THANK YOU FOR

hyunnie02 , Ineedtohateyou , pristyagita , Energy flow , Aiko Michishige , Kuma Akaryuu

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Rate : T [Untuk chapter pertama]

Genre : AU, YAOI, Hurt/Comfort, Romance, Drama, Incest.

Pairing : SasuNaru – Slight Uchiha's Family.

.

.

.

ENJOY!

.

Tahun ini Naruto sudah tumbuh menjadi pemuda remaja yang manis berumur 16 tahun. Dia bersekolah di Suna High School , sekolah yang bagus dan menjadi sekolah favorite di kota Konoha sekaligus sekolah ini adalah bekas kedua kakaknya bersekolah dulu. Tidak heran jika Naruto bisa bersekolah di Suna High School karena sang Ayah –Uchiha Fugaku– adalah pemilik dari sekolah ini.

Naruto mempunyai dua orang kakak laki-laki yang popular dikalangan wanita, bahkan lelaki pun sempat ada yang tertarik pada mereka. Sayangnya, mereka tidak memilih salah satu wanita yang selalu memohon-mohon ingin dijadikan kekasih atau istri, dijadikan simpanan juga para wanita itu rela. Mereka adalah Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke.

Terkadang Naruto sangat iri oleh kedua kakaknya yang selalu dipuja oleh para wanita karena ketampanannya karena keturunan dari sang Ayah, sedangkan ia mempunyai wajah yang manis seperti sang Ibu –Uchiha Mikoto–. Setiap Naruto mendekati gadis, mereka selalu berteriak 'Kyaaa ada ultimate UKE!', karena Naruto masih polos dan otaknya masih polos dari sesuatu hal berbau mesum ia tidak mengerti apa itu ultimate uke dan istilah lainnya. Itachi dan Sasuke lah penyebabnya karena tidak rela adiknya yang manis dinodai, berterima kasihlah pada mereka yang sudah menjaga kepolosan Naru-chan kita.

Seperti remaja sekolah pada umunya setiap pagi adalah : Bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat, pulang, belajar, tidur. Terus seperti itu berulang-ulang.

Hari ini adalah hari dimana Naruto menjalani Masa Orientasi Siswa disekolah selama 3 hari. Awalnya Itachi dan Sasuke tidak mengizinkannya, tetapi karena Naruto mengadu pada sang Ibunda dan Ayahanda akhirnya Naruto diizinkan ikut. Alasan Itachi dan Sasuke tidak mengizinkannya adalah Naruto itu anak yang hyperaktif, cerewet, berisik, usil. Itachi tidak begitu khawatir dengan Naruto, tetapi Sasuke lah terlalu possesif pada Naruto ntah apa alasannya hanya Sasuke dan Author yang tahu.

"Ohayou Kaa-san, Tou-san!"

"Ohayou, Naru-chan/Naruto."

"Wah, pagi ini sarapan apa Kaa-san?"

"Onigiri, Kaa-san sedang ingin membuatnya."

"Pasti keinginan Sasu-nii dan Itachi-nii kan?"

Mikoto tersenyum lalu mengangguk. "Ya, tentu saja. Memangnya siapa lagi?"

"Naruto kau juga selalu merengek pada Ibumu untuk membuat Ramen kan?"

Naruto cengengesan, "Hehe, tapi kan aku tidak minta yang aneh-aneh Tou-san. Eh, Sasu-nii dan Itachi-nii kemana?"

"Mereka masih diatas, coba kau panggilkan mereka Naru-chan."

Naruto berdiri dari kursinya, memberi hormat pada Mikoto, "AYE AYE KAA-SAN!" ujarnya diiringi tawa dari Fugaku dan Mikoto. Segera Naruto berlari menaiki anak tangga menuju lantai dimana kedua kamar kakaknya berada disana. Terus berlari, terus berlari, ter–oke stop, ini bukan acara Finding Nemo.

TOK TOK!

"Itachi-nii! Sarapan sudah siap, cepat!"

"Iya, aku akan segera kesana Otouto sayang."

