Title : The Anchis

Maaf molor banget updatenya

.

Semoga suka dan selamat membaca

.

INGET! Pelan-pelan aja ya bacanya

.

.

Sehun masih terjaga bahkan saat penghuni penjara sudah terlelap tidur. Sama seperti Yixing yang terluka parah, si anchis ini memilih untuk tidur. Berharap agar lukanya bisa sembuh dengan lebih cepat. Karena Yixing tidak mungkin menggunakan kekuatannya.

Namun suara gaduh yang mendekat, hampir membuat semua penghuni penjara terbangun. Yixing bahkan sampai duduk diatas ranjangnya saking kagetnya.

"Ada apa ini?' tanya Yixing heran.

Pintu selnya terbuka. Empat penjaga langsung mengepung Yixing agar tidak bergerak dan turun dari ranjangnya. Yixing memang tidak bergerak. Tapi mulutnya langsung membulat saat dua penjaga menyeret seseorang untuk masuk ke dalam penjaranya.

"Kenapa kalian memasukkan gadis ke dalam selku?" Yixing menatap para penjaga yang menggunakan seragam hitam itu dengan heran.

"Semua sel penuh," ucap penjaga yang sejak tadi mengacungkan senjata tepat didepan hidung Yixing. "Lagi pula kalian bertiga akan dieksekusi mati besok," lanjutnya yang masih belum menjawab pertanyaan Yixing. Oke, meski Yixing tahu ia dan Sehun besok akan dihukum mati. Kalian bertiga, berarti satunya itu gadis yang berjalan dengan kaki pincang. "Lagi pula, kami dengar kau tidak tertarik pada wanita."

Oh, alasan itu rupanya. Yixing hanya tersenyum tipis sebagai tanggapan. Yixing mengangguk pelan dengan tidak peduli saat penjaga barusan berkata untuk tidak melakukan macam-macam pada gadis itu. Ada hal yang aneh, tidak seperti biasanya si Jiro, anjing kesayangan Leo tidak menampakkan hidungnya. Lalu mata Yixing beraling pada gadis yang tampak duduk dengan wajah lesu dan rambut acak-acakan.

Melihatnya sekilas saja cukup membuat Yixing yang awalnya rebahan langsung turun dari ranjangnya dengan tergesah-gesah. Namun Yixing merupakan orang yang cukup pandai mengendalikan keterkejutannya meski bola matanya sempat membulat dan membesar tadi.

"Meski aku tidak tertarik pada wanita," ucap Yixing sambil mendekat. "Rasanya tidak pantas membiarkan seorang wanita duduk dibawah lantai," gadis itu tampat tersentak namun Yixing masih berjalan mendekat. "Mau aku bantu?" mata Yixing kini melirik perban lusuh di betis gadis itu.

"Aku dengar Anchis bisa menyerap aura manusia," gumam gadis itu yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Yixing. "Apa kau berniat memakan auraku?"

"Tidak," ucap Yixing sambil duduk berlutut. "Karena kau bukan manusia." Bisik Yixing dengan nada tertahan. "Boleh aku tahu, mengapa kakimu diperban?" tanya Yixing yang secara mendadak menghindar dari tatapan gadis itu.

"Jangan sentuh kekasihku!" teriak Jiro dengan murka.

Tentu saja Yixing tersentak kaget. Yixing jadi teringat saat Jiro menggoda Sehun dan sempat-sempatnya mencium punggung tangan Sehun. Sialan. Rupanya dia punya kekasih. Melihat tatapan liar Jiro membuat senyuman Yixing mengembang. Gadis ini dan Jiro bahkan memiliki cerita romance yang lebih tragis dibandingkan ia dan Sehun.

"Kau itu kekasihnya?" tanya Yixing yang diberi anggukan oleh sang gadis.

Anggukan itu cukup membuat Yixing dengan seenaknya mengangkat tubuh gadis itu dengan kedua tangannya. Sontak saja, gadis tersebut refleks mengalungkan kedua tangannya diseputar leher Yixing. Teriakan Jiro dan tatapan gadis itu membuat Yixing dengan cara yang profokatif menurunkan tubuh sang gadis diatas ranjang. Sontak saja teriakan penghuni sel lainya mulai menggema, dengan ucapan kotor yang tak terkontrol. Mungkin mereka pikir Yixing akan memperkosa gadis ini.

"Siapa namamu?" tanya Yixing dengan bahasa arab kuno. Padahal Yixing tadi begitu sungkan pada gadis ini, namun rasa sungkan itu hilang entah kemana hanya karena sebuah fakta menguntungkan. Gadis ini kekasih Jiro.

"Luna."

"Bulan?" gumam Yixing sambil tersenyum kecil. "Seharusnya kau bisa mengobati dirimu sendiri kan?" tanya Yixing dengan nada penasaran.

"Apa maksudmu?"

"Dewi Bulan tidak mungkin membiarkan dirinya sendiri terluka kan?" tanya Yixing dengan suara berbisik yang membuat Luna terheran-heran. "Kau memiliki aura hijau yang cemerlang, aku heran kenapa kau tidak menyembunyikan auramu." Sambung Yixing.

Raut wajah Luna lambat laun mengembangkan senyumannya. Tugas utama Yixing yang sebenarnya adalah menjeput seorang Dewi wilayah Timur Tengah yang terperangkap.

"Kau juga punya aura yang membingungkan," ucap Luna dengan pupil mata yang berubah sesaat menjadi warna hijau. "Biru dan putih, biru karena kau mendapatkan kekuatan dari penguasa Barat dan putih karena kau lahir dari tangan manusia, tapi warna putihmu lebih dominan."

"Karena pasanganku seorang manusia," jawab Yixing dengan pelan. "Aku cukup terkejut, kau tidak kaget saat aku bilang kau merupakan seorang Dewi."

"Karena aku sudah tahu," jawab Luna dengan nada riang. "Horus bilang aku akan menjadi penerus Anubis."

Berbeda dengan penguasa Barat dan Utara yang memiliki penerus dari sistem keturunan. Penguasa Timur Tengah dan Selatan, memiliki penerus menurut kekuatan alami yang dimiliki setiap keturunan. Misalnya saja Luna yang menggantika Anubis padahal Luna merupakan anak dari Dewi Cinta atau Dewi Hathor.

"Telapak tangamu kenapa?" tanya Luna saat menemkan luka bakar yang sedikit mengerikan dikedua telapak tangan Yixing.

"Ini.. tanda cinta adikku." Gumam Yixing pelan sambil menatap telapak tangannya.

Lihat? Siapa tadi yang berdebat dengannya dan bilang kakaknya itu bodoh setengah mati, karena bisa terperangkap dipenjara ini. Padahal dia sendiri bahkan membuat perjanjian mematikan dan mau-maunya pergi ke xαος.

"Kenapa?" tanya Luna yang sedikit khawatir.

"Tidak apa-apa." Jawab Yixing dengan memamerkan senyuman lebar sambil mengepal erat kedua tangannya sendiri.

"Apa kekasihmu tahu?" tanya Yixing sambil melirik Jiro yang masih menatapnya dengan tajam. Aura Jiro tidak seperti Luna. Aura Jiro berwarna perak murni. Berarti Jiro asli dari penduduk penguasa Utara.

Luna yang menggelengkan kepala membuat si anchis itu tediam cukup lama. Yixing yang tengah termenung. Tiba-tiba merasa tubuhnya menghangat. Yixing sontak menatap Luna yang tengah menaruh telapak tangannya di punggung tangan Yixing. Aura hijau seolah masuk ke dalam tubuhnya dengan lembut.

"Aku berikan sebagian kekuatanku padamu," ucap Luna yang membuat Yixing menganga. "Penyembuhan dari Dewi Utama tidak memerlukan perantara."

"Haaaaaah?!"

Tunggu! Yixing pikir hanya Dewa Dewi Barat yang bisa membagi kekuatannya. Tapi kebingungan Yixng tidak diindahkan oleh Luna.

"Aku bisa merasakan auramu dan aura kekasihmu," ucap Luna sambil menunjuk sel Sehun. "Karena kau mendapatkan kekuatan dari Dewa personifikasi, kau kadang kesulitan sendiri untuk menggunakan kekuatan itu kan?"

