●Fanfan●

Huang Zi Tao/ Wu Yi Fan, etc

~Ko Chen Teung©


.

.

.

.

~000~

Kompor, lemari dapur, kulkas dan meja makan. Pemuda manis berambut pirang itu hanya berjalan mondar—mandir mengambil sesuatu dan menatanya di meja kayu bertaplak hijau daun.

Hanya berbalutkan kemeja yang hanya menutupi hingga bokongnya, sehelai benangpun tak ada yang menempel di kaki panjangnya. Membiarkan sebelah punggungnya terlihat karna hanya dua kancing bagian bawah yang pemuda itu kaitkan.

Pemuda cantik yang baru beberapa minggu lalu memutuskan untuk menyelaraskan surai hitamnya menjadi pirang seperti suaminya itu tersenyum jenaka melihat pemuda pirang lainnya yang sedari tadi diam seperti memikirkan sesuatu.

Selalu seperti ini, selama tiga bulan ini mereka berdua menyandang status sebagai pasangan yang sudah menikah, setiap malam setelah kegiatan ekhem suami istri yang Zitao rancang, paginya suami kekanak—kanakannya itu pasti duduk dengan ekspresi blank dengan bibir tebalnya yang sedikit terbuka sambil menunggu Zitao menata sarapan.

Walaupun lucu melihat Yifan seperti kebingungan dan pastinya otak bocahnya itu memutar ulang setiap kejadian ekhem— itu, tapi kadang Zitao merasa bersalah sudah meracuni fikiran polos suaminya dengan fikiran dewasa miliknya. Sebnarnya Yifan sudah mulai terbiasa melakukan hubungan badan itu kalau saja Zitao tak menambahkan hal macam-macam di dalamnya.

Minggu—minggu pertama walaupun masih takut dan menolak tapi Yifan mulai terbiasa melakukan proses pembuatan adik bayi (Kata Zitao), tapi semakin kesini Zitao mulai menambahkan hal yang sebenarnya biasa saja jika otak Yifan sama dengan isi otak Zitao.

"Zizi... " Panggil Yifan lirih, matanya masih berekspresi bingung. Zitao tersenyum mendengar panggilan Yifan, pemuda cantik itu lalu duduk manis di hadapan suaminya.

"Iya fanfan sayang... "

"Semalam kenapa bukan Fanfan yang jadi kudanya? "

"Em— karna Zizi yang harus jadi kudanya, fanfan kan cowboy~ "

"Tapi kan kasihan Zizi Fanfan naiki, Fanfan kan berat~ "Matanya menatap Zitao sedih.

"Tidak berat kok, kuda-kudaan yang seperti itu tidak berat... "Jawab Zitao.

"Tapi Zizi bilang itu gaya anjing... "

"Eh— em— it—itu "

'Ctak!

"Itu gaya srigala Yifan, jangan mau! Nanti Yifan berubah jadi Srigala! Aauuu "

"Yak Byun Baekhyun! Jangan racuni Yifan! "Protes Tao, pemuda itu memijat keningnya yang terkena sentilan Baekhyun.

"Kau yang racun! Lagipula apa—apaan ini? mentang—mentang tak ada Nyonya Jia Huan kau seenaknya berpakaian seperti ini? Kau pamer paha dan bokongmu hah?! "Omel Baekhyun, pemuda imut itu mendudukan bokongnya dengan kasar di kursi meja makan, lalu melirik Tao sinis.

"Bilang saja kau tergoda dengan bokongku! "Gumam Zitao diakhiri dengan lirikan mengejeknya ke Baekhyun.

"Ya, but not your dick " Balas Baekhyun.

"Baekhyun jorok! Baekhyun tidak sopan! "Omel Yifan menunjuk—nunjuk Baekhyun dengan telunjuknya seolah menghakiminya.

"Fanfan? fanfan tau dari mana?! Siapa yang mengajari fanfan?! Memang fanfan tau artinya "Tanya Tao kebingungan, siapa yang memberitahu suaminya tentang arti dari ucapan Baekhyun itu?

"Tentu saja Fanfan tau, Zizi sering menyebutnya tiap malam, Zizi juga sering pegang i— "

"Huang Zitao racun! Dasar! Jalang! Sialan! Kau menodai bocah polos! Zitao pedhoplie! "Omel Baekhyun, dengan brutal pemuda imut itu memukuli Zitao dengan sarung tangan oven.

Sedangkan Zitao berteriak kesal, sepertinya menyuruh Baekhyun menginap di rumahnya adalah kesalahan.

