.

.

.

###

MEANINGLESS DISTANCE

Main Casts : Byun Baekhyun & Park Chanyeol

Genre : Romance, Fluff

Rate : T

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

Note: FF ini bukan bagian dari event FWC, tapi FF untuk CIC Challenge. Tadinya FF ini akan dijadikan angst, tapi entah kenapa saya berubah pikiran. FYI, huruf miring (italic) untuk kejadian masa lalu dan huruf normal untuk kejadian masa kini. Last but not least, hope you like it and enjoy~

Summary : Baekhyun merasa kesibukan Chanyeol menciptakan jarak di antara hubungan mereka. Selalu tidak ada waktu yang tepat bagi mereka untuk bertemu, dan tak banyak yang bisa dilakukan Baekhyun untuk mengatasi hal tersebut selain memakluminya. Namun pemikiran itu berhasil dipatahkan ketika ia menemukan kejutan dari Chanyeol di perpustakaan.

###

.

.

.

Baekhyun mengedarkan pandangannya pada jajaran buku di sekitar rak, dengan telunjuk yang menelaah setiap judul buku-buku tersebut. Ia sedang di dalam perpustakaan kampus, mencari buku referensi untuk tugas dari Prof. Lee. Tugas ini memang dikumpulkan seminggu lagi, tapi selagi ia sedang tidak ada kerjaan, ia ingin meluangkan waktunya untuk mengerjakannya. Namun baru lima belas menit berlalu, sebuah helaan napas panjang terdengar dari mulut pria mungil itu. Bibirnya melengkung ke bawah, pertanda kesal karena ia tak kunjung mendapatkan buku yang ia inginkan. Well, memang ada beberapa buku yang cocok (Baekhyun sudah mencarinya di komputer perpustakaan), tapi buku-buku itu sedang dipinjam oleh orang lain. Padahal setengah jam yang lalu, ia sudah berapi-api untuk mengerjakannya. Tapi jika keadaannya begini, hilang sudah mood-nya untuk mengerjakan tugas.

Baekhyun mengeluarkan ponselnya begitu ia duduk di salah kursi di meja perpustakaan. Jemari lentiknya bermain layar sentuh ponselnya –mengetikkanpassword– yang kemudian menampilkan sebuah wallpaper dirinya bersama seorang pria tampan berambut hitam. Itu adalah Park Chanyeol. Pria tinggi dengan telinga yang sering Baekhyun sebut mirip Dobbi itu lebih tua dua tahun darinya. Jika dilihat dari foto, Chanyeol terlihat seperti seorang Pangeran yang keluar dari sebuah dongeng, bukan? Tapi percayalah, dia tidak seperti itu. Baekhyun akan tertawa terbahak-bahak jika ada yang menyebut Chanyeol sempurna. Well, Chanyeol memang memiliki kelebihan yang banyak –selain kalsium dalam tubuhnya. Ia seorang pria yang lucu, pintar dalam hal pelajaran juga bermain musik, dan ia cukup romantis. TAPI, ia juga seorang yang pencemburu, SANGAT pencemburu. Astaga, kalian tidak akan mau tahu seberapa pencemburunya seorang Park Chanyeol. Pria tinggi itu tak hanya akan cemburu pada setiap pria dan wanita yang dekat dengan Baekhyun, tapi juga pada setiap barang yang Baekhyun sukai –termasuk i-pad-nya. Tapi entah kenapa Baekhyun tetap menyukainya, pria mungil itu sendiri bingung. Dan pertemuan pertama mereka bahkan terbilang..yah..sedikit aneh. Baekhyun ingat betul kejadian itu. Itu terjadi satu tahun yang lalu di musim panas ketika Baekhyun masih semester satu.

.

.

.

Pertemuan pertama Baekhyun dengan Chanyeol berawal ketika pria mungil itu diajak paksa oleh Jongdae ke pesta temannya (Baekhyun tidak terlalu ingat siapa). Well, itu hanya pesta acak yang diadakan mahasiswa maniak pesta dengan tujuan bersenang-senang. Baekhyun awalnya menolak dengan alasan ia tidak suka berada di tengah-tengah kerumunan orang yang bahkan ia tak kenal, tapi itu seolah tidak menghentikan pria berwajah kotak itu untuk menarik sahabatnya ke pesta tersebut. Namun bukannya menemani Baekhyun yang tak kenal siapapun di pesta itu, Jongdae malah meninggalkannya karena teman-temannya mengatakan bahwa incaran Jongdae datang ke pesta itu juga. Jadi mau tidak mau, Baekhyun harus bisa menghibur dirinya sendiri tanpa Jongdae. Maka pria mungil itupun memilih segelas wiski sebagai penghibur diri seraya menyibukkan matanya dengan melihat orang-orang di hadapannya yang meliuk-liukkan badannya mengikuti irama dari lagu yang dimainkan DJ. Sebuah helaan napas panjang keluar dari mulut Baekhyun ketika rasa bosan hinggap di dirinya. Tak sesekali pula pria mungil itu mengedarkan pandangannya untuk mencari Jongdae, berharap sahabatnya melihat raut kebosanan Baekhyun sehingga Jongdae bisa membiarkannya pulang duluan. Tapi sialnya, hidung pria berwajah kotak itu tak kunjung terlihat. Alhasil, sebuah helaan napas yang lebih panjang dari sebelumnya terdengar kembali dari mulut Baekhyun.

