Main Cast : Oh Sehun, Xi Luhan

Other Cast : Kin Jongin, Do Kyungsoo, etc

Rated : M

GS, Luhan as female.

Mianhae, Saranghae

"Oppa, Ki-kita mau kemana kemana?" Seorang yeoja bertubuh mungil tampak kesulitan mengimbangi langkah namja di depannya yang kini tengah menarik atau lebih tepatnya setengah menyeret tubuh yeoja itu.

"Diam saja! Nanti kau juga akan tau!" Kris, namja yang sedang menyeret yeoja itu membentaknya.

Luhan, yeoja yang sejak tadi diseret oleh Kris tanpa tau akan kemana akhirnya memilih diam. Kakaknya itu akan mengamuk dan memukulinya jika Luhan berani membantah perintahnya.

Kris berhenti di sebuah tempat yang agak jauh dari keramaian kota Seoul. Perasaan Luhan mengatakan dia tidak akan baik-baik saja apalagi setelah melihat tempat itu memiliki pencahayaan yang minim seolah memang sengaja dibuat remang-remang agar tempat itu tidak terlalu mencolok.

Luhan membolakan matanya tak percaya ketika Kris menariknya masuk ke dalam. Pemandangan yang ada di dalam tempat itu membuat perutnya mual. Sungguh, dia ingin segera keluar dari tempat itu.

Kemanapun Luhan mengarahkan pandangannya, yang bisa dilihat hanyalah yeoja yang berpakaian sangat terbuka seolah sengaja menunjukkan lekuk tubuhnya kepada namja-namja lapar yang berada di sekitarnya.

Kris membawa Luhan memasuki sebuah ruangan yang didalamnya terdapat 2 namja yang sedang berbincang. Perasaan Luhan semakin tidak enak ketika namja yang lebih muda berdiri dan berjalan mendekatinya sambil memandang tubuh Luhan.

"Minho-ya, ini orangnya?" Namja itu bertanya dengan tetap memandang tubuh Luhan.

Minho, namja yang tadi juga berada di dalam ruangan mengangguk. "Bagaimana, Sehun? Kau suka? Dia masih belum tersentuh."

"Cantik. Kau memang pintar mencarikan yeoja seperti yang aku inginkan." Sehun tersenyum puas.

Luhan hanya memandang Minho dan Sehun dengan tatapan tidak mengerti. Apa yang mereka bicarakan? Apa mereka membicarakan dirinya?

"Berapa harganya?" Pertanyaan Sehun membuat Luhan tersentak. Apa Kris akan menjual dirinya?

"100 juta won." Kris yang tadi hanya diam akhirnya membuka suara.

Luhan mengarahkan tatapannya ke arah Kris. Matanya kini telah memerah dan berair. "Oppa, kau tidak akan menjualku kan? Aku mau pulang, Oppa. Aku takut."

Sehun menghampiri Kris dan menatapnya tajam. "100 juta won? Aku bisa melakukan apa saja padanya kan?"

"Tentu saja. 100 juta won dan dia akan menjadi milikmu."

"Aku ambil dia." Selembar cek dikeluarkan dari saku jas yang dipakai Sehun dan dengan tenangnya menulis angka 100 juta won seolah 100 juta won tidak ada apa-apanya bagi Sehun.

Kris menerima cek itu dengan senang hati dan segera melemparkan Luhan pada Sehun. "Senang berbisnis denganmu. Dia milikmu sekarang."

Luhan mencoba melepaskan diri dari genggaman Sehun. Air matanya kini telah mengalir dengan deras. "Oppa, jangan pergi. Aku mohon, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku." Luhan semakin histeris ketika melihat Kris melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

"Siapa namanya?" Sehun sedikit berteriak kepada Kris.

"Luhan. Xi Luhan."

Alis Sehun terangkat sedikit sementara tangannya tetap memegang pergelangan Luhan dengan erat. "Xi Luhan? Nama yang cantik. Baiklah, terima kasih Kris!"

Kris mengangkat ibu jarinya dan mencium cek yang tadi diberikan Sehun. "Selamat bersenang-senang dengannya."

Luhan menggelengkan kepalanya kuat-kuat ketika Sehun mulai menariknya keluar ruangan itu. "Tidak! Tidak! Aku mau ikut Kris oppa saja. Lepaskan aku!"