Sebenarnya ini salah Zitao yang tak masuk kuliah beberapa hari karna tidak enak badan, sehingga Baekhyun membantunya mengerjakan tugas dan skripsi milik Zitao hingga pemuda bertubuh kecil itu sampai mengenap di rumah Nyonya Jia Huan yang kini juga menjadi rumah Zitao.

Beruntung Jia Huan sibuk mengurus perusahaannya di Beijing, karna sudah pasti Jia Huan terganggu dengan Zitao dan Baekhyun yang selalu ribut itu.

Dan beruntung juga karna Zitao bisa berbuat aneh—aneh kepada putra semata wayang Jia Huan, keke.

~000~

Zitao hamil, setidaknya itu yang di dengarnya dari dokter. Zitao kembali mengeluarkan kertas dari amplop putih yang diterimanya dari rumah sakit. Dua minggu, usia kandungannya baru dua minggu. Zitao masih tak percaya dengan ini, ia tak percaya bahwa ia di percaya oleh Tuhan untuk secepat ini mendapatkan momongan, hanya tiga bulan waktu pernikahannya.

Tak terasa matanya basah menahan haru, ia harus memberi kabar bahagia ini pada Yifan dan Jia Huan. Pemuda cantik itu menghapus air matanya, lalu dengan menggemaskan pemuda itu menahan tawanya. Tak sia—sia kerja kerasnya dengan Yifan selama ini.

.

.

.

.

Jia Huan menatap aneh menantunya yang sedari tadi tersenyum sendiri, bahkan Yifan menghentikan aktivitas makan malamnya untuk menatap Zitao.

"Zitao? Kau baik-baik saja? " Tanya Jia Huan setelah meletakan sumpit ke samping mangkok di hadapannya.

"Zizi aneh~ " Komentar Yifan.

"Tentu saja aku baik Mama! Sangat baik! Ahhh~ aku sangat bahagia? "Ucap Zitao antusias, membuat Jia Huan dan Yifan semakin bingung.

Menyadari tatapan bingung yang diterimanya, Zitao mengeluarkan amplop putih yang sedari tadi di simpannya di kantung celana piyamanya.

"Mama! Baca ini! "Dengan semangat Zitao menyerahkan amplop itu pada Jia Huan.

Jia Huan membca kertas dalam amplop itu, Yifan yang tak tau pun jadi penasaran, sedangkan Zitao menunggu dengan semangat reaksi ibu mertuanya itu.

Jia Huan menghembuskan nafasnya, lalu memijat keningnya.

"Yifan, makannya sudah selesai kan? Masuk kamar sekarang... "Jia Huan menatap Yifan lembut.

"Itu apa Mama? Beri tahu Yifan~ "Rengek Yifan.

"Bukan apa—apa, nah sekarang masuk kamar, Mama mau bicara dengan Zitao"

Zitao mengerjap bingung menatap kepergian Yifan, pemuda cantik itu duduk gelisah di kursi meja makan. Kenapa seperti ini? Reaksinya tidak sesuai bayangannya.

"Zitao, kau hamil? "

"... "

"Dua minggu? " Lanjut Jia Huan karna tak dapat respon dari Zitao, dengan lembut tangan hangat wanita itu menggenggam tangan menantunya, membuat Zitao berjengit kaget dan menatap Jia Huan.

"Bukankah ini berita bagus? " Tanya Zitao hati—hati.

Jia Huan melepaskan tautan tangan mereka, wanita itu kembali menghembuskan nafasnya dan memijat pangkal hidungnya.

"Ayah Yifan, Wu Fan Zu meninggal saat Yifan masih berumur lima tahun dalam sebuah kecelakaan. Fanzu meninggal karna menyelamatkan adik perempuannya yang tertabrak truk saat menyebrangi jalan. Namun sayang, jarak truk sudah terlalu dekat dan Fanzu yang kurang cepat, akhirnya mereka berdua tertabrak dan meninggal di tempat... "

"... " Zitao terdiam, pemuda itu memandang sedih binar mata Jia Huan yang berkaca—kaca mengingat kilas memori masa lalu itu.

"Zitao, Fan Lian adik suamiku itu sama seperti Yifan, dia mengidap autisme dan itu juga yang di idap kakek Ayah suamiku. Itu genetik Zi. Aku tak mau membayangkan ini ataupun menduga—duga, tapi aku takut cucuku akan menuruninya... "

'Deg

Lemas, Zitao bahkan sempat limbung ke depan dan hampir mendaratkan wajahnya ke meja kaca itu jika saja tangannya tak segera menyangga berat tubuhnya, pemuda itu menggeleng, menggeleng cepat dan menghapus air mata yang entah kapan sudah jatuh membasahi pipinya yang merona alami.

