True Love chapter 1 (Sekuel If a Little bit Sooner)

Disclaimer: Masashi Kishimoto

SasuNaru dengan orang ke tiganya Sai.

Perkenalkan, saya integraleksponen. Ini cerita saya, silahkan membaca dan enjoy:D

Banyak Typo!


Setelah ratusan tahun berlalu, Sasuke dan Naruto kembali lahir ke dunia. Mereka lahir di zaman yang sudah modern. Nama-nama desa yang merupakan desa dengan shinobi terkuat, hanyalah menjadi nama jalan. Banyak nama-nama tambahan yang dijadikan kota-kota besar di Jepang. Salah satunya adalah Tokyo. Banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi dibangun di pusat kota-kota besar.

Meskipun mereka lahir di zaman yang sangat maju, kehidupan mereka berdua tidak semulus apa yang diharapkan dan lahir di negara yang berbeda. Sasuke lahir dan dibesarkan di negara Swedia, sedangkan Naruto lahir dan dibesarkan di negara Jepang. Jarak jauh itu membuat mereka berdua belum dipertemukan oleh waktu

Ketika Naruto lahir, takdir menyuruh Naruto untuk menjadi seorang perempuan. Ciri fisik masih sama, mata bulat dengan warna biru yang elegan, rambut blonde yang cerah dan wajah manis dengan tiga garis di kedua pipi. Saat Naruto tumbuh, sifat dan karakter yang dimiliki Naruto juga masih sama. Seseorang yang selalu ceria meskipun dalam kondisi hati yang terluka dan pemaaf.

Naruto sudah menjalin hubungan dengan Sai selama 2 tahun lamanya. Naruto dan Sai mengenal satu sama lain ketika duduk di bangku kelas 3 SMP. Hal yang membuat mereka saling tertarik satu sama lain adalah kepribadian mereka. Sai melihat Naruto tidak hanya kuat karena merupakan ketua geng petarung perempuan, sifat baik hati, rendah hati, pemaaf, berani membela kebenaran, dan selalu ceria meskipun terluka, itu adalah sebuah hal yang sangat istimewa. Begitupun juga dengan Naruto.

Sai sangat gentle dan sabar terhadap kelakuan petakilannya Naruto. Sai juga selalu memaafkan apapun kesalahan yang dibuat oleh Naruto. Bagi Naruto, Sai adalah sosok yang sangat juga pacaran, pasti tidak terlepas dengan pikiran ingin bercinta di malam hari. Sai sengaja memakirkan mobil di pinggiran kota dekat hutan untuk menghindari keramaian, karena malam ini Sai ingin bercinta dengan Naruto. Tidak bisa dipungkiri jika Sai sangat menyukai dada Naruto yang montok dan berisi serta pinggang langsing Naruto yang dihiasi oleh bokong sempurna dan kaki jenjang.

Mobil bergoyang-goyang menandakan gerakan Sai dan Naruto yang liar. Dari luar memang tidak terdengar apapun tapi jika berada di dalam suara yang ditimbulkan sangatlah ramai. Ini bukanlah pertamakalinya Sai dan Naruto bercinta. Selama pacaran, hampir setiap malam ataupun suasana sangat sepi membuat mereka ingin bercinta. Kegiatan bercinta mereka malam ini sedikit berbeda karena Sai tidak memakai alat pelindung. Awalnya Naruto menolak karena itu berbahaya, tapi Sai memaksa. Sai meyakinkan Naruto jika dia tidak akan hamil sebelum umurnya 20 tahun. Karena di umur itu, Sai akan menikahi Naruto.

Tapi sayangnya, perkiraan Sai meleset. Naruto hamil ketika sebulan lagi akan menjalankan ujian kelulusan. Di kos-kosan kecil, Naruto berdiam diri di bangku toilet. Di pangkuannya, Naruto menggenggam alat tes kehamilan. Naruto tidak percaya dirinya akan hamil secepat ini. Wajah Naruto gelisah sekaligus ketakutan dan juga bingung. Naruto keluar dari kamar mandi untuk mengambil ponsel yang ada di kasurnya. Naruto mengetik nama Sai di kontak untuk dikirim pesan.

N: Sai, apa kau di rumah?

Naruto duduk di pinggir kasur dengan wajah gellisah sambil menunggu balesan dari pesannya Sai. Saat Sai membalas, perasaan Naruto senang tapi tidak berarti kejanggalan di hatinya hilang

Sai: Iya, kenapa?

N: Aku ingin bertemu denganmu

Sai: Kau merindukanku?;)

N: Hm.. Bisa kau bertemu denganku sekarang?

Sai: Tentu:). Di tempat biasa kan?

N: Iya..

Sai: Aku berangkat, sampai jumpa di taman Naruto :)

N: Sampai jumpa di taman..:)

Di taman, Naruto duduk semakin gelisah. Berkali-kali Naruto menghela nafasnya sambil memijit-mijit tangannya yang dilipat di pangkuan pahanya. Di tas kecil selempangnya, terdapat dompet, ponsel dan alat deteksi kehamilan. Naruto bolak balik menunduk melihat ke arah bawah dan ke arah tempat Sai akan datang nanti.

Mungkin sekitar 15 menit, Sai baru muncul. Naruto langsung berdiri, memberikan senyuman canggungnya. Sai masih belum menyadari ada keanehan di wajah Naruto dengan pelukan hangat dan ciuman pipi.

"Sai.." kata Naruto, suaranya pelan bercampur takut dan gelisah

"Kenapa?" tanya Sai, menyadari keanehan di ekspresi wajah Naruto.

"Saat lulus nanti...bisakah kita segera menikah?" tanya Naruto

"Heeey, apa kau sudah tidak sabar ingin menikahiku?" tanya Sai menggoda sambil mencubit gemas pipi Naruto. Naruto diam saja, padahal biasanya Naruto marah-marah karena tidak suka ada orang yang mencubit-cubit pipinya. Ini membuat Sai terheran. "Naruto, apa ada masalah?" tanya lembut Sai, kedua tangan Naruto digenggam oleh Sai

Naruto memandang kedua mata Sai dengan pandangan takut. "Sai...apa..kita tidak bisa menikah setelah lulus?" tanya Naruto lagi

"Maaf Naruto..tidak, kau tau kan, aku harus kuliah dulu sebelum aku menggantikan posisi ayahku" kata Sai menyesal

"Tidak apa-apa. Aku tidak masalah kau siapa, aku hanya ingin kita menikah setelah lulus!" kata Naruto, suaranya mulai terdengar mendesak Sai. Sai semakin terheran

"Naruto ada apa dengamu? Pasti terjadi sesuatu, iya kan?" tanya Sai, pipi Naruto dibelai lembut oleh Sai

"Sai...aku.." Naruto semakin ketakutan, keberanian Naruto untuk mengungkapkan hal ini, "Mengandung anakmu..." kata Naruto

"Apa?" kata Sai. Wajahnya melongo bercampur terkejut.