Sehun dengan tenang mendorong pelan tubuh Sehun hingga memasuki mobilnya dan mengunci pintu mobilnya segera setelah Sehun masuk ke dalam. Mata Sehun tajam mengamati gerak-gerik Luhan di tengah kegiatan menyetirnya. Yeoja itu benar-benar kacau sekarang. Wajah yang memerah akibat menangis dari tadi dan tangannya yang juga tidak berhenti mengusap matanya yang berair cukup menjelaskan betapa terlukanya dia saat ini.

Kesan pertama yang muncul ketika melihat Luhan adalah dia yeoja yang cantik pastinya. Mempunyai ukuran badan mungil dan dengan kulit seputih salju. Matanya sangat indah dengan bulu matanya yang lentik. Bibir cherry tipis dan rambut hitam sebahunya seolah membuat penampilan Luhan semakin sempurna. Jika di dunia ini ada orang yang sempurna, maka Luhan lah orangnya.

"Kau akan membawa aku kemana?"

Lamunan Sehun buyar ketika mendengar suara Luhan. Padahal Sehun sudah mulai membayangkan apa yang ada di balik kemeja yang dipakai Luhan. Otak mesum Sehun sepertinya memang telah bersarang secara permanen di tubuhnya.

"Ke apartemenku." Sehun berusaha agar tampak baik di depan Luhan dan mengabaikan sesuatu di dalam celananya yang kini mulai mengeras.

"Aku takut." Luhan mengangkat wajahnya dan melihat Sehun dengan takut-takut.

Sehun tertawa melihat kepolosan di wajah Luhan. "Aku tidak menggigit, Luhan. Kau tidak perlu takut padaku. Lagi pula kakakmu sudah menjualmu padaku. Kau milikku sekarang."

Hati Luhan mencelos begitu mendengar pekataan Sehun. Harga dirinya seperti telah hilang dan diinjak-injak. "Apa aku serendah itu sekarang?"

Tersadar akan perkataannya yang menyakiti hati Luhan, Sehun segera menggelengkan kepalanya. "Tidak, bukan itu maksudku. Aku tau selama ini kau tidak diperlakukan dengan baik oleh kakakmu. Aku hanya berniat menolongmu."

Luhan menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Benarkah?"

Sungguh, Sehun ingin membenturkan kepalanya ke setir mobil melihat kepolosan Luhan. Apa yeoja ini benar-benar menganggap niat Sehun membelinya hanya untuk menolongnya? Astaga yang benar saja.

"Ayo turun. Kita sudah sampai." Sehun membukakan pintu mobil Luhan dan menuntun yeoja itu memasuki apartemennya.

Luhan tak hentinya berdecak kagum ketika melihat isi apartemen Sehun. Dia belum pernah melihat apartemen sebesar itu dan serapi itu. Apartemennya sendiri ketika bersama Kris mungkin cuma separuh apartemen Sehun sekarang. Belum lagi botol minuman keras yang berserakan di mana-mana membuat Luhan mau tak mau harus membersihkannya.

"Luhan, kenapa kau hanya diam di situ?" Sehun bertanya karena dari tadi dia melihat Sehun hanya terpaku di depan pintu masuk.

"Sehun-ssi, kau tinggal dengan siapa? Apartemenmu besar sekali." Luhan menggulung kemejanya hingga sebatas siku sambil berjalan mendekati Sehun.

Sehun hanya bisa menelan ludahnya melihat betapa halus dan putihnya lengan Luhan. "Sendirian. Sekarang bersamamu."

"Aku akan tinggal di sini? Lalu, di mana kamarku?

"Tentu saja kau akan tinggal disini." Sehun membuka kulkas dan mengeluarkan minuman kaleng lalu memberikannya pada Luhan. "Kau akan tidur denganku."

"N-Ne?! Tidur satu kamar denganmu? Apa tidak ada kamar lain? Atau aku tidur di sofa saja. Tidak apa-apa." Luhan menundukkan kepalanya dan tangannya sibuk memainkan minuman kaleng yang kini ada di genggamannya.

Sehun meletakkan minumannya di atas meja. "Kau lapar? Aku bisa membuatkan beberapa kimbab untuk makan malam kita."

