Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Slice of Life / Humor
Rated: T
Pairing: SasuSaku
Warning: AU, OOC, Mary Sue, Komedi garing, Bahasa ga baku, Cerita ga jelas dan berbagai hal lain.
Naruto © Masashi Kishimoto
Summary:
Buat Haruno Sakura yang masih berstatus single di usianya yang ke-28 tahun, pertanyaan "Kapan nikah?" itu sudah menjadi momok yang menakutkan. "Jodoh itu di tangan Tuhan"/ "Ya, tapi kalau ga dicari Tuhan ga bakal ngasih jodoh."/ "Terus carinya dimana? Di supermarket?" Yah beginilah kisah Haruno Sakura si Dokter spesialis syaraf, peneliti, sekaligus kepala rumah sakit Konoha yang masih jomblo sampai sekarang.
Akina Takahashi presents,
JOMBLO
Story by: Akina Takahashi
Chapter 1: Jomblo itu Nasib, Single itu Pilihan. Benarkah?
"Kapan nikah?"
Sumpah Sakura muak mendengar pertanyaan ini. Ini pertanyaan sensitif buat jomblo seperti dia. Sama sensitifnya seperti pertanyaan "Kapan lulus?" buat mahasiswa tingkat akhir yang skripsinya ditolak terus-menerus.
"Di waktu yang tepat." Sang dokter pink mengaduk jus strawberry nya dengan kesal. "Bisa ga kamu berhenti nanya itu no?" Sakura menyedot jusnya melalui sedotan spiral lucu yang berwarna sama dengan jusnya itu. "Itu sama kaya kamu nanya, kapan mati? Tau ga?! Jodoh itu di tangan Tuhan. Kalau Tuhan memberikan sekarang ya aku bisa saja menikah sekarang juga."
"Ya, tapi kalau ga dicari Tuhan ga bakal ngasih jodoh." Si cewek pirang yang duduk di seberang Sakura membalas.
"Terus carinya dimana? Di supermarket?" Sakura mendengus.
"Yah dimana kek. Dari segitu banyak kenalan cowok memangnya ga ada satu pun yang menarik buat kamu? Segitu banyak yang ganteng." Ino mengangkat alisnya heran. Setau Ino, Sakura punya banyak banget kenalan cowok dan kebanyakan ganteng-ganteng lagi.
"Ah—" Sakura menghela napas. Ia menegakkan posisi duduknya dan menatap Ino dengan serius. "Cowok ganteng itu cuma ada dua kemungkinan. Kalau tidak gay ya brengsek atau aneh, yah pasti ada yang ga beresnya deh."
"Darimana kamu narik kesimpulan begitu Sakura?"
Sakura mengangkat bahu. "Berdasarkan hasil observasi." Si cewek pink menyilangkan kakinya. "Contohnya saja Sasori dan Deidara teman satu koas-ku dulu yang ternyata gay, lalu Hidan yang ternyata penganut aliran sesat, dan si ganteng Utakata, senpai satu divisi sewaktu masih jadi dokter umum dulu yang ternyata hobinya dandan. Pantas saja kulitnya bisa kinclong dan wajahnya bisa cantik begitu. Sekali dandan bisa dua jam…"
Ino sweatdropped mendengar penjelasan Sakura. Please ya, sahabatnya ini kenapa harus dikelilingi orang-orang aneh sih? "Yah, mungkin cowok yang biasa aja ga terlalu ganteng deh. Ga ada satu pun yang terpikirkah?"
"Hmm ngga no, aku sibuk sekolah." Sakura mengangkat bahu. "Empat tahun buat kuliah S1, lalu koas dua tahun, pengabdian ke daerah satu tahun, lalu ambil kuliah spesialis empat tahun, belum lagi setelah lulus spesialis aku fokus pada karirku sampai aku bisa berada di posisiku sekarang, aku bahkan merencanakan buat lanjut ambil superspesialis di bidang penyakit syaraf. Mana ada waktu buat cari cowok apalagi pacaran."
Ino bergidik mendengar penjelasan Sakura. Ngeri ya perjuangan seorang dokter itu ternyata? Ino sendiri tipe cewek yang nikah muda (dia menikah saat umur 21 tahun tepat setelah dia lulus kuliah) dan menyerahkan segalanya sama suaminya yang bernama Sai. Prinsip Ino sih selama masih ada duit suami buat apa pakai duit sendiri? Prinsip inilah yang ditentang Sakura habis-habisan. Sakura bilang kalau cewek itu ga boleh bergantung pada siapapun, harus mandiri, ga boleh bergantung pada cowok. Dan beginilah dia sekarang. Sudah tua masih Jomblo.
Sigh.