Di saat Baekhyun tengah disibukkan dengan lamunan dirinya yang berbaring di sofa dengan semangkuk es krim strawberry kesukaannya jika ia tidak sedang berada di pesta asing itu, sesosok tinggi berhasil meleburkan lamunan tersebut. Pria tinggi bertelinga lebar itu juga memegang sebuah gelas berisikan minuman alkohol. Baekhyun bertaruh itu vodka bila dilihat dari warnanya. Pria tinggi itu duduk sekitar satu meter di sebelah kanan Baekhyun –tepat di depan meja bar, tidak mengatakan apapun dan terus menatap orang-orang yang tengah menari. Mata bulat pria tinggi itu juga menampilkan sebuah rasa bosan yang kentara. Apakah dia salah satu teman Jongdae? Tapi pria tinggi itu tidak terlihat seperti teman-teman Jongdae lainnya yang tengah bersenang-senang. Entah kenapa, Baekhyun merasa pria tinggi di sebelahnya juga bernasib sama dengannya, tidak mengenal siapapun di pesta ini dan berakhir di meja bar. Hm, cukup lucu. Tanpa sadar, Baekhyun tersenyum tanpa melepaskan tatapannya dari pria tinggi itu. Dan tanpa sebuah peringatan atau apapun, pria tinggi itu menoleh ke arah Baekhyun. Pria mungil itu tentu saja terkejut, jadi dengan cepat ia alihkan wajahnya, bersikap senormal mungkin meski kedua pipinya memerah karena ketahuan menatap orang asing terlalu intens. Baekhyun mengira ia akan ditegur oleh pria tinggi itu atau setidaknya ditatap aneh olehnya, tapi yang terjadi begitu mengejutkan. Pria tinggi itu terkekeh, membuat Baekhyun kembali menatapnya, kali ini dengan ekspresi bingungnya.

"Hai~" Pria tinggi itu menyapa dengan sebuah senyuman tampan. Baekhyun tahu itu aneh untuk menyebut senyuman pria tinggi ini manis, tapi sungguh matanya masih baik-baik saja. Jadi, ya, Baekhyun benar-benar mengambil kesimpulan bahwa senyuman pria asing ini memang sangat manis.

"Tidak bergabung bersama teman-temanmu?" tanya pria tinggi itu karena Baekhyun tak menjawab sapaannya tadi.

Baekhyun menggaruk tengkuknya kikuk seraya menggeleng pelan. "Mereka bukan teman-temanku. Jongdae menarikku paksa ke pesta ini, jadi.." Baekhyun mengakhiri kalimatnya dengan mengedikkan bahunya, tak tahu harus berkata apa.

Pria tinggi itu tertawa mendengar cerita Baekhyun. "Well, kau bukan satu-satunya yang ditarik paksa. Kau lihat pria tinggi berambut pirang di sebelah sana?" Ia menunjuk seorang pria berambut pirang di lantai dansa. Baekhyun merespon dengan mengangguk. "Itu sepupuku, dia yang mengadakan pesta ini dan aku ditarik kemari setelah ia menunjukkan tatapan memelasnya. Sekedar informasi, tatapan memelasnya adalah satu di antara banyak hal paling menggelikan di dunia."

Baekhyun terkekeh karena ucapan pria tinggi itu. Well, dari nada bicaranya, pria tinggi itu sepertinya memiliki jalan pikir yang sama dengan Baekhyun. Pria mungil itu juga tidak bisa membayangkan tatapan memelas sepupu pria bertelinga lebar ini. Pasti akan terlihat menggelikan karena wajah sepupunya itu benar-benar seperti ketua geng.

"Aku Chanyeol, Park Chanyeol." Pria tinggi itu memperkenalkan diri, lalu mengulurkan tangannya. Ia tersenyum manis lagi pada Baekhyun seraya bertanya, "Kau?"

Mata Baekhyun melengkung cantik bagai bulan sabit. Ia menjabat tangan Chanyeol seraya berkata, "Byun Baekhyun."

.

.

.

