"Love is like the wind, you can't see it but you can feel it." - Micholas Sparks, A Walk to Remember
.
.
.
Dua hari setelah kedatangan Lu Han ke Seoul, Ayah Lu Han, Lu Fang menelfonnya dan memberitahu sebuah berita mengenai pernikahannya.
"Putri Han geng sudah diketahui keberadaannya. Saat ini Han geng masih sangat marah padanya tapi karena kondisi jantung istrinya, Ia memutuskan untuk memaafkan putrinya."
"Jadi, apa yang terjadi sekarang? Apa kita akan membatalkan rencana pernikahan ini?" Tanya Lu Han, menghimpit telepon genggamnya antara rahang dan bahunya sambil membuka baju untuk mandi dikamar Hotel. Perlu diketahui bahwa dalam dua hari ini ia masih bertahan di Seoul dan tidak kembali ke Beijing (seperti apa yang ia katakan kepada Minseok sebelumnya).
"Hmm... Ayah belum tahu, Han geng tidak membicarakan masalah ini lagi. Minseok tidak setuju dengan pernikahan ini. Mungkin ia tidak mengerti tentang seberapa pentingnya pernikahan ini untuk perkembangan bisnis kedua keluarga. Ia masih sangat muda, usianya baru 22 tahun dan ia baru meraih gelar sarjana beberapa waktu lalu. Maka Ayah dan Han geng sepakat akan bersabar sampai Minseok dewasa dan siap dengan pernikahan ini."
"Well, Tidak masalah karena aku tidak sedang terburu-buru untuk menikah. Aku masih ingin melajang." Kata Lu Han, tapi jauh didalam hatinya, Ia merasa ditolak oleh Minseok. Ia memang tidak menginginkan pernikahan ini, tapi ia sangat menginginkan Minseok, so badly. Damn.
Dua hari terakhir seperti penyiksaan baginya. Pikiran dan badannya mendambakan Minseok. Semuanya tentang Minseok, terutama aroma Minseok yang entah kenapa masih menempel di indera penciumannya. Ia tidak bisa berpikir lurus lagi, Otaknya selalu dibayang-bayangi Minseok.
Ia kecewa karena Minseok tak kunjung menelfonnya. Ia telah menunggu dua hari dua malam dengan pikiran tak karuan. Ia bahkan tidak pernah meninggalkan ponselnya jauh darinya, ia waspada, Minseok bisa menelponnya kapan saja maka dari itu meski ia pergi ke kamar mandi pun ia selalu membawa ponselnya. Ia seperti seorang remaja bodoh yang sedang dimabuk cinta dan menunggu sesuatu yang tidak pasti.
.
.
.
Beberapa hari bertahan dengan pikiran yang hampir membunuhnya. Lu Han memutuskan untuk tidak kembali ke New York, padahal jadwalnya sudah diatur ulang oleh Chanyeol, Asistennya. Lu Han tidak peduli, ia harus melihat Minseok secepatnya dan mengenalnya dengan baik. Ia ingin mengajak Minseok kencan dan berharap bisa menghabiskan satu malam dengan gadis itu.
Tidak, satu malam saja tidak cukup, mungkin seminggu, sebulan atau sampai rasa sukaku kepada Minseok hilang. Lu Han tersenyum sinis.
Minseok boleh saja terlihat sangat muda, tetapi Lu Han yakin jauh didalam dirinya Minseok tidak selugu kelihatannya. Lu Han berpikir mereka bisa saja memiliki hubungan sepintas. Lalu setelah Lu Han bosan ia bisa meninggalkan Minseok kapan saja. Seuntai senyuman licik terpancar dari wajahnya. Benar-benar, jika sudah terobsesi dirinya akan seperti psikopat.
Pukul tujuh malam, Ayahnya kembali menelpon dengan informasi yang tak terduga. Dan Lu Han hampir mati terkena serangan jantung karenanya.
"Kau bisa kembali ke Amerika untuk membatalkan kesepakatan bisnis di California?" Tanya Ayahnya.
Ia berjalan ke ranjangnya dan duduk dengan handuk kecil disekeliling lehernya. "Aku tidak bisa. Aku masih ingin berlibur. Selain itu, aku sudah menginstruksikan Chanyeol untuk menjadwal ulang lagi perjalananku ke California."
"Hmm... Baiklah jika itu maumu. Tapi aku akan lebih senang jika kau datang kesini dan bisa segera bertemu dengan kami."