"Ah, dan inilah efeknya sekarang. Ga ada cowok yang berani melamarmu karena kamu terlalu high pride, independen, dan dominan. Cowok suka sama cewek yang bergantung sama dia dan cewek yang butuh perlindungan dia karena dengan begitu cowok jadi merasa perkasa."
"Mendingan aku jadi perawan tua daripada menikah lalu harus melepas semua pencapaianku sekarang." Sakura menyingkirkan gelas jusnya yang telah habis.
"Seriusan Sakura! Bagaimanapun kamu harus menikah! Memangnya kupingmu ga panas apa ditanyain kapan nikah melulu? Apa kamu ga kasihan sama om Kizashi dan tante Mebuki yang udah pengen banget lihat cucu?"
Sakura menekuk alisnya. "Panas banget no. Muak aku dengar satu pertanyaan diulang-ulang terus."
"Pokoknya Sakura kamu harus menikah sebelum ulang tahunmu yang ke-29! Plis Sakura, cewek itu ada masa expirednya. Kalau kamu kelamaan nikah kapan kamu punya anaknya? Melahirkan di usia tua itu resikonya tinggi loh."
"Iya tau. Berisik amat sih no."
"Kamu tuh udah bukan waktunya lagi untuk jual mahal ra. Usiamu udah 28 tahun. Sudah saatnya diobral kalau bisa gratis deh. Jangan milih-milih lagi. Siapa yang lamar langsung terima aja!" Ino mulai memberikan nasihat sesat pada Sakura.
"Eh, gila. Yang namanya pernikahan itu sesuatu yang penting dalam hidup. Kita bakal bersama suami kita sampai kita mati. Mana bisa asal dong cari suami?"
"Nah itu paham." Ino menghela napas. "Aku tadi cuma ngetes kamu masih niat atau ngga cari suami. Yah untung saja reaksimu menunjukkan kalau kamu masih berniat cari suami."
"Lah emang aku niat cari suami kali." Sakura menghela napas. "Tapi carinya dimana ya no? ga nyangka ternyata cari suami lebih susah daripada cari beasiswa dokter spesialis. Ya setidaknya kalau daftar beasiswa kita tahu harus daftar kemana, persyaratannya apa aja, harus minta rekomendasi kemana. Tapi kalo cari suami harus daftar kemana coba?"
"Satu pun kenalanmu ga ada yang bisa dijadiin kandidat ra?"
Sakura menggeleng pelan.
"Udah coba online dating?"
"Udah pernah dan langsung kuhapus accountnya keesokan harinya karena online sites isinya pembohong semua. Fotonya cowok ganteng umur 20an eh ternyata kakek-kakek bangkotan umur 70an. Ngga lagi-lagi deh."
"Hmph hahaha."
"Berisik."
"Kalo goukon?"
"Sering."
"Lah ga ada satupun yang nempel?"
"Semuanya gagal begitu mereka tahu jabatanku. Katanya mereka segan sama cewek yang posisinya lebih tinggi dari mereka."
"Widih, itu artinya kamu terlalu hebat ra."
"Cih."
"Yah kalau mau cari yang selevel denganmu jangan di goukon dong. Cari pas kalian ada meeting sama stakeholder kek atau pas lagi ada meeting sama investor atau pemegang saham gitu."
"Yaelah no, rapat gituan isinya kakek-kakek yang hidupnya udah mau berakhir semua kali. Mana ada yang muda-muda." Sakura menghela napas gusar. "Kadang sempet juga mikir, apa nikah aja sama salah satu aki-aki bau tanah yang super kaya trus tinggal tunggu dia mati deh. Dan aku bakal jadi kaya seumur hidup. Hahaha."
"Iye, tapi ntar kamu dikenal sebagai janda bekas aki-aki bangkotan. Harga dirimu bakal terjun bebas ra."
"Nah itu dia masalahnya no. Makanya ga jadi."
Ino sebenernya khawatir sama keberlangsungan hidup sahabatnya yang masih jomblo ini. Dari kata-katanya kok Sakura kayanya udah desperate banget. Padahal Sakura itu cantik, pinter, sukses, mandiri, independen, stylish, keren, bertanggung-jawab, ah pokoknya banyak banget kelebihan cewek satu ini. Tapi kok susah amat dapet jodohnya ya?
Atau jangan-jangan... cewek ini masih kebayang-bayang sama cinta pertamanya yang kandas dengan menyedihkan waktu mereka SMA dulu. Ino masih inget gimana hancurnya Sakura waktu itu sampai-sampai cewek itu bener-bener ga peduli sama yang namanya cowok dan jadi punya obsesi buat sukses dan ngelupain si sensei cinta pertamanya dulu.
