Disclaimer : Anime/Manga/LN bukan milikku
Naruto © Masashi Kisimoto andHigh School DxD © Ichie Ishibumi
Boku Dake no Ojou (fanfiction) by Kurotsuhi Mangetsu
Di era manapun ketika sebuah kekuatan ingin membentuk pakta perdamaian dengan kekuatan lain, akan datang juga mereka yang tidak setuju dan berusaha menentang terciptanya perdamaian. Sosok wanita dewasa muncul dari lingkaran sihir Leviathan saat castling berhasil dilakukan sepersekian detik sebelum Issei mengetahui cerita selanjutnya dari lingkaran sihir Leviathan asli yang berhasil menyita atensi para petinggi fraksi.
Sosok wanita dewasa mengenakan pakaian cukup terbuka muncul dari dalam lingkaran sihir, "Bagaimana kabarmu Maou Sirzechs- dono saat ini?" Wanita itu menyapa tanpa nada takut.
"Pewaris darah dari Leviathan sebelunya, Katerea Leviathan. Apa arti semua ini?" Bukan jawaban, pria rambut Crimson itu kembali melontarkan pertanyaan untuk menjawab sapaan.
"Para anggota golongan Maou lama hampir semuanya sudah memutuskan bekerja sama dengan Chaos Bridge.." Katerea Leviathan hanya menguar senyum sinis lalu berbicara," Ngomong- ngomong, kami jugalah yang mendalangi serangan ini sekarang.."
"Kalian bermaksud melakukan kudeta? Jadi ini perselisihan antara Maou lama dan Maou baru yang sudah menjadi skala besar. Iblis juga sungguh menyulitkan." Gubernur Malaikat Jatuh hanya tersenyum seolah bukan urusannya.
Berkat campur suara Azazel, pebicaraan beralih tentang idealisme dunia dengan tatanan baru dengan Sang Naga Ouroboros Opis sebagai simbol kekuatan dan perantara pengumpul kekuaatan untuk penghancuran dunia dan membangunya dengan sistem yang baru.
"Katerea- chan kenapa! Kenapa kamu melakukan hal seperti ini?" Kini Maou baru yanag lain angkat bicara, satu- satunya wanita penyandang gelar Maou di dunia bawah.
"Jangan khawatir, Serafall. Hari ini aku akan membunuhmu di tempat ini dan mangambil sendiri tittle Leviathan! Lalu, Ophis akan menjadi tuhan dari dunia baru. Tak masalah meski dia hanya menjadi simbol. Sistem dan hukum, semua doktrin akan ditentukan oleh kami. Michael, Azazel, dan Lucifer- Sirzechs.. Zaman kalian sudah berakhir."
Ekspresi gelap ditunjukan Michael, Sirzechs, dan Serafall. Namun senyum dan tawa rendah ditunjukan oleh satu- satunya sosok yang dianggap paling aneh, sebuah senyum aneh seperti laki- laki nakal membuat raut wajah Katerea terlihat marah.
"Apanya yang lucu, Azazel?"
"Biar kukatakan padamu. Idemu itu terlalu klise dan kasar. Dan juga, hanya sedikit orang- orangmu yang benar- benar kuat kan? Astaga, kalian hanya mambuat masalah bagi orang lain. Keturunan Leviathan, kau tahu? kata- katamu itu seperti penjahat yang hampir mati.."
"Azazel! Beraninya kau menghina kami sejauh itu!" Katerea marah besar, dana gelombang aura sihir memancar darinya. Atmosfir situasi yang sangat panas.
"Sirzechs, Michael, biar aku yang mengurusnya. Jangan bantu aku, oke?" Gubernur Malaikat Jatuh berdiri dari posisinya mulai menguarkan aura suram.
"Katerea, apa kau berniat menyerah? Peringatan terakhir dari Sirzechs dibalas gelengan kepala oleh keturunan Leviathan.
"Benar juga Sirzechs, kau adalah Maou yang baik. Namun, kau bukan Maou terbaik. Karena itulah kami berniat menjadi Maou yang baru."
"Begitu? Sayang sekali."
Melihat konfirmasi itu, Azazel menunjuk jendela dengan tangan. Mengakibatkan seluruh area jendela meledak oleh kilatan cahaya. Azazel membantangkan kedua belas sayap hitamnya. Warna hitam yang jauh lebih delap dari kegelapan tanpa akhir.
