UZUMAKI BORUTO.
A Naruto High School DxD Fanfiction.
By Keris Empu Gandring.
•
•
•
Rate :: M (untuk kekerasan dan kata yang kurang/tidak pantas untuk diucapkan).
•
•
•
Jangan merasa sungkan untuk memberikan Review (^,~)
•
•
•
Warning :: AU, OOC, dan kekurangan lainnya.
•
•
•
Namaku adalah Uzumaki Boruto ... Aku hanyalah seorang remaja biasa dengan kehidupan yang biasa-biasa saja.
Satu-satunya hal yang tidak biasa dalam kehidupanku hanyalah aku mampu mempertahankan hidupku bersama adik perempuanku di Kota besar seperti Tokyo. Meski tidak punya siapa-siapa, karena sudah ditinggal ke dua orang tua kami sejak kecil.
Ya ... Hanya itu ...
Tapi, semua kehidupan normal itu musnah saat orang-orang aneh bersayap mulai datang dalam kehidupanku dan adikku.
Ditambah lagi, seorang gadis cantik bersurai merah yang memiliki gangguan jiwa, datang padaku dan memintaku menjadi budaknya!.
UZUMAKI BORUTO.
A Naruto High School DxD Fanfiction.
By Keris Empu Gandring.
Chapter 1 :: GRIM REAPER.
Seorang gadis cantik bersurai merah terlihat mengawasi Uzumaki Boruto dalam diam ditempat persembunyiannya. Disampingnya seorang gadis sebayanya, yang tak kalah cantik menemani si Rambut merah selama mengawasi Boruto.
Ya ... Uzumaki Boruto adalah seorang pemuda tampan bersirai pirang. Dan saat ini, pemuda pirang itu sedang bertarung dengan seekor Kadal raksasa, didepan dua gadis cantik yang mengawasinya dibalik Pohon.
"Ara~ ara~ apa kau yakin akan menjadikannya Budakmu?"
"Kurasa dia terlalu biasa ... Gravity Jail hanyalah Sacred Gear biasa dan kurasa Bidak terahirmu terlalu berharga untuknya"
"Jangan meremehkannya. Bukankah selama ini instuisiku tidak pernah salah?"
"Contohnya saja, kasus Hyoudou Issei. Bukankah hasil observasi kita Issei hanya memiliki Sacred Gear Twin Critical?"
"Tapi nyatanya ... Dia adalah sang Kaisar Naga Merah, bukan?"
"Ara~ araaa~ dalam kasus Issei-Kun, kita hanya kebetulan Rias—"
Braakkk!.
Suara keras itu menghentikan ucapan Akeno. Dan saat gadis itu mengalihkan pandangannya pada sumber suara, alangkah terkejutnya seorang Akeno Himejima, karena pemuda tampan bersurai kuning itu, saat ini sedang berdiri santai, menatap Kadal raksasa yang tergeletak tak berdaya setelah menghantam Pohon beberapa kali, hingga telihat lemas.
Dan setelahnya, sang Kadal terlihat menguar menjadi Asap, setelah dikalahkan sang Uzumaki!.
"Hem ... Kini aku mengerti kenapa tidak pernah ada laporan kemunculan Iblis Liar di Kota ini. Jadi dia yang membereskannya"
"Akeno, Ayo keluar. Sepertinya dia sudah selesai!" ucap Rias. Matanya terlihat berbinar-binar, mengagumi kemampuan bertarung Boruto yang cukup handal dalam memanfaatkan kekuatan Gravitasinya.
Dan itu tentu saja membuat Rias semakin yakin dengan keputusannya ingin menjadikan Boruto sebagai Budaknya.
Ya ... Seperti itulah perbincangan singkat dua gadis cantik itu, Rias dan Akeno. Sebelum ahirnya melangkahkan Kaki mereka untuk keluar dari tempat persembunyiannya untuk mendekati Boruto.
"Hahhh~" Akeno hanya bisa bernafas pasrah.
Jika sudah seperti ini, tidak ada seorang pun yang mampu menghentikan keinginan Rias. Apa pun yang dikatakan orang-orang disekitarnya, tidak akan bisa mengubah pola fikir pewaris berikutnya dari tahta Clan Gremory itu.
Dan mengabaikan itu semua, Akeno mulai mengikuti sang Raja yang sudah terlebih dahulu menampakan dirinya.