Luna menjerit pelan. Saat Yixing dengan tiba-tiba turun dari ranjang dan duduk dengan satu lutut. Baru kali ini Yixing benar-benar berlutut dihadapan seorang Dewi.

"Terimakasih atas kemurahan hatimu."

Tapi Luna hanya menepuk punggung Yixing, hingga Yixing mendongakkan kepalanya.

"Itu berarti mulai sekarang kita terhubung." Ucap Luna dengan kilatan warna hijau di matanya. Yixing jadi merasa gugup sendiri. Bahkan Yixing menelan ludahnya tanpa sadar.

"Ehem!"

Dehaman keras dari sel Sehun cukup membuat Yixing mengalihkan tatapannya. Tapi tidak untuk Luna yang malah terkikik pelan. Diam-diam Luna tersenyum menikmati, saat melihat Yixing dan Sehun yang sepertinya tengah bertengkar hebat. Wanita itu memang berbahaya.

"Boleh aku bergabung?" tanya Luna yang membuat Yixing mengangguk ragu.

'Dia tidak tertarik pada wanita, bukan?' tanya Luna yang tiba-tiba melerai pertengkaran manis antara Yixing dan Sehun. 'Aku terhubung dengan kekasihmu sekarang, jadi wajar jika aku bisa bergabung dengan perbincangan ini.'

Sehun mengingit bibir bawahnya dengan pelan. Baru kali ini seorang Dewi bergabung ke dalam pikirannya. Sehun sama seperti Yixing yang mendapatkan kekuatan dari Dewa personifikasi. Karena terdapat keuntungan tersendiri jika mendapat kekuatan dari Dewa personifikasi. Mereka tidak bisa mengatur dan masuk ke dalam pikiran Sehun dengan seenaknya.

'Aku rasa besok kalian tidak akan diam saja dan mati dipenggal kan?' tanya Luna yang berhasil memecahkan keheningan sesaat tadi.

'Tentu saja.' Jawab Yixing dengan tenang.

'Dewi, apa kau bisa terbang?' tanya Sehun tiba-tiba. 'Apa wujud binatangmu?'

'Hmm, aku punya sayap.' Ucap Luna yang membuat Yixing dan Sehun tersenyum senang,

'Kenapa? Kenapa?' tanya Luna dengan bersemangat saat menemukan senyuman Yixing yang mengembang. 'Sepertinya kalian punya rencana bagus.'

'Tapi sebelum itu Dewi,' Ucap Yixing yang tiba-tiba beranjak berdiri dari posisi berlututnya hingga membuat kakinya kesemutan. "Tolong tangani kekasihmu terlebih dahulu!" Seru Yixing sambil menunjuk Jiro yang tengah berusaha membuka pintu sell.

.

.

.

"Yixing sudah menemukan Luna," ucap Zitao tiba-tiba saat mereka tengah berjalan dipinggir Sungai Nil. Mereka semua masih berjalan tanpa berheti sama sekali. "Dan memberikan sebagian kekuatannya untuk kakakku."

Kalimat kedua Zitao yang malah membuat mereka semua berhenti dan saling bertatapan dengan heran.

"Dia pasti naksir pada kakakmu," celetuk Amber yang membuat Kyungsoo dan Zitao menaikan sebelah alisnya dengan kompak. "Dia bukan gadis yang seperti itu."

"Kau benar," decak Kyungsoo sambil melanjutkan perjalanan. "Untuk seorang Dewi yang akan menjadi penerusku, rasanya itu terlalu mustahil."

Tapi Zitao hanya mengibaskan tangannya dengan malas. Kakaknya, Yixing selain pintar dalam strategi juga pintar dalam membuat jaringan dan meninggalkan kesan baik. Yixing bahkan berteman baik dengan seorang Dewi Pemburu dari Wilayah Barat.

"Hari sudah menjelang sore, kita coba lagi cara tadi," perintah Kyungsoo pada Amber yang tampak menatapnya dengan malas. "Waktu kita tidak sedikit, cantik."

Amber dengan ogah-ogahan merubah wujudnya kembali menjadi burung gagak hitam. Hewan yang paling pantas dan pas untuk seorang Amber yang lumayan kejam dalam berburu. Sedangkan adiknya Suga, tengah memungut pakaian kakaknya yang berserakan.

"Kalau tidak melihat pakaian dalam itu, aku akan terus mengira kau memiliki kakak laki-laki," celetuk Namjoon saat tanpa sengaja Suga menjatuhkan bra milik kakaknya itu. Suga sontak menatap Namjoon dengan tajam. "Wait, wait, aku hanya bercanda." Seru Namjoon sambil mengangkat kedua tangannya.

Suga yang awalnya akan mengeluarkan tombaknya, mendadak terdiam karena Amber tanpa permisi mendarat dipundaknya.

"Mereka ada di hilir sungai," jelas Amber. "Aku sudah memberi pesan pada mereka, besok pagi kita bertemu di tempat mereka berkemah."

"Kalau begitu, hari ini kita juga harus mencari tempat berkemah juga." Ucap Zitao.

Mereka berkemah di dekat sungai Nil karena mereka semua butuh air, ah kecuali Zitao. Suara air yang gemericik cukup membuat keadaan sedikit berirama dan tidak terlalu senyap. Kyungsoo bahkan merasa sedikit bersyukur karena masih bisa menatap bulan purnama yang tampak sesekali tertutup awan kelabu tipis.

Suga dan Namjoon seperti biasa sibuk dalam dunianya. Sedangkan Zitao tengah bercengkrama dengan Amber. Saat Kyungsoo menengadahkan kepalanya, bulan yang tampak terang malah membuatnya tertawa pelan.

"Kenapa?" tanya ZItao heran.

Rupanya suara tawa Kyungsoo mengundang rasa penasaran mereka. Hingga Namjoon dan Suga pun ikut menatap Kyungsoo dengan heran.

"Aku hanya teringat dengan cerita matahari malam," ucap Kyungsoo yang membuat semua orang mengerutkan dahinya. "Itu julukan bulan yang disematkan oleh seekor lebah kecil," gumam Kyungsoo sambil menghela nafas. "Lebah kecil yang selalu penasaran dengan si matahari malam."

"Kenapa kau tidak ceritakan saja?" tanya Zitao yang membuat Kyungsoo yang tengah memainkan api unggun dengan sebatang kayu langsung menghentikan aksinya. "Aku ingin mendengar seorang Anubis bercerita."

Ceritanya cukup sederhana sangat sederhana. Impian seekor lebah mungil yang bermula dari rasa penasarannya. Sang lebah hanya penasaran kenapa matahari malam tak seterang matahi di siang hari. Hingga akhirnya ia bermimpi untuk mengunjungi sang matahari malam. Dan impian itu membuat kawanan lebah yang lain menertawannya dan mengatakan jika impiannya itu bodoh.

"Buat apa dia ke bulan?" tanya Suga dengan nada heran.

"Untuk mencari jawaban yang ia cari."

"Apa dia membuar roket?" kali ini Namjoon yang bertanya dengan nada sinis.

"Tidak, dia hanya mengandalkan sayapnya," Kyungsoo seperti biasa selalu menjawab semua pertanyaan dengan nada santai. "Dia terus mencoba dan terus mencoba dan pada akhirnya.."

"Tetap gagal." Potong Amber dengan nada malas. "Mana mungkin dia bisa ke bulan dengan cara seperti itu kan?"

Memang, si lebah tidak pernah bisa mencapai matahari malam. Ia sudah mencoba sekuat tenaga. Hingga sayapnya serasa mau patah saking lelahnya. Kala itu ia beruntung, jatuh diatas daun teh. Dan bertemu dengan ulat hijau berpipi gembul. Sang ulat bertanya meski dengan wajah acuhnya. 'Setahuku disini tidak ada sarang lebah, seekor lebah harusnya berkelompok kan?' tapi si lebah mungkin terlalu lelah jadi ia hanya mengangguk dengan lemah. 'Jadi sedang apa kau disini?'.