Azazel dan Katerea Leviathan terbang ke arah luar, dan pertarungan iblis dan cahaya mulai berlangsung dilangit halaman sekolah. Sementara itu Sirzechs menoleh pada 2 murid tersisa yang masih bisa bergerak.
"Kiba Yuuto-kun, aku dan Michael akan tetap mempertahankan perisai yang menutupi sekolah ini. Karena Azazel dan Katerea sudah gila- gilaan, kerusakan mungkin akan menjadi besar. Maaf sekali, tapi sampai Grayfia menyelesaikan lingkaran sihir transfer para penyihir, bisalah kamu mengurus semua penyihir luar sana?"
Pemuda pirang itu segera menjawab dengan senang hati, setengah berlari menuju pintu keluar bersama Xenovia yang masih bisa bergerak di sampingnya. Terfokus pada peran masing- masing membuat para makhluk akhir itu tidak menyadari kemunculan satu eksistensi lain yang muncul di saat tidak tepat. Mengamati kondisi ruangan dengan kondisi iblis- iblis muda yang seolah membeku di tempat.
Segera pemuda itu berjongkok disamping Akeno lalu mengamati, "Waktu yang membeku?" Sebuah kalimat terlontar dari tenggorokannya karena melihat Akeno yang terdiam tidak wajar.
"Siapa?!" Suara feminin melengking mengisi gedung yang sempat senyap mengiringi kepergian wanita iblis pewaris darah Leviathan dan Gubernur malaikat jatuh.
Suara melengkin dari Serafall kembali memusatkan perhatian yang lain, bahkan membuat 2 iblis dari peerage Rias berhenti untuk menoleh. "Uzumaki- senpai?" Salah seorangnya segera mengenali sosok Naruto.
"Ah! Bukankah itu nama yang disebutkan saat penyerangan Kokabiel?" Pemimpin fraksi malaikat berkata sambil mengingat- ingat,
"Benar Michael, maaf aku tapi aku yang mengundangnya kemari.. " Sirzeck segera menjawab dan memberi kode pada Kiba jika ini akan diatasi olehnya.
"Meskipun begitu, tetap saja anak ini mencurigakan,." Serafal Leviathan berkata lirih sambil memicingkan mata," Lihat? Dia salah satu yang dapat menembus barrier selain para teroris di luar sana! Tidak menutup kemungkinan jika anak ini komplotan para teroris.."
Sedangkan si objek pembicaraan, mulai kehilangan fokus pada kondisi di sekitarnya. Sejak awal kedatanganya, Naruto sudah merasakan adanya keanehan pada dirinya. Seolah- olah tubuhnya hendak melepaskan diri dari kesadaranya di setiap hembusan nafas, sebuah aroma lain yang membuatnya merasakan dejavu.
"Aku-"
Bahkan suaranya mulai terdengar menggeram menahan emosi aneh, detakan jantungnya seolah mengisi rongga telinga yang mulai tuli dengan suara- suara di sekitarnya. Suatu sensasi tidak menyenangkan saat sesuatu yang lain dalam dirinya mengambil alih kesadarannya, hanya saja.. Untuk kali ini, kesadarnnya terasa digerogoti sedikit demi sedikit.
"Bagaimana caramu-" Gadis di depanya menuntutnya bicara dengan wajah tidak bersahabat.
"Tenangkan dirimu Sera.." Pria rambut merah panjang itu melangkah maju untuk berbicara dengan wajah ramah,"Uzumaki Naruto- kun.. Perkenalkan Namaku Sirzeck Gremory kakak laki- laki dari Rias Gremory. Secara pribadi aku berterimakasih atas pertolonganmu waktu itu.." Merasakan gelombang tekanan dari pertarungan Azazel dan Katerea, otomatis membuat Sirzeck menoleh keluar dengan segera. "Sebeneranya aku ingin memperkenalkan diri dengan baik, tapi sayangnya situasi tidak mendukung untuk bercengkrama dengan santai."
Sementara Sirzeck bersama Michael dan Serafall kembali fokus memperkuat barrier, pandangan mata mulai mengabur bersamaan dengan keringat dingin yang membajiri tubuhnya.