"Ma—mama A—anakku "

"Zi... "

"Aku tak berharap itu terjadi, tapi bagaimanapun aku harus siap dengan kemungkinan terburuk itu. Dan aku akan tetap merawatnya karna dia tetap anakku "

~000~

Zitao benar—benar menjaga kandungannya dengan baik sesuai saran dokter, pemuda itu sangat rajin dan tepat waktu jika harus kontrol kandungan, Zitao yang tak terlalu suka dengan sayuran dengan giat pemuda itu memakannya dan mengatur pola makannya. Dokter bilang Zitao tidak boleh stress, pemuda itu bahkan berhenti kuliah sementara, bahkan Zitao yang tadinya ikut membantu perusahaan Jia Huan karna kondisi Yifan yang tidak memungkinkan, kini menarik diri dari dunia bisnis itu.

Usia kandungannya sudah memasuki empat bulan, perutnya sudah mulai membesar. Zitao sudah menjelaskan pada suaminya kalau ia sedang hamil, tapi sepertinya Yifan tidak mengerti, pemuda tampan itu hanya tau kalau di dalam perut Zitao ada bayi, dan Yifan takut karna ukuran perut Zitao yang membesar, Yifan merasa Zitao seperti badut.

"Fanfan sedang apa? "

"... "

"Fan... "Ulang Zitao.

"... "

Zitao menghembuskan nafasnya, jika Yifan sudah ada di dunianya sendiri pemuda itu benar—benar tak bisa diganggu, Yifan saat ini sedang menggambar, menggambar salah satu hobi Yifan. Ya walaupun gambarnya memang tak sepada dengan posenya yang serius seperti Pablo Picasso.

Zitaopun memutuskan duduk di lantai dengan hati—hati karna bentuk perutnya, pemuda manis itu dengan semangat mengikuti Yifan menggambar di meja bermain itu, mencoba mengira—ngira gambar apa yang sedang digambar suaminya.

"Fanfan menggambar Buaya? " Komentar Zitao melirik gambaran Yifan, Yifan yang sudah selesai dari dunianyapun menatap Zitao.

"Zizi sendiri menggambar apa? " Tanya Yifan balik.

"Tentu saja menggambar buaya seperti milik fanfan, lihat bagus gambar milik Zizi 'kan? "Ucap Zitao bangga menunjukan hasil karyanya.

"Itu kadal! "Protes Yifan.

"Loh?! Kalau ini kadal, berarti yang Fanfan gambar juga kadal! Zizi kan meniru gambar Fanfan! "

"Fanfan menggambar naga! Zizi mau ejek gambaran Fanfan ya?! "Rajuk Yifan, pemuda itu merenggut kesal.

"Loh Kok Fanfan marah?! Zizi kan hanya meniru! Salah sendiri gambar Fan — "

"Itu cicak "Komentar Baekhyun melintas di belakang pasangan yang sedang ribut itu. Semenjak Zitao hamil, Baekhyun memang sering menginap untuk membantu sahabatnya itu.

"BAEKHYUN! "

Baekhyun tertawa di dapur mendengar teriakan pasangan itu, salah sendiri lagipula Zitao harus sadar bahwa skill menggambarnya 11—12 seperti Yifan.

.

.

.

.

Zitao sedang duduk santai sambil menonton televisi, kehamilannya sudah memasuki delapan bulan. Sebenarnya Zitao semakin cemas karna proses bersalin tidak lama lagi, tetapi pemuda cantik itu selalu mengalihkan perhatiannya agar tidak stress, seperti saat ini, menonton acara komedi sambil menikmati biskuit yang terbuat dari sayuran hasil racikannya dengan Baekhyun tadi sore.

Zitao terkikik saat melihat suaminya mengintip dari balik tembok tiga meter dari posisinya, Zitao mengenalinya karna Rambut pirang suaminya itu terlihat dengan jelas.

Semenjak perutnya semakin besar, Yifan benar—benar menjauh darinya, bahkan kini Yifan tidur di kamar tamu karna tak mau sekamar dengan Zitao.

"Fanfan sini~ "Ajak Zitao, namun suaminya itu masih kekeuh bersembunyi di balik tembok.

"Kenapa sih? Zizi jadi sedih kalau Fanfan seperti itu~ "Rajuk Zitao.