"Aku mengandung anakmu..maaf..aku tidak menyangka hal ini akan terjadi secepat ini.." kata Naruto. Sai langsung merasakan dirinya pecah berantakan tidak karuan. Ini seharusnya tidak terjadi, karena menurut penelitian hampir sebagian besar wanita akan hamil dalam kurun waktu lebih dari 2 tahun. Sai tidak bisa berpikir jernih, amburasut dan bleng. "Sai..tidak bisakah kau segera menikahiku..setidaknya aku ingin kau ada di sisiku saat aku melahirkan..tidak masalah aku sendiri di rumah, asalakan kau mau bertanggung jawab dulu.." kata Naruto, mulai membujuk Sai.

Sai diam saja. "Naruto.." kata Sai, kakinya mulai melangkah mundur. "Maaf...aku harus pergi" kata Sai, wajahnya bingung tidak karuan sambil pergi meninggalkan Naruto. Naruto sangat kecewa dan berusaha untuk mengejar Sai

"Sai tunggu! Sai!" Naruto berlari kecil ke arah Sai yang berjalan sangat cepat, "Sai!" Naruto menangkap tangan Sai sampai membuat kaki Sai berhenti melangkah, "Sai...kumohon jangan begini...jangan tinggalkan aku..kau harus tanggung jawab..aku tidak peduli atas hartamu, aku hanya ingin dirimu dulu...kumohon...dia membutuhkan seorang ayah.." kata Naruto membujuk, matanya mulai berkaca

Sai tidak tega tapi dirinya terlalu diliputi rasa bingung. Secara perlahan tapi memaksa, Sai melepaskan genggaman tangan Naruto yang erat di lengannya. "Maaf..."kata Sai bernada kecil. Sai buru-buru melangkah dan masuk ke mobilnya

"Sai..tidak..Sai!" kata Naruto segera mengejar Sai lagi. Naruto tidak menyerah untuk menghentikan Sai, tapi usaha Naruto gagal. Mobil Sai melaju kencang begitu saja, Naruto hanya bisa berdiam diri dengan perasaan terlukanya. Air mata menetes membasahi pipi. Naruto tidak mau mengambil kesimpulan terlalu cepat. Pasti Sai masih syok, jadi mungkin saat di sekolah Sai akan kembali normal dan bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat

xxxxx

Di hari Senin, saat di sekolah, Naruto dengan setia menunggu kedatangan Sai di gerbang. Naruto masih percaya jika Sai kemarin sore terlalu syok mendengar kabar kehamilan Naruto. Bolak balik melihat jam tangan, Naruto terus memandang arah biasa Sai datang. Wajah Naruto ceria saat melihat mobil Sai terparkir di sisi jalan. Tapi keceriaan itu menghilang ketika seorang gadis lain ikut turun dari mobil Sai.

Tangan Sai menggandeng akrab gadis tersebut, mereka berdua terlihat sangat dekat seperti orang baru pacaran. Naruto sangat hapal wajah setiap gadis di sekolahannya karena mereka selalu memperhatikan Naruto yang merupakan pacarnya Sai.

"Sai!" panggil Naruto, berlari kecil ke arah Sai. Wajah Sai tergambar tidak suka atas kehadiran Naruto, sementara wajah gadis itu terlihat cemas sekaligus ketakutan.

"Masuklah duluan" kata Sai, memberikan senyuman gentle yang biasanya hanya diberikan kepada Naruto. Gadis itu tersenyum kaku dan canggung yang disusul dengan tundukan kepala permisi sebelum melewati Naruto. "Naruto, kita bicara" kata Sai. Perasaan Naruto berubah menjadi sangat tidak enak

Di belakang sekolah, Sai menghadap Naruto dan langsung menatap matanya. Naruto telihat jelas sekali penasaran sekaligus takut terhadap suasanya canggung ini. "Naruto, hubungan kita berakhir" kata Sai

"Apa?"

"Aku tidak bisa bertanggung jawab. Kau tau sendiri bagaimana berbedanya status sosial kita. Jika kedua orangtuaku tau kau kuhamili, bencana besar akan terjadi. Aku tidak mau masalah menjadi rumit, maaf aku.." kata Sai menyesal. Naruto jelas sekali kecewa dan terluka. Kedua tangan Naruto terkepal erat-erat.

"Jadi...kau akan meninggalkanku?" kata Naruto, suaranya mulai bergetar dan matanya yang menatap Sai langsung berkaca-kaca

"Yeah..maaf..." kata Sai, berusaha untuk tidak bersikap dingin supaya Naruto bisa menerimanya dengan baik. Emosi Naruto sudah memuncak dan tanpa ada aba-aba Naruto langsung meninju wajah Sai keras-keras.

"Dasar pria brengsek tidak manusiawi pengecut hidung belang!" kata Naruto emosi. Sai diam saja, karena Sai tau hal ini akan terjadi. "Kau.."Naruto tidak terlalu sanggup untuk mengomel karena dadanya terlalu sesak dan rasa ingin menangis tidak terelakan. "Aku sangat membencimu!" kata Naruto berteriak emosi, mengeluarkan seluruh perasaannya lalu pergi sambil menitikan air mata

Sai membuka mulutnya untuk memanggil Naruto, tapi dia tidak melakukannya. Sai mempunyai alasan sendiri sehingga dirinya tega memperlakukan Naruto seperti ini.

Akibat dari ulahnya Sai, Naruto tidak kuliah. Naruto memilih membesarkan anaknya sendiri. Untung saja, ada Sakura. Sahabat kesayangannya semenjak Naruto masuk SMP. Biaya persalinan yang mahal dibantu oleh kedua orang tua Sakura yang simpati terhadap kondisi Naruto. Bisa dibilang, meskipun Naruto berada dalam kondisi buruk tapi Naruto masih mendapatkan pertolongan dari orang yang tulus.

Naruto sudah menjadi seorang ibu ketika umurnya 18 tahun. Naruto berusaha keras mencari pekerjaan sana sini untuk membiayai kehidupannya. Selain itu, Naruto juga diberikan sebuah kedai sederhana supaya Naruto bisa menambah uang untuk biaya keperluan anaknya yang semakin bertambah. Naruto awalnya menolak, karena ini terlalu banyak bagi dirinya. Tapi kedua orangtua Sakura memaksa. Kebaikan yang diberikan kepada Naruto memakan uang yang sangat besar, jadi Naruto bertekad jika setiap keuntungan kedainya, akan selalu dibagi dua untuk mengganti uang kedua orang tua Sakura.