Pemandangan lantai ruang pertemuan ketiga fraksi mulai terganti, dengan kilasan- kilasan visi yang membentuk adegan di antara dunia nyata dan imajinasi dalam kepalanya. Penglihatanya memburam saat pria dengan rambut merah hanya sedang mengumamkan kalimat tanpa Naruto dengar, sedangkan di saat bersamaan sebuah setting kekacaun terihat dalam visinya.
Adegan pertempuran yang hanya menanpakan siluet- siluet tubuh saling menyerang dan ledakan besar, kobaran api di depan matanya. Seketika bayangan gelap dari sesosok tubuh manusia mendekapnya dan membawanya menjauh, berlari dengan sangat cepat dan berhenti di bawah bayangan kanopi pepohonan. Saat tubuhnya mulai diturunkan, cahaya temaram dari sinar bulan tidak membantu penglihatanya untuk mengenali sosok bayangan yang menggendongnya.
Sementara Naruto masih terjebak dengan dirinya sendiri, terjadi sedikit ketegangan karena Serafall yang merasa kesal dengan kediaman naruto. Entah sejak kapan, mereka kembali berbicara saat Naruto terjebak dalam visinya.
"Hmm? Memang sulit untuk menguatkan alibinya, tapi tetap saja kita berhutang terimakasih padanya, Sera.." Kemudian membuang nafas dalam sekali hembusan.
"Sepertinya Sirzechs-dono percaya jika pemuda ini bukan bagian dari teroris.." Malaikat bersayap emas akhirnya ikut andil dalam pembicaraan.
"Karena aku yang mengundangnya, untuk kali ini izinkan aku yang bertanggung jawab atas anak muda in-"
Diwaktu yang sama, pertarungan antara pewaris darah Levithan dan Gubernur Malaikat Jauh semakin mendekati titik klimaks. Azazel membuat sejumlah tombak yang besar dan tebal hampir seukuran tubuhnya sendiri lalu melemparnya kearah Katerea, sementara Katerea membuat beberapa lapis lingkaran sihir pertahanan untuk memblokir serangan tombak cahaya dari Azazel. Sampai saat dimana Katerea memunculkan ular- ular hitam di sekelilingnya.
Dalam sekejap ruangan bergetar dengan kuat menerjang seluruh bangunan sekolah, kekuatan sihir yang ditelan Katerea membengkak dan mengeluarkan aura mengerikan. Menyita atensi setiap entitas supernatural yang tidak terhentikan oleh waktu termasuk para petinggi fraksi yang langsung mengalihkan pandangan kelur jendela. Mengabaikan Naruto yang kehilangan topangan dan jatuh berlutut saat kesadaranya seolah ditarik dengan paksa, suara geramanan lirih bersama youki yang menguar dari tubuh Naruto.
Visi dalam kepalanya semakin mengabur karena denyut menyakitkan di kepalanya, sementara tubuhnya semakain terasa lemah dengan nafas tersengal. Siluet bayangan semakin jelas membentuk figur wanita dengan rambut panjang tergerai, berjongkok di depannya lalu menggerakan tangan seolah tengah mengusap kepalanya. Saat jemari lentik milik wanita itu menyentuh dahinya, rasa sakit di kepalanya semakin menjadi. Sampai wanita itu terlihat menggumamkan bibirnya dan mengucapkan sesuatu yang merenggut kesadaranya.
'Tetaplah hidup.. Naruto.'
"Sir- tan.. Sudah ku bilangkan jika-" Suaranya kembali tertelan karena sebuah kunai melesat di sisi kepalanya,
Menyadari arah datangnya benda tajam yang nyaris mengores kepalanya, gadis itu segera memutar kepala.
"Ano Gaki!" Namun tidak ada lagi pemuda pirang, hanya menyisakan beberapa iblis muda yang masih terperangkap oleh penjara waktu.
Azazel menembakan tombak cahaya tak terhitung jumlahnya ke arah Kater ea, namun Katerea melenyapkan semuanya dengan mudah hanya dengan sedikit menggerakan tanganya kesamping. Sebuah kekuatan instan yang membuat Gubernur Malaikat Jatuh merasa kesulitan-
Katerea segera menghalau tangan kesamping saat sebuah kunai melesat menuju arahnya. Seketika kunai itu terpelanting dan berhenti saat sesosok pemuda pirang yang muncul entah dari mana, untuk sesaat matanya menatap lurus Katerea sebelum tubuhnya terjatuh karena gaya gravitasi.
