Konoha Gakuen's Ghost Club

Chapter 6: The Hospital

oOo

The Konoha Gakuen's Ghost Club By Uzumaki Mai©

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : M for Violence, Blood, and others

Pair : Naru/Saku—, IzumixAkira—and Other Pairings

oOo

"Sakon pasti ada disini…" Ucap Yuki sambil melihat kekiri dan kekanan. Mata Onyx-nya membulat ketika merasakan energi gelap yang luar biasa besarnya di arah jam satu. "Izumi, apa kau merasakannya?"

Izumi mengangguk, gadis berambut putih keperakan itu memusatkan kekuatannya di tangannya, seketika, sebuah busur besar yang terbuat dari es sudah berada ditangannya. "Dia ada disini."

"Uwaah… Gakkoi ne… Izumi-chan…" gumam Akira dengan mata berbinar-binar ketika ia melihat gadis itu. 'Aku harus bisa melindungi Izumi-chan juga…' batinnya. "Yosh! Kalau begitu ayo kita serang—"

"Tunggu, kita juga perlu memikirkan keselamatan Sakon. Sebaiknya kita bagi menjadi dua tim, satu pengalih perhatian, satunya mengevakuasi Sakon." Ujar Temari.

"Ya, kurasa juga demikian." Sakura berpendapat. "Sebaiknya alihkan pertarungan ini ke alam terbuka, kita tidak bisa bertarung didalam rumah sakit."

"Serahkan padaku!" Yuki mengangkat tinjunya. Seulas senyuman manis terpampang dibibirnya. "Aku akan menipunya dengan ilusiku."

"Osh! Kalau begitu ayo bagi timnya!"

oOo

Sementara itu, di Konoha Gakuen…

"Ahh… Rasanya membosankan menunggu musuh disini." Kata Yoshi sambil menghela nafas jengkel. Dia, Naruto, dan Koko bersandar ditembok ruang asrama Ukon."Ini sudah jam sembilan lebih. Berarti Satori-teme itu berada di rumah sakit. Seperti perkiraanmu, Naruto."

"Ya." Kata Naruto dengan datar. Matanya menerawang kearah gipsum putih yang dihiasi oleh sebuah chandelier yang besar.

"Apa… kau menemukan sesuatu?" tanya Yoshi.

"Apa Satori datang?!" pekik Koko panik sambil langsung berdiri, tidak lupa dengan sekaleng ditangannya. Dia mengambil beberapa keripik lalu memakannya. "Kathakan padhanya—krauss krauss—aku sedhang shibuk—krauss krauss…"

Yoshi menepuk dahinya.

"Sebenarnya aku sedang memikirkan Mai." Kata Naruto.

"Huh?" Yoshi dan Koko menyahut bersamaan. Koko menyomot keripiknya lagi. "Memangnya dia ada dimana?" Tanya Koko.

"Katanya dia punya urusan. Urusan apa, aku tidak tahu." Ujar Naruto sambil menguap lebar. "Ah, astaga. Kau benar, disini memang membosankan. Hei, Koko. Apa kau punya keripik rasa ramen?"

oOo

Seorang lelaki tinggi sedang berdiri menghadap rumah sakit Konoha. Lelaki itu berkulit putih, memakai headphone putih, serta memakai kemeja dan celana jeans hitam. Matanya terus terpaku ke arah rumah sakit itu sampai—

"Sedang apa kau disini." Lelaki itu tersentak ketika dia menemukan seorang gadis berambut pirang berdiri tak jauh darinya. Nada bicara gadis itu sangat datar dan dingin, seperti tidak bertanya pada umumnya. "Necromancer." Gadis itu melanjutkan kalimatnya.

Lelaki itu terdiam. Mata hijau permatanya mengamit gadis itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. "Seharusnya aku yang bertanya hal itu padamu, Archangel, Lucifer…" Laki-laki misterius itu menunduk dengan kesopanan yang berlebihan. Tapi tiba-tiba dia mengangkat wajahnya yang ekspresinya dibuat terkejut. "Oh, Tunggu! Kau bukan anggota Archangel lagi! Astaga, bagaimana mungkin aku bisa lupa?" Katanya sambil menepuk dahinya. Senyuman miring tercetak dibibir tipisnya.

"Terserah." Kata gadis itu sambil menciptakan sebuah tongkat sihir—emm.. Maksudnya tongkat metal berwarna hitam yang diujungnya terdapat lempengan emas berbentuk palang yang runcing. Gadis itu mengarahkan ujung palang itu ke dagu laki-laki itu."Aku akan memusnahkanmu disini, murid Hades." Katanya dengan nada datar dan dingin.