Tidak terasa, 15 tahun berlalu. Anak Naruto sudah tumbuh dewasa. Anak Naruto lahir dalam kondisi wujud perempuan, dan diberikan nama oleh Naruto Kitsune.

Di SMA Konoha, Kitsune selalu dibully oleh teman-temannya karena tidak memiliki seorang ayah. Banyak yang menganggap Kitsune adalah anak pembawa sial karena tidak terikat dengan tali pernikahan. Gosip itu entah darimana teman-temannya dapatkan, membuat Kitsune malu dan membenci ibunya sendiri. Kitsune selalu marah-marah kepada Naruto, tapi Naruto tidak pernah memarahi balik Kitsune. Naruto mengerti bagaimana terlukanya Kitsune. Berkali-kali Kitsune menginginkan sosok ayah, tapi Naruto selalu menolak karena Naruto sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya asmara dan pria. Lebih tepatnya, Naruto sudah muak.

xxxxx

Sementara itu, dikamar yang sangat luas, lengkap dengan berbagai fasilitas, berdiri sosok lelaki tampan sedang berkaca untuk mengancingkan kemejanya. Dua buah kancing dari atas dibiarkan terbuka karena itu merupakan gayanya. Lalu pria tampan ini memakai jas abu-abunya. Sedikit menyisir rambutnya yang jatuh dan hitam pekat. Tidak diduga lagi, sosok ini adalah Sasuke Uchiha.

Sasuke setelah mengambil tas, kaki Sasuke melangkah keluar kamar dan segera menuju ruang makan. Perlu melewati beberapa anak tangga karena ruang makan berada di lantai satu. Di ruang makan, Itachi Uchiha sudah duduk sambil memegang gadgetnya. "Pagi Sasuke" sapa Itachi melihat Sasuke ketika mendengar suara tarikan bangku makan.

"Yeah, pagi kak" kata Sasuke. Sebuah roti berselai yang sudah dipotong diagonal oleh koki rumah segera Sasuke makan menggunakan garpu dan pisau.

Setelah sarapan, Sasuke segera masuk ke mobil yang sudah dipanaskan oleh supirnya. "Aku menyetir pak, berikan kuncinya padaku" kata Sasuke, sedang dalam mood untuk menyetir sendiri. Supir Sasuke yang bernama Danzo segera memberikan kunci

Mobil melaju kencang di jalan karena mengejar waktu. Sasuke berprofesi sebagai produser yang sekaligus merupakan guru Bahasa Inggris di sekolah. Telujuk Sasuke mengetuk-ngetuk setir mobil karena waktu yang digunakan untuk menunggu lampu kendaraan menyala terlalu lama. Sasuke melihat jam, bertanya-tanya sekaligus menggerutu kapan para penjalan kaki yang menyebrang ini habis.

Sementara itu, di rumah, Naruto menyiapkan bekal untuk Kitsune. "Kitsune, bekalnya belum dibawa" kata Naruto, segera menghampiri Kitsune sambil membawa bekalnya kepada Kitsune yang sudah berada di ambang pintu

"Aku tidak mau bu. Percuma" kata Kitsune dingin

"Tapi ibu sudah menyiapkannya untukmu" kata Naruto

"Yasudah ibu makan saja. Aku berangkat" Kitsune pergi meninggalkan rumah kontrakan sederhana itu dengan ekspresi dingin. Naruto menghela nafasnya. Padahal Naruto sudah rela bangun jam 4 pagi hanya untuk menyiapkan menu sarapan Kitsune. Kotak makan siang itu akhirnya Naruto makan sendiri sebagai sarapannya.

Setelah mandi dan bersiap-siap, Naruto pergi untuk bekerja part time di salah satu restoran tengah kota. Hanya kaos sederhana yang didobel jaket lepis sederhana, celana bahan yang gombreng berwarna kulit dan sepatu selop sederhana. Rambut yang hanya dikucir pembantu. Naruto yakin jika dirinya sudah terlihat seperti ibu-ibu. Tapi entah mengapa, setiap orang yang berpapasan padanya selalu beranggapan bahwa Naruto masih SMA.

Di pertigaan, Naruto bertemu dengan seorang pria mesum yang tiba-tiba menggoda Naruto. "Heeeey manis, kau sendirian saja. Mau ikut denganku?" goda pria itu. Naruto memberikan tampang geli

"Minggir, aku buru-buru!" kata Naruto jutek. Saat Naruto melewati pria itu, lengan Naruto ditarik dan dibuat masuk ke dalam pelukan pria mesum itu.

"Yaampun, manis-manis kok galak. Tapi tidak apa-apa, itu membuatku semakin tertarik padamu" kata pria itu, mulai mengelus-elus genit pipi Naruto. Naruto tanpa ragu-ragu lagi menginjak kaki pria itu keras-keras lalu meninju wajahnya, lalu perutnya lalu junionya tanpa jeda.

"Hey, dengar ya kau pria mesum!, aku tidak tertarik dengan godaanmu itu. Kalau mau bersenang-senang carilah wanita yang lebih cocok. Kusarankan, kau masuk saja ke diskotik, itu adalah surga bagimu" kata Naruto, judes lalu menginjak loncat ke punggung pria itu untuk menambah deritanya.

"Ugh!" Pria itu merasakan sakit yang sangat luar biasa. Tidak disangka, tenaga gadis itu sangatlah kuat. Padahal tubuh gadis itu bisa dibilang lumayan mungil.