"Aku benar-benar terkejut kau mampu mengalahkan Iblis Liar itu dengan mudah. Jika aku benar, Kadal itu tergolong dalam Iblis Liar kategori C" ucap Rias seraya terus mendekati Boruto.
"Kemampuanmu sangat mengagumkan dalam memaksimalkan kekuatan Sacred Gearmu!" lanjut sang Gremory dengan Wajah penuh percaya dirinya.
Boruto berbalik dan mendapati seorang gadis cantik bersurai merah sedang mengoceh tak jelas seperti itu. Disampingnya, seorang gadis tak kalah cantik tersenyum padanya, seraya momposisikan dirinya disamping Rias.
"Siapa kalian?"
"Aku adalah Rias Gremory, calon Kepala Keluarga selanjutnya dari Clan Gremory!"
"Dan Rias Gremory adalah Iblis Bangsawan di Dunia Bawah!" Akeno terlihat melengkapi ucapan Rias, sebelum memperkenalkan dirinya juga.
"Sementara aku adalah Ratu dari Kerajaan Rias Gremory, Himejima Akeno!" ucapnya.
Boruto menatap malas dua sosok gadis cantik itu. Dari pandangan itu terlihat jelas jika pemuda tampan ini tidak percaya dengan apa yang diucapkan Rias dan Akeno.
"Iblis?. Bangsawan?. Kerajaan?. Dasar ... Gila. Padahal mereka cantik-cantik" gumam Boruto pelan. Ya ... Sangat pelan memang, tapi tampaknya Rias bisa mendengar gumaman itu.
"Jangan sembarangan!. Aku tidak gila. Aku beneran seorang Raja dan keturunan Bangsawan murni!"
"Woh, dia mendengarnya?!" Boruto terlihat gelagapan karena tidak menyangka jika Rias bisa mendengar gumamannya yang samgat pelan.
"Araa~ araaa~ Iblis memiliki pendengaran yang jauh lebih tajam dari Manusia, Boruto-Kun" ucap Akeno yang diahiri dengan senyum menggodanya. Sementara Rias terlihat masih kesal karena dibilang gila.
"Terserah deh ... Bodo amat!" ucap Boruto yang meninggalkan Rias dan Akeno seenaknya.
'Mana ada yang seperti itu?!' batinnya.
"Hei tunggu. Boruto-Kun, jadilah Budakku!" teriak Rias.
"Boruto-Kuunnnn!"
"Borutooo!"
UZUMAKI BORUTO.
A Naruto High School DxD Fanfiction.
By Keris Empu Gandring.
Malam berganti dengan cepat. Dan saat ini, Waktu sudah menunjukan Dini Hari. Boruto terlihat keluar dari Sebuah Rumah sederhana dengan satu Tas besar berisikan Koran. Ya ... Ini adalah salah satu dari pekerjaan Boruto dalam upaya mempertahankan hidup juga membiayai Sekolahnya dan Adik wanitanya.
Menjadi Loper Koran!.
Namun kegiatan biasanya kini sedikit terganggu dengan kehadiran dua gadis cantik yang entah darimana, kembali muncul secara tiba-tiba.
"Jadi ini Rumahmu ya ... Boruto-Kun. Lebih bagus dari yang dilaporkan"
"Dan ... Jadilah Budakku!"
Suara itu ... Ucapan itu ... Tidak salah lagi. Itu pasti mereka!.
Dengan tatapan bosan, Boruto kembali mengalihkan pandangannya pada sosok yang dari beberapa jam lalu terus mengatakan hal membosankan itu.
"Tuh kan ..." ucapnya dengan sebuah tatapan bosan pada dua sosok gadis cantik itu. Merasa bosan menghadapi Rias dan Akeno, pemuda bersurai pirang itu memilih untuk melangkahkan Kakinya meninggalkan Mereka.
"Hoi!" Rias berteriak kesal karena kembali diabaikan pemuda pirang itu.
'Sayang sekali ... Padahal yang rambutnya biru adalah tipeku. tapi sepertinya gangguan mentalnya sangat parah' batin Boruto, tanpa memperdulikan teriakan Rias yang memintanya untuk berhenti.
"Ara~ ara~ sepertinya kita diabaikan lagi" keluh Akeno. Tapi Senyum menawannya tak pernah luntur dari Wajah cantik itu. Yap, meski sedang menyuarakan keluhannya, senyum itu tetap mekar disana.