Tatapan mata itu, sesaat Katerea merasa familiar. mata merah vertical dan aura kemerahan yang menguarkan hawa mencekam membuatnya hampir menggigil, membawanya pada nostalgia yang terlupakan. Katerea kembali mengarahkan serangannya pada pemuda pirang itu namun dalam sekejap sasarannya itu menghilang tanpa jejak.
"Oi! oi! oi.. Dia bahkan tidak bisa membedakan kawan dan lawan!" Menyadari laju kunai yang mengarah padanya, membuat Azazel tanpa sadar mengutuk sebuah nama,"Jiraya no yar-"
Dengan dramatisnya peristiwa tak terduga terjadi, serangan penghianatan salah satu anak buahnya yang membuat Gubernur Malaikat Jatuh sekali lagi merasakan kejatuhannya. Dalam tempo cepat, kunai yang menuju arah Azazel bergesekan dengan si penghianat berarmor putih.
Hakuryuukou menyadari sosok lain yang muncul di sampingnya segera melayangkan pukulan secara refleks. Menghantam kedua tangan Naruto yang sudah membuat pertahanan terlebih dulu dengan menyilang di depan kepalanya, namun pukulan kuat Hakuryuukou membuatnya terhempas menabrak salah satu dinding bangunan sekolah hingga berlubang.
Katerea memandang kasihan pada Azazel saat mendapati dirinya dihianati oleh pengikutnya, namun tiba- tiba perasaan risih yang menjijikkan mengusik benaknya.
"Aku merasakan tatapan vulgar.." Manik matanya bergulir pada tampang si rambut coklat yang menatapnya dengan wajah mesum, seketika beralih pada pemuda berarmor putih di sampingnya. "Apa anak ini adalah Sekiryuutei, Vali?"
"Ya, meski disesalkan.. Itu benar, dia memang pemilik yang paling disesalkan," Sambil mejawab Katera, Vali memandang Issei tanpa minat.
"Jangan seenaknya bilang disesalkan! Disesalkan! Bahkan aku menjalani kehidupku dengan baik!" Merasa direndahkan Issei berteriakan tidak terima, "Tapi yang jelas.. kenapa kau dan Azazel malah adu tanding? Lalu siapa Onee- san ini?"
Melihat ekspresi wajah Issei yang tampak jengkel kebingungan, membuat Katerea menatap pemuda rambut coklat itu dengan pandangan mengasihani. "Begitu, jadi dia memang anak yang disesalkan. Vali maukah kau membunuhnya?"
"Perasaanku tak terlalu bersemangat melawannya. Jujur saja, aku tak menduga dia berada di sini." Vali menjawab dengan nada tak kalah merendahkan.
Dengan kemunculan Rias dan bidaknya, waktu kembali berputar sebagaimana mestinya. Sementara itu dibalik reruntuhan dinding sesosok pemuda pirang menyeringai sambil memandangi telapak tangannya yang perlahan menumbuhkan kuku runcing menyerupai cakar.
"So- tan! Selamat datang kembali!"
Serafall segera menerjang dan menenggelamkan adik kesayangannya, menghiraukan penolakann Sona yang masih berusaha memahami kondisi sekitar dengan wajah bingungnya karena menyadari perubahan suasana ruangan dan 2 kursi kosong yang semulai di tempati oleh Rias.
"Onee- sama! Apakah terjadi sesuatu? Dimana Rias?" Masih dengan usahanya melepaskan diri pelukan Serafall.
Dengan penjelasan singkat dari Sirzeck, sontak membuat iblis muda terkejut dengan penyerangan teroris lalu Rias bersama Sekiryuutei menyelamatkan setengah vampir dan Koneko. Mematuhi komando singkat dari sang Maou Lucifer, iblis muda Gremory yang tersisa bergegas menyusul King mereka di garis depan.
Sementara dua petinggi Fraksi Iblis dan Malaikat memperkuat barrier, Azazel tidak bisa menyangkal lagi di hadapan iblis muda Gremory saat Hakuryuukou yang selamai ini menjadi murid dan pengikutnya mengenalkan dirinya sebagaiVali Lucifer. Garis keturunan dari Lucifer sejati dan kombinasi dari Vanishing Dragon, tentu saja membuat pemuda rambut perak itu seperti keajaiban takdir.