Laki-laki itu menyeringai. "Hmph. Coba saja." Katanya sambil mengedarkan pandangannya kearah rumah sakit itu yang kini diliputi oleh gumpalan energi yang berwujudkan asap hitam pekat. "Sepertinya Ghoul itu jauh lebih kuat dari perkiraanmu. Kusarankan kau untuk menenangkannya dengan ini." Laki-laki itu melemparkan sebuah liontin dengan batu yang bening ditengahnya. "Aku tidak pernah ingin mengawali perang ini, Lucifer. Kau harusnya tahu itu."

Gadis itu menangkapnya dengan sebelah tangan. Ia menatap kearah laki-laki itu, tapi sosoknya telah menghilang. "Perang, huh?" Gadis yang disebut Lucifer itu tersenyum remeh. "Sialan kau, Necromancer."

oOo

"Rencana Yuki-chan sukses." Kata Sakura sambil melirik kearah Satori yang mulai bergerak keluar dari rumah sakit. "Ah—itu Sakon!" Pekiknya ketika melihat sosok lelaki berambut putih yang duduk dengan gemetaran dibalik sebuah pilar.

"Oi~! Sakonn!" Akira berteriak sambil melambai-lambai. "Kami ada disini!"

"Hei, Akira!" Izumi menjitak kepala Akira. "Satori bisa mendengar suaramu, tahu!" Gerutu Gadis itu.

"Hehehe…" Akira cengengesan, seperti orang asma. "Gomenasai, Izumi-chan…"

"Kalian…" Sakon bergumam. "Apakah kalian yang—"

"Ya, ya. Nanti saja minta tanda tangannya. Sekarang ayo, kami harus mengeluarkanmu dari tempat ini." Kata Akira sambil meraih tangan Sakon.

"Aduduh! Hei! Pelan-pelan! Tanganku masih digips, tahu! Lagi pula, siapa juga yang mau meminta tanda tanganmu? Kenal saja tidak!" Sakon menggerutu.

"Sssshhh! Sudahlah! Sekarang kita harus mengevakuasi Sakon dari sini!" Ucap Izumi. "Akira, gendong dia."

"Apa? Kenapa aku—" Akira hendak memprotes. Tapi…

"Cepat gendong…"Izumi menatap Akira dengan horror.

"B-baik, bu…" Akira menjawab dengan gugup.

"Temari-chan, apakah kau bisa mengecek jalan keluarnya? Hanya memastikan kalau jalannya aman atau tidak." Kata Sakura

Temari mengangguk. "Baiklah! Kurasa tidak ada dokter yang bekerja lembur hari ini, jadi apapun yang ada dijalan nanti, aku akan menerbangkannya! Semua siap? Oke, ayo maju!" Seru Temari lalu memunculkan kipas kondengan—maksudnya, kipas raksasanya.

Mereka kemudian berlari menyusuri koridor demi koridor, hingga mereka sampai diujung ruangan. Ada sebuah tangga menuju lantai bawah dan ada sebuah lift tak jauh dari tangga itu.

"Kurasa kita naik lift saja." Kata Sakon.

"Jangan. Ventilasi di lift itu sedikit. Bagaimana jika nanti lift-nya macat? Atau lebih buruk, bagaimana jika Satori memasuki lift itu? Dia bisa membunuh kita juga!" Ucap Yuki, agak panik.

"Yuki benar." Izumi menyetujui. "Apalagi kalau kita menaiki lift, itu akan menarik perhatian Satori."

"Sudah diputuskan! Kita pakai tangga!" Seru Sakura dengan semangat. Semua orang mengangguk tegas. "Ayo—…" Setelah mengambil satu langkah kedepan, mereka berhenti mendadak. Mata mereka menatap anak tangga yang makin lama tidak tampak lagi karena diselimuti bayangan.

Glekh…

Semua orang menengguk air liur mereka ketika melihat anak tangga itu. Anak tangga itu gelap. Sunyi. Sepi… dan kayaknya nggak pernah dijamah oleh manusia lain selain mereka sebelumnya. Keenam orang itu saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya mereka mengangguk tegas—seolah-olah sedang menyetujui sesuatu.

oOo

Ting

Lift itu berbunyi saat mereka melewati lantai rumah sakit itu satu persatu. Suara musik lift yang monoton membuat semua orang terdiam. Akira mulai bersiul-siul. Kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat dia merasa lelah bersiul, dia menggangguk-anggukkan kepalanya seperti seorang penyanyi rock yang menderita sakit kepala.

"Oh, astaga." Akira menghembuskan nafasnya dengan frustasi. "Disini sangat membosankan!"

"Sssh!" Temari menatap Akira tajam dan menohok. "Suaramu bisa menarik perhatian Satori, tahu!"