"Ra, jangan bilang kamu masih ga bisa ngelupain Kakashi-sensei?"
"Eh." Sakura tersentak.
Bingo. Ternyata benar.
"Ya ampun raaa... itu udah 11 tahun berlalu kali... jaman kita masih jadi bocah SMA. Plis yah, dia udah nikah dari jaman kita SMA dulu, bahkan anaknya udah gede. Kamu seriusan belum move on?"
"Uhuk." Sakura tersedak jus strawberrynya sendiri. "UDAH LAH!" tanpa sadar dia berteriak dan sukses membuat mereka jadi perhatian seisi cafe. Ino segera berdiri dan membungkuk meminta maaf karena sudah mengganggu kenyamanan para pengunjung lainnya. "Maaf, maaf." Untungnya saja mereka tidak ambil masalah dan kembali melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
"Biasa aja ngomongnya. Bikin malu tahu." Desis Ino.
"Sorry no refleks hahaha." Sakura menggaruk kepalanya.
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Iya lanjutan yang tadi. Kamu serius udah move on kan?"
Sakura memainkan sedotannya. "Iya no sumpah aku udah move on 100%. Cuma agak kaget aja tiba-tiba kamu bawa-bawa nama dia."
"Serius?"
"Banget."
"Yah, jujur sih dulu aku hancur banget di PHPin dua tahun eh pas mau nembak dia keburu nikah duluan. Aku kesal karena walaupun dia 'ternyata' udah punya tunangan, tapi dia masih aja PDKT sama aku dan begitu aku suka, aku diPHPin sampe dua tahun. Jahat banget ga sih?"
PUK PUK
Ino menepuk kepala Sakura. Kasihan sekali melihat Haruno Sakura yang garang kelihatan vulnerable kaya gini.
"Terus semenjak itu, aku berniat buat nunjukkin ke dia kalau aku baik-baik aja. Kalau aku bakal jadi cewek super hebat walaupun tanpa dia. Aku belajar setengah mati buat masuk universitas favorite dan aku bekerja keras supaya aku bisa sukses tanpa dia. Aku pengen nunjukkin kalau aku jauh lebih hebat daripada si tunangannya itu. Dan pengen bikin dia nyesel udah ninggalin aku." Sakura menghirup napas dan menghembuskannya kembali. "Dan disinilah aku sekarang. Dengan semua pencapaian yang kuinginkan. Tapi kok rasanya ada yang hampa... entah apa itu no."
"Iya, yang hampa itu adalah kenyataan kamu masih jomblo sampe sekarang Saku..."
"Berisik. Ya udah kalo gitu cepet mana sini kasih aku calon biar aku bisa nikah sekarang juga sebelum expired!" Si cewek berambut pink mulai terlihat kesal.
"Susah tau cari cowok yang mau sama cewek sangar, dominan, keras, galak, dan ga ada manis-manisnya kayak kamu!" Ino menopang dagunya dengan sebelah tangannya. "Wajarlah kamu jadi jomblo seumur hidup ra. Jujur aja aku kasihan sama kamu yang ga pernah pacaran satu kalipun seumur hidupmu yang udah 28 tahun itu ra."
"Kata siapa aku belum pernah pacaran no?"
"Ah, pacaran sama Naruto mah ga masuk itungan ra. Itu lebih kaya sahabatan bukannya pacaran. Lah akhirnya aja Naruto jadian sama Hinata dan kamu biasa aja kan waktu itu? Itu artinya kamu ga bener-bener suka sama Naruto. Cuma nyaman aja kalo bareng dia. Sampe sekarang pun kalian masih akrab kan?"
"Iya sih no. Naruto udah kaya saudara buatku. Hinata juga. Tapi emang bener katamu, sampe kapanpun aku emang ga bisa suka sama Naruto karena dia udah kuanggap sebagai adik laki-lakiku. Rasanya kok incest gimana gitu kalau aku sampai suka sama dia."
"Kenapa ga minta Naruto aja kenalin salah satu temennya buat kamu ra?"
"Iya, udah pernah no. Tapi dia bilang satu-satunya temennya yang masih jomblo itu walaupun ganteng orangnya aneh no. Kaku banget kaya robot, ga punya ekspresi, pendiem, jutek dan pelitnya ampun-ampunan makanya ga ada cewek yang berani sama dia."
"Udah pernah ketemu orangnya langsung?"
"Belum sih no. Penasaran juga sih. Sejutek apa sih sampe segitunya?" Sakura tertawa kecil. "Kayanya sejutek bapak-bapak penjaga perpus di kampus dulu deh." Ino kembali mengingat bapak-bapak garang dengan bekas luka di wajahnya. Dulu dia sampe sempat ga bisa tidur karena dipelototin si Pak Ibiki itu.