"Apa maksud Ayah? Ayah sedang bersama dengan seseorang?" Lu Han terkejut. Pikirnya, mungkin ayahnya bertemu dengan seorang wanita. Ia sangat terkejut karena sejak ibunya meninggal 10 tahun lalu, ayahnya tidak pernah menjalin hubungan dan tertarik untuk menikah lagi. "Apa ayah menjalin hubungan dengan seorang wanita?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Minseok yang akan ikut bersama kita. Han geng setuju untuk tidak membicarakan tentang pernikahan lagi. Tapi sebagai hukuman, Minseok harus menjalani pelatihan dan penanganan bisnis bersama kita, jadi setelah beberapa tahun lagi, ia bisa menangani urusan bisnis keluarganya sendiri."
"Apa?" Lu Han tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Shock sekaligus bahagia. Lu Han tersenyum seperti orang gila.
"Ya, dan Kami memutuskan bahwa kau yang harus mengajarinya. Jadi bagaimana pendapatmu tentang hal ini?"
Yes! Lu Han tersenyum lebar, tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan emosinya ke ayahnya. "Well, aku tidak punya pilihan, kan? Ayah sudah dua kali membuat keputusan tanpa bertanya padaku."
Ayahnya tergelak. "Kau benar, kau tidak punya pilihan."
Setelah sambungan telepon terputus Lu Han segera berselebrasi dan berteriak seperti orang gila, Lu Han merasa bahwa gerbang pintu surga terbuka dan Ia sedang mendengar para malaikat bernyanyi untuknya. Hallelujah!
.
.
.
(A few days in Minseok house, Beijing)
"Kami akan sangat merindukanmu Minseok. Kapan kau akan kembali?" Kata Baekhyun, saat Melihat Minseok yang sedang membuka lemari pakaiannya. Chen dan Baekhyun sudah menjadi sahabat Minseok semenjak disekolah dasar.
"Aku juga akan merindukan kalian, aku tidak tahu kapan pastinya aku akan kembali, Ayahku bilang setelah tiga bulan aku bisa kembali tapi itupun jika aku lulus hukuman ini." Minseok menghela nafas, Baekhyun yang tiduran di kasur juga ikut menghela nafas.
"Oh Minseok, Kau akan membuatku menangis." Baekhyun menghapus embun yang ada dimatanya.
Chen tertawa. "Hentikan Baek. Tiga bulan itu waktu yang singkat, sekitar sembilan puluh hari." Kata Chen yang sedang bersedekap didekat pintu lemari Minseok. Dia merupakan satu-satunya teman pria yang dimiliki oleh Minseok.
Baekhyun merupakan Adik perempuan Chen. Ia lebih muda setahun dari Minseok dan Chen. Tapi karena mereka bertiga memasuki sekolah yang sama saat sekolah dasar, mereka bisa menjadi teman dekat sampai sekarang.
"Aku akan merindukan saat-saat seperti ini dan saat-saat kita pergi ke bar bersama." Minseok membuka koper kosongnya dan mulai memasukkan baju-bajunya. Ia mengemasi barang-barangnya untuk penerbangannya ke New york besok.
"Tentu saja. Lalu bagaimana dengan rencana pernikahanmu?" Tanya Chen.
"Well, aku sudah menggagalkannya. "
"Hmm... tapi itu tidak berhasil, kau bilang Ia tetap ingin menikahimu kan?" Baekhyun mengangkat satu alisnya dan mengangkat bahunya.
"Ya, itu karena dia sangat serakah. Dia ingin mengambil kekayaan keluargaku. Dia sudah kaya tapi tetap tidak puas dengan itu." Minseok mengambil beberapa pakaian dalam nya dilaci.
"Tapi kuakui dia memang sangat tampan Minseok! Dia terlihat seperti bintang film Hollywood!" Kata Baekhyun lagi yang membayangkan wajah tampan Lu Han sambil mendongak. Chen tersenyum meremehkan jawaban adiknya.
"Siwon juga tampan! Dan kau lihat apa yang sudah dilakukan oleh makhluk yang berwajah tampan?" Minseok memutar matanya dan melipat pakaiannya.
"Tapi Lu Han itu paket lengkap. Tinggi, pintar, kaya dan menarik, benarkan Chen?" Chen hanya mengangkat bahunya, lalu memutar badannya untuk membantu Minseok mengangkat koper untuk ditaruh didekat pintu.
"Aku tidak tahu. Keduanya menarik, Poin untuk Lu Han adalah ia lebih mempunyai banyak uang dibanding Siwon. Selain itu, Siwon sudah menyelingkuhi Minseok. Well, kurasa Lu Han menang telak." Kata Chen dengan acuh.
" Aku juga berpikir begitu, dan tentang Siwon... Ugh aku ingin mencakar wajahnya yang sok innocent itu." Timpal Baekhyun sarkastik.
Tiba-tiba Minseok merasa sakit mengingat kejadian tiga minggu lalu. Ia dan Siwon baru saja memulai hubungan disaat insiden itu terjadi. Choi Siwon tertangkap basah meniduri salah satu artisnya (yang sekaligus mantan kekasihnya).