Luhan memegang perutnya yang memang terasa perih karena dari tadi siang tidak ada asupan apapun yang masuk ke perutnya. "Lumayan. Aku belum makan dari tadi siang."

"Duduklah dulu. Membuat kimbab tidak akan lama." Sehun segera mencari bahan- bahan yang diperlukan sementara Luhan duduk menunggu di meja makan.

Tak lama Luhan menunggu, kimbab buatan Sehun telah jadi dan siap dimakan. Luhan diam-diam mengakui kemampuan memasak Sehun yang memang hebat. Kimbab buatan Sehun terlihat sangat enak dan membuat Luhan yang memang sedang lapar menjadi semakin keroncongan.

LUHAN POV

Aku mengambil sepotong kimbab dan menyuapkannya ke dalam mulutku. Ya Tuhan rasanya benar-benar enak. "Sehun-ssi, ini sangat enak. Apa kau pernah kursus memasak sebelum ini?" Aku mencoba bertanya sesopan mungkin tapi sambil tetap memakan kimbab buatan Sehun juga.

"Tidak usah terlalu formal begitu padaku, Luhan." Sehun tertawa. "Memasak memang hobiku dari kecil. Aku tidak suka jika harus mengikuti kursus-kursus semacam itu."

Aku kembali mengambil sepotong kimbab. "Kau hebat. Aku saja tidak bisa membuat kimbab seenak ini."

Jujur saja, aku merasa malu dengan Sehun. Aku yang seorang yeoja tidak begitu pintar memasak bagaimana bisa dia yang seorang namja sangat lihai memasak? Aku mengambil sepotong kimbab dengan diam-diam mengamati Sehun.

Aku mengakui Sehun tampan, sangan tampan lebih tepatnya. Kulitnya yang putih menimbulkan kesan pucat jika dilihat dari dekat. Dagunya yang sedikit runcing entah mengapa menambah kesan karisma yang berada di dalam dirinya. Satu lagi, aku baru sadar kalau suaranya sedikit cadel ketika mengucapkan huruf 'S'. Itu menjadikannya sedikit imut di mataku.

Aku sedikit tersentak ketika Sehun mengangkat wajahnya dan memergoki aku yang tengah menatapnya. "Ada apa?" Tanya nya.

"Ah. tidak, tidak ada. Maafkan aku." Aku menunduk untuk menyembunyikan wajahku yang pasti sudah semerah tomat sekarang.

"Kalau kau sudah selesai makan, kita bisa tidur." Sehun berkata dan nadanya terdengar datar.

"Maksudmu, ti-tidur denganmu?"

Sehun mengambil piring bekas makanku dan diletakkannya di tempat cuci piring. "Ya, denganku."

Dadaku berdetak sangat cepat sekarang. Aku tidak mungkin benar-benar tidur sekamar dengan namja yang baru aku kenal. Seandainya saja Sehun seorang yeoja mungkin aku tidak akan menolak untuk tidur sekamar denganmu.

SEHUN POV

Aku bisa melihat wajahnya memerah ketika aku menarik tangannya untuk menaiki lantai dua dan menuju kamarku. Tangannya yang berada di genggamanku juga kurasakan mulai berkeringat.

"Hmm, Sehun, aku tidur di sofa saja kalau memang tidak ada kamar lain." Luhan membuka suaranya ketika aku mulai memegang gagang(?) pintu kamarku.

"Kamar lain sebenarnya ada. Tapi, aku ingin kau tidur dengan bersamaku."

"Tapi, Seh-"

"Kakakmu mengatakan bahwa kau tidak akan pernah menolak keinginanku. Dia berkata bahwa jika sampai kau menolak keinginanku maka aku boleh melakukan apa saja padanya. Kau tidak mau terjadi sesuatu pada kakakmu, kan?" Aku menaikkan sebelah alisku agar apa yang kukatakan terdengar nyata dan sepertinya berhasil, Luhan terlihat sedikit ketakutan.

"Tid-tidak, jangan apa-apakan dia. Aku mohon." Mata Luhan kembali memerah.

Aku mendorong pelan punggung Luhan memasuki kamarku dan aku tutup pintunya dengan tangan kiri sementara tangan kananku merangkul pundaknya. Luhan mencoba bersikap tenang walaupun aku tahu badannya kini bergetar.