"Ampun serem banget ra. Amit-amit."
"Ya aku juga ga mau kali no. Aku pengennya cowok yang baik hati, ramah, romantis, gentleman, humoris, pokoknya someone who will treat me like a princess deh!"
"Nyadar diri dong Sak. Kamu tuh udah tua—" Sakura melotot nyalang pada Ino sampe akhirnya cewek pirang itu meralat kata-katanya. "eh maksudku udah dewasa. Iya sorry salah ngomong!"
"Kamu juga seumur denganku. Enak aja ngatain tua!" Si pink mendengus kasar.
.
.
KLINING
Lonceng kecil diatas pintu cafe berdenting. Sakura dan Ino refleks melihat siapa yang datang. Tanpa sadar Sakura menutup wajahnya dengan tangan begitu melihat siapa yang datang.
Cinta pertamanya dulu, Hatake Kakashi berjalan memasuki cafe bersama Istri dan kedua anaknya.
"No, seriusan kita harus cepet pergi dari sini!" Desis Sakura. Ia menutupi wajahnya dengan tasnya.
Jiirr... dari sekian banyak kursi kosong kenapa harus duduk disini sih? Sakura gusar ketika Kakashi dan keluarganya mengambil posisi di sebelah Sakura. Baru aja dia mau bangkit untuk pergi tiba-tiba saja ada suara menghentikannya.
"Eh, Sakura ya?"
Faaakk...
Anjir...
Sakura sama sekali tidak ingin Kakashi melihatnya sekarang dalam keadaan jomblo dan desperate nyari jodoh. Dia baru pengen ketemu Kakashi setelah dia punya calon yang pantas dibanggakan. Tapi kenapa harus sekarang Kakashi muncul?
"Ah, eh halo sensei!" Sapa Sakura awkward ketika melihat pria yang lebih tua empat tahun darinya itu.
"Hai, Kakashi-sensei! Sedang berjalan-jalan bersama keluarga ya?" Ino ikut menyapa Kakashi.
"Ah halo Yamanaka! Tidak kusangka kalian masih berteman baik sampai sekarang." Kakashi dan keluarganya mengambil tempat duduk di sebelah Sakura dan Ino. Kebetulan bentuk meja di cafe ini memanjang sehingga memungkinkan untuk menampung orang banyak.
"Hehehe begitulah." Ino menjawab basa-basi. "Wah anaknya sudah besar ya sekarang. Sudah kelas berapa?"
"Ah iya aku belum mengenalkan keluargaku. Perkenalkan ini istriku Rin, kalian sudah pernah bertemu dengannya waktu pernikahanku dulu." Rin tersenyum sopan pada Ino dan Sakura. "Ini anakku yang paling tua namanya Kenichi, dia sudah kelas 5 SD dan ini adiknya Sakumo, baru kelas 3 SD."
Sakura mengamati wanita cantik berambut coklat dengan tanda aneh di pipinya (apa sih itu ungu-ungu, entahlah Sakura juga tidak tahu) yang bernama Rin. Dulu dia hanya pernah melihat Rin dari jauh pada saat pernikahan Kakashi. Yah hardcore emang. Dulu dia nekat datang ke pernikahan Kakashi padahal saat itu dia lagi broken heart parah. Tapi ironisnya dia hanya sanggup datang selama 15 menit tanpa sempat memberi salam pada kedua mempelai karena mentalnya sudah tidak kuat. Hahaha. Kalau ingat kejadian itu rasanya Sakura pengen mengubur dirinya sendiri. Sumpah malu. Karena waktu itu dia sempat menangis histeris di pelukan Naruto. Dan sukses jadi perhatian orang banyak. Termasuk Kakashi.
"Salam kenal tante." Kenichi dan Sakumo memberi salam pada Sakura dan Ino.
"Kakak aja jangan tante. Ketuaan." Canda Ino.
"Tapi memang sudah tua kan?" kata-kata si bungsu Sakumo yang berambut coklat seperti ibunya sukses membuat Ino kesal.
"Iya deh panggil aja tante." Ino sewot. Rin tertawa. "Yamanaka-san, maafkan anakku ya. Dia memang terlalu jujur."
ANJRIT MINTA DIGAMPAR INI TANTE-TANTE!
Ino tersenyum kecut. Dia mengamati Sakura yang sejak tadi diam saja. Agak khawatir jangan-jangan sahabat kecilnya ini memang masih menyimpan rasa buat Kakashi.