Well, tidak buruk, bukan? Maksudnya, itu bukan pertemuan yang baik –Baekhyun akui, tapi itu juga tidak buruk. Teringat hal itu, Baekhyun –tanpa sadar– mengembangkan sebuah senyuman tipis. Well, ia selalu begitu setiap kali teringat pertemuan pertamanya dengan Chanyeol, dan ia akan berakhir dengan pikiran 'ya, pertemuan itu tidak terlalu buruk', lalu mengirimi pria tinggi itu sebuah pesan singkat berisikan 'kau dimana?' (yang artinya ia sedang merindukan Chanyeol). Hal ini ia lakukan untuk mengobati rasa rindunya pada kekasih bertelinga lebarnya. Ya, Chanyeol telah menjadi kekasih Baekhyun selama setahun.Dua bulan setelah pertemuan pertama mereka, Chanyeol menyatakan perasaannya pada Baekhyun, yang kemudian disambut dengan suka cita oleh pria mungil tersebut. Jika dihitung-hitung, ini sudah memasuki bulan keempat belas semenjak mereka mulai berpacaran.

Well, mungkin jika bukan karena jumlah pertemuan mereka yang kian bertambah semenjak bertemu di pesta itu, Baekhyun pikir rasa cinta itu tidak akan pernah ada.Baik Baekhyun maupun Chanyeol, pada awalnya berencana untuk menganggap pertemuan mereka sebagai angin lalu. Namun entah ada apa dengan dunia ini, mereka kembali dipertemukan dua hari kedua mereka kembali terjadi dalam sebuah ketidaksengajaan, tepatnya di toko bunga yang Yoora –Noona-nya Chanyeol– kelola. Saat itu, Baekhyun membutuhkan bunga untuk mengisi kekosongan meja ruang tamu di apartemennya (dan Jongdae). Pria mungil itu kalah suit, jadi mau tidak mau ia harus pergi ke toko bunga setelah membeli bahan makanan di supermarket. Dan siapa sangka ia akan bertemu Chanyeol disana?

.

.

.

"Kau bekerja disini?" tanya Baekhyun.

"Well, toko bunga ini milik Noona-ku, jadi aku mengambil peran untuk mengelolanya juga." sahut Chanyeol. "Bunga apa yang kau inginkan? Apa ini untuk seseorang yang spesial?" godanya, dan Baekhyun terkekeh.

"Tidak. Ini untuk meja ruang tamu. Aku sedang tidak menjalin kasih dengan siapapun."

Chanyeol memiringkan kepalanya dengan mimik bingung. "Hm..itu aneh."

Baekhyun mengernyit. "Apanya?"

"Pria semanis kau tidak memiliki kekasih? Itu jelas sangat aneh."

Baekhyun mendengus dengan pipi sedikit merona. "Apa kau selalu menggoda pelangganmu? Kau terdengar tidak canggung mengatakannya."

Chanyeol tersenyum penuh makna. "Mungkin karena saat ini aku berkata jujur."

Dan Baekhyun merona parah setelahnya.

"Tunggu disini, akan kuambilkan bunga tulip untukmu. Musim ini bunganya sangat indah, kau pasti suka." kata Chanyeol seraya berjalan menjauhi Baekhyun, meninggalkan sebuah debaran aneh di jantung pria mungil itu.

.

.

.

Manis? Cheesy? Katakan saja begitu karena keduanya memang benar, Baekhyun juga tidak akan mengelaknya. Saat itu, Baekhyun tidak menyangkaakan bertemu Chanyeol di toko yang lebih mengejutkannya lagi,mereka kembali bertemu keesokan harinya di perpustakaan kampussecara tidak sengaja. Tak disangka keduanya mengemban ilmu di kampus yang sama, hanya berbeda fakultas. Dan sejak saat itulah, keduanya jadi dekat satu sama lain. Chanyeol menunjukkan ketertarikannya pada Baekhyun, begitupun dengan Baekhyun. Dan seperti yang telah diceritakan, Chanyeol menyatakan cintanya pada Baekhyun beberapa minggu kemudian, tepatnya dua bulan setelah pertemuan pertama mereka. Pernyataan cinta itu tak pernah dilupakan oleh keduanya, dimana Chanyeol memberikan rangkaian bunga terbaiknya (mawar merah berhiaskan baby's breath) pada Baekhyun –yang kemudian berhasil membuat pipi Baekhyun merona parah seperti mawar merah pemberian Chanyeol. Well, Baekhyun memang bukan tipe pria yang menyukai bunga, tapi jika itu dari Chanyeol, ia pasti akan -ngomong soal bunga, Chanyeol juga selalumemberikan Baekhyun setangkai bunga ketika pria mungil itu sedang marah atau kesal padanya. Khusus untuk acara tertentu, Chanyeolakanmemberinya rangkaian bunga terbaiknya(seperti di hari ulang tahun Baekhyun dan hari jadi mereka), dan itu selalu berhasil membuat pipi si mungil bersemu.