"Tidak mau! Zizi seperti badut! "Tolak Yifan.

"Kalau Fanfan tak mau mendekat, Zizi akan pulang ke China sekarang! "Ancam Zitao, dan berhasil. Dengan ragu—ragu pemuda tampan itu mendekat.

"Sini, duduk di samping Zizi~ " titah Zitao, walaupun ragu pemuda itu duduk di samping Zitao.

"Fanfan tak perlu takut, Di sini ada adik bayi, Bayinya tampan seperti Fanfan. Adik bayi akan panggil Fanfan Baba karna Fanfan akan menjadi Baba... "

"Tidak mau! "

"Ke— "

"Fanfan maunya Daddy! Baba tidak keren! "Protes Yifan.

"Berarti dedek Bayi akan panggil Fanfan Daddy, Fanfan akan jadi daddy "

"Tetapi kenapa di perut Zizi?! Menyeramkan! Nanti kalau perut Zizi meledak bagaimana? "Ucap Yifan khawatir, membuat Zitao tertawa Jadi ini yang ditakutkan suaminya.

"Tidak Fanfan. Bayinya kan sayang Zizi, jadi tidak akan meledak "Jelas Zitao

Baekhyun yang hendak menemani Zitao ditarik oleh Jia Huan yang bersembunyi di balik tembok, melihat gestur Jia Huan, pemuda imut itu mengerti dan mengikuti Jia Huan, ternyata wanita itu sedang mengintip Zitao dan Yifan.

"Apa adik bayi bisa mendengar? Fanfan mau bicara... "Tanya Yifan.

"Tentu saja, sini kepala Fanfan di paha Zizi "

Setelah menyamankan posisinya dengan kepalanya yang ada di pangkuan Zitao, pemuda tampan itu dengan hati—hati memiringkan kepalanya untuk menghadap perut besar Zitao dan mengusapnya lembut.

"Apa adik bayi dengar daddy? "

'Duk~ Duk~

Dua tendangan, Zitao bahkan kaget saat merasakan respon cepat bayinya, sedangkan Yifan manatap Zitao bingung.

"Tadi apa Zizi? "

"Bayinya menendang, berarti adik bayi mendengar Fanfan~ "

"Adik bayi cepat keluar ya~ Kasihan Mommy jadi seperti badut, nanti kalau sudah keluar panggil Fanfan Daddy, dan panggil Zizi Mommy oke? "

'Duk~ duk~

"Hehe, adik bayinya menendang lagi~ "Ucap Yifan kesenangan.

Yifan terus saja berbicara, bahkan pemuda itu dengan semangat menceritakan kesehariannya di sekolah, Bayinyapun dengan semangat menendang—nendang seolah ikut berbincang dengan Ayahnya, Mata Zitao basah, bahkan Baekhyun dan Jia Huan tersenyum haru dari balik tembok.

"Fanfan sudah tidak sabar! Keluarkan adik bayinya sekarang! "Ucap Yifan semangat!

"JANGAN! "Triak Jia Huan dan Baekhyun yang langsung muncul dari balik tembok.

~000~

Bayinya laki—laki, lahir dengan bobot empat kilogram, sehat, tampan dan Normal.

Zitao sangat bahagia mengetahui anaknya lahir dengan sehat. Dan kedepannya, Zitao tetap harus memperhatikan dan merawatnya dengan baik untuk mencegah sesuatu yang tidak di ingginkan.

.

.

.

.

Yifan sangat bahagia, bahkan pemuda itu mengajak guru serta teman—temannya untuk datang kerumahnya, memamerkan bahwa dirinya sudah jadi Ayah.

Para gurupun memuji Zitao dan tak lupa membawa bingkisan seperti perlengkapan bayi. Sedangkan Yifan terus saja bercerita panjang lebar kepada teman—temannya dari berbagai ukuran dan umur itu, sstttt— Yifan baru saja naik kelas dua Smp.

Pada minggu awal Yifan memang senang, bahkan suaminya itu akan langsung bermain dengan Xuetao—nama anak mereka, meski XueTao sedang tidur.

Tapi akhir—akhir ini Yifan terlihat menjauh, setelah membicarakannya dengan Junmyeon dan Yixing, sepertinya Yifan mengalami kecemburun, dirinya yang biasa mendapatkan perhatian lebih dari Zitao, kini berkurang karna kehadiran Xuetao.

Bahkan Yifan sering menatap Xuetao tak suka saat Zitao menggendong Xuetao, dan berakhir dengan merajuk pada Jia Huan.

