Touken Ranbu © DMM Games/Nitroplus

Warnings: slight BL, kebegoan saniwa yang sulit ditolerir, (may be) OOC, may be your nOTP, headcanons, bahasa gaul, SaniManba

Readers' discretion is advised.

._._._._._.

Day 8.5

.

.

.

"ABANG, AI LAP YU."

.

.

.

"Jadi... untuk apa kita kemari, Aruji-sama?"

Kini keduanya tengah berada di dalam studio nan pengap dan panas satu-satunya di citadel. Yamanbagiri memegang tudungnya dengan erat agar tak terkena api yang menyala di tungku tempa. Dindingnya sudah mulai berjamur, belum lagi minimnya jendela dan ventilasi udara membuatnya cukup sulit untuk bernapas. Siapa sih yang tahan berada di ruangan ini lama-lama?

Yamanbagiri merasa bahwa juru tempa mereka adalah seorang manusia super.

Seperti sebelum-sebelumnya, sang Saniwa memberikan instruksi dan resep pada juru tempa; bedanya kali ini bahan yang ia gunakan lebih banyak.

"Aku sedang mengaplikasikan ilmu yang kupelajari semalam."

"Ilmu?"

Arujinya hanya mengangguk tanpa berbicara sepatah katapun. Ia terus mengawasi pekerjaan si juru tempa dengan seksama. Tumben Arujinya seserius ini.

Ia terlihat sedikit lebih menarik.

Seketika wajah pucat milik pedang tempaan Kunihiro itu bersemu merah layaknya apel yang ranum. Apa sih sebenarnya yang ia pikirkan tadi? Arujinya terlihat menarik? Arujinya yang mesum dan sering menggodanya dengan rayuan maut sekelas pegawai host club gagal itu? Arujinya yang kini tengah berdiri melipat tangan dengan gagah dan tampan itu?

Yamanbagiri sungguh ingin mematahkan dirinya sendiri sekarang.

"Ng—ngomong-ngomong, ilmu apa yang anda pelajari semalam, Aruji-sama?"

Yamanbagiri berusaha memecah ketegangan—wow, seorang Yamanbagiri yang terkenal pendiam?—dalam hatinya dan berdeham pelan. Berharap sang Saniwa akan menjawabnya.

"Kau yakin mau tahu?"

Arujinya bertanya balik. Demi fundoshi kebiishi, ia sudah bertanya dua kali dan Arujinya masih saja tidak menjawab.

"Maka dari itu aku bertanya."

Arujinya tersenyum menggoda dan mengedip nakal padanya.

"Shijuuhatte, hanya untukmu."

Notifikasi tiga jam dari si juru tempa tertelan suara teriakan menjijikkan dari seorang Saniwa dan tebasan pedang bertudung yang mengenai macam-macam barang.

Seharusnya ia tahu untuk tidak bertanya tentang hal-hal yang bisa menimbulkan kesalah pahaman.

._._._._._.

Angin sore bertiup pelan, meniupkan daun-daun yang berserakan di halaman belakang. Seorang Saniwa dengan bekas sayatan di beberapa tempat di pipinya tengah duduk bersama dengan seorang uchigatana narsis berkimono merah di selasar belakang. Sebuah nampan berisi teh dan sakura mochi berada di antara keduanya dan sama sekali belum tersentuh. Pedang milik Hijikata itu menatap bingung pada Arujinya.

"Naa, Aruji... aku mengerti soal pantang menyerah, tapi kalau begini kan dirimu yang sudah kelewat batas."

"Berisik, dasar jomblo."

Jomblo, kata Yagen artinya adalah orang yang tidak memiliki pasangan dan mengenaskan karena tidak laku. Dikutip dari kamus bahasa gaul yang dicuri dari kamar Aruji, halaman 120.

Seorang Izuminokami Kanesada ini disebut jomblo?!

"Enak saja! Aku ini banyak penggemarnya, Aruji!"

"Ah, paling kebiishi tetangga sebelah."

Sabar, sabar. Kanesada hanya bisa mengelus dada menghadapi Arujinya yang tengah galau saat ini.

Galau adalah keadaan dimana sesorang merasa kurang semangat dan berpikiran negatif tentang segala hal, biasanya karena cinta tak terbalas atau cinta yang ditolak. Dikutip oleh Yagen dari kamus bahasa gaul halaman 68.

Mau bagaimana lagi? Arujinya terlalu agresif dan Yamanbagiri terlalu malu-malu—dan merasa jijik, mungkin, setelah diberi gombalan ala preman pasar oleh sang Saniwa. Kanesada menyesap teh yang hangat-hangat kuku, melihat jauh ke cakrawala dengan Arujinya yang kini berposisi seperti ulat di sebelahnya.

"Mungkin, Yamanbagiri harus didekati perlahan."

"Kalau pelan-pelan nanti malah lepas."

"Ya, itu kan resiko, Aruji. Lagipula mukamu tidak setampan aku, jadi mungkin sedikit sulit."

"...kampret."

Kampret; 1) kelelawar, 2) umpatan. Dikutip dari kumpulan bahasa gaul yang terlarang untuk anak kecil, Bab 1, halaman 7.

