byun tambun. Kau menjijikkan!" canda Jimin sembari memukul pundak Baekhyun.

"Ugh!" Baekhyun kemudian melepaskan pelukannya. "Tunggu sampai aku terkenal seperti Park Chanyeol! Kau akan menyesal karena tak dapat menikmati pelukanku!"

"Urusi dulu comebackmu, baru kau menyombongkan diri."

"Arachiiiiii~ Oh, aku harus tiba di studio Chanyeol pukul tujuh pagi besok. Sebaiknya aku tidur sekarang."

Baekhyun melangkahkan kakinya ke kamar Jimin, yang segera menerima teriakan dari sahabat wanitanya itu.

"Makan dulu, tambun!"

Baekhyun membalasnya dengan teriakan. "Aku sudah cukup tambun untuk melewatkan makan malam, pendek! Kau makanlah sendiri saja. Dan jangan lupa untuk membangunkanku besok pagi!" kemudian suara Baekhyun tak terdengar dari di balik pintu kamar.

"Dasar tambun, seenaknya saja dia. Hhh, sebaiknya aku juga hanya makan apel jika aku tak ingin setambun dia."

.

.

.

Baekhyun berlari dengan sekuat yang ia bisa. Sudah lewat lima belas menit dari jam yang telah disepakatinya dengan Chanyeol kemarin. Dan mengingat Chanyeol adalah orang dengan tingkat perfeksionis maksimal, ia yakin produser gilanya itu akan memarahinya habis-habisan setelah ia tiba di studio itu.

Baekhyun merutuki kesalahannya yang terlalu lelah kemarin—ia tidak pernah menari, dan Kanako juga Kris memaksanya menari selama enam jam nonstop, sehingga menyebabkan ia tidak bisa bangun pagi ini. Jimin dengan suara segitu nyaringnya saja tertutup dengan tembok tebal kasat mata di telinga Baekhyun.

"Maafkan aku, aku terlambat." seru Baekhyun begitu memasuki studio Chanyeol. Ia juga berkali-kali membungkuk yang hanya dibalas tatapan dingin oleh Chanyeol.

"Seingatku, aku memintamu datang pada pukul tujuh pagi tepat, Byun Baekhyun-nim." gumam Chanyeol dengan nada mengerikan.

"Maafkan aku. Kemarin aku berlatih menari di studio Kanako, dan aku tidak terbiasa menari, sehingga seluruh badanku pegal. Akibatnya, aku tidak bisa bangun pagi ini. Sungguh maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya."

Chanyeol mencibir.

"Sebagai hukumanmu, aku akan menyuruh Kris dan Kanako untuk menambah jam latihanmu. Semakin tinggi jam terbang menarimu, akan semakin terbiasa tubuhmu menghadapi lelahnya menjadi artis sungguhan, bukannya artis tak laku."

Baekhyun mengepalkan tangannya, menahan amarah. Ia tahu ia adalah penyanyi tak laku, tapi Chanyeol tak perlu membahaskan terus-terusan kan?!

"Nde." balas Baekhyun, sebal.

"Aku sudah menyelesaikan demonya. Hari ini kita akan mulai rekaman dari lagu Magic 72. Aku sebenarnya sudah menyiapkan satu lagu lagi untukmu, nuansanya lebih RnB dari Magic 72, dan aku berencana untuk mengisi kekosongan rapnya. Bagaimanapun, dengan melihat hasil penjualanmu, aku masih belum terlalu yakin kau dapat membesarkan namamu dalam sekejap. Dan dengan adanya aku, aku yakin penjualanmu jauh lebih membaik."

Baekhyun tak pernah tahu Chanyeol adalah orang dengan kepercayaan diri tinggi. Dan ia semakin ilfeel pada lelaki yang dulunya ia kagumi itu.

"Tapi Kris menyuruhku datang ke studio Kanako siang ini."

"Aku sudah membicarakannya dengan Kris tadi pagi, dan ia membebaskanmu dari latihan tari hari ini."

"Oh."

Tanpa membuang waktu lagi, Chanyeol segera memperdengarkan demo lagu yang sudah ia buat dalam waktu tiga hari itu.

in a dream, the air starts to smoke up
the perfect face slowly appears through the mist
goodbye ugly duckling goodbye, I want to start anew
our effort can change fate, our dreams are right in front of our eyes

today, fresh, change, goodbye

the extreme of beauty, vanity has no endpoint
pursuing the state of perfection, it's the end of the world if we're not vain
don't despair, ditch that old concept
start changing now, even the sparrow can fly up to the high sky

doesn't matter, who cares if it's flawed or not
lift your nose up higher, that way the air's fresh
goodbye single-lidded eyes goodbye, take that waist size down a notch
work hard and overcome it all, flaws become points of attraction

today, fresh, change, goodbye

the extreme of beauty, vanity has no endpoint
pursuing the state of perfection, it's the end of the world if we're not vain
don't despair, ditch that old concept
start changing now, even the sparrow can fly up to the high sky

(what front side back, pursue perfection, curves love to show
take that waist size down a notch, make your flaws become your good qualities)

when we meet again, I want you guys to be shocked, doesn't matter front or side they're all perfect curves
goodbye ugly duckling goodbye, leave the inferiority complex to yesterday
a guy growing up, see my 72 changes!