"Itu benar. Kalau ada eksistensi menggelikan, itulah dia. Dia akan menjadi Hakuryuukou terkuat diantara yang kukenal sejak dulu sampai sekarang, atau malah mungkin sepanjang waktu juga,"
"Sudahkah kau menyerah, Azazel?" Katerea yang beberapa saat bungkam kembali angkat bicara dengan nada sinis menanggapi perkataan Azazel, terlihat jelas hasrat membunuh yang kuat dari sorot matanya.
Didera rasa sakit tanpa Naruto ketahui apa penyebabnya dan sekeras apapun dirinya berfikir, kepala pirangnya tetap tidak mengingat bagaiamana caranya bisa sampai di tempat seperti ini. Begitu suram dan dingin hanya terdengar gema tetesan air, lorong tergenangi air dan deretan obor dengan api biru di sepanjang dinding. Perlahan Naruto mengingat jika dirinya pernah berada ditempat yang hampir serupa, lalu bertemu dengan sosok yang begitu mirip dirinya.
'Tapi itu hanya mimpi kan?' Dan sekali lagi, Naruto berusaha meyakin dirinya.
Kali ini dibalik punggungnya ataupun di depan matanya, tidak ada ruangan gelap seperti dalam ingatanya dimana sosok yang menyerupai dirinya terbelenggu rantai. Diamati berapa kalipun, tempatnya berdiri saat ini hanya lorong panjang dengan jeruji besi berada di tengah lorong. Sebuah suara retakan membuat kepalanya menoleh mencari sumber suara, tapi tetap saja matanya tidak menemukan apa pun yang bisa dijadikan petunjuk.
Tidak jauh dari area pertempuran antara Azazel melawan Katerea beberapa iblis muda dari Gremory menyaksikan pertempuran setelah berhasil membebaskan salah satu bidaknya yang memiliki sacred gear penghenti waktu.
"Bu- Buchou," Koneko merasakannya, bersama perubahan aliran angin membuatnya tanpa sadar menggapai lengan di sampingnya.
Rias menoleh, bidak rook miliknya yang biasa terlihat inosen menatapnya dengan raut wajah ketakutan. Tanpa mengalihkan fokus pendengaranya pada Gubernur Malaikat Jatuh saat menyebutkan nama Ophis, Naga yang memiliki kekuatan tak terhingga dan Katerea yang menyinggung dunia dengan tatanan baru. Rias bisa merasakan gemetar dari tangan kecil yang menarik ujung lengannya, meletakkan telapak tangannya pada pundak Koneko untuk sekedar memberikan rasa aman. Situasi yang tidak mengenakkan seperti sebuah firasat buruk,
"Perasaaan ini, seperti One-" Menatap Rias dengan tatapan kosong karena merasakan kembali sensasi tidak menyenangkan seperti yang pernah dirasakannya dulu, "Dia akan gila seperti Onee- chan."
Rias masih tidak mengerti dengan perkataan Koneko yang terlihat mulai menggigil, konsentrasinya terbagi untuk mendengarkan perdebatan Katerea dan Azazel. Pandanganya sepenuhnya teralih pada Azazel saat mengeluarkan sesatu dari sukunya, terlihat seperti pisau yang perlahan berubah bentuk. Bersamaan dengan doa yang diucapkannya, perlahan bagian- bagianya mulai terpisah dan memancarkan cahaya.
Sebuah serangan mengarah pada Katerea yang dengan mudahnya hanya ditangkis hanya dengan mengayunkan tangan kanannya, tepat saat Azazel mendapatkan balance breakernya. Serangan tak terduga yang mengalihkan perhatian dari armor emas Azazel yang memancarkan cayaha keemasan.
"Woah.."
Berdecak kesal, Katerea mengalihkan pandangannya dari Azazel dan menatap kesal sambil menyeka sebelah wajahnya. Serangan yang berhasil digagalkannya dengan mudah tapi Katerea masih bisa merasakan hawa panas yang menerpa tubuhnya.
Perlahan siluet itu bergerak menampakan sosoknya dari balik banyangan bersama suara geram yang samar terdengar dari kejauhan, menampakan pemuda rambut pirang dan kelima ekor yang menari di balik punggungnya. Koneko semakin mengigil, meskipun dirinya tidak bisa merasakan emosi seperti senpai pirangnya namun Koneko bisa merasakan tekanan energi di depan matanya saat ini.
