Hari yang tenang untuk bolos bagi seorang Okita Sougo. Cuaca cerah, udata sejuk, burung-burung terbang sambil bercicip ruit dan dia sekarang sedang berbaring di kursi kayu panjang di depan sweet shop
Saat ia membuka penutup matanya, di saat yang tepat. Gintoki sedang berjalan di depannya sambil memakan sebatang coklat. Pandangan mereka bertemu
"eh!?"
Kedua mata mereka membulat secara bersamaan. Tidak disangka setelah kejadian kemarin mereka bisa bertemu lagi secepat ini
"benar-benar, setiap kali aku melihatmu. Kau selalu bermalas-malasan"
"apa yang kau katakan aku melakukan pekerjaanku dengan benar" balas Sougo masih berbaring menatap langit sedangkan Gintoki duduk di kursi panjang sebelah "dari sini aku bisa mengawasi keselamatan para warga"
"kau bahkan tidak melihat!, kau tidur!"
"aku melihat dengan mata hatiku"
"apa-apaan itu! Apa kau ESP?" Gintoki menghela nafas panjang sekali "ini bukan candaan kembalikan pajak masyarakat. Kau brengsek" ia melirik dengan tajam seolah dia serius
"Danna itu hanya perkataan orang yang rajin bayar pajak. Memangnya kau rajin bayar ?" balas Sougo melirik ke atas berusaha melihat Gintoki yang sedang duduk
"yang lebih penting lagi bagaimana dengan itu?"
"itu?"
"gorila stalker kalian. Tempo hari ia menyelinap ke kediaman Shimura lagi, itu kelakuan seorang kriminal oi"
"ooh..dia kan gorila...mau bagaimana lagi" balas Sougo enteng meski saat ini ia sedang menghina atasannya sendiri
"tapi...cepat atau lambat dia akan membunuh dirinya sendiri. Mengingat siapa yang dia stalkeri" Gin masih berbicara sambil bersweat drop "ngomong-ngomong apa kalian baik-baik saja dengan gorila sebagai komandan?"
"jika itu Kondo-san aku akan pergi kemanapun untuknya"
"oooh...kau benar menghormatinya huh"
"oi Sougo!" teriak Hijikata dari kejauhan "kerja bagus huh. Tidur dan ngobrol, apa kau mau mati ?" ia mendatangi mereka dengan tanda siku-siku di wajahnya
"huh, apa seharusnya kau patroli ?"
"yeah, setelah selesai kita harus kembali ke markas"
"dan aku sudah menegurmu 10 kali untuk tidak bolos"
"bukannya kau salah hitung Hijkata-san ? bukannya 100 kali ?"
"BUKAN ITU POINTNYA!" bentak Hijikata hampir menghancurkan rokok yang sedang digigitnya "terserahlah...kita pulang" ia mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu berdiri "Kondo-san menunggu"
"hmm...padahal kau bisa kembali sendiri bukan? Mengingat kau yang selalu mengomel tentang betapa banyak pekerjaanmu" oceh Gintoki dengan nada sinis
"apa yang kau katakan Danna? Hijikata-san sangat baik hari ini" Sougo tersenyum sambil mengambil uluran tangan yang sedang membeku
"apanya? Aku menjemputmu karena Harada membutuhkanmu untuk sesuatu" Hijikata merengut dan menarik kembali tangannya. Dia tidak marah. keduanya tahu itu semenjak pipi wakil komandan tersebut sedikit memerah
"...apa kalian pacaran?"
"..." Sougo masih bermuka datar mendengar pertanyaan tiba-tiba tersebut, sebaliknya dengan Hijikata yang mulai panik. Dimulai dengan ia batuk karena tersedak saat menghisap rokoknya "uhuk-uhuk kenapa tiba-tiba ke situ!?"
"hmm...akukan Cuma bertanya" Gin mengalihkan pandangannya ke tempat lain "entah kenapa atmosfer di sekitar kalian menjadi berbeda..." menghela nafasia beranjak berdiri "maa...aku yakin Oogushi-kun tidak bisa menjawab semenjak dia sangat susah yakan Okita-kun ?"
"hahahaha...kau tahu Danna?" Sougo menyeringai "begitulah" jawabnya singkat. Namun cukup untuk Gin mendecih kesal
.
.
.
.
.
Malam itu sampai saat ini Hijikata belum memberinya jawaban. Ini sudah tiga hari dan pemuda yang lebih tua darinya itu masih tidak ingin menerima uluran mesra darinya. Mau tak mau ia harus memberi pendekatan yang sedikit ekstrim kali ini
"hei apa kau sudah selesai ?" tanya Sougo dengan nada malas-malasan
"belum" jawab Hijikata singkat bahkan tak menoleh padanya yang saai ini sedang berbaring di belakangnya
"belum! Kapan? Berapa menit dan berapa detik?"