Dengan lugunya, si lebah menjawab. 'Aku sedang dalam perjalanan menuju matahari malam.' Sontak saja si ulat kebingungan. Tapi lebah yang kelelahan hanya menunjuk benda bulat yang ada dilangit. Sambil mengangguk mengerti, si ulat menjelaskan jika yang ditunjukkan si lebah itu bulan namanya bukan matahari.

'Tapi dia tampak mirip dengan matahari, hanya sinarnya saja yang berbeda.' Ucap Lebah dengan keras kepala.

'Itu karena matahari membagi sedikit cahanya pada bulan,' jawab si ulat dengan nada yang selalu datar. 'Sebenarnya apa yang kau ingin ketahui dari bulan?'

'Banyak,misalnya kenapa dia tidak sehangat matahari, apa kau tahu jawabannya?'

Kali ini, si ulat hanya menggelengkan kepalanya. Si ulat yang menengadahkan kepalanya membuat si lebah mungil ikut menatap bulan. 'Yang aku tahu bulan itu sangat indah,' ujar si ulat sambil menoleh pada si lebah yang masih menengadahkan kepalanya. 'Karena dia tidak seterang matahari, jadi aku bisa melihatnya dengan leluasa tanpa harus menyipitkan mataku.'

"Jadi? Apa si lebah bisa mencapai matahari malamnya?" tanya Amber yang tiba-tiba berubah menjadi tertarik.

"Entahlah~" gumam Kyungsoo pelan. "Yang aku tahu, si lebah tidak akan menyerah begitu saja, mungkin nanti ia akan menumpang naik roket." Celetukan Kyungsoo cukup membuat Zitao tersenyum tipis.

"Ceritanya menggantung ya~" komentar Namjoon.

"Namanya juga cerpen tiga lembar."

"Siapa penulisnya? Paman?" tanya Suga yang entah kenapa menatap Kyungsoo dengan berbinar.

"Bukan, penulisnya kebetulan sama dengan penulis yang menulis cerita The Anchis."

.

.

.

"Anak kesayanganmu itu bilang besok dia dan pasangannya akan menjalani hukuman pancung." Joonmyeon berkata dengan nada datar yang cukup mengejutkan.

Kini keempatnya memilih jalan menembus hutan rimbun. Jalan cepat dan paling aman untuk tak terlalu terlihat oleh mata manusia. Ucapan Joonmyeon yang datar dan anggukan tenang Yifan. Mengundang tanya dari sisi Baekhyun dan Tartaros. Anak mereka akan dieksekusi mati oleh manusia pertama dan mereka dengan sombongnya hanya menanggapinya dengan santai.

"Kalian terlalu besar kepala," ucap Tartaros dengan sinis. "Kalian tidak seharusnya meremehkan musuh."

"Jadi menurutmu apa yang harus kami lakukan?" Tanya Joonmyeon dengan nada tidak suka. Kali ini Joonmyeon bukan Joonmyeon yang biasanya yang bisa bersikap sabar. "Menangis? Lari ke daerah penguasa utara?" Tanya Joonmyeon dengan nada kasar. "Kau pikir kami berani berkorban karena permintaan siapa?"

"Kau berani melawan Dewa?!" Tanya Tartaros dengan murka.

Joonmyeon hanya berdecih dan menatap Yifan yang hanya diam saja. Yifan yang diam berarti memperbolehkan Joonmyeon untuk melawan seorang Dewa dari Barat dan Timur Tengah.

"Lihat!" Seru Joonmyeon dengan jengah. "Anakku pergi ke xαος karena anak siapa? Anakku yang satunya hampir mati karena siapa?" Tanya Joonmyeon sambil tertawa sarkas. "Dan sekarang dia bilang aku tengah melawan seorang Dewa?"

Kali ini Yifan bergerak untuk menghentikan Joonmyeon dengan mencekram erat kedua bahu Joonmyeon. Karena Tartaros dengan sekejap menggenggam sabit besarnya. Joonmyeon masih menatap Tartros dengan kesal. Sedangkan Tartaros dan Baekhyun sama saja. Keduanya menatap Joonmyeon dan Yifan dengan angkuh.

"Kami tidak pernah meremehkan siapa pun," ucap Yifan dengan ketenangan luar biasa berbeda jauh dengan Joonmyeon yang jika didiamkan akan meledak dan mengamuk. "Tanpa sepengetahuan kalian, kami sudah berjanji satu sama lain, apa pun yang terjadi hingga siapa pun yang mati, kita harus tetap selesaikan misi kita."

"Sebelum kita berkumpul diwilayah tengah." Lanjut Joonmyeon dengan sinis sambil menghempaskan tubuhnya agar terbebas dari cengkaram pasangannya sendiri. "Jadi bisahkah kalian tidak menyulut api?" Tanya Joonmyeon dengan nada kesal. "Meski kalian ini dewa dan dewi yang posisinya tentu diatas kami, tapi jangan lupa aku pun memiliki peran yang sama seperti kalian," Joonmyeon sengaja menggantung dan membuat wajah Tartaros dan Baekhyun tampak tidak suka. Biasa harga diri seorang dewa dan dewi. "Kami juga orang tua sama seperti kalian!"

"Ehem!"

Tapi suara deheman seseorang cukup membuat keempatnya menggalihkan pandangannya. Sekarang diantara mereka berdiri tiga muda mudi yang sudah siap dengan tas ranselnya.

"Rumah kami tadi baru dihancurkan," ucap sang gadis berkacamata hitam dengan ketenangan yang luar biasa. Mirip sekali dengan tingkah Yifan. "Dan aku rasa ini semua karena kalian berempat." Ucapnya dengan dingin. Gadis ini bernama Victoria anak dari Dewa Mut yang bisa membaca masa depan.

"Apa akan ada perang lagi?" Kali ini pemuda bertubuh tinggi yang berkata. Auranya sama dinginnya dengan Victoria. Mungkin juga karena pemuda ini tampak berdiri disebelah Victoria yang terus mencekram lengat pemuda tersebut. "Apa sekarang kami boleh ikut berperang?" pemuda ini bernama Jin, pemuda yang jarang sekali menunjukkan ekspresi wajahnya. "Aku dengar sepupuku besok juga akan dipancung."

"Jujur saja, kami muak untuk terus bersembunyi." Kali ini pemuda dengan wajah yang mirip Baekhyun yang menyahut. Taehyung.

"Aku rasa kalian akan ikut berperang untuk kali ini," jawab Joonmyeon dengan tidak kalah dinginnya. Hingga membuat ketiga pemuda itu menatap Joonmyeon dengan sedikit terkejut. Mungkin mereka kaget karena seorang manusia yang memiliki sedikit kelebihan berbicara dengan nada yang sama. "Karena sekarang kalian harus merebut tahta kalian sendiri dari musuh."

Kali ini Joonmyeon sengaja mengatakan hal itu dengan blak-blakan meski Tartaros dan Baekhyun sudah memperingati Joonmyeon dengan isyarat mata. Tapi Joonmyeon bukan orang yang suka diremehkan. Termasuk oleh dewa sekali pun.

"Kita harus bergerak cepat," ucap Victoria dengan nada muram. "Kelompok musuh sebentar lagi mendekat."

"Kita akan berkumpul dimana?" tanya Jin pada Joonmyeon yang kebetulan berada tepat didepannya

"Wilayah Tengah." Jawab Joonmyeon

"Cari mati itu namanya," namun ucapan Taehyung malah terdengar senang dan bergairah. Ah, mungkin karena kekuatan alami Taehyung itu api. "Kita berkumpul di wilayah yang tengah diincar musuh." Kini bahkan Taehyung tertawa dengan keras. "Memang apa bagusnya daerah tengah, sampai direbutkan segala?" tanya Taehyung dengan heran.

"Minyak, batu bara, emas dan lain sebagainya," jelas Baekhyun dengan tenang. Kini dia berjalan tepat disamping Victora. Sesama perempuan harus bersama kan. Meski sebenarnya sejak tadi Victoria terus menggenggam lengan Jin. "Aku rasa itu alasan yang cukup logis."