"Ah iya Rin, kamu ingat dengan Sakura kan?" Kakashi tiba-tiba memulai topik pembicaraan. Sakura yang tadinya diam saja kini memalingkan wajahnya menatap Kakashi dan Rin secara bergantian. "Ah, yang waktu itu nangis-nangis heboh di nikahan kita kan? Yang kamu cerita ada murid yang suka sama kamu itu?"
WHAT?
Wanjir malu!
Sumpah Sakura malu!
Ino menatap Rin garang. Jahat sekali dia berbicara soal Sakura seperti itu. Sakura terlihat kesal. Ia menggenggam gelasnya dengan keras.
"Apa kabarmu Sakura?" Kini Kakashi ganti menanyai Sakura. "Kuharap kamu sudah menemukan pangeran berkuda putihmu sekarang, bukan aku tentunya."
Gila, sombong amat nih cowok. Dikira aku belum move on apa?
"Baik banget sensei!" Sakura menjawab dengan semangat. Dia tidak ingin kalah kali ini. "Sekarang aku sudah berhasil menggapai semua cita-citaku dan aku bahkan sudah akan menikah dengan pria idamanku." Mata Ino membelalak lebar mendengar kebohongan sahabatnya ini. Tapi dia memutuskan untuk membantu Sakura.
"Benar sensei, Sakura sekarang sudah menjadi dokter kepala di RS Konoha dan dia akan menikah dengan CEO perusahaan ternama di Jepang." Ino berbohong. Sakura menatap mata biru Ino memberi kode kalau Ino terlalu berlebihan berbohongnya.
Ino mengangkat bahu. Memberi kode kalau dia sedang berusaha membantunya.
"Oh begitu. Lalu kenapa dia tidak bergabung dengan kalian? Apakah di hari minggu seperti ini dia masih sibuk dengan pekerjaannya? Kuharap dia bukan tipe workaholic karena biasanya rumah tangga yang dibangun oleh orang tipe ini tidak akan bertahan lama." Kakashi seolah sedang menantangnya. Ia seperti ingin membuktikan pada Sakura jika gadis itu masih belum bisa move on dan tadi itu hanya kebohongan belaka. Soalnya Kakashi sempat bertemu dengan Naruto beberapa hari yang lalu dan menurut keterangan Naruto, Sakura masih jomblo sampai sekarang. Mana mungkin hanya jeda waktu dua hari tiba-tiba cewek itu sudah mau nikah aja. Sama CEO perusahaan ternama lagi. Bohong banget.
"Tidak kok! Dia tipe romantis, gentle, baik banget lah pokoknya. Dia lebih mengutamakan aku daripada pekerjaannya. Sebentar lagi juga dia akan menjemputku kok. Sensei tenang saja." Tanpa sadar Sakura membalas. Ia kembali berbohong dan kali ini makin parah. Siapa coba yang akan menjemputnya?
Parahnya lagi Ino malah ikut-ikutan menambahkan. "Iya, ganteng banget lho calonnya Sakura. Baik hati, tinggi, putih, kaya, ramah, ah pokoknya bikin cewek klepek-klepek."
"Ah begitu ya? Aku dan Rin tidak sabar ingin bertemu dengannya." Kakashi menyeringai.
"Kenichi dan Sakumo mau pesan apa?" Rin yang dari tadi tidak berminat pada pembicaraan mereka bertiga segera mengurusi anak-anaknya. Dia memang tidak tertarik dengan cerita hidup mantan murid suaminya itu.
"Kids Meal dan Lemon tea!" jawab kedua anak itu bersamaan.
Selagi Rin sibuk memesan makanan, Sakura mengambil ponselnya diam-diam dan mengirimkan email pada Naruto.
To: Naruto no baka
Jemput aku di tempat biasa sekarang juga! Bawa satu temenmu yang paling tampan dan available. Jangan banyak tanya. URGENT!
Sent.
PIP
Sekarang Sakura hanya bisa pasrah. Dia udah ga mikir walaupun Naruto datang bawa orang freak sejenis Lee pun dia terima kok, yang penting dia bisa nunjukkin ke Kakashi kalau dia ga sendirian.
.
.
.
Setelah obrolan basa-basi awkward berlangsung hampir 30 menit akhirnya Sakura melihat sesosok cowok pirang yang ditunggunya sejak tadi. Penasaran dengan cowok available mana yang dibawa sama naruto, ia segera memperhatikan sosok cowok yang berjalan di belakang Naruto.
What? Ini Naruto nyuri model dari mana? Sumpah ganteng maksimal!
Cowok itu tinggi, putih, ganteng maksimal ngalah-ngalahin member Jhonny's entertainment, gayanya stylish kaya cowok-cowok yang ada di serial cantik yang suka Sakura baca sewaktu SMA dulu.