"Jangan men-sshhh-kan aku." Akira merengut sambil mengelap wajahnya yang kecipratan kuah. "Lagipula, menurutmu yang mana paling aneh, melihat seseorang yang bicara keras atau melihat sebuah lift menyala sendiri ditengah rumah sakit yang sudah kosong?"

"Lebih aneh melihat lift," Jawab Sakura.

"Nah, lalu kalau kau sudah tahu bahwa menaiki lift ditengah rumah sakit yang kosong itu aneh, untuk apa menahan suaramu? Toh, kita juga sudah ketahuan cepat atau lambat." Jawab Akira dengan kelogisan yang entah darimana ia dapatkan.

"Iya juga, ya." Temari mengangguk-angguk kecil. "Ya sudah, kalau begitu kita ngapain sekarang?"

"Ah, andai saja aku bawa board gameku, kita bisa memainkannya disini." Ucap Izumi pelan.

"Aku juga tadi sudah mendownload Mobile Legends. Ah, padahal aku tadi dapat Odeth." Yuki menghela nafas pasrah.

Keenam orang itu menghela nafas pasrah.

Ting

Ting

Ting

"Ah! Sebenarnya lantai rumah sakit ini ada berapa, sih! Kenapa kita lama sekali turunnya!?" Kali ini Temari yang naik pitam.

"Tunggulah sebentar lagi, Temari." Izumi berusaha menenangkan gadis pirang itu. "Mungkin Cuma beberapa lantai lagi, kok." Ucap gadis itu seraya tersenyum yang segera membuat Akira meleleh dilantai lift.

Sepuluh menit kemudian…

Ting

Ting

Ting

"Demi Dewi Artemis, akan kuhajar pembuat rumah sakit ini!" Izumi mengeluarkan pedang es dari tangannya dan hendak menghancurkan pintu lift itu kalau saja teman-temannya tidak menahannya.

"Sabarlah, Izumi-chan!" Sakura menarik bahu Izumi yang kini berusaha mengayunkan pedang esnya kearah pintu lift itu.

"Iya, kalau Izumi-chan marah, nanti aku ikutan marah!" Kali ini Akira yang angkat suara.

"Yang ada, kamu cuma bisa buat orang lain marah, Akira!" Sahut Yuki sambil terus menahan Izumi.

Izumi nyaris saja lepas dari cengkraman teman-temannya ketika mereka mendengar suara debaman yang kuat dari atas mereka.

"Uh… Apa itu tadi?" Tanya Yuki spontan.

"M-Mungkin sejenis kelinci?" Tebak Temari, mulai ngawur.

"Ya, ampun. Tidak mungkin ada seekor kelinci yang nyasar diatas lift rumah sakit!" Balas Akira panik. Ia menggenggam tangan Izumi tanpa sadar.

Bam

Suara debuman itu terus berlanjut—suaranya cukup keras hingga membuat musik lift itu terhenti. Keenam orang itu mulai merapat ke sudut lift yang tidak seberapa besarnya itu.

"Agh, sial. Seharusnya aku tahu ini akan terjadi." Akira mengumpat. Genggamannya pada tangan Izumi makin kuat.

Bam

Lampu lift itu perlahan mulai berkedap-kedip dengan cara yang mengerikan, membuat keenam orang itu menarik nafas dengan cepat. Jantung mereka berpacu dengan cepat—seiring dengan meningkatnya intensitas suara debaman itu. Langit-langit lift itu mulai penyok dan mulai menampakkan tanda-tanda akan bolong.

"Ya Tuhan, apa yang akan kita lakukan?!" Tanya Akira panik.

Sontak secara serempak, kelima orang dibelakang mendorong Akira kedepan. "H-hei, apa-apaan!?" Tanya Akira panik.

"K-Kau, 'kan laki-laki, seharusnya kau yang melindungi kami, tahu!" Ucap Yuki, protes.

"Yuki benar!" Temari menyetujui.

"K-kenapa aku?! Si Sakon, 'kan ada!" Protes Akira tidak terima.

"A-Aku, 'kan sakit!" Ucap Sakon, ngelem—eh, ngeles maksudnya.

"Ah, anjir. Sia-sia saja penampilanmu hardcore, Sakon! Ternyata nyalimu softcore!" Akira mengumpat. "Kalau ada Koko, pasti dia yang akan kulempar duluan." Gumamnya pelan.

Bam

Bam

Bam

"Ya ampun!" Keenam orang itu berteriak bersamaan. "Cepat hancurkan atapnya! Lama sekali, sih!"

"Iya! Pake acara bam-bam-bam lagi!" Protes Sakura.