Naruto mengangguk, lalu mengangkat jempol ke depan pintu, "Sip!" jawabnya. Ia pun berlari kecil kearah kamar bercat biru langit seperti bola matanya, terpampang sebuah nama tertulis disana. Ia putar kenop pintu lalu masuk kedalam kamar. Sudah rutinitas setiap paginya masuk ke dalam kamar itu tanpa mengetuk pintu karena keinginan sang pemilik sendiri.

Nampak seorang manusia berambut hitam raven tengah berbaring diatas ranjang dengan selimut yang membaluti dari hidung hingga ujung kaki. Naruto mendekat, duduk disisi ranjang, menarik selimut hingga bagian leher. Ia mendengus, tidak biasanya kakak yang satunya ini bangun siang.

Diciumnya pipi mulus putih porselen itu dengan lembut.

Chuu~

"Sasu-nii, ayo bangun. Sudah siang loh, tidak akan masuk kuliah?" tanya Naruto mengguncangkan bahu milik manusia yang di panggil 'Sasu-nii' itu. Menggeliat kecil. Pemilik kamar tersebut perlahan mulai membuka kedua mata onyx-nya yang terkena sinar cahaya matahari.

"Sasuke-nii!"

"Hn. Aku sudah bangun."

Sasuke mendudukkan dirinya dan bersandar pada punggung ranjang, mencoba memfokuskan pandangannya pada sekitar. Ini lah rutinitas setiap paginya, setiap bangun yang ia lihat adalah sosok berambut kuning yang setia membangunkannya setiap pagi jika ia telat bangun.

"Tidak biasanya Sasu-nii bangun telat."

"Semalam aku bergadang."

"Suruh siapa bergadang?!"

"Aku mengerjakan tugas, bukan menonton bola."

Naruto menaikkan sebelah alisnya, "Heee? Sejak kapan Sasu-nii suka menonton bola?"

"Hn. Tidak penting, lupakan." Jawabnya, "Tidak ada sapaan pagi hm?" tanya Sasuke mengulurkan sebelah tangannya untuk membawa tubuh ramping itu ke dekapannya. Wajah Naruto mengeluarkan cengirannya, "Hehe, Ohayou Sasu-nii!" sapanya memeluk leher sang kakak tersayangnya.

Sasuke tersenyum. Ia dekatkan wajahnya pada wajah putih Naruto, "Ohayou, Naru." Balas Sasuke mengecup bibir mungil Naruto dengan lembut. Tidak memberontak, Naruto malah menikmati setiap sentuhan Sasuke setiap paginya.

Sudah rutinitas pagi Sasuke dan Naruto bercumbu yang biasa kita sebut dengan morning kiss. Biasanya yang seperti ini selalu dilakukan oleh sepasang suami-istri kan? Berbeda dengan mereka, ntah otak Sasuke yang mesum atau Naruto yang kelewat polos yang membuat ide seperti ini. Sejak kecil Sasuke selalu mendapatkan morning kiss dari adik manisnya.

Jika Naruto bertanya kenapa harus dengan ciuman, Sasuke akan menjawab 'Itu menunjukkan jika aku menyayangimu. Kaa-san sering melakukan itu saat aku kecil.'

Memang ada saja alasan dari Uchiha Sasuke jika ditanya oleh adiknya.

"Mmmhhh…"

Suara itu keluar. Suara yang selalu menjadi favorite Sasuke setiap paginya.

"Mmmhhh…Sasu-nii…hhh…."

Berakhirlah kembali cumbuan panas pagi dari kamar Uchiha Sasuke.

.

.

.

.

Akashi Seisa

Mempersembahkan

Cerita fiksi ini hanya untukmu.

.

.

.

.

Sebuah motor ninja berwarna hitam memasuki perkarangan Suna High School yang ditumpangi oleh dua orang. Semua pasang mata tertuju pada siapa kedua laki-laki dibalik helm tersebut, terdengar suara bisikan-bisikan dari gadis-gadis sekolah tersebut. Salah satu penumpang menuruni motor, berdiri berhadapan dengan si supir. Keduanya secara bersama membuka helmnya.

JENGJENG

"KYAAAAA! GANTENG BANGET!"

"ITU NARUTO SAMA SIAPA?!"

"GILA GANTENG BANGET ITU COWOK!"