"Sakura-chan!" Naruto berlari kecil sambil melambaikan tangannya. Cowok ganteng itu mengikuti Naruto dari belakang.
"Ah, Kakashi-sensei perkenalkan ini calon suamiku." Tanpa pikir panjang Sakura langsung saja menarik lengan si ganteng dan membawanya ke hadapan Kakashi. "AP-" Naruto baru saja hendak bereaksi tapi Ino sudah keburu mencubit lengan atasnya dengan sadis. Matanya menatap mata biru Naruto memberi kode supaya cowok hiperaktif itu tetap diam.
"Hai, sayang." Sapa Sakura singkat.
CUP
Wajahnya memerah bukan main ketika cowok ganteng itu menciumnya tepat di bibir. Singkat sih dan cuma menempel biasa saja bukan ciuman panas yang gimana-gimana tapi itu cukup bikin Sakura melayang. "Halo cantik." Sapanya pada gadis yang baru saja diciumnya.
Cowok ganteng itu berjalan mendekati Kakashi "Salam kenal. Aku Uchiha Sasuke." Si ganteng yang ternyata namanya Sasuke itu segera menjabat tangan Kakashi.
Kakashi membalas jabatan tangan Sasuke. "Hatake Kakashi. Yoroshiku." Kakashi kembali melanjutkan perkataannya. "Ah dan perkenalkan ini Istriku, Hatake Rin." Kakashi memperkenalkan Rin pada Sasuke. Wanita itu seolah tak mau melepaskan jabatan tangan Sasuke. Wajahnya memerah sempurna melihat cowok yang gantengnya ga ketulungan ini. Ini bahkan lebih bikin deg-degan daripada sewaktu dia bertemu Yamashita Tomohisa si artis kondang keluaran Jhonny's entertainment. Gila ini cowok gantengnya ngalah-ngalahin Yamapi soalnya.
"Ehem." Rin baru melepaskan jabatan tangannya ketika Kakashi berdeham keras. Kakashi menatap tajam Rin karena seenaknya jabatan tangan lama-lama sama cowok lain.
"Dan ini anak-anakku, Kenichi dan Sakumo."
"Aku Hatake Sakumo. Salam kenal paman!"
"Hatake Kenichi desu. Yoroshiku." Kenichi menjawab dengan cool berkebalikan dengan saudaranya yang kelihatan bersemangat.
"Eh... ngomong-ngomong soal Uchiha." Rin yang tadi diam saja akhirnya ikut nimbrung karena penasaran. "Uchiha bukannya nama perusahaan developer property yang terkenal itu?"
"Properti hanya satu bagian dari Uchiha group, kami punya juga perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, perkebunan, pertanian, pertambangan, IT, dan finance." Jelas Sasuke.
Tunggu...
Tadi dia bilang 'kami'?
Ini seriusan yang punya Uchiha group?
"Jadi Sasuke-san ini ada kaitannya dengan Uchiha group?" Rin masih melongo tidak percaya.
"Dia ini baru saja diangkat menjadi CEO Uchiha group setelah ayahnya pensiun." Naruto tiba-tiba saja menjelaskan.
Glek.
Kakashi menelan ludahnya. Ternyata benar kalau calonnya Sakura itu CEO. "Ehem... jadi sejak kapan kalian pacaran?" Kakashi kembali angkat bicara.
"Um... mungkin sekitar dua tahun yang lalu. Ya kan sayang?" Entah kesambet apa Sakura nekat memeluk pinggang Sasuke dari samping. Gyah dia bisa bunuh diri kalau seandainya Sasuke berontak dan melepaskan pelukannya sekarang. Untungnya cowok itu masih kooperatif dan tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan Sakura. "Hn..."
Naruto dan Ino sejak tadi cengo memperhatikan sandiwara di depannya ini. Sumpah Sasuke dan Sakura berhak mendapat piala oscar atas akting mereka yang super natural. Naruto bahkan penasaran kemana drama ini berlanjut. Padahal tadi dia tidak sengaja mengajak Sasuke. Sebenarnya Naruto sempat ingin mengenalkan Sasuke pada Sakura karena mereka berdua sama-sama jomblo tapi ga jadi karena Sakura langsung nolak duluan begitu dia lapor kalau Sasuke itu jutek, diem, datar, pelit dan ga asik orangnya.
Naruto sendiri cukup shock pas lihat karakternya Sasuke yang ada di hadapannya ini berbeda jauh dengan karakter aslinya. Gila banget ini aktingnya.
"Wah sudah cukup lama ya? Aku kaget soalnya aku sempat bertemu dengan Naruto dua hari yang lalu dan dia bilang kalau Sakura masih single."