"Huh!"
"Akeno. Kurasa ini akan lama, kau pulanglah lebih dulu ke Dunia Bawah. Aku akan menyusul saat berhasil membuatnya menjadi Budakku!" ucap Rias.
"Lalu persiapan Rating Gamenya?"
"Aku percayakan padamu!"
Meski sempat terkejut, Akeno ahirnya mengangguk mantap, disertai dengan senyum penuh pesonanya. Dan senyum itu sudah cukup untuk membuktikan jika Akeno akan melakukan yang terbaik yang dia bisa.
Tentu saja. Tidak ada hal yang lebih membanggakan dari sebuah kepercayaan yang diberikan orang lain padamu?!
Terlebih orang itu adalah penyelamat, sahabat, sekaligus orang yang sangat kau hormati!.
"Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu" ucap Akeno.
"Dan Buchou, berusahalah!. Kami menunggu kabar baik darimu" lanjutnya sebelum menghilang dalam Lingkaran Sihirnya yang entah darimana datangnya.
Rias tersenyum mendengar ucapan Akeno. Faktanya, meski Akeno adalah salah satu Budaknya, gadis bersurai biru itu lebih dari sekedar Budak. Akeno sudah dianggapnya sebagai keluarganya sendiri.
Meski Budak lain dalam Kerajaannya pun sudah dianggap keluarga, kata keluarga yang diberikan pada Akeno jauh lebih dalam dari pada untuk yang lainnya.
Karena itulah Rias tidak pernah mempermasalahkan panggilan apa yang Akeno berikan padanya. Toh Akeno adalah gadis yang pintar. Dia akan tetap memanggilnya Buchou -Panggilan kehormatan Rias- saat sedang bersama Iblis lain, atau sedang dalam situasi serius seperti tadi.
UZUMAKI BORUTO.
A Naruto High School DxD Fanfiction.
By Keris Empu Gandring.
"Tidak ada tapi-tapian!. Aku hanya ingin dilayani oleh Boruto-Kun, atau ... Aku akan menyampaikan keluhanku pada Manager Restoran ini agar kau dipecat!" desis seorang gadis bersurai merah dengan gaya angkuhnya, dihadapan Pelayan yang sedang berusaha melayaninya.
"Ta-tapi Ojou-Sama—"
"Sudah kubilang kan tidak ada tapi-tapian!"
"Manager—"
"Ba-baiklah Ojou sama. Mohon tunggu sebentar, saya akan segera memanggil Boruto-Kun untuk melayani anda" ucap Pelayan itu pada ahirnya.
Ya ... Merasa tidak akan menang dalam perdebatan ini, ahirnya si Pelayan memilih untuk memenuhi permintaan gadis itu. Dan ternyata, sejak tadi Boruto mengawasi perdebatan itu dibalik Tembok yang menghubungkan Area Tamu dan Dapur Restoran.
"Astaga ... Gadis itu benar-benar gila!. Bagaimana dia bisa tau Rumah dan tempatku bekerja sih!" umpat Boruto dengan Wajah malas bercampur kesal.
"Maaf Boruto-Kun, dia tetap bersih keras ingin kau yang melayaninya" ucap si Pelayan tadi, sesaat setelah berada ditempat Boruto.
"Memangnya kenapa sih, kau terlihat begitu takut padanya?. Dia itu gadis yang cantik loh?!"
"Kau tidak mengerti, gadis itu gila!. Aku baru melihatnya kemarin Malam, tapi sudah mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti menginginkanku menjadi Budaknya!" ucap Boruto dengan kesalnya.
"Dan kalau tidak salah namanya ... Eumh~ Rias, ya Rias!" lanjut pemuda tampan itu.
"Rias? Nama yang indah ... Seindah Tubuhnya ..." gumam si Pelayan yang mulai berfikir aneh-aneh.
Ya ... Si Pelayan itu malah berfikir menjadi seorang Budak Rias yang dengan sepenuh hati berusaha untuk memuaskan gadis itu.
"Achhh~ terus, teeruusss~ jilat teruussss~"
Dalam bayangannya, Rias menduduki Mukanya dan mengerang kenikmatan karena mendapat jilatan penuh asa dari si Pelayan yang tergeletak tak berdaya, terikat sedemikian rupa.