Zitao, Jjia Huan, Baekhyun, bahkan Junmyeon dan Yixing turun tangan untuk mengatasi Yifan, tapi sepertinya pemuda itu memang tak mau mengerti.

Merekapun khawatir, khawatir jika akan memunculkan sifat nekat Yifan pada XueTao karna pola fikirnya yang menyalahkan Xuetao merebut Zitao darinya.

Malam itu teman—teman Zitao datang, Minseok, Jongdae, Minho, Chanyeol, Yixing, Junmyeon, dan Baekhyun yang memang sudah lama tinggal bersama Zitao.

Semuanya berkumpul di kamar untuk menjenguk Zitao dan Xuetao.

Yifan yang melihat dari jauhpun merasa kesal karna semuanya hanya perhatian pada Xuetao.

Dengan kesal Yifan masuk ke kamar sambil membawa kantung plastik besar.

"SINI! "Triak Yifan, membuat semuanya kaget.

"Ada apa Yifan? "Tanya Chanyeol.

"Xuetao taruh sini! Buang! buang tempat sampah! "Omel Yifa, membuat mereka semua kaget, Zitaopun mengeratkan gendongannya.

"Yifan! Tidak boleh seperti itu! "Bentak Jia Huan mengomeli putranya itu.

"Tapi Xuetao merebut semuanya dari fanfan! Buang tempat sampah saja! " Kesal Yifan, pemuda itu membuang kantung plastiknya dn berlari keluar diikuti Jia Huan.

Sedangkan teman_—temannya mengusap bahu Zitao dan menyemangatinya.

"Kau harus mengerti keadaanya Zi... "Lirih Minseok.

~000~

Zitao kira satu bulan cukup untuk membuat Yifan terbiasa, tapi sudah dua bulan berlalu pemuda itu belum bisa beradaptasi dengan kehadiran Xuetao, walaupun terkadang Yifan tetap bermain dan bercanda dengan Xuetao, tapi jika sudah kambuh suaminya itu akan mengamuk dan menyuruhnya membuang Xuetao ke tempat sampah.

Apalagi Yifan sudah bisa menggendong Xuetao, Zitao takut kalau tiba—tiba Yifan membuang Xuetao ke tempat sampah, walaupun terdengar lucu saat Yifan merajuk dan menyuruhnya membuang Xuetao ke tempat sampah, tapi itu benar—benar mengkhawatirkan jika terjadi.

Seperti malam ini, pukul sembilan malam, cuaca sangat dingin karna baru saja turun hujan.

Hanya ada Zitao, Yifan dan Xeutao. Ibu mertuanya sedang ada urusan di Singapore, hanya ada ada Bibi Han yang kebetulan sedang flu dan sepertinya sudah tidur, pelayan Kim ikut Ibu mertuanya ke Singapore, sedangkan Baekhyun sedang kencan dengan Chanyeol karna malam ini malam minggu.

Zitao kesal karna ia juga terkena flu, Kepalanya pusing dan sangat sakit, apa lagi suhu badannya meningkat, ia demam.

"ZIZI! AYO KITA NONTON FILM! "Teriak Yifan semangat memasuki kamar mereka, Xuetao, bayi dua bulan yang baru saja tertidur itupun kaget dan langsung menangis.

"Oweekk~ owekkk "Zitao memijat pangkal hidungnya, baru saja ia menidurkan Xuetao dan sekarang anaknya itu menangis, jika sudah menangis karna kaget begini biasanya membutuhkan waktu lama untuk menenangkannya.

"Zizi! Ayo nonton film! "Paksa Yifan sambil menunjukan keping dvd di tangannya.

"Owekk~ oweek~ "

"... "

"Zi~ "

"... " sakit.

"Zizi dengar tidak sih?! "

"Owek~ oweek~ "

"... " kelapanya berdenyut.

"Xuetao! Diam! Daddy lagi bicara sama mommy! "

"Oweekk~ owwekk~ "

"... "semakin sakit.

"Xuetao di— "

"DIAM! FANFAN YANG DIAM! XUETAO ITU ANAK FANFAN! FANFAN HARUSNYA MEMBUAT XUETAO BERHENTI MENANGIS! KALAU TIDAK BERGUNA DAN TIDAK BISA BIKIN XUETAO DIAM! FANFAN YANG DIAM! FANFAN ITU BUKAN BAYI! BIKIN PALA ZIZI SAKIT SAJA! "Bentak Zitao, kepalanya benar—benar sakit mendengar rengekan Yifan dan tangisan Xuetao, bahkan untuk bengun dan membuatkan susu untuk Xuetaopun Zitao tak bisa.