Baekhyun menatap Chanyeol dengan pandangan kagum. Ia benar-benar menyukai lagu ini! Syairnya benar-benar bagus, iramanya-pun juga. Namun nyali Baekhyun kembali menyiut. Ia tidak pernah bernyanyi lagi rancak selain di karaoke box. Bagaimanapun, ia debut sebagai penyanyi ballad.

"Aku memasukkan unsur Ugly Duckling pada lagu ini, seperti usul Kris." jelas Chanyeol. "Oh mumpung aku ingat, apa kau sudah menghubungi stylish agencymu? Dengan konsep Ugly Duckling yang berubah menjadi angsa, tentu saja butuh banyak perubahan pada fisikmu. Misalnya pada lirik 'goodbye single-lidded eyes goodbye', aku berharap stylishmu bisa melakukan make up ilusi untuk memperbaiki matamu yang buruk itu."

Baekhyun mengepalkan tangannya, lagi.

"Dan pada lirik 'doesn't matter front or side they're all perfect curves', aku ingin kau mengecilkan tubuhmu. Mungkin latihan menari dapat membuat sebagian lemakmu hilang, tetapi aku juga ingin kau diet sehat, agar shape badanmu menjadi lebih bagus lagi."

"Kau bilang apa?! Diet?!"

Chanyeol mengangguk.

"Bagaimana bisa aku diet di tengah kesibukan comebackku? Kau berniat membunuhku?"

"Diet tidak akan membuatmu mati, Byun. Besok pagi pergilah ke agencymu, minta mereka mencarikan ahli gizi untuk mengatur makanmu."

Baekhyun memberengut. "Baiklah."

"Dan jangan lupa kabari aku, apa saja progressmu setiap harinya. Bagaimanapun, aku adalah penanggung jawab comebackmu kali ini."

Baekhyun mengangguk pasrah.

.

.

.

"Kalian sudah dengar kabar dari Sehun?!" teriak Jongdae, heboh, begitu ia memasuki ruang santai milik K2D di kantor agencynya. Kebetulan saja siang itu Kyungsoo—yang tengah menyelesaikan drama kejar tayangnya diberi libur, Junmyeon-pun tak ada kerjaan apapun hari itu.

"Oh Sehun EXO?" tanya Kyungsoo sembari membolak balikkan majalah fashionnya.

"Memang ada apa dengannya?" timpal Junmyeon.

"Ia tiba-tiba saja minta ijin pulang ke China, dan kalian tahu, dia akan melakukan apa di kampung halamannya?!" Jongdae masih saja heboh.

Sedangkan Kyungsoo juga Junmyeon hanya bisa menggeleng dengan tatapan heran.

"DIA AKAN MENIKAH! ME-NI-KAH!" jawab Jongdae dengan kehebohan maksimal.

"Dia kurang waras atau bagaimana?" Kyungsoo menggeleng.

"Bukannya Exo baru debut setahun setelah kita? Itu artinya baru dua tahun kan? Dia bisa menghancurkan karier teman-temannya." tambah Junmyeon.

"Itu dia maksudku! Aku tahu popularitas Sehun melambung tinggi berkat tiga dramanya, tapi itu bukan alasan untuk berbuat sesuka hati, kan?"

Junmyeon mengangguk.

"Mungkin calon istrinya hamil, jadi ia harus cepat-cepat meresmikannya."

"No! Calonnya bahkan seorang pria, kabarnya." Jongdae menggeleng tak paham. "Bagaimana bisa dia mengorbankan teman-temannya demi seorang pria. Oh, dan aku tak habis pikir dia bisa berhubungan dengan seorang pria." Kemudian ia memasang tampang jijiknya.

Junmyeon termenung, apa ia terlihat menjijikkan juga di mata Jongdae bila ia membuka jati dirinya sebagai pacar Kris?

"Jenis kelamin adalah nomer sekian, cinta adalah yang utama." Kyungsoo melemparkan majalahnya ke muka Jongdae. "Kau urusi saja kabar burungmu itu, aku dan Junmyeon akan mencari cemilan di sekitar sini. Ayo Myeon-ahh, kita bisa jadi gila sepertinya." Ia kemudian menggandeng Junmyeon keluar ruangan, menuju mobil pribadi miliknya yang berwarna cokelat metalik.

Junmyeon hanya pasrah saja, pikirannya masih mengawang pada perkataan Jongdae.