"Rias-Samaaa~ ohhh~ Riaaasss-Sammaaaa~" gumamnya dengan Wajah yang menjijikan. Namun sialnya bagi Boruto, bayangan itu sejalan dengan apa yang dilakukannya saat ini.
Yap, si Pelayan dengan penuh nafsu berusaha menjilati Wajah Boruto. Yang tentu saja berusaha ditahan dengan segenap jiwa dan raga oleh pemuda bersurai pirang itu.
"Sadarlah!. Woooiii sadar!"
"Kampreettt!" Pada ahirnya, Boruto memberikan bogem mentahnya pada si Pelayan karena tetap tidak sadar-sadar juga dari bayangan mesumnya. Ya ... Mau bagaimana lagi, dari pada Wajahnya kena Lidah nista itu, memukulnya adalah pilihan yang tepat.
"Aww!" ucap si Pelayan seraya mengusap Pipinya yang memerah karena dihantam pemuda bersurai pirang itu.
"Kau bodoh!. Itu adalah hal terindah dalam hidup seorang pria!. Kesempatan emas seperti ini tidak datang dua kali!" teriak Pelayan itu dengan penuh ambisi.
"Banyak pria diluar sana yang berharap menjadi Budak gadis secantik itu, kau malah menolaknya!" lanjut sang Pelayan.
"Aku tidak senista dirimu ..." komentar Boruto pedas.
"Apa—"
"Hoiiii!"
"Kenapa kalian malah bermesra-mesraan disini!. Lihatlah, didepan banyak Tamu. Cepat layani mereka!"
"Dan kau Boruto, urus gadis itu. Teriakannya mengganggu Tamu yang lain!" desis sang Manager dengan tampang horrornya. Dan mau tidak mau, Boruto harus melakukannya.
"Haaahhh ..." pemuda pirang itu mengeluh pasrah seraya melihat sosok Rias yang terus meneriaki namanya, karena Boruto tak kunjung keluar. Tanpa perduli jika itu akan membuat Tamu yang lain terganggu.
A/N :: Si Pelayan tadi berjenis kelamin pria, dan sepertinya kurang satu Ons.
"Boorruuutttooo"
"Boorruuuttooo"
Teriakan seperti itu terus membahana seisi Restoran. Dan kini si peneriak sudah dalam fase berteriak seraya menggebrak-gebrak Meja dengan intonasi suara yang semakin tinggi.
"Berhentilah berteriak-teriak seperti itu ... Kau mengganggu Tamu yang lain!" Boruto mendesis seraya menatap kesal gadis bersurai merah itu, yang ternyata adalah Rias Gremory. Gadis yang entah kenapa begitu terobsesi untuk menjadikan Boruto sebagai Budaknya.
"Boruto-Kun?!. Jadilah—"
"Jika kau datang kesini hanya untuk mengatakan hal bodoh itu, tanpa bermaksud untuk memesan apa pun ... Enyahlah!" potong Boruto kejam.
Namun Rias tidak terlihat kecewa sedikit pun. Gadis itu malah tersenyum santai mendengar sambutan si pirang yang tak bersahabat itu.
"Hoalahhh~ kau kejam sekali" ucap Rias yang masih tersenyum santai.
"Baiklah, baiklah Boruto-Kun ... Bawakan saja apa pun. Yang penting kau mau mendengarkan ucapanku" lanjut Rias kembali menggulung senyumnya yang indah.
Ting!.
Tingg!.
Tiba-tiba saja Wajah kesal Boruto menghilang, seiring dengan serangai yang sulit diartikan, mendengar jawaban yang terkesan menantang dari gadis bersurai merah itu.
"Serius?"
"Eumh!" Rias mengangguk mantap.
'Saatnya balas dendam!. Akan kubuat Sakumu bolong!' Boruto berteriak nista dalam batinnya, membuat seorang gadis malu karena tidak sanggup membayar pesanannya adalah keterlaluan. Tapi mau bagaimana lagi, hidupnya benar-benar terusik dengan kehadiran gadis itu.
Dan Boruto terpaksa melakukan ini dengan harapan gadis ini akan pergi untuk selamanya.
Dan seperti yang direncanakan. Sebuah gelombang Hidangan mewah nan mahal datang tanpa henti bagaikan Kereta Api. Hingga pada ahirnya, Meja besar itu benar-benar penuh dengan Hidangan berbagai makanan.
"Waahhh~ makanan ini sepertinya enak-enak!"