"hmm...sekitar 2 jam?"
"2 jam? Berapa menit dan berapa detik itu?" gerutunya mulai bergulung-gulung di lantai tatami
"berhenti mengoceh dan kembalilah ke ruanganmu"
Hubungan mereka masih saja seperti itu. Hijikata masih saja memperlakukannya dengan dingin meski setiap malam Sougo datang menegoknya. Ingin rasanya ia memakai cara S&M (?) tidak mungkinlah! Sampai sekstrim hati Sougo yang paling dalam, ingin rasanya ia menarik kerah Hijikata dan membuatnya berbaring di sebelahnya membicarakan hal ini sekali lagi jika masih saja seperti tempo hari ia benar-benar akan memaksa Hijikata untuk menerimanya hari ini.
"..." akhirnya Sougo menutup mulutnya dan merangkak mendekati Hijikata yang masih duduk bersila memandangi sebuah buku di depan meja kerjanya. Dia mengintip dari balik pundak Hijikata, dan apa yang dia lihat?
"kenapa kau begitu kejam? Kau pura-pura bekerja padahal kau membaca majalah!" protes Sougo seraya merebut majalah tersebut dari tangan Hijikata
"diam! Aku tidak melihat ada masalah di sini. Aku bisa membaca apa yang ku mau!"
"sekarang. Lihat sini Hijikata-san" Sougo menatapnya dengan tajam sambil melempar majalah tersebut kesamping "bukannya kau bilang kau akan memberitahuku kalau kau sudah selesai?"
"baiklah, aku sudah selesai bekerja. Lalu apa maumu ?" tanya Hijikata menyilangkan kedua lengannya. Dan respon tersebut sukses membuat Sougo sangat dongkol sekarang, ia bangkit berdiri sambil merengut tak puas "baiklah, jika kau begitu suka dengan majalahmu. Aku akan kembali keruanganku"
"kau benar-benar egois Hijikata-san?" tambahnya sebelum melangkah keluar dari ruangan
"..." Hijikata diam, menatap mejanya lekat-lekat lagi. Rupanya Sougo juga masih belum rela membiarkan masalah ini selesai begitu saja, ia kembali menoleh.
Hijikata masih menhisap rokoknya dan memainkan bolpoin diatas menja kerjanya. Saat ini memang Sougo hanya bisa melihat punggung pemuda tersebut namun ia bisa merasakan kalau Hijikata sedang kesepian? Atau dia yang terlalu percaya diri
"kau tahu Hijikata-san?"
"!"
Hijikata hampir saja kena serangan jantung mendengar Sougo bertanya dan masih saja belum keluar ruangannya
"bu,bukannya kau bilang kau kembali ke ruanganmu ?"
"yaa,,,,tapi sebelum itu" Sougo kembali mendekat "kau harus mengatakannya atau aku tidak akan tahu" sekarang ia berdiri di belakang Hijikata "kalau kau tidak ingin aku pergi setelah kau selesai bekerja"
"ha?" Hijikata mendongak ke arahnya dengan seribu tanda tanya sebegai background "siapa juga yang—"
"seperti yang kubilang" sela Sougo masih dalam mode pede tingkat dewa "tidak masalah kau kau merasa atau tidak"Sougo berjongkok lalu mengambil rokok di mulut Hijikata "hanya katakan"
"kau menyuruhku mengatakannya?" Hijikata menghela nafas panjang saat menghadapi tatapan mata Sougo yang masih belum tumpul "sayangnya aku bukan tiep orang yang suka gombal"
"maa...aku memang ingin kau mengatakannya" Sougo mengulurkan tangannya mengangkat dagu pemuda yang lebih tua "kalau begitu, kau mau aku pergi atau tidak?" tanyanya kali ini dengan senyuman tipis
"ji,jika kau mau tinggal, tingallah...aku, aku tidak akan memaksamu" jawab Hijikata tak bisa lama-lama menatap tatapan Sougo yang masih terlalu tajam untuknya
"hmm...kau bilang memaksa berarti setengahnya kau ingin?" enta darimana si Sougo dapat teori kacangan tersebut "kau ingin aku tinggal?" ulangnya
"bagaimana denganmu?" Hijikata malah balik bertanya namun masih tetap mengalihkan pandangannya "kau mau tinggal atau tidak?" saat mengatakannya muka Hijikata memanas dan tanpa diketahuinya rona mera mulai muncul
*twitch*
Dan pertanyaan tersebut berhasil membuat Sougo bertambah kesal. Tanpa banyak bicara lagi ia mengangkat bantal yang di duduki Hijikata. Membuat pemuda yang lebih tua jatuh berbaring
"ada apa denganmu ?" protes Hijikata memegangi belakang kepalanya yang terbentur
"aku mengerti , kau ingin aku tinggal" ucao Sougo seraya menindih Hijikata di atas. Mulanya Hijikata membiarkannya di atas tapi tangan bocah itu malah mulai bergerak membuka kancingnya "berterima kasihlah padaku, karena aku mengerti perasaanmu"
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Hijikata memberontak dan memukul wajah bocah di atasnya
"aw..." rintih Sougo mengosok ubun-ubunnya yang baru saja digetok "itu sakit Hijikata-san"
"..." Hijikata masih mengalihkan pandangannya, ia benar-benar menolak untuk bertatap mata dengan Sougo untuk saat ini. Salah-salah wajahnya nanti akan memerah semua, karena saat ini jantungnya sendiri sudah berdebar tak karuan namun masih saja ia menahannya
"kau yang tidak menjawabku juga menyakitkan" Sougo menunduk "kapan kau akan memberiku jawaban?"