"Iya, nih!" Yuki merengut. "Kayaknya si Author kepalanya rada korslet Mobile Legends, nih!"

"Woi, yang diatas! Cepetin ngancurin atapnya!" Izumi tersulut esmosi.

"Iya, iyaa! Ini juga lagi usaha!" Terdengar suara seorang wanita diatas atap itu.

"Eh? Suara perempuan?"

Dan Zraakk! Langit-langit lift itu kemudian bolong. Kemudian dari lubang itu masuklah seorang gadis berambut pirang yang kini mengenakan baju serba hitam kayak teroris habis nyebur ke aspal.

"Mai!" Sontak semua orang didalam lift itu berteriak girang. "Eh? Mai?"

"Yo." Mai mengangkat sebelah tangannya. "Apa kabar?" tanyanya santai.

"Kenapa malah nanya kabar?!" Temari menggeram. Uh, untung saja Mai ini anggota Ghost Club, kalau enggak, pasti udah dia ceburin ke Laut Mati sana.

"Kamu menhancurkan atap lift ini dengan apa?" Tanya Izumi, penasaran.

"Iya! Soalnya lama sekali!" Balas Temari setuju.

"Aku pakai ini," kata Mai lalu merogoh kantung jaket aspal-nya lalu mengeluarkan sebatang sikat gigi bermerk Formula yang sebagian besar bulu sikatnya sudah habis rontok. Mungkin sikat giginya enggak pernah pakai kondisioner, makanya jadi rontok kayak gitu.

" L-lagipula, Kamu—… Kamu kenapa menghancurkan atap lift ini?" Tanya Yuki, berusaha sabar.

"'Kan kalian sendiri yang bilang untuk menghancurkan atapnya." Jawab Mai tetap dengan gaya ngaswag gagal.

"MAI!"

oOo

Tubercolosis :V

oOo

Hola :V

Oke, sebelum kalian ngevacok ane—yang kebetulan jadi korban mutilasi dichapter diatas—, izinkan ane untuk berterima kasih kepada para pihak yang sudah tetap dengan setia menunggu updatenya chapter ini. Kepada semua tokoh didalam fic ini, kepada readers sekalian maupun kepada silent readers, ane ucapkan banyak terima kasih. Terkhusus kepada Halimah dan Suryo~ ini udah apdet, kaan? :v Author usahain bakal update kilat—soalnya ini lagi musim peperangan dengan ujian akhir. Doain ane ya gaes :v Yang like, fav, dan review ini dijamin masuk surga! #EdisiCommentAlaAnakIndonesia

Eniwei, chapter ini rada ngaco dan ngawur. Karena ane belakangan ini terpengaruh aliran lebay-isme dan softcore-isme :v namun Chapter ini ane buat dengan tujuan menghibur para readers semata, semoga yang baca ketawa ya :v kalo nggak, bisa cengengesan aja, kalo itupun nggak bisa, ya udah, senyum aja udah cukup bagi ane :'v apalah daya ane ini yang hanya bisa menatap komentar kalian di kotak review saja :'v #EdisiBaper-isme

And By The Way Subway Hepi Hepi Yey Yey, apabila kalian ingin ngasih saran atau kritik, tolong kalian isi dikotak review—namun tetap dengan bahasa yang sopan. Ane tahu chapter ini rada anjir gimana gitu, tapi Author disini udah usaha buat chapter ini dalam satu hari :'v Jadi tolong dihargai :'v Eaaa #EdisiBijak-isme

Dan juga, ane bakal ngepublish karya ane yang laen. Judulnya Archangel Alpha-Project: Gabriel Reservoïr Chronicle. Fic ini pengganti My Guardian Angel, ya. Nanti silahkan mampir~. Sesuai namanya, Alpha-Project, artinya akan ada lebih dari satu fic yang akan ane update—tapi ga secara bersamaan :3 Kayaknya nanti ada 3, tapi ane ga tahu juga. *Author macam ava dirimu ini :'v *

Oh, iya, ane lupa, satu hal lagi sebelum kalian ngevacok ane, ane udah hadir di Wattpad! Yeay! Kali ini akun Wattpad ane bernama Rachel Rainata :3 dan sampai sekarang ane baru ngepublish 1 cerita yang berjudul—… *Suara drum* Love and Lies! Eh, judulnya emang biasa! Tapi ceritanya, wuih, lebih biasa lagi! *plakk* :v Kalo kalian ada waktu, pergunakanlah waktu kalian sebaik-baiknya untuk berbuat amal kebajikan didunia ini, salah satu caranya dengan mem-vote, me-like, comment, follow, dan subscribe—hoy—cerita ane, ya :'v

Okai, sekian dulu :3

Au revoìr!