"EH ITU COWOK YANG BARENG NARUTO ANAK KULIAHAN YA?!"

"OH YA? PANTESAN GANTENG!"

"MAU DONG JADI PACARNYAAA KYAAAA!"

Hampir semua gadis disekolah itu tahu Naruto yang ternyata anak dari pemilik sekolah tersebut. Terkecuali mereka tidak tahu jika pemilik sekolah tersebut mempunyai seorang anak lagi. Yang mereka tahu adalah anak dari pemilik sekolah ini hanya ada dua, Naruto dan Itachi.

Sasuke mendecih dan sesekali mengorek telinganya. Ia tatap adiknya dengan tatapan jengkel, "Naruto. Teman gadismu itu berisik."

"Hehe, gomen Sasu-nii. Mereka memang selalu begitu jika melihat pemuda tampan."

"Cih, usuratonkachi."

"Kalau begitu aku masuk ke dalam sekolah yaa~"

"Hn. Hati-hati."

"AYE AYE SIR!"

Sasuke kembali tersenyum, ia mengelus rambut kuning milik Naruto. Dikecupnya dengan lembut kening Naruto, semua gadis yang melihatnya kembali berteriak 'Kyaa' atau 'Omg asupan broh!' atau yang lainnya. Oh sepertinya kita bisa menyimpulkan mereka ini apa, pasti kalian satu pemikiran denganku kan?

Setelah mendapatkan kecupan kening pagi oleh sang kakak, Naruto berlari masuk ke perkarangan sekolah. Mencari kelas yang akan ditempatinya nanti dan mendapatkan banyak teman baru. Belum sempat ia memasuki kelas, ia sudah dihadang oleh beberapa gadis yang mengerubuninya dengan tatapan err–mesum?

"A–anu, ada apa?"

"Kau…Uchiha Naruto kan~?" tanya salah satu gadis berambut pinky, wajahnya memerah. Haruno Sakura namanya.

"I–iya, memangnya kenapa ya?"

Para gadis yang mengerubuninya semakin mendekat, "Boleh aku bertanya? Siapa pria yang bersamamu tadi? Ganteng banget~" pujinya dengan wajah semakin memerah dan seperti orang yang gemas melihat seorang anak kecil yang imutnya kelewat batas.

"I–itu tadi kakak ku…memangnya kenapa?"

"WAHHH SERIUSAN?! KENAL–"

"–ada apa ini? Kenapa kalian tidak masuk ke kelas?"

Semua berbalik ke belakang melihat siapa yang bicara. Mata para gadis itu membulat sempurna, pasalnya orang yang bicara tersebut adalah Uchiha Itachi. Seorang guru Matematika yang terkadang otaknya konslet dan killer. Saat Itachi mengajar pun terkadang berubah-ubah seiring moodnya yang baik atau buruk.

"Ehh Itachi-sensei. Hehe kita sedang mengajak ngobrol Naru-chan kok, iya kan?"

Itachi menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa adikku dikerubuni seperti gula?"

"Itachi-nii!" sapa Naruto memperlihatkan cengiran khasnya, "Tadi mereka bertanya tentang Sasu-nii loh, katanya mereka ingin berkenalan dengan Sasu-nii mangkannya mereka mengerubuniku seperti gula!"

–Terlalu jujur, Naruto.

Kau terlalu jujur, Naruto.

"EHHHH NARU-CHAN! JANGAN BILANG-BILANG DONG~" teriak para gadis itu, sungguh mereka tidak tahu bahwa Naruto adalah pemuda polosnya kelewat batas. Apa ini karena Itachi dan Sasuke menjaga Naruto dengan baik dari hal-hal yang berbau mesum dan kotor seperti itu. Itachi memijit kedua pelipisnya. Lelah menghadapi para gadis yang selalu bertanya hal-hal aneh terlebih lagi jika Naruto sudah diajak oleh teman lelaki sebayanya dan berbicara hal mesum. Oh Itachi tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Otouto, kau masuk ke kelas saja. Biar mereka yang ku bereskan."

GLEP!

Para siswi itu menelan ludah secara paksa.