"Karena wilayah tengah merupakan wilayah yang paling strategis," ralat seseorang, ah! Joonmyeon rupanya yang berkata. Kali ini Joonmyeon bukan tersenyum menggoda pada Baekhyun jatuhnya malah mengejek. "Bagian tengah, merupakan wilayah yang paling startegis karena dekat dengan keempat wilayah lainnya. Bisa dibilang wilayah tengah itu jalur sutra, jalur perdagangan, pertemuan politik dan lintas budaya."

"Itulah yang menyebabkan kenapa wilayah tengah dulunya dijadikan wilayah netral, sama seperti daerah oasis dipadang pasir." Jelas Tartaros yang berjalan dipaling belakang.

Pertanda, perjalanan kali ini dipimpin oleh Tartaros. Sedangkan Joonmyeon dan Yifan berjalan dipaling depan, artinya keduanya merupakan orang yang dipercaya bisa menjaga para wanita sekaligus pewaris penguasa timur tengah yang berjalan ditengah, diantara penjaga dan pemimpim.

"Jongin akan bertemu dengan kakaknya." Ucap Victoria tiba-tiba.

"Wow~ kekuatanmu itu benar-benar bisa diandalkan ya?" ucap Tartaros dengan nada kagum.

"Karena itu juga kita bisa kabur dari rumah sebelum kami hangus terpanggang." Celetuk Taehyung dengan santai.

"Kau tahu dari mana?" tanya Tartaros yang merasa janggal. "Kau tidak bisa menembus xαος."

Tapi Victoria hanya menggelengkan kepalanya. "Kita tidak hanya akan bertemu dengan pewaris Sang Penguasa Wilayah Timur Tengah." Jawab Victoria.

"Siapa lagi?" tanya Baekhyun dengan wajah berbinar. "Apa ada Chosek?"

"Tidak, tidak ada Jongin (Chosek)," jawab Victoria dengan nada sedikit bersalah. "Hanya ada Jimin dan Hoseok, aku rasa mereka mendapatkan sinyal langsung dari anak bibi, jika anak bibi bebas dari xαος."

Diam-diam Joonmyeon mengeluh pelan. Kalau Jongin tidak keluar dari xαος. Itu berarti Chanyeol juga akan tetap disana. Kalau perang memang terjadi, diantara kelima anchis ini. Chanyeol yang paling ahli dalam masalah kekuatan dibandingkan siapa pun. Tapi bukan itu intinya, Joonmyeon hanya merasa ia tidak bisa bertemu dengan anaknya yang paling bodoh itu.

Namun Joonmyeon menemukan hal ganjil dari cara Victoria berjalan. Victoria tampak selalu mencekram lengan Jin yang tampak tak keberatan sama sekali. Meski mereka berjalan dengan cepat tidak seperti manusia pada umumnya. Tetap saja ada yang ganjil belum lagi dengan kacamata hitamnya.

"Aku buta." Victoria tiba-tiba saja berkata dan membuat Joonmyeon terkejut setengah mati.

"Kedua matanya diambil oleh salah satu Titan." Kini Jin yang menjelaskan.

Namun seketika Joonmyeon teringat pada Horus yang pernah kehilangan matanya oleh Set.

"Berbeda dengan horus yang matanya disembunyikan." Terang Jin yang membuat Joonmyeon kembali terperangah.

"Mataku ditelan bulat-bulat oleh Sang Penguasa Wilayah Barat pada generasi Titan." Ucap Victoria yang mengakhiri percakapan mereka.

Joonmyeon merasa meski buta Victoria termasuk salah satu Dewi yang begitu sangat peka. Joonmyeon tiba-tiba berharap diantara ketiga pewaris. Tidak ada satu pun yang bisa membaca pikirannya. Mau bagaimana pun sebenarnya Joonmyeon tidak begitu menyukai para penguasa dari belahan manapun. Oke, kecuali cucunya Rebecca tentunya. Bahkan Kyungsoo dan Minseok sekali pun tetap saja memiliki rasa dominan dan etika yang menyebalkan. Mereka tidak brutal tapi mereka itu sedikit angkuh. Keangkuhan itu cukup membuat Joonmyeon memiliki alasan untuk mencekik mereka semua.

"AH!" teriak Joonmyeon sambil menutup mulutnya sendiri dengan mata terbelalak. Teriakannya yang cukup keras tentu membuat semua orang menatapnya dengan terkejut meski mereka tetap berjalan dalam kecepatan 'normal'.

"Kenapa?" tanya Baekhyun yang mendadak panik meski dengan lincah melewati pepohonan dengan gesit.

"Tidak," elak Joonmyeon dengan pelan. "Hanya teringat jemuran di rumah yang belum sempat diangkat." Alasan konyol memang. Dan jawaban Joonmyeon cukup membuat semua orang menatapnya dengan kelopak mata bergetar.

"Sekarang aku tahu dari mana asalnya jawaban konyol Chanyeol berasal." Celetuk Tartaros yang tidak berpengaruh apa pun pada Joonmyeon.

Karena Joonmyeon benar-benar sedang sibuk berharap, semoga tidak ada satu pun dari mereka yang bisa membaca pikirannya. Joonmyeon melirik sebentar ke arah Victoria, Taehyung dan Jin. Namun tanpa diduga, Joonmyeon menemukan Jin yang tengah tersenyum tipis padanya.

"Sial!" umpat Joonmyeon dengan nada muram.

"Jelaskan padaku!" bisik Yifan dengan memaksa. "Kau ini kenapa?" tidak ada yang tidak penasaran dengan tingkah Joonmyeon yang gelisah. Yifan jadi ikut frustasi gara-gara Joonmyeon.

"Ada mind reader disini." Balas Joonmyeon.

"Lalu?" tanya Yifan dengan heran. "Kau tidak memikirkan hal yang aneh-aneh kan?" kali ini Yifan bertanya dengan nada menggoda.

"Bukan begitu!" elak Joonmyeon yang membuat Yifan semakin ingin menggoda Joonmyeon.

"Tenang paman, aku bukan tipe pendendam." Celetukan Jin sontak membuat Joonmyeon membalikkan badannya dan berdecak kesal. Bibir Jin yang bergetar cukup membuat Joonmyeon tahu jika ia tengah ditertawakan. Rupanya Jin tak sebegitu dinginnya dibandingkan Victoria yang tetap diam membisu saat diajak bicara oleh Baekhyun.

Tapi untung saja Joonmyeon tengah membalikkan badannya untuk menatap Jin. Karena sedetik saja lengah. Bola api besar bisa-bisa menghanguskan dan meratakan mereka dengan sekali pukul. Suara desisan antara api dan air yang cukup berisik, tentu membuat rombongannya panik. Joonmyeon memang bisa mematikan apinya tapi tidak bisa menghentikan bola besar yang akan melindas mereka.

Joonmyeon yang panik mendadak terpukau hanya karena sebuah sabit besar yang sebegitu mudahnya memebelah bola raksasa itu.

"Keren kan?" pamer Tartaros.

"Paman bukan saatnya untuk pamer!" teriak Taehyung dengan panik.

Mereka semua kini berhenti disatu titik. Setelah bola api, ratusan panah mulai berjatuhan. Namun dengan cepat langsung dihancurkan oleh Taehyung dengan api birunya yang menjadikan mereka semua dihujani abu kehitaman. Sedangkan Yifan yang memiliki pengendalian gravitasi tengah sibuk mengembalikan panah yang musuh kirimkan pada mereka.

"Aura perak!" seru Jin dengan kilatan mata hijaunya saat panah hampir mengenainya.

"Dan ada juga aura biru." Bisik Victoria yang langsung berdiri dibelakang Jin.

"Usahakan sembunyikan aura kalian!" seru Baekhyun yang membuat Joonmyeon. Tartaros, Yifan dan Taehyung menatap Baekhyun dengan tatapan heran.

"Mana bisa?!" tanya Taehyung dengan nada frustasi. "Kita tidak bisa mengeluarkan kekuatan kita tanpa bantuan aura!" seru Taehyung yang dengan mudahnya mengeluarkan api dari kedua tangannya dan api biru itu menyebar, melahap semua anak panah.