"Aish, kemana dia?" gumam Baekhyun, mendapati aplikasi pesan di ponselnya tak menunjukkan pesan baru dari kekasih tingginya. Kerucutan bibir menjadi hasil kekesalannya. Pikirnya, Chanyeol pasti meninggalkan ponselnya lagi di dalam tas-nya dalam keadaan getar. Kalau sudah begini, pesan Baekhyun pasti akan dibalas satu atau dua jam kemudian, atau jika Chanyeol sempat, ia akan langsung menghubungi Baekhyun dan minta maaf. Baekhyun sendiri tak bisa menyalahkan Chanyeol karena ia tahu benar kesibukan Chanyeol-lahyang membuat mereka tak bisa berhubungan seintens dulu.

Baekhyun menghela napas panjang,kepalanya terkulai di atas meja dengan jari telunjuk yang mengetuk-ngetuk ponselnya –menunjuk wallpaper wajah Chanyeol seolah sedang menyalurkan kekesalannya disana. Beberapa detik seperti itu, dan itu malah membuat Baekhyun semakin kesal. Sial. Semakin ia melihat wallpaper wajah Chanyeol, semakin ia merindukannya. Tapi yang paling menyebalkan di antara itu semua adalah ia tak bisa melakukan apa-apa untuk meredakan kerinduannya selain menunggu balasan pesan Chanyeol sambil memandangi wallpaper pria tinggi itu. Satu hembusan napas yang terdengar berat kembali terdengar. Baekhyun mulai berpikir ia terlihat seperti orang depresi atau orang bertepuk sebelah tangan hanya karena menunggu balasan pesan dari Chanyeol. Pria mungil itupun memutuskan untuk tidak memerhatikan ponselnya terus-terusan, dan mulai mencari kesibukan lain.

Mata Baekhyun memandang sekitarnya, tepatnya pada beberapa mahasiswa di perpustakaan. Perpustakaan cukup ramai hari ini. Kebanyakan dari mereka adalah senior Baekhyun yang sudah tingkat tiga dan empat. Mereka terlihat serius mengerjakan sesuatu di laptop mereka. Tepat di sebelah laptop-laptop itu, ada beberapa buku perpustakaan (beberapanya masih belum dibuka dan yang lainnya sudah terbuka). Apakah mereka sedang mengerjakan tugas dari dosen juga? Baekhyun bertaruh tugas-tugas mereka jauh lebih sulit dan lebih banyak daripada miliknya. Pria mungil itu berpikir apakah ia juga akan sesibuk mereka kelak jika ia sudah naik tingkat? Memikirkannya saja sudah membuat Baekhyun pusing duluan. Well, Baekhyun memang termasuk mahasiswa dengan kepintaran biasa-biasa saja, jadi ia memiliki kesulitan di beberapa mata kuliah. Tidak seperti Chanyeol. Pria tinggi itu cepat dalam menyerap materi setiap mata kuliah, jadi Baekhyun sering kali meminta Chanyeol untuk mengajarkannya materi yang ia tidak mengerti. Meskipun pada akhirnya Chanyeol akan memencet hidung Baekhyun dengan keras jika pria mungil itu terus-terusan membuat kesalahan atau tak kunjung mengerti akan penjelasannya. Asal kalian tahu, Chanyeol bukanlah seorang guru yang penyabar.

.

.

.

Perpustakaan kampus di hari Jumat itu terasa sangat sepi, hanya ada beberapa mahasiswa disana dan dua orang penjaga perpustakaan. Mereka nampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, membaca buku dan mengetik sesuatu di laptop masing-masing. Tidak ada suara ketika waktu telah menunjukkan pukul dua lewat empat puluh menit, yang artinya perpustakaan akan tutup dua puluh menit lagi. Namun itu tidak untuk waktu yang lama. Keheningan itu pecah ketika suara erangan yang cukup keras terdengar dari arah meja perpustakaan paling pojok. Semua pasang mata sontak menoleh ke arah sumber suara, menatap tajam seorang pria mungil dan pria tinggi yang membuat kegaduhan di tempat yang tak seharusnya. Si mungil itu –Baekhyun– menundukkan kepalanya berkali-kali seraya menggumamkan kata 'maaf' pada orang-orang di dalam perpustakaan, sedangkan yang lebih tinggi –Chanyeol– cuek-cuek saja karena masih kesal pada yang lebih pendek. Setelahnya, Baekhyun kembali duduk di tempatnya, dan menatap tajam kekasih tiang listriknya.

"Gara-gara kau, aku jadi kena batunya." keluh Baekhyun.

"Itu salahmu sendiri, Baek." Chanyeol membela diri, tapi itu membuat Baekhyun semakin kesal padanya.

"Kau yang memencet hidungku, bodoh!" Baekhyun protes dengan suara ditahan agar tidak terlalu keras. Namun protesan itu justru mendapatkan tatapan datar dari Chanyeol.