Naruto mengangguk, "AYE AYE ITACHI-NII!" teriaknya berlari kearah kelas yang akan ditempatinya nanti.

Setelah Naruto pergi, Itachi mendekatkan siswi kelas XI tersebut dengan teliti, "Jangan pernah meracuni otak adikku yang polo situ. Jika berani, nilai matematika kalian menjadi 4. Paham?"

"PAHAM SENSEI!"

"Sensei, aku ingin bertanya. Boleh?"

"Apa itu, Hyuuga?"

"Kenapa Naruto -kun polosnya kelewat batas? Dia kan sudah SMA."

"Belum waktunya dia tahu hal-hal seperti itu."

"Kenapa, sensei?"

"Karena dia masih kecil, Haruno."

"Dia kan sudah SMA. Kok disebut masih kecil?"

"Karena dia anak bungsu Uchiha, Yamanaka."

"Kena–"

"Bertanya lagi, ku beri nilai 4 matematika kalian!"

Semua para siswi membungkam mulutnya dan segera ngacir ke kelas masing-masing. Sungguh, jika sudah berurusan dengan nilai apa lagi matematika mereka akan menurut kemauan guru mereka.

.

.

.

.

~OoO~

.

.

.

.

Waktu belajar murid baru telah tiba, kelas masih berisik dengan beberapa gadis bergosip membicarakan laki-laki atau para murid laki-laki yang bermain permainan atau hal lainnya. Terkecuali Naruto yang sedang menikmati pemandangan luar sekolah dari jendela kelas, matanya terus melihat kegiatan aktivitas yang dilakukan anak kelas XII yang sedang jam olahraga.

Bosan dengan melihat keluar jendela. Ia merogoh isi kantong sekolahnya mencari benda bernama ponsel.

Naruto mengetik sebuah nama untuk menemukan kontak telepon. Setelah mendapatkannya, Naruto segera memencet layar ponselnya ke symbol telepon berwarna hijau disebelah nomor yang tertera disana.

TUT TUT

Suara bunyi yang ditimbulkan ponsel Naruto menghubungkan bahwa pemilik nomor yang ditujunya adalah sedang aktif. Beberapa menit tidak ada yang mengangkat, baru saja Naruto berniat mematikan ponselnya terdengar sebuah suara seseorang diseberang sana. Itu bukanlah suara kakaknya, melainkan seorang wanita. Siapa wanita yang berani memegang ponsel kakaknya? Tidak biasanya kakaknya meminjamkan ponselnya pada orang lain.

"Halo, ada apa?'

"Sasu-nii, dimana?"

"Oh, adiknya Sasuke ya? Dia sedang ada ujian test dikelasnya. Sebentar lagi selesai kok.'

"Um–begitu…kakak siapa? Kenapa bisa memegang ponsel Sasu-nii?"

"Aku Karin, kekasihnya. Sasuke tidak memberitahumu ya?'

–Bohong, gadis ini berbohong pada Naruto. Dia hanya berpura-pura menjadi kekasih kakaknya karena gadis bernama Karin itu menyukai Sasuke.

"Eh? Tidak, Sasu-nii tidak memberitahuku."

"Ah begitu, padahal ku dengar kalian itu dekat loh.'

"Um yeah begitulah."

"Oh ya, sekarang kau kelas berapa? Terakhir kali aku melihatmu itu, saat kau masih kecil. Kalau tidak salah kau berumur 5 tahun, kau imut sekali~'

"Sekarang aku kelas X. Benarkah? Berarti kalian sudah lama berhubungan ya?"

"Ya begitulah, kalau begitu sudah dulu ya. Aku ada ujian test setelah Sasuke keluar, Jaa Naru-chan~'

TUT

Bunyi kembali ditimbulkan dari ponsel milik Naruto. Segera ia genggam ponsel miliknya, menyembunyikan wajahnya diantara lengannya. Naruto menutup kedua matanya dengan erat, menggigit bibir bawahnya. Ntah kenapa hati Naruto merasakan nyeri yang tak biasanya, seperti ditusuk ribuan jarum yang menusuk ke hatinya.

Mengoyak hatinya dengan perlahan-lahan.