"Sekarang!" teriak Joonmyeon sambil berlari. "Sembunyikan aura kita dan lari!" teriak Joonmyeon dengan keras sambil mendorong Baekhyun untuk jalan duluan. Wanita memiliki langkah yang lebih lamban jadi para wanita harus berlari terlebih dahulu. Dibelakang mereka terdapat Yifan dan Joonmyeon yang berjaga. Bagian belakang terdapat Taehyung dan Jin yang langsung menggendung Victoria dipunggungnya. Dan paling belakang lagi-lagi Tartaros yang memimpin, mengawasi rombongan.

"Jangan berpencar!" teriak Tartaros sambil menarik kerah baju Taehyung yang panik.

"Kenapa kita tidak balas menyerang?!" tanya Taehyung dengan frustasi. Kentara sekali jika ia tidak suka dengan cara ini karena lagi-lagi ia harus kabur.

"Sekarang bukan saatnya!" jelas Tartaros dengan tegas. "Kau ingin mati disini?!" sergah Tartaros saat menemukan Taehyung yang ingin membantah dan mengajaknya berdebat. Namun pertanyaan Tartaros tentu membuat semua orang tersentak terutama Taehyung yang langsung menggelengkan kepalanya. "Jadi, tutup mulutmu dan berlari dengan cepat!"

"ARGHT!" teriak Taehyung dengan nada kesal dan frustasi.

.

.

"ARGHT!" jerit Zitao dengan suara yang membuat semua orang terbangun. "Kenapa makhluk bertubuh biru tanpa kaki ini ada disini?!" tanya Zitao dengan wajah tidak suka.

"Aaah! Jimin!" seru Suga dengan mata terbelalak kaget. "Jimin yang mengirimmu kan?" tanya Suga.

"Saya Marid, utusan dari Tuanku," ucap makhluk tanpa kaki itu yang kini melayang ke arah Suga. "Mereka menunggu kalian di Wilayah Tengah," ucapnya dengan pelan. "Kalian harus bergerak dari sekarang karena musuh juga sudah mulai bergerak."

Tanpa bertanya apa pun mereka semua terbangun dengan cepat, dan bergerak menuju tempat dua penerus yang juga tengah berkemah.

"Mereka kakak beradik," jelas Amber sambil berlari. "Mereka sekarang bernama Krystal dan Jongkook," ucap Amber yang secara mendadak berubah menjadi burung gagak hitam besar. Suga yang tadinya jauh dibelakang Amber dengan cepat menangkap pakaian kakak perempuannya.

"Kenapa Tuanmu tahu jika kami ada disini?" tanya Zitao dengan penasaran meski tidak mau berdekatan dengan djin yang melayang-layang di dekat Suga. Zitao sering melihat makhluk ini tapi Zitao sedikit geli dengan wujudnya yang tanpa kaki.

"Karena Tuanku sedang bersama Sang Penjaga," jawab Marid dengan pelan. "Sang Penjaga selalu tahu dimana Dewa dan Dewi lainnya berada," jelasnya yang membuat Zitao menerawang jauh. Orang macam apa Sang Penjaga itu. "Temanku Afridi juga tengah menuju Wilayah Selatan untuk menjembut pasangan pewaris Sang Penguasa Wilayah Timur Tengah."

"Pasangan?" tanya Zitao dan Kyungsoo dengan berbarengan.

Kyungsoo dan Zitao hanya bisa melebarkan kedua mulutnya. Terlalu terkejut tapi mereka tidak bisa berhenti untuk menikmati keterkejutan mereka.

"Pewaris Sang Penguasa masih di xαος tapi sebentar lagi dia akan bergambung dengan kita semua," Marid tampak mengatakannya dengan tatapan senang. "Oleh karena itu pasangannya pun juga harus bergabung bersama kita."

"Yang di xαος itu bukannya anak Bastet (Baekhyun) dan Tartaros ya?" tanya Zitao untuk memastikan. Meski sebenarnya Zitao juga tahu jati diri dari anak Bastet dan Tartaros itu. Yang ditanya pun hanya menjawab dengan anggukan kepala. "Dan yang sedang di Selatan kan cuman Rebecca." Ucap Zitao hati-hati. "Kalau mereka itu pasangan Penguasa Wilayah Timur Tengah maka.."

"Kita, Bastet dan Tartaros akan menjadi besan." Ucap Kyungsoo dengan tenang. "Hubungan macam apa sih ini, macam benang kusut saja." keluhnya dengan pelan.

.

.

.

Rebecca hanya bisa bediri kaku saat menemui Sang Penguasa Selatan yang tampak membungkuk dengan sopan. Rebecca jadi ikut mebungkuk dengan sebegitu sopan dan anggunnya dalam waktu singkat. Siapa pun itu, baik dari Selatan maupun Timur Tengah yang namanya Penguasa tetap saja memiliki daya intimidasi yang kuat. Kalo yang Selatan ini beneran kuatnya, lihat saja gadinya yang begitu kokoh.

Kini hanya Rebecca dan Penguasa Selatan yang berdiri dan berhadapan dengan posisi lurus. Sedangkan yang lainnya masih dalam posisi bersimpuh. Termasuk Luhan dan Minseok.

"Senang menerimamu disini." Ucap Sang Penguasa Selatan yang membuat Rebecca menganga karena suaranya yang jauh lebih lembut dari penampilannya. Seperti suara pengisi suara Micky Mouse rasanya. "Tapi aku rasa kau tidak akan terlalu lama diam disini."

Saat Rebecca akan bertanya kenapa. Apakah karena ia tidak diterima ditempat ini. Atau..

"DEWI! DEWI! GAWAT!" teriak sesosok berwarna merah yang menembus langsung dari pintu. "Ah!" serunya dengan tatapan terkejut. Semua orang sedang bersimpuh dan ia dengan seenaknya menerebos ke ruangan. "Maafkan aku, tapi aku tidak punya kaki untuk bersimpuh." Ucapnya yang kini melayang dengan rendah.

"Afridi?" gumam Rebecca dengan heran.

"Djin?" gumam Luhan dengan ekspresi terpukau. Baru kali ini benar-benar melihat makhluk yang seharusnya tak kasat mata itu.

"Ini benar-benar gawat!" seru Afridi dengan nada berlebihan dan terus melayang kesana kemari. "Utara dan Barat sudah mulai menyerang, kita harus berkumpul di Wilayah Tengah saat ini juga."

Rebecca tampak kelabakan dan menatap Luhan juga Minseok dengan bingung. Tapi bukankah ada satu orang yang masih terkurung?

"Sang Penjaga sudah menunggu di Wilayah Tengah."

"Victoria pun bilang jika pewaris Sang Penguasa Timur Tengah akan kembali." Jelas Luhan dengan enteng. "Siapa itu Victoria?" tanyanya dengan nada heran. Ngomong-ngomong Luhan baru saja dapat kabar dari ayahnya tadi.

"Anak dari Dewa Mut." Jawab Kyungsoo. "Dia bisa membaca masa depan."

"Kalau kalian bersedia, aku bisa meminjamkan pasukanku." Tawar Sang Penguasa Selatan dengan nada yang lembut namun menggema dengan keras. "Aku rasa akan sangat membantu untuk sementara waktu."

"Untuk saat ini aku sudah memiliki orang kepercayaan," ucap Minseok yang sudah berubah secara mendadak menjadi Amos. Hingga Rebecca berteriak dengan terkejut dan berdiri dibalik punggung Luhan. Ah! Rebecca sampai tidak sadar jika semua orang sudah berdiri dari posisi bersimpuh. "Jika perang benar-benar terjadi, aku rasa kami memang membutuhkan bantuanmu."

Sang Penguasa Selatan itu hanya mengangguk pelan.

"Siapa orang kepercayaanmu itu?" tanya Luhan saat mereka sudah keluar dari ruangan super megah tadi. "Mau sampai kapan kau mengkerut begini?" kali ini Luhan yang bertanya pada Rebecca.