Luhan duduk di pinggir kasur dengan kepala menunduk dan tangan sibuk memainkan jari-jarinya. Aku benar-benar ingin menyerang Sehun saat ini dan menyatukan tubuh kami, tapi langkah awal aku haru membuatnya nyaman padaku. Aku tidak ingin bercinta atas dasar paksaan, aku juga ingin Luhan menikmati permainanku nanti jika aku bercinta dengannya.

"Kau tidur duluan saja, Luhan. Aku mau mandi dulu." Aku mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Kulihat Luhan masih setia dengan posisinya.

"Sehun!"

Aku menoleh. "Ya?"

Luhan menggigit bibirnya. "Kau tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh, kan?"

Aku tertawa berusaha menyembunyikan rasa terkejutku. "Tidak, Luhan. Kau tidak perlu khawatir."

Tidak sekarang. Tapi aku akan tetap melakukannya. Pikirku.

AUTHOR POV

Luhan merebahkan tubuhnya di atas kasur Sehun dan memandang langit-langit kamar Sehun. Posisi tidur Luhan sangat ke pinggir hingga badannya hampir menyentuh tembok yang ada di dekatnya. Luhan juga meletakkan sebuah guling di tengah-tengah di kasur yang mungkin dimaksudkan agar jadi pembatas antara dirinya dan Sehun.

Luhan yang memang sudah kelelahan terlelap tak lama setelah dia membaringkan tubuhnya. Rok selutut yang diapakainya sedikit tersingkap hingga memperlihatkan pahanya yang sangat mulut. Kemeja yang tadi digulung hingga batas sikunya juga lupa lupa diturunkan oleh Luhan. Tidak tahukah yeoja itu bahwa saat ini ada seorang namja yang menatapnya dengan lapar dan sedang berusaha mati-matian agar tidak langsung menerkam tubuhnya?

Ya, Sehun yang baru selesai mandi dengan handuk melilit tubuh bagian bawahnya dan membiarkan tubuh bagian atasnya terekspos dengan bebas mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana tidak? Baru saja keluar dari kamar mandi, Sehun sudah langsung dihadapkan oleh pemandangan yang sukses membuat junior nya sedikit berdiri.

Sehun melepas handuk yang meililit tubuhnya dan memakai boxer dengan kaos tanpa lengan berwarna hitam menampilkan lengannya yang errr lumayan berotot. Sehun berjalan ke arah kasur dan merebahkan tubuhnya di samping Luhan.

"Kenapa guling ini ada di sini?" Tak ingin ada penghalang, Sehun mengambil guling itu dan melemparkannya ke lantai.

Sehun memiringkan tubuhnya ke arah Luhan dan memandangi wajah Luhan yang saat tertidur terlihat sangat damai. Entah karena apa, Luhan yang tadinya tidur terlentang membalik badannya dan ke arah Sehun.

Dengan posisi saling berhadapan seperti ini membuat Sehun semakin leluasa memandang wajah Luhan yang tengah terlelap. Sehun menggerakkan ibu jarinya dan mengelus pipi Sehun. Tanpa sadar, Sehun tersenyum melihat wajah Luhan yang benar-benar damai dalam tidurnya. Entah kenapa, hatinya menjadi tenang ketika melihat wajah Luhan.

Sehun mendekatkan wajahnya wajahnya ke wajah Luhan dan mengecup lembut bibir yeoja itu. Sehun benar-benar melayang begitu merasakan betapa manisnya bibir Luhan. Sehun tidak sabar ingin merasakan anggota tubuh Luhan yang lain.

Sabar Sehun, kau harus menahannya. Dia milikmu sekarang. Kau bisa melakukannya kapan saja tapi tidak sekarang.Sehun membatin.

Akhirnya Sehun mengalah dan menuruti kata hatinya untuk tidak melakukannya sekarang pada Luhan. Sehun akhirnya memejamkan matanya dengan tetap menghadap Luhan. Hell, Oh Sehun, sepertinya kau harus benar-benar bersabar sebelum bisa merasasakan tubuh Luhan.

TBC

FF pertama baru belajar bikin maafkan kalau kacau dan typo di mana-mana wkwkw. Bikin FF ini karena ikutan giveaway di salah OA di line "HunHan Indonesia". Review please tapi bahasa jangan kasar yak arena saya masih newbie:v

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.. Byeye~