Hyosung adalah penyanyi asal Korea. Ia memiliki rambut keriting pirang dengan payudara ekstra besar. Sedangkan Choi Siwon adalah seorang produser yang memproduseri beberapa lagu Hyosung.
Berita mengenai perselingkuhan Siwon dengan Hyosung sudah berkembang luas hingga Ayah Minseok mengetahui tentang berakhirnya hubungannya bersama Siwon. Hal ini tidak disia-siakan oleh Han Geng yang meminta putrinya agar segera menerima perjodohan yang sudah diatur itu.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Siwon terus saja berusaha membujuk Minseok agar mau kembali lagi tapi Minseok memutuskan untuk tidak mau berkomitmen dengan pria itu lagi dan berusaha untuk menghapus Siwon dari hidupnya.
"Kau beruntung karena para wartawan tidak tahu kalau kau dan Siwon menjalin hubungan waktu itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika namamu ikut terseret dalam kasus itu." Kata Chen tersenyum bersimpati.
"Well, mungkin para wartawan berpikir majalah disini akan membosankan jika tidak ada nama Minseok disana. Ada untungnya juga karena kau terkenal tapi sayangnya mereka sering mengungkap hal-hal negatif tentangmu saja."
Minseok terkikik. " Itu karena mereka tahu aku berpotensi mencetak uang bagi mereka."
Chen tertawa. "Kau benar. Aku juga berpikir jika pesta yang kita buat tidak seliar kelihatannya. Mereka hanya tidak tahu arti senang-senang. Selain itu, kita hanya minum secukupnya".
Mereka bertiga tertawa. Baekhyun memposisikan dirinya tidur terlentang dan membungkus dirinya dengan selimut begitu Minseok sudah duduk diranjang. "Baiklah, aku akan tidur dikamar sebelah. Dan kalian para gadis, jangan tidur terlalu larut. Selamat malam". Kata Chen. Baekhyun menjawab dengan cingiran lebarnya sementara Minseok menutup pintu kamarnya sebelum membalas ucapan selamat malam dari Chen.
"So, Minseok, bagaimana jika pada akhirnya kau akan jatuh cinta dengan pangeran Beijing itu?"
Minseok langsung tertawa setelah mendengar pertanyaan Baekhyun.
"Aku? Oh my goodnes, itu tidak akan pernah terjadi, dear. Aku tidak suka pria itu. Dia player, sombong, sok berkuasa dan manipulatif. Dia memang tampan tapi aku sudah kebal terhadap orang-orang sepertinya. Selain itu, dia juga mengatakan padaku kalau aku bukan tipenya."
"Apa?" Baekhyun terkejut.
"Ya, Dia bilang begitu. Sebenarnya, itu sedikit menyinggungku tapi tidak apa-apa karena pada akhinya pernikahan ini dibatalkan." Minseok tersenyum senang dan masuk kedalam selimut yang ia bagi bersama Baekhyun.
"Hati-hati Minseok. Kau harus ingat kalau Lu Han adalah *playboy bersertifikat dan jangan percaya dengannya, okay?" Baekhyun mengingatkannya.
"Aku tahu, jangan khawatir, Baek. Dia mungkin sangat menarik, tapi aku tidak akan takluk dengannya. Aku tidak mau jatuh untuknya." Kata Minseok dengan suara tegas. "Tetapi aku tidak bisa menghadapinya sendiri, jadi pastikan bahwa kalian berdua ada ketika aku meminta bantuan."
"Tentu saja, itulah gunanya teman." Balas Baekhyun.
Malam itu, sebelum Minseok tidur, banyak pertanyaan dalam pikirannya.
Bagaimana jika Ia get burned dan termakan kata-katanya sendiri?
Apa yang akan terjadi dalam waktu tiga bulannya bersama Lu Han?
Bagaimana jika Ia jatuh cinta pada Lu Han.
Bagaimana jika Ia tidak bisa menolaknya.
Bagaimana jika...
Tiba-tiba ingatan saat Lu Han mendorongnya kearah dinding dan menghimpitnya, membuatnya merasakan lonjakan kegembiraan mendalam yang tak diinginkan dalam dirinya. Udara disekitarnya menjadi panas, saat menyadari cara Lu Han menatap dirinya yang membuat lututnya lemas seperti jelly. Oh damn... Ia menyadari, Ia mungkin sudah terpikat oleh Lu Han tanpa ia sadari.
.
.
.
TBC
A/N : *PLAYBOY BERSERTIFIKAT : PLAYBOY KELAS KAKAP
MASA PUNISHMENT BERAKHIR(CEK LITTLE BRAT LUHAN), JADI KALO NGGAK MAU KEULANG, PERHATIKAN APA YANG LO TULIS DIKOLOM REVIEW. TERIMA KASIH.