Pagi ini sepertinya adalah hari kesialan bagi Naruto. Baru saja tadi Naruto di godai oleh pria mesum sekarang Naruto mendapat perlakuan pelecehan seksual. Pria misterius yang entah sejak kapan berjalan di belakang Naruto, mencolek bokong Naruto lalu kabur begitu saja. "Brengsek! Hey kau! Berhenti!" Naruto jelas tidak terima dan emosi

Naruto mengejar pria mesum itu, kecepatan lari Naruto lumayan tinggi. "Hey! Mati kau kutangkap! Pria mesum berhenti kau brengsek!" teriak Naruto. Pria itu berbelok ke sana sini dan Naruto pun dengan lincah mengikuti gerak-gerik pria itu. Naruto meskipun berlari sangat jauh dan lama, tidak membuat Naruto kehabisan tenaga karena berambisius untuk membuat pria kurang ajar itu babak belur di tempat

Selintas pikiran cerdik, membuat Naruto mengambil sebuah sebuah batu untuk langsung dilemparkan ke kepala pria itu. Tidak peduli mau berdarah atau apa, asalkan tidak mati itu tidak masalah bagi Naruto. "Makan ini pria kurang ajar!" kata Naruto melempar batu pungutannya itu. Tapi pria itu ternyata tidak kalah cerdiknya. Pria itu reflek menghindar dan membuat batu itu mengenai kaca mobil Sasuke

Brak! Untung saja tidak tembus, jika iya maka kepala Sasuke mungkin sudah terluka. Sasuke jelas sangat terkejut dan murka melihat kaca pintunya itu rusak parah. Sasuke buru-buru melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil

Pria mesum itu tersenyum kemenangan dan melesat cepat kabur dari pandangan Naruto. "Hey! Brengsek kau! Hey!" Naruto berteriak-teriak sampai mendapat perhatian penuh semua orang. Tapi itu tidak berpengaruh. Naruto memandang benci pria kurang ajar yang sedang melarikan diri, lalu terpusat perhatiannya pada pria yang berdiri di depan sana, memandang Naruto sangat tajam dan marah.

Naruto memasang wajah eskpresi menyesal tapi juga kesal. Di lihat dari pakaian orang itu, terbaca jelas kedudukannya bukanlah orang biasa. Apalagi mobil mewahnya itu. Naruto benar-benar sial hari ini.

"Sedang apa kau di situ? Cepat kemari" kata Sasuke memerintah. Naruto semakin down, nada yang dikeluarkan oleh pria itu sangat menakutkan. "Kau tuli? Kubilang, kemari" kata Sasuke lagi, penekanan nada yang sangat jelas. Naruto menarik napasnya untuk mengumpulkan keberanian menghadapi pria menakutkan itu. "Apa kau mengerti hal yang telah kau lakukan?" tanya tajam Sasuke.

"Iya aku mengerti, maafkan saya Tuan" kata Naruto membungkuk minta maaf, "Saya tidak berniat untuk merusak kaca mobil Anda, tadi lemparan batu itu untuk orang yang kurang ajar melakukan pelecehan terhadap saya. Saya benar-benar minta maaf, tolong maafkan saya, maafkan saya" kata Naruto sambil membungkuk menyesal dua kali

"Hanya maaf?" tanya dingin kesal Sasuke, sebelah tangannya di masukan ke dalam saku celanya. Naruto memasang wajah kesal sekaligus menyesal. Pandangan Naruto ngeri sendiri melihat kaca mobil mewah ini rusah terlalu parah.

"Astaga parah sekali itu.." gumam Naruto menyesal sekaligus kesal. Naruto melihat kembali wajah pria pemilik mobil itu, sangat menyeramkan ekspresi dingin dan tatapan matanya yang tajam tersebut. "Tuan, kira-kira berapa biaya yang harus saya ganti?" tanya Naruto

"Mengganti?" kata Sasuke, seolah kalimat Naruto adalah sebuah kesalahan, "Kau pikir biaya pembetulan kaca mobilku sangat murah? Uang jajanmu itu tidak cukup untuk mengganti kaca mobilku" kata Sasuke kesal. Naruto berpikir heran

'Uang jajan?'

"Hey anak SMA, kenapa kau selalu menyusahkan kedua orangtuamu. Bukannya kau sekolah malah membuat masalah. Gara-gara dirimu aku sekarang jadi terlambat" kata Sasuke mengomel. Naruto beranggapan bahwa pria ini salah tafsiran

"Permisi Tuan, saya bukan anak SMA. Saya sudah ibu-ibu" kata Naruto

"Lihat lihat, kau bahkan mencoba untuk membohongiku" kata Sasuke, melihat Naruto atas bawah dengan sinis, "Kau pikir aku orang bodoh? Perbedaan mana anak pelajar dan bukan pelajar itu sangat di jelas di mataku. Apa yang sebenarnya telah diajarkan oleh kedua orangtuamu. Dasar pembawa masalah" kata Sasuke menghina Naruto. Naruto jelas kesal karena semua ucapan Sasuke tidak benar. "Beritahukan aku nomor kedua orangtuamu, aku kan meminta pertanggungjawaban terhadap mereka" kata Sasuke sambil mengeluarkan ponselnya

"Tuan. Saya ini bukan anak SMA" kata Naruto memberi penekanan nada

"Apa kau mau aku adukan ke polisi?" ancam Sasuke. Naruto mendesis kesal, tas selempang kecilnya Naruto rogoh untuk mengambil dompetnya. Naruto langsung mengeluarkan KTP untuk diserahkan kepada Sasuke.

"Ini lihat! Aku ini bukan anak SMA!" gerutu kesal Naruto sampai berbicara informal. Sasuke mengambil KTP Naruto dengan kasar, saat dilihat ucapan gadis ah bukan, wanita manis ini benar. Tahun kelahirannya sama dengan tahun kelahiran Sasuke, hanya saja berbeda bulan dan tanggal. "Aku tidak berbohong kan? Wajahku memang seperti ini, jadi tolong jangan menghinaku! Apalagi kedua orangtuaku!" kata Naruto kesal. 'Aku bahkan tidak tau siapa kedua orangtuaku' pikir Naruto, selintas sedih

"Lalu bagaimana kau akan menggantinya?" tanya Sasuke. Naruto semakin kesal karena orang ini tidak ada rasa bersalah saat mengetahui kebenarannya.

'Astaga, bukannya minta maaf. Benar-benar!' pikir kesal Naruto. Naruto mengambil ponselnya, masuk ke dalam sebuah note, "Tuliskan rekening Tuan, nanti uangnya saya transfer. Tapi tidak bisa hari ini langsung lunas, Tuan lihat sendiri kan bagaimana penampilan Saya. Mungkin memakan waktu lama tapi Saya tetap akan membayarnya, dan juga nama rekening nanti bukan atas nama Saya, tapi nama teman Saya" kata Naruto, menahan emosi berusaha untuk bersikap sopan sambil menyerahkan ponselnya

"Kenapa?" tanya Sasuke

"Saya tidak sanggup membayar bunganya" kata Naruto

Sasuke memandang wajah Naruto, ekspresinya cemberut, Sasuke tidak mengerti kenapa perasaannya sangat senang melihat wajah wanita baby face ini dan merasa telah bertemu sebelumnya. Tanpa berbicara sepatah katapun, Sasuke mengambil ponsel Naruto dan mengetikan nomor rekeningnya. Setelah mengembalikan ponselnya, Sasuke langsung masuk ke mobil tapi Naruto malah memanggil-manggil dirinya

"Tuan tungggu dulu! Tuan hey!" kata Naruto, mau mengetuk-ngetuk pintu kaca tapi takut semakin parah. Jadi hanya berteriak-teriak saja. Sasuke membuka pintu mobilnya

"Apalagi?" tanya Sasuke dingin

"KTP saya Tuan jangan dibawa!" kata Naruto, mengadahkan tangannya

"Itu jaminan. Jika kau melarikan diri, aku bisa menuntutmu" kata Sasuke langsung menutup mobil. Lampu sudah menyala dan Sasuke langsung mempersiapkan diri untuk melajukan mobilnya kembali.