Boruto sedikit heran karena tidak melihat Rias ketakutan dengan jumlah makanan yang tersaji. Bagaimana bisa?!. Dia sudah memesan makanan paling mahal nan berlimpah yang ada di Restoran tempatnya bekerja. Tapi, gadis itu sama sekali tidak terlihat panik sedikit pun?!.
Malah Rias mencicipi setiap hidangan dengan gaya anggun nan elegan bak tuan putri dalam Dongeng!.
'Apa Sakunya benar-benar tebal ya ... Dia sama sekali tidak terlihat panik?!'
"Boruto-Kun, ayo ikut makan. Lagi pula aku tidak mungkin menghabiskan semuanya" Rias berucap itu dengan santai disela makannya yang elegan.
"A-ah! Ti-tidak usah!. Bu-bukankah t-tugasku hanya mendengarkanmu?" entah kenapa Boruto yang terlihat panik. Bahkan sampai tergagap seperti itu. Ya ... Mau bagaimana lagi, tawaran itu seperti sinyal bahanya untuknya.
Tepat!.
Bagaimana jika Rias tidak punya Uang dan berusaha menjebaknya. Bukankah karena ikut makan, itu artinya dia juga harus ikut bertanggung jawab atas tagihannya nanti?!.
Ya ... Daripada ahirnya menjadi pusing, lebih baik Boruto menolaknya.
'Rencana untuk menjahilinya bisa gagal kalau seperti itu' batin Boruto, berusaha terus memantapkan dirinya, menolak tawaran Rias. Padahal disisi lain batinnya berteriak berharap sang pemilik Tubuh ikut menikmati Hidangan mewah nan mahal itu.
Padahal kapan lagi kesempatan ini datang?!. Lagi pula membeli dengan Uangnya sendiri tidak akan mungkin. Dari pada membeli makanan, Uang itu lebih baik digunakan untuk keperluan Sekolah adiknya.
"Ya sudah ..."
"Oh iya Boruto-Kun, aku ini adalah Iblis Kelas Atas, keturunan Bangsawan murni dari Clan Gremory. Jika kau mau menjadi Budakku, aku pastikan kau akan hidup sejahtera tanpa perlu bersusah-susah begini"
"Haaahhh~ mengatakan itu lagi ..."
"Jika punya Uang banyak, sebaiknya kau pergi ke Psikiater. Kurasa kau mulai gila"
"Apa—"
"Jangan membual terus. Selama ini aku cukup tau banyak tentang Iblis atau Mahluk-Mahluk aneh yang disebut dengan Malaikat Jatuh atau sebagainya. Mata ini bisa melihat semuanya!"
"Jadi ... Jangan pernah membual dihadapan—" ucapan Boruto terhenti karena sebuah panggilan tiba-tiba masuk di Ponselnya. Tanpa basa-basi lagi, Boruto segera bergerak menjauh, dan mengangkat panggilan itu.
Clik!.
O-Onii-Chaannn, to-tolong a-akuu—
Kyaaaaa~ aaahhhh~ Oni-Chaaannnnn!.
Tuut ...
Tuut ...
Tuut ...
"Melihat?!" Rias yang masih memikirkan ucapan Boruto, tidak mendengarkan panggilan aneh yang diterima Boruto. Gadis itu baru sadar saat Boruto berlari ke luar Restoran dengan tergesa-gesa.
"Eh?!. Mau kemana Boruto-Kun?" gumam Rias. Tanpa berlama-lama lagi gadis itu bangkit dan mengejar Boruto.
Sampai diluar Restoran, Rias menengok kanan-kiri berusaha mencari petunjuk mana jalan yang dilalui pemuda bersurai pirang itu.
Namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Boruto. Padahal padahal gadis itu hanya terlambat beberapa detik menyusul si pirang keluar. Tapi Boruto tampaknya sudah jauh.
"Ya ampun ... Sepertinya dia sudah jauh. Kalau begini ..."
Rias menghentikan gumamannya dan mulai melakukan sesuatu. Ya ... Saat ini gadis itu memunculkan Sihirnya. Tiba-tiba saja sebuah proyeksi kecil yang menyerupai bentuk sebuah Kota terhampar di Telapak Tangannya, diiringi sebuah titik yang berkedip-kedip melaju dengan kecepatan tinggi.