"Kalau kau tidak melakukan kesalahan, aku tidak akan memencet hidungmu, bodoh. Coba lihat ini," Chanyeol menunjuk beberapa kesalahan Baekhyun di laptop-nya, "Bagaimana mungkin kau menggunakan 'use' dan 'distribute' di kalimat pasif? Itu semua kata kerja bentuk pertama, Baek."

"Ya, ya, aku lupa." Baekhyun menjawab asal-asalan dengan intonasi jengkel.

"Yak, ini pelajaran bahasa Inggris untuk SMA. Kenapa kau sudah lupa? Kau itu baru saja lulus SMA, bodoh." Chanyeol tak mau kalah, membuat Baekhyun semakin jengkel. Mata pria mungil itu menatap ke arah lain, bibirnyayang mengerucut menggumamkan sesuatu yang bisa Chanyeol dengar dengan jelas.

"Ada banyak hal yang harus kuingat selain pelajaran bahasa Inggris, tiang listrik."

"Aku dengar itu, Baek." Chanyeol berkata datar. Ia menyodorkan kembali laptop Baekhyun ke hadapan pria mungil itu. "Perbaiki yang kutandai."

Dengan perasaan kesal, Baekhyun ambil kembali laptop-nya untuk memperbaiki grammar error dalam artikel bahasa Inggrisnya. Dalam hati, pria mungil itu merutuki dirinya sendiri yang pernah berpikir bahwa meminta bantuan Chanyeol untuk mengerjakan tugasnya adalah ide yang bagus. Well, ia tarik kembali semua kata-katanya itu. Chanyeol memang pintar, tapi ia BUKAN guru yang baik. Padahal Baekhyun sudah berharap Chanyeol akan membantunya mengerjakan tugas membuat artikel bahasa Inggris selayaknya seorang kekasih yang baik, tapi semua itu justru berbanding terbalik dengan ekspektasinya. Pria tinggi itu justru memencet hidung Baekhyun sampai memerah saat ia melakukan kesalahan, dan jangan lupakan sindiran menyebalkannya itu. Ugh, Baekhyun ingin menarik telinga Chanyeol sekarang juga supaya itu bertambah lebar. Baekhyun bersumpah jika Chanyeol memencet hidungnya lagi, ia akan mogok bicara padanya.

"Sudah." Baekhyun kembali menyodorkan laptop-nya pada Chanyeol untuk diperiksa. Well, meskipun masih jengkel pada kekasihnya, tak bisa Baekhyun pungkiri bahwa ia gugup kalau-kalau ia melakukan kesalahan lagi.

Namun ternyata tidak.

Semua tercetak jelas di senyum kepuasan Chanyeol. Baekhyun tahu benar bahwa ia tidak melakukan kesalahan kali ini, tapi ia harus memastikannya dulu. Maka, pria mungil itupun bertanya, "Apa semuanya sudah benar?"

Bukannya kalimat atau anggukan yang Baekhyun dapat, melainkan sebuah kecupan di bibirnya. Dan itu sangat tiba-tiba sampai si mungil melotot tak percaya. Di lain sisi, Chanyeol justru tersenyum bocah padanya.

"Well done~" Chanyeol berkata bangga, dan Baekhyun merona setelahnya. Ia tak mampu menatap mata Chanyeol sampai keesokan harinya.

.

.

.

Ternyata kejadian seperti itu ada juga dalam kisah Baekhyun dan kekasih tiang listriknya. Tanpa sadar, Baekhyun kembali tersenyum sendiri. Kalau tidak salah, kejadian seperti itu sering terjadi saat awal hubungan mereka, tepatnya saat Baekhyun masih semester dua. Chanyeol akan memencet hidungnya dengan keras jika Baekhyun melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas atau tak kunjung mengertipenjelasan Chanyeol. Namun jika Baekhyun berhasil menyelesaikan tugasnya dengan benaratau mengerti penjelasan Chanyeol dengan cepat, maka Chanyeol akan mencium bibir Baekhyun. Jujur, Baekhyun pada awalnya merasa malu setiap kali Chanyeol mengecupnya secara tiba-tiba seperti itu, namun entah sejak kapan, itu menjadi motivasi tersendiri bagi Baekhyun. Well, bisa dikatakan ia suka ketika Chanyeol mengecup bibirnya. Dan berkat Chanyeol pulalah, Baekhyun jadi semakin mandiri mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di semester tiga. Memasuki semester empat, Baekhyun mulai membiasakan dirinya untuk tidak merepotkan Chanyeol karena ia tahu betul kesibukan kekasihnya di semester delapan.