"Kau jangan pikirkan perkataan Jongdae." ujar Kyungsoo yang mulai menyetir.

Junmyeon tertegun, dan ia memandang Kyungsoo heran. "Kau tahu?"

"Hanya orang bodoh yang tidak bisa melihat tatapan cintamu pada Kris, begitu juga tatapan cinta Kris padamu." jawab Kyungsoo. "Aku juga gay, anyway." lanjutnya blak-blakan.

"Baru kali ini aku mendengarmu bicara blak-blakan bahkan setelah lima tahun kita selalu bersama-sama, Kyungsoo ya. Kau biasanya hanya diam tanpa kata, dan cenderung bicara lewat tatapan mata."

"Aku hanya tak ingin kau sedih, Myeon-ahh. Bagaimanapun kau adalah teman pertamaku di industri ini. Kau sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Dan jangan kau merasa rendah diri akibat perkataan Jongdae."

Junmyeon mengangguk. "Thanks, Kyungsoo ya."

"Nah, mulai saat ini, kau bisa bercerita apapun tentang Kris. Dan aku-pun bisa bebas bercerita perihal Insung hyung padamu." kata Kyungsoo, santai.

"Insung hyung?! Jangan bilang…."

"Insung hyung adalah pacarku. Kau tidak tahu itu?"

Mulut Junmyeon menganga. Bagaimana bisa ia tidak menyadari bahwa aktor Jo Insung yang terkenal itu adalah pacar teman segrupnya? Memang sih, Insung acap kali mengunjungi K2D, tapi tetap saja ia kelewat bodoh untuk menyadari hubungan percintaan aktor itu dengan Kyungsoo.

"Kau serius berpacaran dengannya?"

Kyungsoo menertawai Junmyeon. "Kau saja bisa berpacaran dengan Kris, lalu kenapa aku tidak bisa berpacaran dengan Insung hyung?"

"Yah…bisa sih." Junmyeon menyegir.

Mobil Kyungsoo akhirnya terhenti di sebuah rumah makan, yang menyediakan ruangan privat di dalamnya.

"Nah, pembicaraan kita, kita lanjutkan di dalam okay? Perutku keroncongan, hehe."

"Uhng!" Junmyeon mengangguk.

Dan setelah, mereka berjalanan masuk restoran itu, beriringan.

.

.

.

Rekaman hari itu, bukannya berjalanan mulus seperti yang diidam-idamkan Baekhyun. Ia memang menyukai lagunya, tapi Chanyeol berdalih, ia tak dapat menjiwai dan menyatu dengan lagu itu. Tak terhitung berapa kali ia mengulang rekaman, bahkan setelah jam menunjukkan pukul sepuluh malam, sekalipun.

"Apa kita masih akan mengulang bagian reffnya pada hari ini, Produser Park?" tanya Baekhyun dengan sorot mata lelah. Perutnya berbunyi sedari tadi, dan Chanyeol hanya mengijinkan ia makan roti saja tadi siang. "Aku bahkan belum mengisi perutku dengan nasi hari ini."

Chanyeol terdiam untuk sesaat. Ia lalu mengambil keputuskan untuk beristirahat sejenak. "Aku akan membeli dosirak di Seven Eleven, kau tunggu di sini dulu."

Baekhyun kemudian memindahkan badannya ke sofa di depan ruang rekaman milik Chanyeol, dan tidak menghiraukan produsernya yang bersiap memakai jaket juga topi hitam untuk menutup muka. Mata Baekhyun mulai berat, ia benar-benar belum terbiasa dengan cara kerja Chanyeol. Produsernya yang sebelumnya, cenderung santai, berbeda tiga ratus enam puluh derajat dengan Park Chanyeol.

"Apapun yang kulakukan sekarang ini, kuharap aku akan mendapat bayaran yang setimpal." gumam Baekhyun yang tak lama kemudian memejamkan matanya.

Baekhyun bahkan tak menyadari Chanyeol sudah kembali dari pencarian dosiraknya, dan malah melindungi tubuhnya dengan jaket yang tadi Chanyeol pakai.

Chanyeol menggeleng. "Maafkan aku, kau mungkin tak terbiasa dengan caraku." ia kemudian duduk di samping Baekhyun dan mengamati lelaki itu. "Tapi percayalah, Byun. Aku akan membawamu ke popularitas puncak."

.

.

.

TBC

Sumpah aku nulis ini part pas aku baru aja nyelesein tugas yg berjibun dan juga skripshit (duh mual loh ya sama kata itu ), jadi entah deh ya, mungkin isinya agak amburadul ~

Anyway thanks banget yg udah review, follow dan favorite ini fanfic abalku ~ Aku ga bisa ngebales review kalian karena aku harus kembali ngetik fanfic sebelah/? Tapi sankyu buangettttttt /kecupsatusatu/