"Huh?. Dia mau pergi kemana ya?" gumam gadis itu seraya terus memperhatikan proyeksi yang dibuatnya.
Sementara itu, ditempat Boruto.
Pemuda tampan bersurai pirang itu terlihat terbang dengan kecepatan tinggi, dengan ke dua Tangan yang mengarah ke depan, seperti sedang menarik sesuatu. Sementara pandangannya fokus menatap lurus. Dan jika diperhatikan lebih jelas, Pupil Matanya yang semula berwarna biru cerah, kini terlihat memutih, hampir selaras dengan warna putih bagian Matanya yang lain.
Dan dalam Mode ini, Boruto memiliki kemampuan untuk melihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Bukan hanya kemampuan untuk melihat jauh dan trasparan saja, tapi juga memiliki pengelihatan 360 derajat, tanpa celah. Membuatnya mampu melihat bagian belakang Tubuhnya tanpa perlu menengok ke belakang.
Dan saat ini, dengan kemampuan Mata saktinya, Boruto dapat melihat dengan jelas seorang gadis cantik bersurai biru sedang terduduk dengan Wajah penuh ketakutan dihadapan seorang pria yang memancarkan Aura aneh.
Dan gadis itu adalah tujuannya saat ini. Gadis berumur empat belas Tahun yang merupakan adik kecil yang sangat disayanginya!.
"Bertahanlah Himawari. Aku akan segera datang!" ucap Boruto pada dirinya sendiri. Yap, agaknya Himawari adalah nama dari gadis cantik berusia empat belas Tahun itu.
Pinggiran Kota.
Sebuah tempat yang cukup sepi dan masih jarang penduduknya, yang mayoritas diisi oleh Lahan Persawahan atau Pohon-Pohon besar seperti Beringin atau teman-temannya yang lain menjadi penghias tempat itu. Sebuah jalan setapak pun berubah menjadi pembatas antara kumpulan Pohon dan Sawah dikanan dan kirinya.
Memberikan kesan Asri yang mendalam. Meski jarak dengan Kota Tokyo tidak terlalu jauh, namun kesan yang didapat dari penggambaran itu sangatlah berbanding terbalik dengan keadaan Kota Tokyo yang gemerlapan.
Dan Himawari terlihat terduduk menahan takut di Jalan setapak yang ada disana, didepan sosok bapak-bapak dihadapannya!.
Bapak-bapak itu menggeram seraya meremas Ponsel berwarna merah muda di Tangannya. Tatapan bengis juga menjadi hadiah bagi Himawari setelah bapak-bapak itu selesai dengan acaranya meremas Ponsel itu hingga hancur berkeping-keping.
Bats!.
Sepasang Sayap Gagak tiba-tiba saja muncul dari Punggung bapak-bapak itu. Seiring dengan Aura kematian yang menguar dari Tubuh itu dan bercampur dengan Udara disekitar, membuat Himawari benar-benar tercengkat karenanya.
"Kudengar ada seorang Malaikat Pencabut Nyawa bagi Iblis Liar dan Malaikat Jatuh yang berkeliaran di Kota ini ..." bapak-bapak itu mulai mengucapkan sesuatu yang sama sekali tak dimengerti Hinawari.
"... Dilihat dari bentuk Aura yang dilaporkan salah satu rekan kami yang selamat, kau memiliki bentuk Aura yang sama dengan sang Malaikat Pencabut Nyawa itu!" lanjut si bapak-bapak seraya terus mendekati Himawari yang terus beringsut mundur, menjaga jaraknya.
Sriinggg!.
Sebuah Tombak Cahaya muncul dari ketiadaan, menghiasi Tangannya. Dan bagaikan memiliki sebuah kekuatan magis, Himawari terdiam seketika saat menatap Tombak Cahaya itu. Tubuhnya mati rasa dan tidak bisa digerakan lagi, pandangannya terlihat kosong dengan Tubuh yang gemetaran.
Ya ... Tombak itu seolah-olah sedang membisikan kematian untuknya!.
Si bapak-bapak itu mulai mengangkat tinggi-tinggi Tombaknya, bersiap untuk melemparkan benda ajaib itu kapan saja.
Tapi ...
Buuummm!.
Pohon Beringin yang ada tak jauh dari samping mereka tiba-tiba saja meledak, karena ditabrak sesuatu yang keras dan cepat. Pecahannya mengarah pada Himawari dan si bapak-bapak, ditambah seorang pemuda bersurai pirang yang berguling-guling dan berhenti tepat didepan gadis itu dalam posisi membelakanginya.