Tanpa melepas pandangan dari sosok itu, sedikit kurang yakin namun Issei akhirnya bersuara,"Buchou aku tau kalau aku sedikit bodoh, tapi tolong iyakan kalau itu adalah Uzumaki- senpai."
Rias mengangguk.. Tampak perubahan pada fisik pemuda itu cukup untuk membuatnya terkejut, selama bebeberapa bulan saling mengenal baru kali ini Rias melihat wujud asli dari pemuda yang memperkenalkan dirinya sebagai Uzumaki Naruto. Terlebih raut wajahnya, tanpa ekpresi seperti biasanya namun dari sorot mata kosong itu menguarkan kengerian yang sulit untuk dijelaskan.
Dalam rentan waktu singkat, sosok yang semula masih tertutupi bayangan menghilang menyisakan kabut debu dan muncul ditengah pertempuran dimana kunainya menancap ditanah. Naruto melesat cepat lalu muncul dihadapan Katerea sambil menebaskan kunainya membat suara decak Issei menjadi satu- satunya yang mewakili ekspresi keterkejutan dari makhluk akhirat yang melihat gerakan cepat Naruto.
Namun seringai di wajah Vali terpantul dari iris merah Naruto, Katerea kembali lolos dari serangnya karena Vali dengan cepat menggeser posisi wanita itu. Mengabaikan keberadaan Vali, Naruto yang merasa buruannya kembali lepas kembali menyiapkan shuriken di tangan kirinya.
"Kau! Menarik.." Vali berkata dengan gaya arogan ,"Kau yang akan bertarung denganku!"
Masih dengan wajahnya yang tanpa ekspresi, sebelum tubuhnya semakin ditarik gravitasi. Sosok Katerea terpantul dari iris merahnya, lengannya bergerak diagonal melemparkan beberapa kunai lain yang tertuju pada Katerea. Vali bergerak maju dengan seringai dan tinju mengepal karena merasa diabaikan,
Kyoto,
Hawa serius dan mengintimidasi dari sebuah ruang tempat beberapa youkai berkumpul tanpa berniat menutupi raut kesal di wajahnya, Yasaka sebagai pemimpin tertinggi para youkai di Kyoto menyipitkan mata pada salah satu youkai yang meragukan keyakinannya.
"Tolong maafkan saya Yasaka-sama," Karasu Tengu yang berusaha menjaga wibawa dari pemimpinya segera menyela perdebatan.
Dibarengi senyum kemenangan sekelompok youkai lain yang menentangnya, Yasaka sedikit mengendurkan otot di wajahnya lalu menoleh pada Jiraiya sambil menghela nafas pelan.
"Kurama, nama itu diberikan oleh anak dari Baraqiel, petinggi Fraksi Malaikat Jatuh," Jiraiya menampakan wajah lelah setelah mengulang penjelasan entah sudah yang kebarapa kali, "Ada gap waktu dimana Kurama tidak memiliki ingatan sebelum pertemuannya dengan anak dari Baraqiel-"
"Tolong katakan padaku alasan kenapa aku bisa berada disini?"
Interupsi dari sosok pria dengan rambut putih panjang dengan aksen hitam di tengkuk yang semula hanya diam memperhatikan bawahannya yang terus bersitegang dengan Yasaka, seketika bicara dengan nada rendah namun syarat ketegasan. Tidak hanya membuat bawahannya diam bahkan iris emas Yasaka segara bergulir pada Nurarihyon, sosok pria yang dikenal sebagai Jenderal para youkai. Jiraiya seketika bungkam saat baru saja akan membuka mulut ketika Nurarihyon kembali menginterupsi dengan isyarat tangan.
"Aku menghadiri pertemuan ini dengan sebuah harapan besar saat bawahanmu membawa kabar jika keturunan Kyuubi no yoko telah ditemukan," Nurarihyon berhasil membuat otot kembali tercetak di pelipis Yasaka.
"Maaf karena menyela, tapi anak itu bisa menggunakan kunainya.. Kunai bermata tiga yang sebenarnya milik tonosama sebelum diwariskan pada-" Jiraya kembali membuat klarifikasi sebelum Nurarihyon menguarkan tekanan kekuatannya.