"Apa? Tapi Tuan itu-hey! Tuan! Tuan! Hey!" Naruto berteriak-teriak memanggil Sasuke, tapi mobil sedan hitam itu keburu menjauh. "Aaah benar-benar! Orang itu sangat menyebalkan sekali! Hih!" Naruto menggerutu-gerutu kesal. Tangannya melayang ke udara seolah ingin meninju seseorang. Naruto yakin, dirinya harus bekerja lebih ekstra lagi karena tagihan pembetulan kaca mobil itu tidak akan cukup jika Naruto menjual kedainya sekalipun.

xxxxx

Di bandara, seorang presdir tampan telah disambut kedatangannya oleh sekelompok penjaga. Presdir ini berambut merah, berjas silver dan memakai kacamata hitam elegan. Presdir ini menyerahkan kopernya untuk dibawakan oleh penjaganya dan langsung menuju mobil. Di antara para penjaga itu, terdapat sekertarisnya yang berambut oranye. "Sebutkan kegiatan hari ini" kata presdir itu kepada sekertarisnya sambil berjalan ke arah mobil

"Jam 9 sampai jam 11 siang Anda mengadakan pertemuan dengan Tuan Presdir Itachi Uchiha untuk membicarakan masalah proyek pembangunan baru, lalu di jam 1 siang nanti Tuan akan ada acara meeting yang membahas tentang pembelian saham di negara tetangga, lalu di jam 4 sore Tuan diundang untuk datang ke pesta pembukaan musium galeri lukisan di pusat Tokyo, lalu jam 8 malam Tuan akan menghadiri pesta pertemuan antar presdir di kediaman Uchiha" kata sekertaris presdir rambut merah itu, Juugo.

Presdir tampan itu diam saja. Setelah masuk ke mobil dengan dibukakan pintu oleh sang supir.

Sementara itu, Naruto tiba di tempat kerja part timenya langsung disambut geram oleh managernya, Genma. "Apa kau ini jam berapa?" kata Genma kesal. Genma duduk di kursinya sambil melipat kedua tangannya, Naruto hanya berdiri menyesal di hadapan Genma. "Maaf manager, saya tadi ada penghalang, jadinya terlambat" kata Naruto, memasang wajah menyesalnya.

"Aku tidak peduli. Mau ada penghalang ataupun bencana alam, kau harus datang tepat waktu. Tiga puluh menit kamu terlambat, kamu kira restoran ini milik nenek moyangmu?!" kata Genma, emosi yang dia tahan dikeluarkan. Naruto menunduk sampai kedua bahunya loncat karena terkejut dengan nada emosi managernya. Di belakang pintu sana, karyawan yang lainnya tertawa-tawa melihat Naruto kena omelan. Maklum, iri dengan paras Naruto. "Gajimu kupotong 30 persen. Kembali bekerja sekarang" kata managernya lagi, mengusir Naruto dengan kibasan tangannya .

"Manager itu kebanyakan!" kata Naruto protes, "Gaji saya kan tidak terlalu banyak dan lagi pula belum ada pelanggan yang datang!" kata protes Naruto

"Peraturan nomor 1, setiap karyawan yang terlambat satu menit, maka gaji akan dipotong satu persen. Kurasa itu sangat jelas" kata Genma

"Tapi manager Saya kan-"

"Baiklah. Kau baru gajian bulan depan" kata Genma, kembali fokus pada kerjaannya sendiri

"Setuju tiga puluh persen!" kata Naruto, kembali berambisius. "Manager, saya setuju. Kalau begitu, saya akan kembali bekerja. Maaf manager atas keterlambatan saya! Saya permisi!" kata Naruto berbicara seperti di kejar anjing dan membungkuk dua kali. Genma menggeleng-gelengkan kepalanya. Jika karena bukan parasnya yang indah, Genma mungkin sudah memecat Naruto lama karena dia selalu protes jika gajinya dipotong. Padahal sudah tau dia membuat sebuah kesalahan.

Sambil mengelap meja, Naruto menggerutu dalam pikirannya. Wajahnya juga cemberut. 'Menyebalkan menyebalkan menyebalkan! Kenapa aku hari ini begitu sial! Gara-gara si penagih utang itu dan para pria mesum itu, gajiku jadi di potong! Benar-benar menyebalkan! Awas saja mereka, jika aku sudah banyak uang, kubalas perbuatan mereka! Arrghhh! Sial sial sial!' gerakan Naruto mengelap meja begitu cepat dan penuh dengan tenaga, wajahnya semakin cemberut dan mencibir kesal tidak karuan.

Sementara itu, Sasuke harus pergi ke tempat mengajarnya menggunakan taksi karena mobilnya langsung di bawa ke bengkel. Inilah yang Sasuke benci dari menggunakan kendaraan umum, melaju tidak secepat Sasuke, padahal Sasuke sedang mengejar waktu. Pandangan Sasuke yang melihat jalanan, teringat sosok wanita baby face itu lagi. Sasuke merogoh saku jasnya yang dibagian dalam untuk mengambil KTP wanita itu.

Namanya Naruto Uzumaki, lahir tanggal 10 Oktober 1984 di kota Shibuya. Wajahnya tersenyum manis dalam KTP. Sasuke berpikir, sepertinya wajah ini pernah Sasuke lihat sebelumnya. Hanya Sasuke tidak ingat kapan dan dimana. Sasuke tidak tau perasaan apa ini tapi wajah ini seolah membuat Sasuke terus memikirkannya.

Xxxxx

Di kantor, jemari Sakura sibuk mengetik karena tuntuan pekerjaannya yang sebagai sekertaris produser, Sasuke Uchiha. Di kala kesibukan Sakura, Sakura mengingat jika dia mendapat undangan untuk pergi ke acara pesta pembukaan musium lukisan. Tiket sudah ada di tangan Sakura. Sakura berniat akan mengajak Naruto ke pesta tersebut karena Naruto sangat suka melihat lukisan.