Yifan terdiam menatap Zitao takut, pemuda tampan itu bahkan menjatuhkan keping dvd yang sedari tadi digenggamnya.

"Zizi galak! "Teriak Yifan dan langsung berlari keluar sambil membanting pintu.

Zitao terdiam, pemuda cantik itu tak percaya apa yang baru saja ia lakukan, tapi kepalanya yang terlalu sakit tak bisa di ajak kompromi, dengan menyesal, Zitao menatap Xuetao yang masih menagis dengan sedih. Zitaopun meminum obat yang sudah ia sediakan di meja samping ranjangnya. perasaan bersalah masih menyelimuti hatinya, dan dengan lembut ia menenangkan putranya yang masih menangis.

.

.

.

.

Setelah menangis dan meringkuk di pojok ruang tamu, Yifan menghapus air matanya, kata—kata Zitao berputar—putar di otaknya.

Menarik nafas dalam, pemuda itu bangkit dari posisi meringkuknya dan berjalan menuju dapur, mencari botol susu, berniat membuatkan susu untuk anaknya. Namun pemuda bersurai pirang itu mendengus lesu saat persedian susu untuk Xuetao habis, ini pasti juga karna dirinya, Yifan memang sering meminta dibuatkan susu seperti milik Xuetao.

Mengingat sesuatu, pemuda tinggi itu berlari ke kamar Ibunya, Yifan mengambil celengan babi miliknya yang Jia Huan simpan di kamarnya, karna jika di simpan di kamar Yifan, Yifan akan berusaha membobolnya untuk di gunakan membeli Coklat.

Yifan menggoyangkan celengannya, berat dan penuh, pasti uangnya banyak dan bisa digunakan untuk membeli susu.

Dengan semangat Yifan mengambil Jacketnya yang ada di ruang tamu, dan memakai spatunya.

Pemuda itu berlari keluar rumah sambil menenteng celengan babinya.

Sayangnya mini market terdekat dengan rumahnya tutup karna sedang di renovasi, Yifanpun terpaksa menuju mini market yang berada dekat sekolahnya, jaraknya cukup jauh apalagi ia berjalan kaki, sedangkan Yifan tak tahu harus naik kendaraan apa. Beruntung sekarang ia sudah bisa menyebrang, karna ia harus menyebrang beberapa kali.

Yifan kaget dan menghentikan langkahnya saat melihat pemuda dengan jacket kulit hitam yang sedang merokok itu berdiri di depannya, Yifan kenal laki—laki ini, ini Sehun, pemuda yang bertengkar dengannya di cafe milik Minseok.

"Sendirian? "

Yifan menunduk, suara Sehun terdengar menyebalkan, Yifan menyesal memilih jalan pintas ini yang berupa gang kecil, ia jadi bertemu Sehun, apalagi keadaan saat ini sepi.

"Permisi~ "

"Hei! Kenapa buru—buru? Kita masih punya urusan "Tahan Sehun dengan mendorong bahu Yifan.

"Yifan ingin le— "

"Pfft Babi? Apa itu celengan babi? "

"Permisi Sehun, Yifan harus segera pe— "

'Prang

"Idiot! gara—gara kau hubunganku memburuk dengan Luhan dan aku batal bertunagan dengan Luhan! Dan gara—gara kau juga aku tak mendapatkan Zitao! Kau menghancurkan hidupku! Tolol! Idiot! " Kesal Sehun setelah membanting celengan babi di tangan Yifan, membuat semua isinya berhamburan

Sedangkan Yifan tak perduli, ia langsung berlutut dan memungut uangnya yang berserakan.

"Otakmu itu sama seperti celenganmu! Otak babi! "

"... "

Sehun membuang rokoknya, pemuda itu menunduk menatap pemuda berambut pirang yang terus saja memunguti uangnya.

'Kreekk

"AAHKKK~ "

"Hahhh, aku akan melepaskanmu jika kau memohon padaku... "Senyum Sehun sinis.

"Tidak mau! "

'Krekkk 'Sehun semakin menekan injakan kakinya di kedua telaoak tangan Yifan.

"Kau ini memang keras kepala ya?! Cepat memohon padaku! "

"Tidak sudi! "

"Fuc— "

Sehun hendak saja menendang wajah Yifan kalau saja ia tak mendengar suara sirine mobil patroli polisi, pemuda berkulit pucat itu mendengus kesal.