"Mainan itu tidak membuktikan jika dia mewarisi darah yoko, " Terdengar jelas dari suaranya jika Nurarihyon menekan emosinya, "Tentunya kalian tidak akan lupa tentang bagaimana dahulu para rubah mendapatkan julukan kyuubi sebelum pembantaian itu. Jadi, hanya katakan saja apa anak itu memilikinya atau tidak? Bukti jika darah yoko mengalir dalam nadinya."
Pernyataan telak Nurarihyon membuat youkai lain bungkam dalam diam, hanya sesaat namun jelas jika Yasaka menunjukan tatapan mata sendu yang hanya bisa dilihat oleh Tengu yang begitu setia pada pemimpinnya.
"Kami belum mengetahuinya," Dengan nada rendah, Yasaka berbicara dengan menyipitkan sebelah matanya menatap pada Nurarihyon, "Tapi aku.. Aku sangat yakin jika anak itu adalah Naruto,"
"Demo Yasaka~ Jangan bercanda, lalu apa yang akan kau jadikan sebagai bukti? Instingmu?" Tanpa berniat menutupi nada sarkas dalam kata- katanya, Nurarihyon memicingkan mata menatap Yasaka, "Sebagai pemimpin tertinggi kau menjatuhkan martabatmu karena keegoisanmu," Terlihat jelas provokasi yang dilakukan Nurarihyon.
Wanita yang merasa sedang dipermalukan itu hanya mengepalkan tangan kuat- kuat demi menahan emosi, "Bukankah sudah jelas jika saat ini hanya Kurama yang menggunakan warisan dari chichi- ue," Melihat wajah kemenangan Nurarihyon membat emosi Yasaka tidak lagi dapat dibendung, "Katakan saja jika kau masih menyimpan dendam pada ayahku, Youkai tua melankolis!"
"Yahari- Sekali lagi aku harus mengingatkanmu jika darah yoko mengalir dari sisi keluarga ibunya bukan dari sisi ayahnya," Menggerutu dengan suara pelan, Nurarihyon mengernyitkan kedua alisnya dengan tatapan mamicing, "Kau masih tetap seorang anak- anak.. Jika menurutmu begitu, apa yang akan kau lakukan, komusume?
Menjawab pernyataan Yasaka dengan suara dalam, Nurarihyon menguarkan kekuatannya tak ingin mengakui superior Yasaka atas Kyoto. Tengu yang dipercaya sebagai penasehat dan penjaga berusaha menengahi perseteruan lama yang masih saja belum terselesaikan.
Danzou masih tetap bersikap tenang, Hiruzen dan Jiraiya menepuk dahi merasakan tekanan youki berputar dalam ruangan. Sementara tetua lain meneteskan keringat dingin dilanda panik namun menahan kakinya untuk berlari pergi saat Nurarihyon dan Yasaka saling menatap dengan iris merah.
Gelar pimpinan tertinggi yang disandangnya tentu bukanlah julukan kosong semata yang membuatnya harus bersusah payah jika ingin memenggal kepala lonjong Nurarihyon, namun jika dirinya melakukannya maka perpecahan yang selama ini menggerogoti kerajaannya yang berdiri dengan begitu banyak pengorbanan akan roboh hanya dalam semalam. Sebagai salah satu petinggi dengan julukan Jenderal para youkai, Nurarihyon memiliki legendanya sendiri yang tidak bisa dipandang hanya dengan sebelah mata.
Tanpa berusaha menekan emosinya Nurarihyon semakin menguarkan youki , memaksa Tengu, Danzo dan Hiruzen mengambil langkah menengahi sebelum Yasaka menunjukan wujud aslinya. Perlahan tekanan youki menurun seiring dengan suara pelan namun tegas, Nurarihyon menegakkan tubuhnya mulai melangkah pergi, "Jika kalian tidak punya bukti konkrit untuk menyakinkanku tentang kebeadaan anak itu, tolong jangan membuang waktuku hanya untuk sesuatu yang tidak berguna."
Diikuti oleh beberapa pengikutnya Nurarihyon meninggalkan istana milik Yasaka.
Yasaka Side,
Sementara para tetua saling lempar pandang dalam diam, Yasaka terus berfikir keras mengumpulkan dan serusaha mengaitkan ceceran bukti untuk menemukan anak yang mewarisi darah Kyubi no Yoko. Yasaka kembali duduk dengan sebelah tangan menutupi wajahnya karena menyadari kebenaran dari perkataan Nurarihyon dan perasaan tidak terima atas penghinaan yang di dapatnya, membuat ruangan itu kembali bungkam dalam hening.