"Aku tidak tahu jika Om yang imut bisa berubah jadi bison begini," ucap Rebecca dengan pelan. "Aku hampir jantungan tadi." Wajah Rebecca yang pucat membuat Amos mengubah kembali wujudnya menjadi Minseok. "Itu lebih baik!" seru Rebecca sambil tersenyum lebar. "Jadi siapa orang kepercayaan Om?"

"Tuan Kaisar."

"HAAAAAAAH?!" seru Luhan dan Rebecca dengan keras.

Bukannya bermaksud tidak sopan. Tapi Luhan dan Rebecca sedikit meragukan ah! Tidak tepatnya sangat meragukan tuan Kaisar. Si penguin yang bisa bicara itu. Jalan saja sudah repot apalagi kalo harus menghadapi serangan dadakan.

"Tidak hanya Tuan Kaisar, istrinya pun ikut."

Kali ini Luhan dan Rebecca saling bertatapan dengan wajah memelas.

"Jangan meremehkanku," celetuk Tuan Kaisar dengan nada tidak suka. "Aku sama seperti tuan Amos yang bisa merubah tubuhku seperti layaknya manusia normal."

"Kau Tuan Kaisar?" tanya Rebecca dengan heran.

Kali ini Tuan Kaisar sudah berpakaian layaknya orang yang sudah siap bertempur. Berpakaian degan seragam militer bedanya Tuan Kaisar menggunakan pakaian serba hitam bukan loreng-loreng. Sama seperti istrinya yang tampak anggun dan gagah dalam waktu bersamaan. Keduanya cantik dan tampan hanya saja sedikit menakutkan dengan warna kulit keduanya yang berwarna putih pucat.

"AYO CEPAT! CEPAT!" kini lagi-lagi Afridi yang berteriak dan melayang dengan sebegitu paniknya.

.

.

.

Chanyeol menatap langit dengan keheranan. Seingatnya saat ia dikejar singa besar matahari diatas kepalanya itu hanya ada satu. Kini kenapa mataharinya bertambah satu lagi. Dan rasanya semakin gersang dan panas. Jongin yang ada disampingnya terus berjalan meski terlihat semakin waspada.

"Semakin banyak jumlah matahari maka akan semakin berbahaya wilayah ini." Perkataan Jongin tentu cukup membuat Chanyeol terkejut.

"Memang disini ada berapa matahari?"

"Tiga." Jawab Jongin cepat.

Sejak tadi mereka menemukan binatang-binatang tak masuk akal. Dan hampir dari semuanya memiliki taring yang tajam dan tubuh yang besar. Saat berpapasan dengan binatang buas, Jongin selalu saja menggunakan kekuatannya untuk berpindah tempat hingga akhirnya.. Jongin kehabisan tenaga dan mau tidak mau mereka berburu. Tampakan besar, menemukan seekor rusa besar seperti di dongeng-dongeng. Rusa dimana-mana memang terlihat lucu dan tenang. Tapi untuk di xαος yang keadaannya tak menentu membuat semua hewan terlihat sangat buas.

Chanyeol memiliki kekuatan api yang cukup menguntungkan. Dan Jongin harus memakan tangkapannya dengan cepat sebelum binatang lain mencium aroma santapannya. Jangan ditanya bagaiman cara Jongin menyantap makanannya. Satu kata yang tepat sepertinya, bringasan. Chanyeol sendiri sampai merasa prihatin sendiri melihatnya. Bayangkan saja bagaimana kehidupan Jongin dan kakaknya selama ratusan tahun hidup di xαος.

"Jangan dulu bergerak cepat, kita jalan dulu saja." Ucap Chanyeol saat Jongin sudah bersiap-siap untuk berlari. "Kau baru saja makan, nanti perutmu sakit kalau langsung bergerak dengan cara berlebihan."

Jongin hanya mengangguk dan menurut. Meski heran dari mana Chanyeol tahu jika reaksi alamiah itu terjadi pada tubuh manusia. Mungkin karena ayah Chanyeol salah satunya merupakan seorang manusia.

"Aku ingin tahu semua hal tentangmu." Ucap Chanyeol dengan tiba-tiba hingga membuat Jongin langsung menghentikan langkahnya. "Aku penasaran, kenapa kau sampai sebegininya pada kakak yang bahkan bukan kakak kandungmu."

Sebelumnya, saat wilayah Tengah masih sebagai wilayah netral. Beberapa Dewa dan Dewi serta pewaris Utama seluruh wilayah biasa bertemu di wilayah tersebut. Saking netralnya hingga manusia pun lebih banyak yang memilih untuk tinggal di wilayah Tengah yang memiliki banyak sekali sumber daya alam dan suhu yang tidak terlalu ekstrim. Pada saat itu Tartaros langsung jatuh hati kepada Bastet (Baekhyun). Mereka sama seperti manusia yang lain yang memilih tinggal di wilayah netral dan memiliki anak.

Masa-masa tenang itu tidak berjalan lama. Bangsa Utara dan Barat saling berselisih hanya karena menentukan siapa yang paling kuat. Mereka menentukan hal itu dengan berperang. Tartaros pun sampai harus turun tangan untuk menghentikan perang konyol itu. Namun sebuah ide gila datang. Mereka memilih untuk berperang di daerah netral dan yang menang mendapatkan wialayah netral tersebut. Hal itu menyebabkan ketidak stabilan dan membuat wilayah lain pun ikut tertarik termasuk Selatan dan Timur.

"Pada saat itu perang dimulai," Jongin tentu memulai ceritanya dengan pelan. "Sampai sekarang aku masih ingat bagaimana suara penanda perang dimulai berbunyi," Jongin langsung menatap Chanyeol yang tampak terdiam. Jongin hanya tiba-tiba teringat sesuati "Sebenarnya, meski aku setengah dewa, aku jauh lebih muda dibandingkan dirimu." jelas Jongin yang membuat Chanyeol mengerutkan dahinya. "Ibuku merupakan seorang perawat dan harus ikut menjadi pasukan medis diwilayah perang."

Tak disangka Tartaros terjerat dengan kecantikan ibunda Jongin. Alasan klise, tapi itu menjadi alasan yang masuk akal. Saat berpuluh-puluh tahun harus diam didaerah peperangan. Menang dan kalah. Hingga rasanya mereka muak sendiri. Dan rasa itu hadir karena ketidak hadiran seorang Bastet dan tidak ada kabar jika Bastet masih hidup atau tidak.

"Lalu ibuku menikah dengan Tartaros," ucap Jongin dengan nada tidak habis pikir. "Ibuku yang hamil memilih untuk mundur dari peperangan dan bergabung dengan pengungsi lain." Chanyeol tanpa sadar langsung mengangguk pelan. Tentu saja Chanyeol lebih tua. Karena saat Jongin lahir, ia bahkan sudah menjadi salah satu kesatria perang. Tapi peristiwa itu bahkan sudah terjadi ribuan tahun yang lalu. "Semua pengungsi terjebak, mereka tidak bisa kemana-mana, dan wabah kelaparan datang."

"Perang.." Jongin langsung meralat kata-katanya. "Ini bukan perang tapi genosida."

"Kau tidak perlu melanjutkannya.." Chanyeol tampak mengatakannya dengan nafas tertahan.

"Aku baru saja memulainya," ucap Jongin dengan senyuman miring andalannya. "Wabah itu membuat para pengungsi mati kelaparan termasuk ibuku." Kali ini Jongin langsung menatap kedepan dan terlihat seperti tengah menerawang. "Aku diam karena aku tidak bisa melakukan apa pun. Padahal aku adalah satu-satunya orang yang masih hidup."

"Kemudian, Tartaros datang menjemputku." Lanjut Jongin dengan nada terburu-buru seolah ingin menghapus memori pahitnya. "Dia bilang, dia itu ayahku," ucap Jongin sambil tertawa pelan. "Pantas saja aku bisa bertahan hidup. Kau tau bagaimana reaksiku?"

"Marah."