"Kau beruntung kali ini! "Ucap Sehun dan langsung pergi meninggalkan pemuda berambut pirang itu.

Yifan meringis kesakitan menatap jemari dan telapak tangannya, bengkak, lecet dan penuh luka karna di injak Sehun, walau sakit Yifan terus saja memungut uangnya yang berserakan, tak perduli jemari lukanya bergesekan dengan kasarnya aspal jalan, yang hanya ada dalam fikirannya hanya membeli susu untuk Xuetao.

~000~

Zitao bingung, pemuda itu sekarang sedang mondar—mandir sambil menggendong Xuetao di ruang tamu, setelah sakit kepalanya reda Zitao segera mencari Yifan untuk minta maaf karna sudah membentaknya. Tapi mencari ke setiap sudut rumah, bahkan sampai halaman belakang rumah Yifan tak ada.

Zitao khawatir, apalagi jacket baseball Yifan yang selalu di letakan di ruang tamu tak ada, jangan—jagan Yifan keluar dari rumah karna kata—katanya. Sedangkan Xuetao terus saja merengek, Zitao tak bisa membuatkan susu karna susu Xuetao habis, ini membuat Zitao semakin kewalahan.

Saat mendengar decitan suara pintu, Zitao langsung melangkahkan kakinya cepat ke depan. Yifan pulang, pemuda itu menunduk tak berani menatap Zitao sambil memegangi perutnya yang tertutup jacket.

Saat Zitao hendak bicara, Yifan langsung pergi melewati Zitao. Menghembuskan nafasnya, Zitao memilih membiarkan Yifan untuk sementara, jika sudah seperti ini suaminya itu tak bisa di dekati. Tapi Zitao setidaknya lega sekarang, karna suaminya sudah kembali kerumah.

Memilih duduk di Sofa Zitao menenangkan Xuetao yang kini jauh lebih baik karna hanya merengek lirih.

Zitao hanya mendengar suara ribut dari arah dapur, hahh mungkin Yifan melampiaskan kekesalannya dengan membanting prabotan dapur. Biar nanti Zitao bersihkan pagi hari.

Zitao bingung saat Yifan berdiri di hadapannya dengan satu tangannya disembunyikan di belakang tubuh. Yifan langsung duduk di samping Zitao, menunjuk Xuetao dan pahanya. Zitao mengerti maksud Yifan yang menyuruhnya memberikan Xuetao pada Yifan. Walau ragu, dengan hati—hati Zitao meyerahkan Xuetao dalam pangkuan Yifan.

Zitao terperanjat saat Yifan mengeluarkan tangan yang disembunyikannya, botol susu milik Xuetao lengkap dengan isinya.

"Fanfan... "

"Susu Xuetao yang ini kan? Yang dusnya warna merah ada angka nolnya? Zizi, panasnya pas tidak? "Tanya Yifan setelah mengeluarkan kantung kresek yang di sembunyikan Yifan di balik tubuhnya, menunjukan dus susu bewarna merah itu pada Zitao.

Zitao mengangguk, dan memegang botol susu milik Xuetao yang kini sedang dinikmati anaknya untuk mengecek suhunya.

"Ini pas Fanfan, bagaimana k— "

"Tadi fanfan keluar buat beli susu pakai celengan yang fanfan simpan di kamar mama, oh iya, Fanfan juga beli susu sendiri seperti yang di tv, supaya badan Yifan besar dan berotot, dan tidak minta susu Xuetao lagi... "Tunjuk Yifan pada duh susu lainnya yang bewarna hitam.

Zitao mengerenyit saat melihat tangan Yifan, jemari suaminya terlihat kotor.

"Fanfan, tangan Fanfan... "

"Tidak apa—apa... "Elak Yifan menjauhkan tangannya yang hendak Zitao sentuh.

"Fanfan! Jangan berbohong! "Tuduh Zitao ta percaya.

"Tadi Fanfan bertemu Sehun di jalan, Sehun banting celengan Fanfan, saat Fanfan ambil uang yang jatuh, dia injak tangan fanfan... "Cerita Yifan akhirnya, Yifan tak mau Zitao marah lagi.

"Ya ampun Fanfan... "Zitao tak kuasa menahan harunya, dengan hati—hati ia segera memeluk Yifan karna suaminya itu kini sedang memangku Xuetao yang sedang menyusu.