"kapan kau akn menanggapiku ?" tanyanya dengan nada makin berat
"...kalau begitu...kau membenciku atau tidak, sebenarnya?" pertanyaan Hijikata membuat Sougo membenahi posisi kepalanya " aku mencampakkan kakakmu...dan aku mengambil posisi yang kau inginkan"
"AKU MENCINTAIMU" tegas Sougo mulai tak sabaran "mau sampai kapan kau membuatku mengulanginya ?"
"kalau begitu...katakan sekali lagi" kali ini Hijikata menatap lekat-lekat bola mata coklat pemuda diatasnya "aku masih belum mengerti" ia megulurkan tangannya membelai pipi Sougo
"a,aku mencintaimu" ulang Sougo kali ini dengan suara hampir lirih,kali ini muka bocah itu yang memerah sampai ke telinga "kau puas"
"kau ini aneh, berapa kali kau mengatakan hal itu padaku ?" mau tak mau Hijikata menyeringai melihat wajah manis Sougo "aku baru sadar kalau aku yang lebih tua di sini"
"aku lebih malu jika diminta mengatakannya daripada kukatakan sendiri tahu" dengan manis Sougo mengembungkan kedua pipinya tampaknya ia mulai merajuk "lalu bagaimana denganmu?"
"hmm?"
"apakah kau mencintaiku?" tatapan tajam itu kembali bersinar namun kali ini Hijikata tak menghindarinya. Ia tersenyum lembut sambil melingkarkan kedua lengannya ke belakang leher Sougo
"aku mencintaimu, kau puas?" jawab Hijikata dengan ringan seraya menempelkan dahinya dengan dahi Sougo yang makin memanas. Rupanya sekali lagi anak itu merah padam
.
.
.
.
(esoknya)
Siang ini juga Hijikata berpatroli, namun kali ini ia tidak berkat pernyataan cintanya kemarin pada si bandel Sougo membuat bocah itu tidak kabur dan bolos seperti biasanya.
Antara senang anak itu tidak bolos dan mengerjakan tugasnya dengan baik dan entah kenapa ia risih anak itu berjalan di sebelahnya. Mungkin karena saat ini tangan mereka sait bertaut
Tangan Sougo menggenggam tangan Hijikata saat mereka berada di jalanan sepi. YA! Untung jalanannya sepi kalau tidak Hijikata bisa-bisa seppuku saat itu juga karena saking malunya
Maa..meski saat ini jalanan sepi tangannya itu masih tak berani membalas genggaman tangan Sougo, dia hanya membiarkan tangannya begitu saja
Sougo juga tidak menyalahkannya, pemuda yang lebih muda itu cukup bisa mendegar detak jantung yang lebih tua memacu sangat cepat
"Hijikata-san..." panggilnya membuat Hijikata yang sedari tadi melamun memikirkan cara untuk menenangkan hatinya menoleh
"hari ini cuacanya cerah huh" lanjutnya membuat Hijikata mengedipkan matanya tiga kali dengan muka datar. Sekejap pacuan cepat jantungnya kembali normal
"ha?" hanya itu responnya semenjak ia tidak mengerti kenapa pemuda yang lebih muda darinya tersebut sekarang berbicara seperti kakek-kakek?
"saat yang tepat untuk tidur siang" sambungnya tak memperdulikan Hijikata yang mulai geram dengan ucapannya
"KAU HANYA INGIN MEMBOLOS HUH!"
"hahahahaha..."
.
.
.
.
.
END...
A/N
Sudah satu lagi fic yang tamat huh, jujur saja untuk chapter ini butuh waktu yang lama karena gak punya ide (makanya juga ngantung begini)
THX buat reviewnya:
Yumisaki Shinju, Guest,Aosaki,dan Hiria-ka
Dan untuk para readers yang sudah baca sampai chapter ini
THX FOR READING...