Sakura mengambil ponselnya yang tergeletak di dekat laptopnya, memencet kontak Naruto untuk dipanggil. "Sakura-chan? Kenapa?" tanya Naruto di sebrang sana

"Naruto, apa malam ini kau mau tutup sehari kedaimu?" tanya Sakura

"Kenapa memangnya?" tanya Naruto lagi

"Aku ada tiket untuk acara pesta pembukaan musium baru, itu musium lukisan, aku ingin mengajakmu" kata Sakura

"Tapi aku tidak bisa...aku terlibat hutang dengan seseorang.." kata Naruto bersedih

"Hutang? Ke siapa?" tanya Sakura terkejut

"Entahlah..aku tidak tau namanya, tapi sepertinya dia orang kaya. Mobil kacanya hampir pecah gara-gara lemparan batuku yang seharusnya mengenai targetku.."

"Yaampun Naruto. Kau masih saja berbuat nekat" kata Sakura, berucap lelah karena Naruto masih tidak berubah

"Maaf..." kata Naruto, suaranya semakin terdengar menyesal

"Akan kubantu kalau gitu, berapa memangnya?" tanya Sakura

"Tidak! Tidak! Jangan membantuku lagi, nanti aku semakin kebingungan bagaimana membayarnya"

"Tidak perlu dibayar, aku tulus membantumu"

"Tetap saja jangaaaaan, ayolaaah, lagipula aku nanti mau meminjam rekeningmu untuk mentransfer uang gantinya"

"Baiklah jika itu maumu, tapi bisakah kau menutup sehari saja? Aku sudah membelikan tiket untukmu"

"Hmmm.." Naruto diam sesaat, sepertinya Naruto sedang memikirkan ucapan Sakura, "Baiklah aku ikut. Tapi pakaianku sederhana tidak apa-apa kan? Maksudku tidak memakai gaun"

"Jangan khawatir, aku sudah membelikanmu gaun. Nanti sore aku ke rumahmu"

"Aku merepotkanmu lagi kan..."

"Repot apanya, kita kan sahabat. Kau sudah kuanggap saudaraku sendiri Naruto, santai saja"

"Sakura-chan...aku sangat menyayangimu.." kata Naruto, mulai dengan suara rengekan memuji khasnya,

"Haha sudahlah, aku kembali bekerja ya Naruto"

"Hm! Semangat Sakura-chan!"

"Kau juga, daah"

"Daaaah!"

xxxxx

Di sekolah,saat istirahat Kitsune duduk tenang memandang jendela, tiba-tiba dua orang gadis tukang bully menyeret Kitsune secara paksa. "Hey lepaskan aku! Hey apa-apaan ini! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Kitsune berusaha sekeras mungkin untuk melepaskan diri, tapi genggakan kedua anak tersebut terlalu kuat. Kitsune dibawa ke belakang sekolah, lalu tubuh Kitsune dibuat berlutut paksa di hadapan Kurotsuchi, ketua geng Bully. Kitsune memandang benci Kurotsuchi, sementara Kurotsuchi memasang senyum evil

"Jangan memandangku seperti itu, itu tampak sangat menyedihkan bagimu" kata Kurotsuchi tetap tesenyum evil dan menghina

"Lepaskan aku! Brengsek!" kata Kitsune memberontak, tapi usahanya sia-sia.

"Ooooh..lihatlah wajah manis ini...penuuuh dengan penderitaan. Aku sangat simpati padamu" kata Kurotsuchi menghina evil. Kitsune diam saja dan semakin memberikan wajah kebencian. "Teman-teman, ayo berikan dia rasa simpati kita" kata Kitsune tersenyum evil. Lalu plok plok plok. Kedua teman Kurotsuchi itu melemparkan telur busuk ke kepala Kitsune.

Tidak hanya itu, Kurotsuchi juga menaburkan susu basi dan tepung ke kepala Kitsune. Tubuh Kitsune sangat bau dan menjijikan. "Euuwwhhh...kau terlihat saaaaangat mempesona" kata Tarui, menghina keterlaluan

"Kitsune, kau tau, terkadang kau sangat cocok berpenampilan seperti ini" kata Fu menghina keterlaluan juga

"Teman-teman ayo kita pergi, aku lapar" kata Kurotsuchi

"Ayo, aku juga lapar. Hey bagaimana kalau kita pesan saja?" kata Fu

"Ide yang bagus, ayoayo!" kata Tarui.

Mereka bertiga pergi meninggalkan Kitsune begitu saja. Mereka bertiga tertawa-tawa seolah tidak ada yang terjadi. Mereka bertiga mengabaikan Kitsune yang terluka sampai kedua tangannya mengepal erat-erat. Tubuh Kitsune hanya berlutut membeku dengan perasaan kesalnya. Air mata yang tidak tertahankan berhasil menjebol keluar. Tidak ada yang menolong Kitsune ataupun peduli padanya.

Sampai sore menjelang, Naruto yang sudah bersiap akan pergi ke pesta bersama Sakura, mendapat perasaan khawatir karena Kitsune belum pulang juga. Biasanya selambat-lambatnya Kitsune, jam 4 sore sudah ada di rumah. Naruto mengirim pesan tidak dibalas dan menelponpun tidak diangkat. Sampai mungkin ke 20 kalinya, Kitsune baru mengangkat telpon. "Kitsune kau dimana huh?! Apa kau terluka?!" tanya panik Naruto

"Aku baik"

"Kau yakin? Tapi kenapa kau belum pulang?" tanya Naruto lagi

"Sedang dalam perjalanan"

"Begitu? Kitsune..kau darimana saja..ibu sangat khawatir padamu.." kata Naruto

"Maaf"

"Baiklah..jika kau memang baik-baik saja, ibu akan pergi bersama kak Sakura, mungkin pulangnya agak malam, ibu sudah menyiapkan makan malam dan cemilan untukmu" kata Naruto

"Yeah"

"Ibu berangkat ya, hati-hati dirumah, kunci pintu, ibu membawa kunci cadangan"

"Yeah"

"Ibu tutup ya"

"Yeah" tututututut. Komunikasi terputus. Naruto menghela nafasnya, Kitsune benar-benar sangat dingin. Sakura yang duduk di sofa, mendengarkan percakapan ibu anak tersebut, merasa ikut bersedih. Mungkin jika Sakura berada di posisi Naruto, Sakura pasti akan mengeluarkan ekspresi terluka seperti Naruto.

"Apa kau masih tidak mau move on..?" tanya lembut Sakura

"Kita berangkat, ayo" kata Naruto, mengalihkan pembicaraan dan memaksakan dirinya tersenyum. Sudah lebih dari 10 tahun Sakura bersama dengan Naruto, jadi Sakura sangat paham bagaimana kerasnya usaha Naruto untuk menutupi perasaan aslinya dengan sebuah senyuman. Sakura yakin, dia tidak akan pernah bisa melakukan hal seberat ini.