"Ya, kemarahanku membuat seluruh kota dipenuhi bayangan hitam," Jongin menatap tangannya dengan tatapan perih. Chanyeol mengerti kenapa dia marah. Chanyeol juga begitu saat tahu jika ia memiliki orang tua. Parahnya mereka meninggalkannya karena ketidaktahuan. Tapi tenang, Chanyeol sudah memaafkan Yifan dan Joonmyeon. "Setengah dari kehancuran kota itu merupakan tanggung jawabku."

"Lalu bagaimana kau bisa bertemu dengan Bastet dan kakakmu?"

"Si ayah kurang ajar itu memaksaku untuk ikut bersamanya ke Timur Tengah," ucap Jongin dengan wajah kesal. "Kau tahu Tartaros itu macam apa kan? Dia bahkan tidak merasa bersalah karena meninggalkanku dan juga ibuku, dan wajahnya saat melihat makam ibuku yang seadanya bahkan lebih memuakkan lagi, seolah berkata yaaaah.. memang manusia itu cepat sekali matinya." Jongin yang memutarkan bola matanya, membuat Chanyeol mengerenyitkan dahinya. "Beberapa minggu setelah aku berkenalan dengan semua teman ayahku dan anaknya, tiba-tiba topan datang dan aku beserta kakak tiriku mendarat disini ."

"Hah?"

"Kau tahu?" tanya Jongin dengan ekspresi berlebihan. "Berkat kami terperangkap disini, aku bisa dekat dengan kakakku, saling berbagi dan menjaga sampai adikmu menjemputku." Keluh Jongin pelan sambil mengerang keras. "Adikmu itu benar-benar.. APA SIH?!" seru Jongin dengan kesal karena Chanyeol tiba-tiba menarik lengannya dengan keras.

Tapi Chanyeol hanya menunjuk sesuatu dihadapan mereka dengan mulut menganga. Mereka rupanya dihadang oleh segerombolan manusia. Bukan.. bukan.. bentuknya memang seperti manusia tapi mereka tampak meleleh dengan permukaan kulit berwarna hitam aspal. Mungkin mereka memang terbuat dari aspal yang tak juga mengering.

Chanyeol berjalan dengan cepat menghadang mereka semua. Chanyeol sudah berjaga-jaga jika segerombolan itu menyerang keduanya. Tapi tidak, rupanya mereka malah bersimpuh menghadap Jongin yang berada jauh dibelakangnya. Chanyeol sontak menatap Jongin yang tengah menggarukkan kepalanya.

"Kau juga pasti kaget ya?" tanya Chanyeol sambil menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Tidak juga," jawab Jongin dengan santai sambil menatap semua manusia aspal itu. "Kepalaku tadi sedikit gatal makannya aku garuk." Celetuk Jongin saat Chanyeol bertanya, kenapa Jongin menggarukkan kepalanya segala. Dan jawaban polos Jongin membuat Chanyeol memutar bola matanya dengan malas. "Sebenanya saat aku pertamakali datang kemari dengan kakakku, makhluk-makhluk ini selalu saja mengikutiku."

"Mereka melakukan hal itu juga pada kakakmu?"

"Tidak, sebelum aku bilang jangan ganggu kakakku, mereka baru menurut." Jelas jongin yang baru sadar kenapa Chanyeol menanyakan hal itu karena sekarang Chanyeol tengah dikerubuni manusia aspal tersebut. "Mereka menyerap aura untuk.. JANGAN DEKAT-DEKAT!" teriak Jongin dengan keras.

Tapi terlambat. Jongin kali ini menggaruk kepalanya karena bingung. Salah satu manusia aspal itu mendekati Chanyeol dan dalam sekejap membuat manusia aspal itu berubah menjadi gumpalan aspal lengket yang menggenang hingga mengotori sepatu Chanyeol.

"Kok tidak panas sih?" tanya Chanyeol sambil mengelap aspal yang ada di bajunya. "Mereka terbuat dari apa?"

"Lumpur lengket." Jawab Jongin dengan pelan.

Kini Jongin mendekati Chanyeol dan mengusir manusia aspal itu dengan bahasa yang tidak Chanyeol mengerti. Sebenarnya tanpa Jongin perintahkan, Chanyeol rasa mereka semua pasti akan menjaga jarak dengan Chanyeol. Dan menganggap Chanyeol sebagai sesuatu yang berbahaya.

"Padahal mereka itu makhluk yang paling kuat disini," ucap Jongin sambil berdecak pelan. "Karena mereka bisa menyerap aura dengan sentuhan." Jongin langsung terdiam dan menatap Chanyeol dengan tatapan panjangnya. "Bahaha mirip kau!" seru Jongin dengan nada mengejek.

Chanyeol hanya mendelik pelan. Tapi Jongin malah menanggapinya dengan tatapan membulat dan tubuh terdiam kaku. Seolah menatap hantu di belakang tubuh Chanyeol.

"Kau kena…"

"ABANG!"

Oke, ralat..

"HYUNG!" teriak Jongin dengan suara menggema. Chanyeol sampai diterobos dengan seenaknya. Karena Jongin berlari dan langsung memeluk seseorang yang berdiri dibelakang Chanyeol. "Hyung! Ayo pulang!"

"Tunggu dulu!" sergah sang kakak yang tidak ada mirip-miripnya dengan Jongin. Tapi lumayan mirip dengan Tartaros. "Kau harus menemui seseorang dan aku rasa dia itu Anchis pasanganmu."

"Kok tahu?" tanya Jongin.

"Perkenalkan namaku Wu Chanyeol dulu aku dikenal dengan nama Earnes." Ucap Chanyeol dengan sopan sambil membungkukan tubuhnya dengan dalam.

"Namaku Hesiodos, kau bisa memanggilku Jongdae," ucap Jongdae sambil membalas membungkukan badannya. "Tolong jaga adikku baik-baik." Jongin yang ada diantara keduanya jadi berpikir yang tidak-tidak. Jongin merasa kakaknya tengah menyerahkannya seutuhnya pada Chanyeol. "Ah! Kalian harus bertemu dengan seseorang."

"Siapa?" tanya Jongin yang sejak tadi bertanya namun tidak dijawab-jawab oleh kakaknya.

"Aku." Ucap seseorang yang tiba-tiba saja berjalan dengan cepat.

Ah! Tidak tepatnya bergerak seperti Jongin dengan jubah hitam membalut tubuhnya. Perasaan Chanyeol saja atau memang orang itu tampak memakai jubah untuk menutupi bentuknya yang abstrak. Seperti gumpalan kabut yang berisi tanah dan lumpur yang ditutupi jubah. Chanyeol benar-benar tidak bisa melihat wajahnya sama sekali.

"Apa maumu?!" tanya Jongin dengan galak. "Aku sudah membawa seorang anchis untukmu, tapi aku berubah pikiran!" bentak Jongin yang malah membuat orang berjubah hitam dan Jongdae tertawa pelan.

Chanyeol rasa sosok berjubah ini yang disebut sebagai Dewa Khaos. Berarti dia itu kakeknya Jongin. Chanyeol masih diam untuk membaca situasi sedangkan Jongin sudah meledak marah. Sampai-sampai membuat sabit besar dari bayangannya. Mirip sekali dengan ayahnya Tartaros yang marah dikit langsung mengeluarkan senjata.

"Kau ini polos sekali," ucap Jongdae sambil menoyor kepala Jongin. Chanyeol langsung tersenyum tipis. Ah, sepertinya situasai kali ini tidak terlalu gawat. "Sepertinya kita harus meluruskan kesalahpahaman ini."

"Buat apa kita berbicara pada orang yang mengurung kita?!" tanya Jongin dengan nada tidak suka.

"Bukan kakek yang mengirim dan mengurung kita disini," ucap Jongdae pelan. "Aku serius." Ucap Jongdae saat Jongin menatapnya dengan sangsi.

"Lantas siapa lagi?"

.

.

.

"Aku." Jawab Zitao yang membuat Kyungsoo tersentak kaget. "Dan hanya Tartaros dan Khaos yang tahu."

"Kenapa kau melakukannya?" tanya Kyungsoo dengan heran. Benar-benar heran setengah mati.