Baekhyun lagi-lagi menghela napas panjang. Teringat pada Chanyeol sungguh membuatnya seperti seorang melankolis, padahal hubungan mereka masih baik-baik saja. Hanya saja..entahlah. Ini sungguh terasa berbeda dengan bulan-bulan pertama hubungan mereka.Jika dulu saat awal berpacaran, mereka akan sering menghabiskan waktu bersama untuk belajar bersama di perpustakaandan berkencan di hari libur, tapi kali ini tidak. Baekhyun jadi jarang bertemu Chanyeol. Bukan karena Chanyeol tidak ingin bertemu dengannya, tapi karena ia tidak bisa. Sebagai seorang mahasiswa tingkat empat, ada banyak hal yang harus dikerjakan Chanyeol, dimulai dari tugas yang luar biasa banyak dan penyusunan skripsi. Well, kesibukan mahasiswa tingkat empat memang mengerikan. Itu sebabnya Baekhyun –yang masih tingkat dua– tak bisa menuntut kekasihnya terlalu banyak. Ia harus bisa memakluminya karena suatu saat nanti, ia juga akan merasakan berada di posisi Chanyeol. Namun karena hal ini pulalah, Baekhyun merasa ada jarak di antara dirinya dan Chanyeol.

Seperti ada dinding tak terlihat yang memisahkan mereka.

Baekhyun tersentak ketika ia merasakan airmata mengalir di pipinya. Ia mengusap kasar bulir-bulir bening tersebut sebelum orang lain menyadarinya, seraya merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya menangis di tempat umum. Hell, ia bukan tipe pria yang cengeng, tapi kenapa tiba-tiba airmatanya mengalir? Pria mungil itu sempat meyakinkan dirinya bahwa ada debu yang masuk ke dalam matanya, tapi beberapa detik kemudian ia termenung, mengatai dirinya sendiri idiot yang malah membohongi dirinya sendiri. Tidak ada debu yang masuk ke dalam matanya. Airmatanya mengalir karena dadanya terasa begitu sesak. Sesak yang diakibatkan dari kerinduannya pada Chanyeol.

Ia merindukan Chanyeol, sangat.

"Bodoh.." Dengan suara lirih, Baekhyun mengumpat dirinya sendiri. Wajahnya ia sembunyikan di antara lipatan tangannya di atas meja ketika airmata kembali turun kembali di pipinya. Pria mungil itu jatuh tertidur di menit ketujuh.

.

.

Chanyeol mengucapkan 'sampai jumpa' seraya melambaikan tangannya pada Joonmyeon ketika ia berpisah dengan pria bermarga Kim itu di lantai satu. Mereka baru saja selesai mengerjakan tugas akhir dari Prof. Min di lantai tiga. Beruntung Chanyeol dipasangkan dengan Joonmyeon yang pintar sehingga tugas mereka bisa selesai dalam waktu dua hari. Well, Chanyeol sebenarnya yang mengajak paksa Joonmyeon untuk menyelesaikan tugas mereka dengan alasan ia harus pergi ke tempat penelitiannya (untuk skripsi) hari Minggu nanti. Pria tinggi itu bahkan hampir tak menyentuh ponselnya demi menyelesaikan tugas akhir ini. Jika kalian ingin tahu, ia melakukan ini atas alasan khusus.

"Astaga.." Chanyeol berucap ketika melihat ada pesan masuk dari Baekhyun. Ia melirik waktu di ponselnya, lalu membandingkannya dengan waktu pesan itu jam yang lalu. Chanyeol benar-benar merutuki dirinya sendiri yang selalu lupa merubah mode getar ponselnya karena ia terlalu sibuk mengurusi tugas akhir dan skripsinya. Ia bertaruh Baekhyun pasti sedang menunggu balasan pesannya. Pria tinggi itupun kemudian melihat jadwal kuliah Baekhyun di note dalam ponselnya. Sebuah senyuman terkembang sempurnadi bibir Chanyeol ketika mendapati jam kuliah kekasihnya telah berakhir satu setengah jam yang lalu. Itu berarti akan satu hal. Baekhyun masih di kampus dan satu-satunya tempat yang akan dikunjungi Baekhyun setelah selesai kuliah adalah perpustakaan. Jadi tanpa membuang-buang banyak waktu lagi, Chanyeol-pun melarikan kakinya menuju perpustakaan kampussebelum Baekhyun terlanjur pulang. Well, Chanyeol bisa saja menghubungi atau mengirimi Baekhyun pesan untuk memastikan keberadaannya, tapi ia ingin memberikan kejutan pada kekasih mungilnya itu.

.

.