Kanesada merasa itu sebuah umpatan, bukan mengatainya sebagai kelelawar. Lagipula rambut hitamnya yang indah dan panjang ini tidak bisa disamakan dengan sayap kelelawar. Perawatannya mahal. Ia sampai harus mencuri shampoo merk Pa*tene milik Arujinya tiga hari sekali. Rambut seindah ini harus diimabngi dengan shampoo berkualitas.

Pantas saja sang Saniwa merasa bingung ketika persediaan shampoonya untuk sebulan habis begitu saja dalam dua minggu.

"Sudah sana, Aruji. Minta maaf atau apalah. Ajak kencan misalnya."

"Iya, iya, nanti mau diajak kencan ke studio tempa kok."

Demi kaos kaki Gokotai, Arujinya sungguh butuh tutorial kencan.

"Maksudku jalan berdua ke suatu tempat yang romantis, Aruji, bukan semacam pekerjaan begini."

"Iya, nanti sajalah, sudah mau tiga jam aku mau jemput anak baru."

Dengan langkah berat Arujinya berdiri lalu berjalan meninggalkan Kane langsung menuju studio tempa. Sedangkan Izuminokami Kanesada hanya terdiam dengan mulut sedikit terbuka dan segelas teh di tangan.

...Yamanbagiri tidak diajak?

._._._._._.

Mungkin hari itu tidak sepenuhnya hari sial bagi sang Saniwa.

Pasalnya, ketika ia menjejakkan kakinya masuk ke dalam studio tempa—yang kumuh, berjamur, dan pengap karena keterbatasan finansial itu—sebuah sosok tinggi berdada bidang dan berpinggul seksi—ahem—menyapanya. Sebuah figur yang berpadu dengan setelan hitam.

"Oh, selamat sore. Namaku Shokudaikiri Mitsutada, dinamai seperti itu karena aku bisa memotong bahkan sebuah tempat lilin dari perunggu."

Oke, tebakannya benar. Tidak sia-sia juga dia belajar semalaman.

"...tidak terlalu keren, eh?"

Segera saja Saniwa yang tadinya bermuka kusut seperti cucian belum kering itu melompat ke dalam pelukan pedang barunya dengan wajah menjijikkan ala Kisaragi Shi*tarou dari dimensi sebelah. Ia langsung membenamkan kepalanya di dada milik pedang Osafune itu dengan bahagia.

"ABANG, AI LAP YU."

Abang; panggilan sayang seseorang kepada kakak atau seseorang yang lebih tua, biasanya yang sudah cuku dekat. Dikutip dari diari Aruji tanggal 10 Januari 2015.

"Ahaha, Aruji-kun, apakah anda begitu senang bertemu denganku?"

"Iya, bang, aku bahagia.! Habis ini aku mati juga nggak apa! Aku sudah bahagia, bang. Sudah cukup.""

"Jangan begitu, Aruji-kun. Kalau anda mati, maka siapa yang akan membimbingku dan yang lainnya?"

Mitsutada melemparkan senyum tampan ala idol yang terkenal di televisi. Sang Saniwa megap-megap macam ikan lompat keluar kolam.

Tetapi, naas. Di saat-saat yang begitu intim, tanpa ada jarak di antara tubuh keduanya, seorang pemuda emo bertudung masuk...

"Aruji-sama, apakah anda—"

...dan merubah segalanya.

(dan kau hadir~ merubah segalanya~)

Ahem.

"Hei, Yama-chan! Kita kedatangan kawan baru—"

BRAK!

Pintu studio dibanting dengan tidak indah. Langkah kesal dan jejakkan kaki yang keras terdengar menandakan bahwa Yamanbagiri Kunihiro tengah marah atas apa yang dilihat oleh mata kepalanya di dalam studio.

Cemburu?

Tidak. Yamanbagiri bahkan sama sekali tidak menyukai Saniwanya. Siapa yang suka pada Arujinya, huh?!

Tapi mungkin itu hanyalah sisi tsunderenya saja. Oh, tidak, Yamanbagiri bukanlah seorang tsundere. Sudahlah, tidak perlu dibahas, yang penting ia kesal.

Arujinya hanya terdiam, masih mencoba memproses apa yang terjadi. Sedangkan Mitsutada hanya menepuk-nepuk kepalanya dengan sayang, seperti anak anjing. Tersenyum seolah mengetahui bahwa Yamanbagiri merasa cemburu pada Saniwa yang kini berada di pelukannya, padahal sesungguhnya hanya menahan rasa pegal di kaki akibat Arujinya yang menumpukan seluruh badannya ke arah Mitsutada.

"Dia kenapa?"

"Mungkin dia cemburu, Aruji-kun."

Saniwanya hanya memasang muka aneh dan menatap tidak percaya ke arah Mitsutada sebelum akhirnya mengangkat bahu dan melepaskan pelukannya.

"Ayo, kuantar berkeliling~"

"Terima kasih, Aruji-kun."

Baru saja keduanya keluar dari studio tempa, Arujinya berhenti dan membalikkan badan ke arah Mitsutada.

"Bang."

"Ya?"

Arujinya terdiam sebentar.

"Ada apa, Aruji-kun?"

"Malam ini tugas masak, ya. Hehe..."

Mitsutada hanya terawa kecil.

"Baiklah, Aruji-kun. Akan kulaksanakan."

._._._._._._.

.

.

A/N: HAYOLOOH MANBA KENAPA /dibuang lama-lama kok jadi sinetron ya huhu mafkan saya moodnya lagi begini 8"D maafin saya ;;;;;;;;