"Bo-Boruto-Niichan ..." Himawari bergumam disela ketakutannya, menyadari siapa sosok yang datang secara mengejutkan itu.
Seperti yang dikatakan Himawari, orang itu adalah Boruto, kakak tercintanya. Wajah ketakutan gadis itu sedikit berkurang, ikut tersenyum saat sang kakak meliriknya dan memberikan senyum penuh kedamaiannya, seolah-olah berkata semua akan baik-baik saja.
"Huh?!. Siapa kau, aku merasakan Aura yang sama terpancar dari dirimu dan gadis itu?!" tanya bapak-bapak itu.
Senyum damai Boruto hilang seketika saat pandangannya beralih pada bapak-bapak bersayap Gagak itu, tergantikan dengan pandangan penuh kemarahan.
"Aku adalah Malaikat Pencabut Nyawa ... Grim Reaper!" desis Boruto dingin.
"Sombong sekali. Kubunuh kau!" balas sang Malaikat Jatuh, seraya melemparkan Tombak Cahayanya.
Wuussss!.
Tombak Cahaya yang dilemparkan bapak-bapak itu melaju dengan cepat ke arah Boruto, namun tepat lima Centimeter dari Wajahnya, Tombak itu tiba-tiba hancur dan kehilangan kepadatannya.
Wajah sang Malaikat Jatuh terkejut seketika, melihat serangan andalannya tidak mempan pada manusia seperti Boruto. Namun keterkejutannya terlalu cepat, karena saat ini Tubuhnya tiba-tiba saja tertarik ke arah Boruto.
Terlambat menyadari keadaannya, mengakibatkan Leher sang Malaikat Jatuh menjadi sasaran empuk Tangan Boruto yang mencekiknya.
Kreekkk!.
"Ugh!" si bapak-bapak mengerang saat merasakan nafasnya tercengkat karena cekikan Boruto. Dengan ke dua Tangannya, dia berusaha melepaskan diri dari cekikan lawannya. Tapi itu terasa semakin sulit karena nafasnya sudah habis dan itu agaknya membuat tenaganya lemah.
Wuusss!.
Sebuah dorongan kuat terasa menghantam Tubuh sang Malaikat Jatuh yang saat ini terlihat tak berdaya dalam cengkraman Boruto, membuat Kulitnya bergoyang-goyang akibat hempasannya yang begitu kuat. Namun akibat Tubuh si bapak-bapak yang tetap tertahan dalam cekikan si pirang, Tubuh yang harusnya terlempar jauh itu tetap berada ditempatnya.
"Guaaaaaahhhhhhhh!" teriakan menyayat hati itu keluar dari Mulut sang Malaikat Jatuh, merasakan rasa sakit yang tak terkira disekujur Tubuhnya, hingga ahirnya ...
Craakkkk!.
Tubuh itu hancur berkeping-keping dan berubah menjadi partikel-Cahaya yang perlahan-lahan meredup, menyisakan Boruto yang masih dalam posisi mencekiknya. Sementara itu, Himawari tertegun dengan Mata membulat sempurna menyasikan kejadian diluar nalar itu.
Itu juga berlaku untuk seorang gadis bersurai merah yang menyaksikan pertarungan itu dibalik Pohon. Meski expresinya tidak separah Himawari.
"Hoo~ aku tidak menyangka Boruto-Kun memiliki kekuatan sebesar itu. Benarkah itu kekuatan Sacred Gear Gravity Jail?!" gumam gadis itu, yang ternyata adalah Rias Gremory.
Wuusss!.
Lagi-lagi, sebuah Tombak Cahaya mengarah pada Boruto dari sampingnya. Namun hasilnya seperti tadi, Tombak itu hancur dan kehilangan kepadatannya tepat sesaat sebelum menyentuh Kulit pemuda bersurai pirang itu.
Seolah-olah ada sebuah Tembok tebal yang melindungi Tubuh Uzumaki Boruto!.
"Ternyata kau lebih hebat dari yang kami perkirakan. Aku benar-benar tidak menyangka Donnasiege kalah begitu mudah!" ucap seorang Wanita berpakaian mini. Sepasang Sayap Gagak terlihat menghiasi Punggungnya, menandakan bahwa dia juga adalah Malaikat Jatuh.