Chanyeol tak pernah benar-benar membutuhkan waktu lama untuk menemukan Baekhyun di dalam perpustakaan kampus. Baekhyun selalu duduk di tempat biasa mereka dulu duduk. Well, dimana lagi selain di pojok perpustakaan? Dan benar saja. Baekhyun berada disana, dengan kepala di atas meja. Chanyeol bertaruh Baekhyun sedang tidur saat ini, dan lagi-lagi tebakannya benar ketika ia mendapati kedua mata sipit itu tertutup rapat. Tidur pria mungil itu sepertinya pulas sekali sampai dengkuran halus terdengar dari bibir tipis merah mudanya, membuat Chanyeol harus menahan tawanya karena dengkuran kekasihnya yang mirip dengkuran anak anjing yang sedang tidur. Dan selain menahan tawanya, Chanyeol juga harus menahan diri untuk tidak mengecup bibir kekasihnya hanya karena bibir itu sedikit terbuka. Oh, astaga. Chanyeol menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Oke, tidak bertemu dengan Baekhyun selama beberapa hari berhasil membuatnya gila, dan ia tak boleh mengacaukannya sekarang dengan pikiran mesumnya. Maka Chanyeol-pun mendudukkan dirinya di samping Baekhyun, tidak berniat untuk membangunkan tidur pulas kekasihnya, hanya menatap wajah terlelapnya dari dekat. Ck, padahal hanya sekedar menatap wajah Baekhyun yang sedang tidur, tapi itu berhasil membuat senyuman Chanyeol terkembang sempurna. Debaran halus nan nyamanpun menghiasi jantungnya. Well, hal seperti ini sudah sering terjadi ketika ia bersama si mungil, selalu, dan ia menyukainya.

"Sejak kapan kau menjadikan perpustakaan sebagai tempat tidurmu, hah?" ucap Chanyeol. Jemari besarnya terulur ke arah surai coklat Baekhyun, kemudian mengelusnya pelan. "Apa kau tidak sadar pria-pria genit itu menatapmu sedari tadi?" celetuknya, berintonasikan kecemburuan. Well, itu memang benar. Ketika Chanyeol menemukan Baekhyun, ia sempat memergoki beberapa pria tengah menatap kekasih mungilnya dengan intens seolah ingin menerkamnya di pojok perpustakaan. Tentu saja mereka langsung mengalihkan pandangan mereka ketika Chanyeol datang, seolah mereka tak melakukan dosa apapun. Well, mereka melakukan itu karena mereka tahu bahwa Baekhyun adalah milik Chanyeol, dan mereka juga tahu bahwa Chanyeol tidak akan segan-segan memberikan pelajaran jika ada yang berani menggoda kekasih mungilnya. Hell, mereka masih sayang nyawa.

"Maaf ya?" ucap Chanyeol lirih setelah sepuluh detik keheningan, tersirat kesedihan dalam suara bass dan wajah tampannya. "Kita tak bisa sering bersama seperti dulu." Namun mimik sedih itu perlahan berubah menjadi sebuah senyuman manis di bibir Chanyeol ketika ia teringat sesuatu. "Tapi aku berjanji akan menebusnya nanti."

Sedang asyik-asyiknya memandangi wajah cantik kekasihnya, Chanyeol dikejutkan oleh getar ponselnya. Pria tinggi itu meraih ponsel di dalam saku jaketnya, dan menemukan sebuah pesan dari Prof. Han –dosen pembimbing skripsinya. Pria paruh baya itu mengatakan bahwa ia ingin bertemu Chanyeol sekarang untuk membahas skripsi Chanyeol.

"Aish." Chanyeol berdecak kesal. Kenapa di saat seperti ini, ada saja yang mengganggunya? Dan yang lebih menyebalkannya lagi, yang mengganggunya adalah dosen pembimbingnya sendiri, yang artinya Chanyeol tak bisa melawan atau berdalih untuk tidak bertemu dengannya. Hell, ia membutuhkan pria tua itu untuk menyelesaikan skripsinya agar ia bisa lulus secepatnya dari kampus ini. Jadi, Chanyeol tak punya pilihan lain selain menemui Prof. Han sekarang. Satu hembusan napas panjang terdengar ketika pria tinggi itu bangkit dari duduknya. Pandangan matanya masih terpaku pada Baekhyun yang terlelap. Padahal ia ingin sekali berbincang dengan Baekhyun untuk melepaskan kerinduannya, tapi lagi-lagi ia tak bisa melakukannya karena kesibukannya. Chanyeol benar-benar ingin ini semua cepat berakhir sehingga ia bisa menghabiskan waktu bersama kekasihnya lagi seperti dulu, dan satu-satunya cara adalah menyelesaikan semua kesibukannya secepat mungkin.

Apa boleh buat.