Sakura mengalihkan pandangannya pada Naruto dan menatap cowok itu garang. Ternyata Naruto penyebabnya! Naruto hanya ketawa garing dipelototin Sakura seperti itu.
"Orang tuaku sempat tidak menyutujui hubungan kami. Jadi ya begitulah yang tahu hubungan kami hanya sahabat baik kami dan kami memohon pada mereka untuk merahasiakan ini, yah kami backstreet dan sekarang orang tuaku sudah setuju jadi kami akan segera menikah." Tanpa dikomando Sasuke menjawab dengan lancar.
What? Sasuke bicara panjang lebar? Ini benar-benar keajaiban alam. Pikir Naruto.
"Oh..." Kakashi merasa kalah. Prediksinya salah. Dia sempat mengira Sakura masih jomblo dan belum bisa move on darinya. Ternyata salah. Calon suaminya kualitas super begini.
"Mohon maaf apakah kami bisa undur diri?" Sasuke meminta izin dengan sopan. "Aku ingin membelikan gaun untuk Sakura. Malam ini ada pesta internal perusahaan."
Anjir kebohongan apalagi ini?
"Ah, silakan." Kakashi terlihat awkward.
"Aku dan Naruto juga ada urusan." Ino ikut menambahkan. "Kami duluan ya sensei."
"Ah sebelum itu, aku ada hadiah untuk kalian adik kecil." Sasuke mengeluarkan dua buah gacha pon karakter pokemon langka yang sangat sulit didapatkan di pasaran. Ia memberikannya pada Kenichi dan Sakumo. Tangannya mengusap kepala kedua anak itu.
Mata Kenichi dan Sakumo berbinar-binar senang. "Terima kasih paman!" seru mereka berbarengan. "Bahkan ayahpun tidak mau membelikan kami ini tapi paman yang baru ketemu dengan kami malah memberi kami ini." Curhat si bungsu.
"Sakumo!" Rin memotong perkataan Sakumo. Kakashi meringis mendengar perkataan anaknya. Bukannya tidak mau tapi tidak mampu. Itu karakter super langka yang harganya bisa mencapai ratusan ribu yen.
"Sampai jumpa." Sasuke menarik lengan Sakura keluar dari cafe diikuti oleh Ino dan Naruto.
.
.
JOMBLO © Akina Takahashi
Published on fanfictiondotnet
Do not copy or publish it on another site without permission
Dilarang menyalin dan mempublikasikan sebagian dan atau seluruh fanfiksi ini di website lain tanpa seizin Author
.
.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil mewah milik Sasuke. Sakura dan Sasuke duduk di depan sementara Ino dan Naruto duduk di belakang.
"Gila! Akting tadi benar-benar gila!" Naruto akhirnya menyuarakan apa yang ada di kepalanya. "Kok bisa pas sih semuanya? Kalian tadi improvisasi kan? Ga nyiapin teks apapun kan?"
"Iya jelaskan sekarang juga forehead! Apa yang terjadi tadi sebenarnya? Kalian sudah saling kenalkah?" Ino memaksa Sakura untuk menjelaskan.
"Kami belum pernah bertemu sebelumnya No, aku juga kaget soalnya tadi aku cuma email Naruto untuk bawa temennya kesini dan semuanya terjadi begitu saja."
Sakura menatap Sasuke sebelum akhirnya berkata. "Oh ya by the way, tadi makasih ya." Sakura berkata canggung. "Kau bahkan sampai menyiapkan hadiah untuk anaknya Kakashi. Aku tidak tahu harus berterima kasih seperti apa lagi."
"Bayar." Jawaban Sasuke singkat.
What?!
Sakura kaget mendengar perkataan Sasuke. Dia kan sudah punya uang banyak. Untuk apa minta dibayar.
"Gacha pon tadi sebenarnya hadiah untuk keponakanku. Harganya masing-masing 100,000 yen jadi total 200,000 yen."
Anjir ternyata orangnya pelit dan perhitungan banget. Benar ternyata teori orang ganteng yang cuma terdiri dari dua kategori yaitu gay dan brengsek. Cowok ini masuk kekategori kedua kayaknya. Sialan.
"Seriusan gituan doang harganya semahal itu Sas? Bisa beli tiket pesawat PP ke Hawaii tuh dengan duit segitu." Naruto nyeletuk.
"Oke, oke aku bayar. Tapi habis gajian bulan depan ya." Mohon Sakura.
"Bunganya 10% per bulan, jadi kalau bulan depan kau harus bayar 220,000 yen."
Seketika rasa kagum Sakura pada Sasuke hilang seketika. Pelit banget ini orang. Padahal apa artinya 220,000 yen buat dia? Udah kaya maksimal begitu. Emang dikira dokter banyak duit apa? Apapula itu bunga 10% emangnya PPN? Dimana-mana bunga pinjaman itu ga lebih dari 5% lah.