Saat sampai di pesta, Naruto melongo sendiri. Para undangan yang datang merupakan orang-orang perpangkat tinggi semua. Termasuk orang-orang yang berasal dari luar negri. Naruto tidak menyangka jika kenalan Sakura mayoritas adalah seseorang yang berperan penting dalan dunia industri Jepang. Bahkan ada yang merupakan bangsawan dari negara-negara kerajaan seperti Inggris.

Naruto diperkenalkan oleh Sakura, hanya bisa menjawab seadanya. Apapun yang diperbincangkan, Naruto hanya bisa diam tersenyum. Semua topik ini tidak nyambung terhadap Naruto. Mungkin hanya Naruto satu-satunya tamu yang tamatan SMA dan merupakan orang asing yang hanya dikenal oleh Sakura

Lalu presdir yang berambut merah tampan datang. Presdir ini jabatan tangan sana sini karena dia untuk pertamakalinya datang ke Jepang. "Tuan Kuramaaa, apa kabar"

"Kau terlihat sehat, selamat datang di Jepang"

"Yeah, terimakasih" kata Kurama. Banyak yang menyambut Kurama. Kurama sempat tersentak ketika melihat seorang wanita berjalan melewatinya memakai sebuah kalung Kristal biru yang sesuai dengan warna bola matanya. Reflek Kurama menangkap lengan Wanita itu. Saat di lihat keseluruhan, pipi wanita itu terdapat tiga garis seperti kumis.

"Maaf? Tuan?" kata wanita itu. Suaranya serak-serak seksi.

"Kau..." Kurama memandang kedua bola mata biru itu dalam-dalam

"Ya?" kata Naruto, bingung tiba-tiba seorang pria tak dikenal menangkap lengannya dan bersikap seolah pernah melihat Naruto sebelumnya

"Kalung itu...darimana kau dapatkan?" tanya Kurama

"Kalungku?" gumam Naruto bingung, "Dari mendiang kakekku" kata Naruto jujur

"Kakekmu?" kata Kurama, sebuah kesimpulan yang sudah lama dicari oleh Kurama mulau menunjukan tanda-tandanya, "Siapa? Siapa nama kakekmu?" tanya Kurama mendesak, itu membuat Naruto semakin bingung dan heran

"Jiraya" kata Naruto jujur. Cengkraman tangan Kurama melemah dan semakin lama terlepas. Ekspresinya kecewa karena hasil akhir tidak mengarah pada kesimpulan di otaknya. "Ada apa Tuan?" tanya Naruto lagi, Naruto berharap dia tidak membuat sebuah kesalahan yang terlupakan atau tidak disadari kepada orang ini. Sudah cukup dengan orang berwajah dingin tadi pagi.

"Tidak..maaf, aku salah orang" kata Kurama. Nadanya melesu dan terdengar putus asa. Naruto tidak mengerti apapun, jadi Naruto tidak terlalu penasaran.

"Kalau begitu saya permisi" kata Naruto, membungkuk hormat sebelum pergi meninggalkan Kurama. Kurama terus memperhatikan Naruto. Wajahnya sangat mirip dan kalung itu, tapi satu orang berbeda nama. Jika seandainya saja satu orang itu mempunyai nama yang sama, sudah dipastikan, wanita itu adalah orang yang dicari oleh Kurama selama ini

Naruto kembali menikmati dirinya sendiri sambil melihat-lihat lukisan yang terpajang. Naruto tidak bisa bertahan lama-lama di dekat Sakura karena Sakura bergabung dengan teman-teman kuliahannya yang menjabat profesi tinggi semua. Naruto tidak bisa melukis, tapi anehnya Naruto bisa membaca arti sebuah lukisan.

Sebuah lukisan abstrak, menarik perhatian Naruto. DI lukisan itu, tersirat sebuah cerita yang menyedihkan. Sepasang kekasih yang saling jatuh cinta, tidak bisa bersatu karena takdir belum mengizinkan mereka bersatu. Mereka menyadari cinta mereka masing-masing di waktu yang sangat terlambat. Perasaan Naruto, mengatakan bahwa lukisan ini mungkin tidak berbeda jauh dengan apa yang Naruto alami. Sai, apa memang bukan takdirnya atau memang takdir Naruto menjadi single mom, tidak ada yang Naruto pahami.

"Astaga, aku baru tau ada seorang kalangan ekonomi rendah bisa masuk ke pesta ini"

Suara itu sangat dikenal oleh Naruto. Ketika Naruto berbalik badan, orang bertampang wajah dingin itu telah berdiri di belakangnya. Naruto jelas terkejut. "Ke-Kenapa kau bisa di sini?" tanya Naruto terbata-bata karena saking terkejutnya. Kaki Sasuke maju satu langkah, itu membuat kaki Naruto mundur mundur.

"Bayar utangmu, Nyonya pengutang" kata Sasuke menagih, nadanya sangat sombong dan merendahkan Naruto

"Apa?!" kata Naruto meledak emosi, "Hey Tuan, apa Anda tadi barusan memanggil saya Nyonya pengutang?" kata Naruto geram

"Yeah, kenapa? Tidak suka?" tanya Sasuke seenak jidat

"Aku bukan pengutang!" kata Naruto, "Dengar ya Tuan penyita KTP! Aku ke sini itu diundang, bukan atas kemauanku! Aku ini lebih sibuk daripada dirimu!"

"Penyita KTP? Nyonya pengutang, hati-hati dengan bicara Anda. Saya menjebloskan Anda ke penjara atas kasus pencemaran nama baik" kata Sasuke ikutan kesal, tapi nadanya masih terkontrol

"Hah!. Adukan saja, aku tidak takut. Justru kaulah yang kujebloskan ke penjara karena mengancam seorang wanita sampai menyita KTPnya!" kata Naruto. Asli, wanita ini sangat menyebalkan bagi Sasuke. Mereka saling memberikan pandangan benci sekaligus kesal. Kepala Naruto yang terdongak karena kalah tinggi dengan Naruto, terlihat seolah menantang Sasuke terang-terangan.

Di kejauhan, sosok Sai memperhatikan Naruto dan Sasuke. Terlihat gambaran ekspresi tidak suka dengan Sasuke yang jelas-jelas mengejek Naruto untuk mendapatkan perhatiannya, walaupun bukan dalam cara yang benar.

