Title :
Tonari no Senpai
Disclaimer :
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Story :
©Rall Freecss
Warning :
Typo, OOC, AU, Slight!BL.
Prologue
Musim ulangan tengah semester dimulai, para siswa mulai heboh menyiapkan diri untuk menghadapi tes yang dilakukan setiap pertengahan semerter ini. Mulai dari yang serius belajar, agak serius belajar, serius membuat contekan, membuat contekan asal-asalan, bahkan yang tidak melakukan apa-apa pun ada. Mungkin, mereka sudah tawakal dan berserah diri kepada Yang Maha Esa.
Ya, tawakal sebelum mencoba—tolong jangan ditiru.
Tak hanya para siswa, pihak guru dan tata usaha pun tampak sibuk mempersiapkan segalanya. Guru mapel menyusun soal yang jumlahnya beragam, mulai dari yang berpilihan ganda, essai, hingga yang paling bikin baperan yaitu menjodohkan. Sedangkan pihak tata usaha sibuk mencetak lembar jawab untuk para siswa, mengecek soal dari guru untuk kemudian dicetak dan diperbanyak sesuai kebutuhan, hingga menyusun pembagian kelas serta tempat duduk siswa.
Sudah menjadi tradisi untuk mengacak urutan bangku siswa ketika ulangan berlangsung. Susunan tempat duduk ditentukan mengikuti urutan absen kelas, siswa kelas satu akan dicampur dengan siswa kelas dua, dan siswa kelas tiga akan digabung dengan siswa kelas dua yang tersisa. Hal ini dilakukan untuk mengecilkan peluang murid untuk saling mencontek satu sama lain, mendistribusikan jawaban baik itu secara terang-terangan atau pun sembunyi-sembunyi. Pokoknya, hal ini dilaksanakan agar tingkat kecurangan berkurang dan karakter siswa dapat terbentuk sesuai harapan pemerintah. Maklum, kurikulum barukan bertujuan untuk menciptakan siswa yang tak hanya encer otaknya tapi juga berkarakter.
Dan lagi, saking inginnya memperkecil peluang kecurangan siswa, susunan bangku ini berubah setiap harinya. Sekali lagi, berubah setiap harinya. Bisa kau bayangkan betapa rajinnya pegawai di tata usaha sekolah ini?
Karena posisi yang berubah setiap harinya, siswa harus datang awal untuk mengecek di ruangan mana ia akan bertarung dan dengan siapa ia akan bersanding di bangku sekolah nanti.
Dengan harapan mendapat seatmate yang otaknya encer agar bisa diajak kerja sama nantina, ratusan siswa mengerumuni papan pengumuman untuk melihat ke mana mereka diasingkan. Mereka rela berdesak-desakkan di pagi hari buta seperti itu hanya untuk sebuah nama. Apalah arti sebuah nama sampai-sampai mereka ikhlas bergerombol dan saling mendorong di sana.
Di antara ratusan kepala yang berlapis-lapis seperti roti lapis beraneka rasa yang dipasarkan dengan nama mirip tarian asal perbaduan Argentina dan Uruguay yang biasanya berjejer rapi di etalase minimarket itu, tampaklah sebuah kepala yang warnanya sangat lembut bagaikan langit di musim panas yang bersih tanpa awan.
Ia ikut berdesak-desakkan di sana, namun, dengan tubuhnya yang mungil dan hawa keberadaannya yang tipis dengan mudahnya ia melalui celah-celah yang ada dan bahkan entah bagaimana kerumunan itu mendorongnya ke depan tanpa paksaan.
Ia tak ingin memikirkan fenomena itu lebih lanjut, sekarang yang lebih penting adalah menemukan namanya dan mengetahui siapa teman sebangkunya hari ini.
Kuroko Tetsuya, X IPA-2.
Oh, itu dia. Namanya sudah ia temukan. Ruangan 4, cukup jauh dari kelas aslinya—mungkin setelah ini Kuroko harus tour keliling sekolah untuk menemukannya. Sayang sekali, ia tak sekelas dengan Ogiwara, teman sebangkunya. Temannya itu berada di ruangan 3. Guru pengawasnya, syukurlah, bukan guru killer yang bisa membunuh hanya melalui tatapan. Kemudian yang paling akhir, ia akan duduk dengan seorang kakak kelas asal kelas XI IPS-1 yang bernama ...
To be continued