Sekeras apapun dirinya berusaha menyangkal, pikirannya akan tertuju kembali pada bocah pirang yang meratakan paviliun Orochimaru. Senjata pusaka milik ayahnya, perawakan yang begitu mirip, dan setiap aroma nostalgia dari bocah itu membuat keyakinannya sangat sulit menguat lalu mengabaikan bukti jika darah Kyuubi no Yoko jelas hanya akan didapat bocah itu dari sisi keluarga ibu kandungnya. Hal itu jelas akan sangat sulit jika mengingat silsilah dari keluarga ayahnya, keturunan yang dianggab sebagai aib dan tidak memiliki tempat baik oleh manusia ataupun youkai.
Dari pertemuan yang tidak disengaja dan informasi yang baru saja dibeberkan oleh Jiraya membuatnya semakin yakin jika anak itu tidak akan bisa membuktikan jika anak itu adalah keturunan dari Kyuubi no Yoko.
"Yasaka- sama.."
Suara Tengu membuat kemelut informasi dikepanya pecah lalu menghela nafas karena masih belum menemukan solusi.
"Aku ingin tau dimana anak itu sekarang," Melihat kerut keraguan di mata salah seorang tetua membuatnya kembali bersuara,"Kurama, dimana anak itu sekarang? Jiraiya?"
Tanpa ragu dirinya, menyebutkan sebuah nama yang bertanggung jawab atas beberapa hanyou yang selama ini tidak mampir dalam ingatnya untuk waktu yang lama.
Jiraiya menatap Yasaka sambil mengernyit bingung,"Yasaka- sama, Kurama sedang dalam sebuah misi di Kuoh-"
"Kau! Mengirim anak itu keluar Kyo!"
Jiraiya seketika bungkam begitu tekanan youki kembali menekan bersama dengan geram kemarahan Yasaka, tatapan tajam dari iris merah dan taring menjadi pertanda betapa marahnya Yasaka.
"Jiraiya?! Segera bawa anak itu kembali atau aku akan membuatmu menyeberangi Sungai Sanzu.. Sudah cukup aku kehilangan keluargaku satu persatu."
Dalam situasi yang tidak memungkinkan dirinya membuat sanggahan, membuat kepalanya mengangguk tanpa sepatah katapun keluar.
Tersentak akan rasa sakit yang tiba- tiba menghujam pundaknya membuatnya jatuh berlutut menatap refleksi dirinya dipermukaan air, tidak ada darah atau apapun yang membuatnya terlihat sedang terluka. Tapi.. rasa sakit di pundaknya benar- benar terasa nyata, mengoyak kulit dan menembus dagingnya.
"Ittai no kah? Apa pun yang kau rasakan, semua ini.. Semuanya memang salahmu."
Suara berat itu menggema dan menarik atensinya untuk menengedahkan kepala, mendapati lorong yang semula kosong menjadi gelap dengan sosok bermata merah menatap tajam kearahnya. Sosok bermata merah dan wajah yang serupa dirinya menyeringai seperti dalam mimpinya.
"Huh?!"
Kelakar tawa menjadi hal terakhir yang di dengarnya saat pandangannya berputar dengan cepat, hanya berselang kedipan mata pemandangan lorong lenyap dan tergantikan dengan wajah pria dewasa berponi pirang dan deretan tombak cahaya yang mengarah padanya.
"Sial! Apa yang sebenarnya terjadi! Hei kozou?!" Tanpa sedikitpun keraguan, Azazel melepaskan tombak cahayanya kearah Naruto yang tidak lagi mampu bergerak. "Kau.. Tak apa, kan?"
Sebuah akar besar menembus bahu kiri dan tubuhnya tidak bisa digerakkan dengan bebas karena akar- akar yang terus saja bermunculan dari dalam tanah semakin kencang meremukan tubuhnya. Dengan kesadaranya yang terus memudar tak ada lagi energi yang tersisa dalam tubuhnya selain geram kesakitan, Azazel yang tak mendapat jawaban apa pun tanpa ragu melepaskan seluruh tombak cahayanya.
To be Continued