"Jadi ... Apa kekuatannya?!. Kurasa Gravity Jail tidaklah sekuat itu" ucap seorang wanita kecil yang ada diarah lain, yang berlawanan dengan si Wanita pertama.
"Entahlah ... Kurasa sebuah Sacred Gear yang belum pernah kita ketahui. Lagi pula Auranya sangat berbeda dengan Manusia rendahan biasa" ucap Wanita terahir yang berada didepan Boruto.
Ya ... Saat ini, Boruto sedang dikepung. Samping kanan dan kiri, lalu didepannya diisi seorang Malaikat Jatuh. Sementara dibelakangnya, Himawari sedang terduduk dengan Tubuh gemetaran melihat sesuatu yang harusnya tidak dilihat gadis seusianya.
Kekejaman dan Pembunuhan keji tak berbelas kasihan yang diperlihatkan sang kakak benar-benar membuatnya takut. Bahkan gadis itu mulai menyangsikan kebenaran kakaknya sendiri.
'Benarkah d-dia O-Oniichan?!'
Dalam keadaan tak menguntungkan itu, tiba-tiba saja pandangannya mengabur. Seiring dengan hilangnya keseimbangan si pirang dalam mempertahankan posisi berdirinya. Boruto kini terlihat berjongkok dengan ditopang salah satu Tangannya, sementara Tangan yang lain menahan berat Badannya sendiri agar tidak benar-benar jatuh.
Deg!.
Tubuhnya kini benar-benar berat, nafasnya pun semakin tak beraturan. Seiring dengan perasaan tak mengenakan, yang dirasakan Tubuh pemuda bersurai pirang itu. Himawari yang semula ketakutan, kini berubah panik menyaksikan sang kakak yang tiba-tiba saja seperti itu.
"Boruto-Niichan, kau kenapa?. Apa kau baik-baik saja?!" teriak gadis itu dengan paniknya, seraya memeluk Boruto dari samping, membantu pemuda bersurai pirang itu mempertahankan posisinya.
Berbeda dengan Himawari yang terlihat panik, ke tiga Malaikat Jatuh itu malah mengambil kesempatan ini untuk menyerang kakak-beradik itu dengan Tombak Cahaya mereka.
"Ini kesempatan kita. Ayo bunuh Mahluk rendahan itu!" teriak salah satu dari tiga Malaikat Jatuh itu.
Anggukan adalah jawaban yang diberikan dua rekannya. Dan tanpa menunggu lama, sebuah Tombak Cahaya terlihat menghiasi Tangan dari masing-masing Malaikat Jatuh itu.
Wusss!.
Hampir bersamaan, Tombak Cahaya itu dilemparkan ke arah Boruto dan Himawari . Dengan sisa-sisa tenaganya, Boruto memaksakan diri untuk menahan serangan itu. Namun apa daya, pada kenyataanya Boruto sama sekali tidak bisa lagi menggunakan kemampuannya. Tubuhnya saat ini benar-benar sudah mencapai batasnya.
"Maaf Himawari, aku ..."
Buummm!.
Ledakan itu menghentikan ucapan Boruto. Namun siapa sangka jika ternyata, seorang gadis bersurai merah berdiri dihadapannya dalam posisi membelakangi, melindungi kakak-beradik itu dengan menciptakan Sihir pertahanan yang cukup untuk menahan daya penghancur dari ke tiga Tombak Cahaya sang Malaikat Jatuh.
"Ri-Rias ..." gumam Boruto sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya.
BERSAMBUNG.
NOTE ::
Disini Rias, Sona dan para Budaknya tidak tinggal di Dunia Manusia. Mereka tinggal di Dunia Bawah dan hanya datang ke Dunia Manusia untuk mengajak Manusia menjadi Budaknya.
Cerita lebih berfokus pada tujuan Boruto dan sepak terjangnya bersama Kelompok Gremory dalam menjalani Rating Game. Dan ... Oh iya, mereka adalah pemain Rating Game Profesional yang baru memulai debut mereka dalam permainan itu.
Tapi, tentu saja beberapa kejadian penting dalam Anime maupun LN, yang sekiranya Author yakini bisa dimasukan dalam cerita, akan Author masukan. Jadi kemungkinan besar Alur tidak akan sama dengan Anime atau LN.
Semuga kalian suka.
Salam kenal dari Author baru ini.