Sudah jam 9 malam, Naruto menemani Sakura. Saat mau pulang, Sakura masih diajak teman satu kampusnya untuk main, jadi tidak ada pilihan Naruto pulang sendiri naik bis. Saat keluar musium, suasana sudah gerimis. Naruto harus mencopos sepatu hak tingginya karena tidak kuat lama-lama memakai sepatu berhak tinggi. Naruto menyeker di sepanjang jalan dan menunggu kedatangan bis di halte.

Hujan yang mengguyur semakin lama menjadi deras. Bis yang mengarah ke daerah perumahannya belum kunjung datang. Udara semakin dingin. Sambil menjinjing sepatu haknya, Naruto mengusap-ngusap tubuhnya sendiri karena Naruto mulai kedinginan. Di kejauhan, terparkir mobil sedan putih. Di dalam mobil tersebut duduk Sai yang memperhatikan Naruto. Sai tidak turun, karena Naruto yakin jika dirinya muncul di hadapan Naruto, Sai akan ditendang dan diusir mentah-mentah. Lebih baik memperhatikan daripada membuat Naruto merasakan kembali luka yang telah dibuat olehnya.

Di hadapan Naruto, mobil terparkir. Sosok Sasuke datang sambil membawa payung. Naruto kebingungan dan heran kenapa tuan penyita KTP ini tiba-tiba mendekati dirinya. Jas yang dipakai Sasuke, dilepas untuk diselimuti ke tubuh Naruto. "Hey apa-apaan ini?" protes Naruto. Sasuke mengabaikannya, segera mengambil payung dan merangkul Naruto untuk masuk ke dalam mobilnya

Setelah memastikan Naruto masuk, baru Sasuke masuk dan bersiap untuk menjalankan mobilnya. Di belakang, Sai juga ikut-ikutan menjalan mobilnya, alias membuntuti kemana Sasuke pergi.

"Hey Tuan penyita KTP, kenapa kau tiba-tiba menyuruhku masuk ke mobilmu?" tanya Naruto heran

"Apa IQ-mu itu rendah? Cuaca malam ini buruk dan kau wanita" kata Sasuke. Naruto mencibir kesal

"Maksudmu, bahaya gitu jika seorang wanita, sendirian di malam hari yang hujan deras?" tanya Naruto geram

"Sudah tau mengapa bertanya kembali" kata Sasuke. Ekspresinya benar-benar dingin dan cuek, dirinya tetap fokus menyetir di hujan yang semakin lebat dengan petir dan angin yang mulai datang. Naruto berdecih sebal

"Dengar ya Tuan penyita KTP, aku ini tidak lemah. Jangan meremehkanku!" kata Naruto kesal

"Ya ya ya kau sangat kuat" kata Sasuke, sama sekali tidak terdengar memuji, tapi menyindir secara tidak langsung. Naruto semakin kesal, tangannya gatal sekali untuk meninju wajah dingin itu. Tapi Naruto sadar jika dirinya sedang di tolong dan dia khawatir terhadap Naruto. Niatnya sih baik, cuman sikap dan ucapannya benar-benar bikin emosi naik.

Duar!. Naruto tiba-tiba memeluk lengan Sasuke yang menyetir karena takut pada petir. Angin sangat kencang dan petir dimana-mana. Sasuke memutuskan untuk menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sudah sepi demi keselamatan. Mobil Sasuke matikan, tapi Naruto masih memeluk lengan Sasuke. "Lepaskan lenganku!" kata Sasuke menepis pelukan Naruto sampai terhempas ke belakang.

"Hih!" Naruto hanya berhih kesal, tapi dirinya diperosotkan karena sangat takut dengan petir dan angin. Wajahnya ketakutan dan gelisah. Naruto berdoa semoga Kitsune baik-baik saja dirumah.

"Kau takut petir?" tanya Sasuke

"Hm..dari kecil.." kata Naruto terus memandang takut kaca mobil yang menampilkan kilatan petir. Perilaku Naruto mengingatkan cinta pertamanya dulu yang sudah meninggal. Gadis kecil itu juga takut dengan petir. Dia selalu memeluk Sasuke ketika Sasuke datang di kala petir yang menggelegar. Sayangnya, gadis itu mengalami kejadian yang mengerikan dan meninggal karena Sasuke gagal melindunginya. Selintas, Sasuke teringat gadis kecil itu dan merindukannya. Mungkin, jika masih hidup dia seumuran dengan Naruto.

Lima belas menit kemudian, Naruto mulai mengusap-ngusap tubuhnya. Kedinginan. Sasuke berinisiatif, mengambil sebuah selimut di bangku belakang lalu menyelimuti tubuh Naruto. Naruto terkejut sekaligus canggung karena Sasuke sangat dekat terhadap wajahnya. Ketika wajah mereka bertemu satu sama lain, mereka saling merasakan nafas satu sama lain. Mata mereka terjebak dalam percakapan khusus yang hanya dipahami oleh jantung mereka yang berdebar-debar.

Pandangan Sasuke teralihkan ke bibir Naruto. Lumayan lama, sekitar beberapa detik bibir itu dipandang sebelum kembali melihat mata biru Naruto. Mungkin perasaan pria, Sasuke ingin sekali merasakan bibir pink tersebut. Kepala Sasuke bergerak miring mendekat perlahan sambil terus memperhatikan bibir itu. Naruto semakin berdebar kencang dan matanya membulat. Mungkin karena terbawa suasana, Naruto tidak bisa protes ataupun bergerak. Seolah pasrah.

Saat jarak bibir Sasuke dan Naruto sekitar 0,5 cm, Sasuke melihat kembali mata Naruto. Matanya sudah sudah terpejam, sudah siap untuk menerima sebuah ciuman. Sasuke menaruh perhatian lagi ke bibir Naruto. Mendekat dan mendekat. Lalu ketika bibir Sasuke menempel, baru kedua mata Sasuke terpejam. Sasuke perlahan mencium dan merasakan bibir Naruto. Sangat lembut. Begitupun juga dengan Naruto, sangat hangat.

Di depan sana, Sai ternyata ikut-ikutan memarkir mobil, memperhatikan penuh mobil Sasuke di belakang sana. Setelah belasan menit kemudian, Sai yakin, pasti terjadi sesuatu diantara mereka bedua karena mobil yang tadinya diam, mulai bergoyang-goyang. Kedua tangan Sai yang memegang erat-erat stir mobil karena emosi.

TBC


Senpaaaai hehehehe, ini sekuelnya. Setelah menonton movie movie barat yang berjudul romance baru muncul inspirasi-inspirasi untuk berseri hehehehe:D

Aiko Vallery, choikim1310, Blue eyes and Black eyes, Blue eyes and Black eyes, Noe Hiruma , SaphireOnyx Namiuchimaki : Terimakasih senpai udah mau review :D,