"Sasu-nii, kenapa berbohong kepadaku…"

Memang sejak dulu kedua kakaknya itu tidak pernah berbohong padanya, mereka bertiga selalu bercerita bersama didalam kamar Itachi. Mengobrol, bercanda, berbagi kisah, hingga siapa orang yang disukai. Tapi, setelah mendengar penuturan gadis bernama Karin yang ternyata adalah kekasih dari kakaknya –Uchiha Sasuke–. Sudah lama pula. Kenapa kakaknya itu berbohong padanya? Padahal Naruto tidak pernah menyembunyikan rahasia apapun dari kedua kakaknya.

Tapi kenapa Naruto harus sakit hati? Apa ia menyukai kakaknya? Atau cemburu pada kakaknya? Bukankah itu hak kakaknya mempunyai kekasih atau tidak, yang terpenting adiknya bahagia jika kakaknya bahagia bukan begitu kan?

"Apa benar aku cemburu? Tapi wajar saja jika aku cemburu kan? Karena aku adiknya…"

.

.

.

.

~OoO~

.

.

.

.

Seorang pemuda tampan berambut raven keluar dari ruangan dengan wajah datarnya seperti biasa. Ia mendekati seorang gadis berambut merah yang tengah duduk, "Karin, mana ponselku?" tanya pemuda itu pada gadis bernama Karin.

Gadis itu menyodorkan sebuah ponsel hitam pada pemuda dihadapannya.

"Ini. Oh iya, tadi adikmu menelpon~"

"Apa katanya? Kau jawab apa?"

"Dia tadi mencarimu. Lalu aku jawab saja kau sedang ada ujian test, itu saja."

"Aku yakin kau tidak menjawab itu saja,"

"Hah, aku bicara soal sekarang dia kelas berapa, sekolah dimana, seperti itu."

"Hanya itu?"

"Ya–eh, tidak. Ada satu lagi. Aku memberitahu dia bahwa aku kekasihmu."

"Sejak kapan kita menjalin hubungan hah?"

"Sejak hari ini~"

"Aku tidak sudi."

Karin merengut, "Kau itu, sudah tampan tapi cuek. Harusnya itu kau bersikap lembut dong! Ke adik sendiri aja lembut masa orang lain tidak?"

"Itu beda lagi. Dia adikku dan kau bukan siapa-siapa."

"Kok gitu? Jahat banget!"

"Hn. Memang." Ketus Sasuke melenggang pergi meninggalkan Karin yang terus menyumpah serapahi Sasuke. Langkahnya ia cepatkan menuju parkiran, ia terus berfikiran tentang Naruto. Ia takut Naruto salah paham, marah padanya lalu menjauhinya. Sasuke melirik jam tangan yang ada ditangan kanannya, "Jam 10. Naruto mungkin sudah pulang." Gumam Sasuke.

Menaiki motor hitamnya dan melaju dengan kecepatan sedang.

.

.

.

.

~OoO~

.

.

.

.

TO BE CONTINUE

.

.

.

.

A/n :

Halooooo~

Seisa kembali hadir membawa sequel dari Okaeri karena permintaan banyaknya readers di facebook dan beberapa riviews /jangancurhat

Seisa sudah berusaha semaksimal mungkin buat plot cerita ini buat kalian, kalau alur plotnya terlalu cepet sih ya mungkin Seisa juga sadar. Karena Seisa ngetik ini pas lagi jam kosong dikelas, tidak ada guru yang ngajar karena ada halangan da nada guru piket masuk bilang boleh main ponsel asal jangan ribut. Yaudah, Seisa buat sequel okaeri dibantu sama teman-teman yang sama-sama fujo dan fangirl juga kami saling berbagi isi otak /plak

Semoga pembaca dan teman-teman suka, segala kritikkan dan saran Seisa masukin ke dalam note nanti buat pembelajaran dimana Seisa salahnya haha. Maaf kalau ceritanya ada yang ga sesuai dengan genre, namanya juga dikelas takut ketahuan fujo sama temen cowok yang suka anime karena saya suka pairing uhukhumuuhuk.

Terus ikuti dan baca karya-karya Seisa yang absurd ya.

Sekali lagi.

Riview please.