Chanyeol-pun berjalan menjauhi Baekhyun, menuju pintu keluar perpustakaan. Namun baru lima langkah ia ambil, Chanyeol menghentikan kakinya. Alisnya bertautan sempurna karena teringat akan sesuatu. Kedua manik coklatnya melirik sekitarnya, tepatnya pada beberapa pria yang tadi menatap Baekhyun intens. Sial –pikirnya. Ia tidak bisa meninggalkan Baekhyun seperti ini. Para pria genit itu pasti akan menggoda Baekhyun setelah ia pergi. Pria tinggi itupun memutar otaknya dengan cepat, memikirkan jalan keluar agar para pria genit itu tidak menatap kekasihnya terus menerus. Dan ia mendapatkan satu cara. Beberapa detik berikutnyapun dihabiskan Chanyeol dengan mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya. Ia sangat yakin cara ini akan berhasil.

.

.

Baekhyun mengerjapkan matanya beberapa kali ketika sinar matahari yang tembus melalui jendela perpustakaan mengusik tidurnya. Pria mungil itu meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku seraya menguap lebar. Mata sipitnya yang belum sepenuhnya fokus itu melirik sekitarnya, kemudian melirik waktu di ponselnya. Sebuah decakan terdengar mengetahui dirinya cukup lama tertidur. Pantas saja perpustakaan terlihat sepi. Well, salahkan saja hawa sejuk dan suasana tenang perpustakaan yang membuatnya tertidur sepulas itu. Baekhyun memang sering jatuh tertidur di perpustakaan akhir-akhir ini. Jika sedang bersama Chanyeol, pria tinggi itu pasti akan menjahilinya sehingga Baekhyun tidak akan bisa tidur disana atau sekalipun Baekhyun tertidur, Chanyeol akan membangunkan dirinya dengan cara yang tak kalah jahil. Menyebalkan memang, tapi kini Baekhyun merindukannya. Dan ngomong-ngomong soal Chanyeol, Baekhyun teringat pada pesan yang ia kirim sebelum jatuh tertidurtadi. Well, ia sungguh berharap ada sebuah pesan balasan dari kekasihnya itu meskipun hanya sebuah pesan singkat. Namun lagi-lagi pria mungil itu harus menelan kekecewaan karena ekspektasinya tak terjadi. Tak ada pesan baru dari Chanyeol di ponselnya. Baekhyun menghela napas kecewa. Sudahlah –pikirnya. Chanyeol pasti terlalu sibuk untuk–

SRET~

Baekhyun menghentikan suara dalam benaknya ketika ada sebuah kertas note berwarna hijau jatuh di atas meja. Dahinya berkerut bingung. Dari mana note itu berasal? Sepertinya itu tertempel di suatu tempat. Apa jangan-jangan di wajahnya? Pantas saja ia merasa ada sesuatu menempel di dahinya. Baekhyun sempat berpikir itu hanyalah perasaannya saja (itu sebabnya ia mengabaikannya), tapi ternyata ada sebuah note menempel disana. Penasaran, Baekhyun ambil note tersebut, dan jantungnya berdebar detik berikutnya ketika ia melihat tulisan tangan di note itu. Ia hafal betul siapa pemilik tulisan tangan tersebut. Itu adalah milik Chanyeol, siapa lagi? Dan bukan hanya mengetahui siapa pemilik tulisan itu yang membuat jantung Baekhyun berdebar keras, yang lebih parahnya lagi, pipinya kini merona. Tulisan di note itulah penyebabnya.

Jangan menatapnya. Dia milikku.

Astaga, Baekhyun tak mampu menahan senyumannya lagi. Pria mungil itu menangkup pipinya yang memerah seraya berusaha sekuat tenaga menahan senyumannya agar tidak terkembang terlalu lebar (orang-orang bisa menyebutnya gila). Berbunga-bunga, kalian bertanya? Jawaban Baekhyun adalah lebih dari itu. Dan belum sempat ia mengontrol perasaannya karena tulisan di note itu, matanya menangkap sesuatu di dalam tas-nya. Warnanya merah, dan itu adalah sebuah bunga. Baekhyun tak bisa menahan degup jantungnya untuk tidak berdebar lebih kencang lagi hanya karena ia tahu bahwa bunga mawar merah itu berasal dari kekasih tingginya. Hell, siapa lagi? Terlebih sebuah note lainnya menempel di tangkai mawar merah itu –dengan tulisan tangan yang Baekhyun ketahui adalah milik Chanyeol– membuat segalanya semakin jelas. Bunga dan note itu memang dari Park setelah Baekhyun membaca tulisan di note tersebut, Baekhyun memekik tertahan dibuatnya.

Kau sibuk hari Minggu ini? Ayo kita kencan :)

Well, sebenarnya tidak ada jarak berarti di antara mereka.

.

.

.

"Distance never seperates two hearts that really care."― Anonymous

.

.

THE END

.

Jadi, ya, Chanyeol bela-belain maksa Joonmyeon untuk menyelesaikan tugas mereka supaya dia bisa kencan sama Baekhyun di hari Minggu nantinya.

*menahan pekikan, kemudian berdehem keras*

So, review?