Mereka sempat mengobrol dan berjalan diurutan paling belakang. Dibarisan paling depan terdapat Suga dan Amber yang memimpin. Mereka sudah bertemu dengan Krystal dan Jongkook. Cukup bertemu tidak ada waktu sesi perkenalan karena keadaan mereka benar-benar mendesak.

"Karena aku tahu, anak Baekhyun dan Tartaros akan menjadi pewaris penguasa Timur Tengah."

"Kau tahu dari mana?"

"Mudah, karena dulu aku bisa menyentuh Baekhyun dengan leluasa," ucap Zitao dengan pelan. "Saat badai besar itu datang, aku hampir membunuh Baekhyun karena sentuhanku."

Lebih dari itu, berkat badai itu pun Kyungsoo bahkan kehilangan istrinya sendiri.

"Lalu kau sadar jika Hesiodos (Jongdae) dan Choshek (Jongin) kemungkinan merupakan calon penerus?"

"Iya, oleh karena itu aku mengirimkan mereka berdua ke xαος."

"Oh! AKhirnya aku tahu maksudmu," gumam Kyungsoo sambil menganggukan kepalanya. "Ada pihak yang harus ditolong (Jongdae) dan pihak yang satunya menyebabkannya harus ditolong (Jongin) dan kau adalah pihak yang menyebabkan bencana." Kyungsoo yang berterus terang seperti ini tentu membuat Zitao tersenyum kecil. "Lalu kenapa kau akhirnya menjemput Jongin?"

"Simpel. Karena aku tahu Jongin itu pasangan kakakku," ucap Zitao dengan pelan. "Tapi mereka benar-benar bodoh karena melakukan pejanjian bodoh itu." Keluh Zitao sambil meremas surainya dengan kesal.

"Kau kok jadi sedikit mirip Victoria ya.."

"Aku itu pengendali waktu itu berarti aku pun bisa menjelajahi waktu." Jelas Zitao.

"Dan kenapa kau bisa berteman baik dengan Khaos?" tanya Kyungsoo pada akhirnya. "Dia merupakan salah satu Dewa yang hobi menyendiri, makannya dia lebih suka diam di xαος."

"Karena dia memergokiku yang mencuri kekuatan dari seorang Dewa yang juga merupakan musuhnya." Jawab Zitao dengan sebegitu bangganya. Ranah politik memang menakutkan.

"Kau itu benar-benar parah ya?" gumam Kyungsoo dengan heran karena Zitao tampak begitu bangga menceritakannya.

"Parah apanya?"

"Mencuri kekuatan Dewa, menjadikan kakakmu seorang pengkhianat, ingat? Besok kakakmu akan dihukum mati karena dianggap berkhianat. Bahkan dia tidak mati sendiri tapi juga dengan pasangannya," ucapan Kyungsoo cukup membuat Zitao terdiam tapi itu belum cukup. "Itu belum seberapa, kau bahkan membuat seorang cucu membenci kakeknya sendiri," kali ini Kyungsoo menggelengkan kepalanya. Kyungsoo tahu pasti Jongin begitu sangat marah pada Khaos. "Dan parahnya secara tidak langsung kau juga hampir membunuh kakakmu yang satunya lagi."

"Maksudnya?"

"Aku kini yakin, sistem barter yang Jongin yakini di xαος juga bohong, kau hanya mengada-adakannya saja kan?" Kyungsoo benar-benar tidak habis pikir dengan pasangannya ini yang malah menunjukkan cengirannya. "Kau harusnya ingat bagaimana Jongin mati-matian menangkap Chanyeol dan hampir saja Yixing yang terkirim," ucap Kyungsoo dengan nada marah. "Kalau benar-benar Yixing yang terkirim bagaimana? Belum lagi Yixing itu sudah terkena block blood."

"Eeeeeeemmmh.. aku lebih setuju jika kau menyebutku sebagai cupid." Ucapan Zitao kali ini cukup membuat Kyungsoo mencabut ranting pohon yang ia lalui dan melemparnya ke arah Zitao. Tapi untung saja refleks Zitao sangat baik. "Kalau tidak begitu, Chanyeol dan Jongin tidak akan bisa bersama."

"Dan melakukan perjanjian yang kau sebut bodoh." Tambah Kyungsoo dengan nada menyindir. Ayolah~ kalau seperti ini buat apa Jongin dan Chanyeol melakukan perjanjian berbahaya macam itu.

"Tapi aku rasa ada yang lebih parah dan gawat dibandingkan prestasiku tadi."

Serius, Kyungsoo sekarang malah ingin menghantam tubuh Zitao dengan mengayunkan pohon yang ia cabut sampai akar-akarnya.

"Lusa merupakan waktu yang tidak bisa aku kunjungi," terang Zitao sambil menerawang jauh hingga Zitao bisa menangkap para pewaris wilayah Timur Tengah yang sedang berlari didepannya. "Terdapat kabut tebal yang menghalangiku."

"Itu artinya…"

"Ada dua hal kemungkinan," kini Zitao menghentikan langkahnya hanya untuk menatap mata Kyungsoo. "Itu pertanda jika aku akan mati atau dunia ini akan hancur tak bersisa."

.

.

TBC

.

.

PENJELASAN SINGKAT

Mungkin ada terselip salah satu hal yang dianggap sebagai mitologi mesir tapi untuk umat islam dianggap sebagai aqidah. Tapi di fanfic ini saya tidak bermaksud menjelekkan salah satu golongan agama apa pun. Oleh karena itu saya menggunakan kata Djin disini meski tak merubaha apa pun sebenarnya. Yah.. saya sebenarnya terinspirasi juga oleh film Aladdin and The Magic Lamp.

Selain itu..

Ada banyak sekali pemeran di fanfic ini (semoga kalian gak enek ampe pengen muntah). Terutama karena ide gila ini muncul. Dan menyebabkan saya membutuhkan banyak sekali pemain. Halah~ Oke, saya jabarin satu-satu.

Dari bagian UTARA ada

-LEO (sang penjaga) dia member VIXX

-JIRO (sipir anjing) dia itu JIRO WANG dia member boybang asal Taiwan Fahrenheit yang pernah main drama sama Goo Hye Sun "Absolute BoyFriend".

Sedangkan untuk bagian TIMUR TENGAH. Ada member BTS dan F(x).

-JIN (mind reader),

-NAMJOON aka Rapmon (matahari),

-SUGA (dewa perang),

-HOSEOK aka JHope (sang penjaga),

-JIMIN (Sang Tuan/pengendali),

-TAEHYUNG aka V (Blue fire),

-Joongkook (pengendali bumi).

Sedangkan F(x).

-Amber (pemburu),

-Luna (bulan),

-Krystal (Sang pencipta),

-Vicroria (pembaca masa depan).

Saya sengaja bikin Jongdae jadi Sang Penguasa Timur Tengah biar kece dan Rebecca jadi pasangannya biar jadi tambah kece (?). AKHIRNYA! JONGDAE NONGOL! Meski baru seuprit hahahaha

AUTHOR NOTE

Kali ini saya bener-bener minta maaf karena bulan kemarin saya gak update sama sekali. Karena bulan kemarin saya baru saja selesai sidang skripsi. UYEEEEEEEEEAH! Dan saya harus mengurusi beberapa surat untuk mengambil ijazah. Selain itu. Saya juga lagi pura-pura sibuk dan mengisi kepura-puraan saya dengan les. Saya gak bisa janji apakah bulan depan saya bisa update tepat waktu atau tidak. Karena saya sedang dalam persiapan mengikuti salah satu tes.

Buat yang sudah menghadapi UN, selamat ya~ kalian akhirnya melewati masa greget tersebut! Kalian ngerayainnya gak pake cara alay ala terong balado kan? Hah? terong balado? Iya, terong balado adalah sebuat situasi ketika cabe-cabean bersatu dengan terong-terongan (ngarang). Seperti biasa terimakasih sudah berkenan untuk mampir dan membaca fanfic yang yah~ beginilah adanya.. Terimakasih untuk yang sudah mencentang kolom favorite dan follow. Salam ketok pintu untuk para silent reader. Dan Selamat Datang! Untuk para reader yang baru datang dan baru sempat mampir.

.

.

.

Sampai ketemu lagi :3