Untitled.


" Ya! Kau lihat! Kau lihat!" Kim Taehyung memukul lengan Park Jimin keras sekali sampai temannya itu mengaduh.

" Apa-apaan sih?!" Jimin menatap Taehyung sengit. Mana terima ia dipukul begitu saja.

" Kau tak lihat Soojung sunbae melirikku!"

Mulai lagi.

Jimin memutar bola matanya. Ini sudah ke-421 kali Taehyung mengatakan hal serupa semenjak ia jatuh cinta pada seniornya itu. Jimin menghitungnya. Tanpa melewatkan satupun. Tanpa meleset satu hitungan pun.

Meliriknya.

Jangan bercanda. Jangankan melirik Taehyung. Bahkan Jimin ragu apa Soojung sunbae sadar tengah berpapasan dengan mereka.

Mereka tengah dalam perjalan dari mengambil jatah susu. Dan mungkin Tuhan begitu sayang pada Park Jimin dan Kim Taehyung hari ini karena ditengah panjang dan gerahnya koridor kelas mereka berjumpa dengan senior nya yang cantik. Jimin sih senang-senang saja karena Jung Soojung sangat cantik dan berkelip… lumayan cuci mata, tapi… Taehyung lebih senang lagi karena ia bertemu dengan sunbae cantik yang ia klaim sebagai calon istri masa depannya.

Ya.

"Beruntung sekali anak-anakku nanti memiliki ibu secantik Soojung Sunbae," Taehyung berjalan dengan mata yang masih menatap kagum punggung Jung Soojung yang mulai menjauh.

Jimin memutar bola matanya ──lagi─ sudah bosan dengan obsesi tidak sehat temannya itu. Rasanya Jimin ingin menghantamkan kardus susu direngkuhannya ini ke kepala Taehyung agar temannya itu sadar dari delusi.

Kalau saja Jimin jahat.

"Omong-omong, Kim Soojung terdengar lebih cocok untuk Soojung sunbae," Taehyung terkekeh." Bukan begitu,jimin?"

Jimin diam, dijawab pun tak ada guna nya. Matanya lurus, memaksa kepalanya untuk tak menengok. Jimin tak mau melihat wajah kasmaran Taehyung yang mirip psikopat jika sedang seperti ini.

Ia takut bermimpi buruk.

" Kalau aku berpacaran dengan Soojung sunbae.. kau akan kukenalkan dengan teman-teman Soojung sunbae yang cantik tapi tak lebih cantik dari Soojung sunbae.. " Taehyung menyentuh lengan Jimin dengan sikunya." Kau sangat beruntung bisa berteman dengan ku, Taehyung Kim."

Jimin mencibir. Sudah bosan memutar bola mata. Lagipula otot-otot matanya sudah lelah karena terlalu banyak berkontraksi.

" Sudah bermimpinya?" Sarkastik.

Bibir Taehyung yang semula membentuk senyum bahagia tiada tara berubah mengkerucut.

" Akan kuluruskan tiga hal," Jimin melemparkan kardus susunya yang reflek ditangkap Taehyung," Pertama, Soojung sunbae tidak melirikmu. Tidak. Tidak akan, tidak mungkin dan tidak pernah melirikmu. Paham? Kau hanya berhalusinansi. Ke─"

" Tapi tadi benar─"

" Jangan memotong saat orang lain bicara."

" Tapi baru saja kau memotong ucapanku."

" Kim Taehyung"

" Ya..ya lanjutkan."

Jimin berdehem," Kedua, Soojung sunbae tidak akan mau menikah denganmu jadi berhentilah menyebutnya ibu dari anak-anakmu. Ketiga, nama Kim mungkin cocok untuk Soojung sunbae tapi bukan Kim darimu karena Soojung sunbae sudah punya Kim yang lain… dan karena kau…" Jimin menekan pipi Taehyung dengan telunjuknya,"… tidak akan pernah berkencan dengan Soojung sunbae jangan memberiku harapan untuk berkenalan dengan teman-temannya yang cantik."

" Hey, itu empat hal." Protes Taehyung

"Ah..benarkah─ y..ya terserah berapapun itu." Tukas jimin," Lagipula, kau tau sendiri bagaimana kerennya kekasih Soojung sunbae. Jika dibandingkan dengannya.. maaf-maaf saja… kau tak lebih dari debu kapur yang menempel di ujung sepatu Soojung sunbae."

" Jahat sekali."

Sorot mata Taehyung sedikit meredup. Bahu yang semula terangkat sedikit turun. Jimin melirik, merasa risih juga karena tiba-tiba ia merasa menjadi orang jahat sedunia. Tapi hey─ salah Taehyung sendiri kenapa diantara banyaknya gadis disekolah ini yang bisa Taehyung suka dia harus menyukai Soojung sunbae. Gadis impian setiap murid laki-laki. Senior yang begitu mainstream. Yang bagaimana pun Taehyung berusaha selama ini, Jung Soojung sama sekali tidak menyadari kehadiran Kim Taehyung di muka bumi.

Pedih.

Ayolah. Terkadang kenyataan itu menyakitkan. Dan sebagai teman yang baik, sudah menjadi tugas Jimin untuk menghadapkan kenyataan itu pada Taehyung.

Yah, teman baiknya.

Jimin merangkul bahu Taehyung,"Kim Taehyung temanku, kenyataan memang lebih menyakitkan dari jari kaki yang tersandung meja. Sadarlah."

" Aku tidak─"

"Lupakan cinta sepihakmu pada Soojung sunbae. Dan lagi, bukankah masih banyak bunga di taman..hmm…" Jimin menaik turunkan alisnya." Kita… bisa memetik bunga yang lain."

Jimin diam. Menunggu reaksi Taehyung yang saat ini tengah menatap jauh keluar jendela," Masih banyak bunga ditaman ya? Kufikir kau benar jimin…"

Mata jimin semakin tenggelam seiring senyumnya yang bertambah lebar. Hey, apakah barusaja ia membuat Taehyung sadar kalau bukan hanya Jung Soojung gadis cantik disekolah ini. Bahwa masih banyak senior-senior menawan yang bisa mereka dekati. Bahwa hidup Taehyung tak hanya seputar Jung Soojung dan obsesi mustahilnya.

Aduh, Jimin merasa berguna menjadi teman.

Bangga.

" Tapi,jimin…"

" Ya?"

" Aku tidak hobi berkebun." Taehyung kembali menatap keluar jendela. Senyum Jimin memudar perlahan." Lagi pula memetik bunga ditaman sekolah itu melanggar peraturan. Ah.. aku harus bergegas Soojung sunbae ada di gedung olahraga sekarang. Sampai jumpa."

Jimin meringis. Menatap dinding lorong sekolah pilu. Menimang apakah harus membenturkan kepalanya ke dinding sekarang juga atau tidak.

===FIN===


i luv vmin a lot.

Jadi best friend lucu

Cinta-cinta an juga seru.

Argh.

Vmin tu manis deh pokok nya.

Manis bgt kayak janji janji mantan.

Ya.

Cie.

anyway,

HAPPY BIRTHDAY JIMIN!