"Aku dokter bukan pebisnis. Aku tidak punya uang sebanyak dirimu." Jelas Sakura.
"Aku pebisnis bukan dokter jadi aku akan menerapkan prinsip bisnis dalam setiap tindakanku." Sasuke membalas perkataan Sakura.
"Hei, hei sudah jangan bertengkar." Ino dan Naruto mulai merasa awkward karena merasa ga dianggap dari tadi.
"Oke, aku akan membayarmu akhir bulan ini." Akhirnya Sakura memberi keputusan. "Apa lagi?" Serunya gusar ketika Sasuke masih saja menatap mata emeraldnya. "Aku ingin bayaran yang setimpal karena kau sudah merebut ciuman pertamaku dan membuatku berbohong di depan orang yang tidak kukenal."
APA? Siapa coba yang minta cium? Itu kan dia sendiri yang seenaknya menciumku?
"Aku ingin dapat kartu berobat gratis selama 1 tahun penuh di RS Konoha."
"Eh, tadi kan kau yang menciumku bukan aku. Aku tidak mau memberikan itu. Dikira gampang apa mengurus hal seperti itu." Jawab Sakura jutek. "Ino yuk kita pergi darisini." Si cewek pink baru saja mau membuka pintu mobil tapi gerakannya tiba-tiba saja terhenti akibat perkataan Sasuke. "Baik kalau begitu aku akan membeberkan semuanya pada Kakashi dan Istrinya di cafe." Ancam Sasuke. Cowok berambut hitam itu segera membuka pintu mobilnya namun dihentikan oleh Sakura yang tiba-tiba saja memeluknya dari samping. "Oke. Oke! Baik. Aku penuhi permintaanmu. Apapun asal jangan beritahu Kakashi!"
"Gratis berobatnya saja ya. Obatnya bayar sendiri." tawar Sakura.
"Deal." Sasuke menyeringai. "Ini lebih menguntungkan daripada aku harus membayar asuransi kesehatan tambahan."
Sakura melepaskan pelukannya dari Sasuke dan masih merasa kesal karena diperdaya oleh Sasuke dia segera membuka pintu mobil Sasuke namun gagal karena Sasuke menguncinya secara otomatis.
"Apa yang kau lakukan? Aku kan sudah menyetujui permintaanmu! Sekarang biarkan aku pulang!"
"Pulang? Tidak secepat itu. Seperti yang kubilang tadi pada Kakashi, aku akan mengajakmu ke pesta internal perusahaan. Sekarang aku akan mencarikanmu gaun untuk nanti malam."
Ih jangan-jangan bayar lagi ntar gaunnya. pikir Sakura.
"Kali ini gratis." Ujar Sasuke seolah bisa membaca pikiran Sakura.
"Cieeee..." Naruto menggoda Sakura. "Akhirnya Sakura-chan ga jomblo lagi cieee..."
"Wiih, padahal baru aja beberapa jam yang lalu dia galau berat karena masih jomblo loh Nar." Ino menambahkan.
"Memangnya siapa yang jadian?" Sakura terlihat kesal. "Kalian ga lihat apa aku diancam dan diperas?"
"Tapi seneng kan?" Naruto masih terus menggoda Sakura.
"Apa sih—! Awas kau Naruto! Lihat aja nanti!" Sakura mengepalkan tangannya.
"Ampuuun!" Naruto segera membuka pintu mobil dan pamit pada Sasuke. "Aku dan Ino duluan ya. Kalian silakan nikmati kencan pertama kalian. Naruto menarik lengan Ino. "Bye forehead!"
"PIIIGG! Jangan tinggalkan akuu!" Jerit Sakura merana manatap kedua sahabatnya yang telah pergi menjauh.
"Ayo kita pergi." Senyuman tipis muncul di wajah Sasuke. Sakura hanya bisa pasrah.
End? or TBC? you choose!
Konnichiwa minnaa~~
Ini hanya fic pelepas stress dan penat. Bahasanya santai dan ga berat. Saya sebenernya lagi ngedraft Rewrite tapi stuck dan akhirnya malah kepikiran ide ini. Saya ga bermaksud ngebash Kakashi dan Rin disini, mereka kaya gitu cuma tuntutan plot belaka. dan... Sasuke... gila OOC bangeeet. Ampun deh pelitnya udah kaya Mr. Crabs. Hahaha.
Review dan tanggapan kalian saya tunggu ya.
Silakan kasih tanggapan kalian apakah saya harus melanjutkan fiksi ini atau tidak.
Terima kasiiiihh~~
With Love,
Akina Takahashi
October 2015