Zitao tak menyangka Yifan akan melakukan semua ini, ini adalah sebuah tindakan besar untuk Yifan. Zitao benar—benar terharu, dibalik kekurangan suaminya, ada sesuatu yang besar yang Yifan miliki. Yifan yang takut, dan tak suka berada dalam keadaan ramai, apalagi dengan orang asing. Tapi dia rela pergi malam—malam keluar sendiri untuk membeli susu anaknya. Dan Sehun si brengsek itu! Zitao akan bercerita pada Junmyeon dan Chanyeol agar memberi perhitungan kepada albino itu.

"Fanfan, Fanfan itu daddy yang hebat. Fanfan tidak boleh merasa bersaing dengan Xuetao, karna Xuetao anak Fanfan. Zizi sayang pada Xuetao dan Fanfan. Jadi jangan berfikir kalau Zizi tidak sayang lagi pada Fanfan.

"Tapi Zizi hanya perhatian pada Xuetao... "Protes Yifan.

"Itu karna Xuetao masih kecil, Fanfan kan sudah besar. Harus mandiri... "

"Tapi Fanfan juga ingin dekat dengan Zizi, Xuetao harusnya punya teman biar tidak main terus dengan Zizi "rajuk Yifan.

"Em... teman ya "Lirih Zitao , sebuah senyum terlukis di bibir kucingnya.

Pemuda cantik itu mengambil alih Xuetao yang entah kapan sudah tertidur, dan meletakannya di Box bayi yang khusus di sediakan di ruang tamu.

"Mungkin Xuetao kesepian, kita harus cari teman untuk Xuetao... "Usul Zitao, setelah kembali duduk di samping Yifan, pemuda itu sebelumnya mengambil ponselnya dan menuliskan sesuatu, sebelum kembali menatap Yifan

"Iya, kita harus buat teman untuk Xuetao, buat Adik untuk Xuetao agar tdak kesepian... "Ucap Zitao.

"Zi... zizi... "lirh Yifan dan bringsut mendur, karna Zitao melepaskan jacketnya.

~000~

Baekhyun baru saja pulang dari kencannya, di depan gerbang Chanyeol masih menunggu dari balik kemudinya. Kekasihnya itu memang terbiasa menunggunya hingga masuk ke dala rumah.

'Bruukk

Baekhyun, menghentikan kegiatannya yang hendak menekan password pintu saat suara benda jatuh itu mengagetkannya. Pemuda cantik itu segera menekan dengan cepan deretan angka kombinasi yang sialnya gagal karna mungkin saking gugupnya ia salah menekan. Baekhyun khawatir terjadi sesuatu.

"Ahh— Zizi, pakai bajunya, nanti Zizi dingin... "

'Srekk

"Jangan di robek! Zizi mffhhhh jangan di makan. Tangan Fanfan kotor!

"Zizi "

"Zizi "

"Zizi "

"Ahhhhhh Zizi, jangan melompat —lompat! Nanti sofanya rusak! "

"Fanfan diam saja! Fanfan bilang ingin kasih teman untuk Xuetao! "

Baekhyun terdiam mematung, Chanyeolpun menatap bingung karna kekasihnya itu tak kunjung memasuki rumah.

Merasa ponselnya bergetar, Baekhyun merohoh saku jacketnya. Ada pesan masuk, dari Zitao.

'From :Zitao

Jangan pulang! Menginap saja di tempat Chanyeol! '

Baekhyun terkikik membaca pesan pendek dari sahabatnya yang sepertinya mengalami delay untuk diterimanya.

'To: Zitao

Setidaknya jangan di ruang tamu! Suaranya terdengar sampai luar! ' Balas Baekhyun.

Dan pemuda bersurai ungu itu, berjalan keluar menuju mobil kekasihnya.

"Kenapa? "Tanya Chanyeol bingung, karna kekasihnya kembali duduk di samping kemudinya.

"A— "

"ZIZI FANFAN MAU KE KAMAR MANDI! "

'BRAKK

"ZIZI! SOFANYA TERBALIK! "

"OWEEEKKKK "

"Kau dengar? "Tanya Baekhyun, menunjukan suara ribut itu yang di susul tangisan bayi.

"I—itu "Lirih Chanyeol

"Mereka sedang kerja keras, dengar kan? Sofanya sampai terbalik... "

END


Hay hay hayyy

Pertama-tama gua mau jelasin masalah gua yang gak update-update.

1 . Gua pindah kerja

2 . Kerjaan gua sibuk

3 . Gua tinggal sama adik gua sekarang.

Jadi karna tiga point itu, gua harap kalian pada ngerti ya.

Oh iya sorry typonya, dan semoga ff ini tidak mengecewakan.

Silahkan di review ya sayyyyyyyyyyy

Kiss~