Lingkungan bersih yang aman, yang tenteram dan terjaga, pastilah diidamkan oleh banyak orang. Baik itu didalam atau diluar rumah, lalu lintas, angkutan umum, sampai institusi sosial seperti rumah sakit dan sekolah. Semua pribadi secara tidak sadar akan selalu menuntut hidup yang tenang, yang membebaskan mereka dari kekhawatiran.
Tingkat kekhawatiran terbesar adalah yang berasal dari orang tua kepada anaknya; tentu anak-anak yang masih mengenyam bangku pendidikan karena belakangan mulai marak kasus penindasan dalam sekolah, baik dari pelajar ke pelajar, pengajar ke pelajar, sampai pelajar ke pengajar pun menunjukkan eksistensinya. Entah itu akibat kelalaian sekolah atau kepribadian liar remaja yang tak lagi dapat dikendalikan.
Sekolah Menengah Haeyu, adalah salah satu contoh keberadaan bullying paling 'transparan'. Menurut survey yang dilakukan oleh pengamat pendidikan di areanya, lebih dari sembilanpuluh persen memberi keterangan kalau Haeyu (pernah) mengasuh pelajar berandalan yang bisa dibilang terkenal di wilayahnya; jumlah terbanyak dari jajaran teratas sekolah berandalan di Korea Selatan. ㅡBerita utama Harian Haeyu, 9 Mei 20XX

"Apa-apaan berita abal ini?" Beranjak dari muka harian bertajuk 'Pelajar Berandalan dari Haeyu', mari kita sorot wajah si penggerutu. Ini dia. "Hei, apa kau sudah minta Ketua OSIS untuk mencabut izin ekstrakulikuler berita?" Jung Hoseok, berusia tujuhbelas tahun, kelas dua. Dikenal baik dengan sifatnya: bawel, suka bergurau, ekspresif. Beberapa guru mengatakan kalau Hoseok adalah mood maker.
Lalu didekat Hoseok, "Sampaikan saja sendiri. Aku punya segudang hal yang lebih penting dari berita." Kim Namjoon, anggota OSIS, berpredikat siswa terbaik tahun lalu di kelas satu. Istilah yang kita kenal dengan 'jangan menilai orang dari penampilannya' berlaku jika yang dihadapi adalah orang ini. Wajahnya dinilai menyeramkan, tapi ia adalah siswa dengan pribadi dewasa dan adil, sosok kebanggaan Haeyu.
"Hoseok, perlu kupasangkan resleting pada bibirmu?" Yang ini adalah pengemban sebutan 'kukang pemarah', Min Yoongi. Ia hampir tidak pernah mengikuti pelajaran karena selalu tidur. Coba saja buat dia bangunㅡjangan lupa mengenakan helm. Selain tidur, ia juga kelewat malas untuk mengangkat bokongnya dari kursi. Toilet? Hanya dilakukan setelah jam sekolah usai.
Tiga orang ini berasal dari kelas yang sama, menelan pendidikan di Haeyu sejak menengah pertama membuat mereka bersahabat baik. Ketiganya unik? Oh, ini belum seberapa.

TAX!

Dari halaman sekolah yang luas, angin meniup guguran daun dan pasir, dibuat melayang seolah ada kekuatan yang menyelimuti atmosfir. Hampir seluruh siswi berjejer di jendela yang mengarah ke halaman itu, mereka berdesak-desak, bahkan rela melekatkan wajah cantiknya pada kaca hingga nampak menarikㅡlubang hidung terpamer cuma-cumaㅡhanya demi sosok berseragam rapi yang berjalan seorang diri, membelah lapangan beralas tanah, meninggalkan keindahan.
Menemukan para gadis yang antusias, Hoseok melenguh. Dagunya ia tempatkan diatas tangan, sudah paham penyebab kegilaan siswi-siswi Haeyu: datangnya Sang Pangeran.
Jeritan terdengar riuh-rendah. Untungnya, Yoongi berinisiatif untuk memasang earphone, kalau tidak, mungkin Haeyu akan menjadi lautan darahㅡah, yah, tidak, sebenarnya hanya mengamuk, tidak ada darah, tidak. Sementara dibawah, dilapangan, Sang Pangeran yang namanya terpanggil menghentikan langkah, celingak-celinguk lalu melayangkan tatap kearah para siswi rabies. Waktunya pertunjukan ala Pangeran: melirik gugup kearah gadis-gadis, salah tingkah, lalu dengan wajah memerah malu dan senyum yang berusaha disembunyikan, Pangeran melambai pelan.
Satu,
"Namjoon, kemari." Hoseok membentang jaket kulitnya lebar-lebar, mengajak Namjoon duduk berdampingan lalu menangkup kepala mereka kedalam jaket. Mari menghitung.
Dua,
Ti-
"KYAAAAAAAAAAA! SEOK-JINNN!"
Kim Seokjin, delapanbelas tahun, kelas tiga. Keahlian: sandiwara, membuat siswi menjerit. Bagaimana? Masih belum cukup? Tenang, Haeyu punya kejutan lainnya.

TAX!

07.45, ditunjukkan oleh jam digital yang terpampang di hampir tiap koridor yang berisi tiga pintu kelas. Seluruh lantai tiga tempat bersemayam siswa kelas satu, sudah sangat hafal mengenai 'koridor susu'. Koridor susu hanya terjadi selama limabelas menit, dimulai sejak setengah delapan pagi hingga bel berbunyi. Apa yang membuat momen itu disebut koridor susu?
"Yaa! Yaa, yaa!"
"Permisi!"
WuuusshㅡBermain papan luncur di sepanjang koridor sekolah tidak dilarang jika kau ada di Haeyu, dan hanya dua orang yang berani melakukannya. Sekolah yang menarik 'kan? Inilah asal tercipta koridor susu: salah satu pemain luncur di Haeyu tercium seperti susu dan aroma itu memenuhi seluruh koridor yang ia lalui; Kim Taehyung. Bersama seorang yang lain, Jeon Jungkook, keduanya adalah siswa kelas satu yang tidak memahami senioritas. Persetan dengan pandangan orang, mereka mengedepankan kesenangan.
Omong-omong, Jungkook adalah anak yang terkenal. Karena wajahnya? Tidak. Sifatnya? Tidak. Otaknya? Oh, jangan mengejek. Jeon Jungkook, nama itu menempati urutan keempat dari lima teratas berandalan paling berpengaruh. Ya, salah satu dari berandal yang disebut dalam Harian Haeyu. Jangan remehkan usia belianya, lihat bagaimana tubuh itu membentuk otot. Wow.
"Jungkook-ah, lebih baik kerjakan PR-mu. Kau boleh mencontek punyaku!" Nah, yang ini Park Jimin. Anak bertubuh kecil dengan kacamata besar dan poni lucu yang entah kenapa senang bermain dengan Jungkook, padahal Jungkook hampir tidak pernah menganggap kehadirannya. Walau kecil, Jimin suka berolahraga. Jika kau memintanya untuk buka baju, kau bisa mendapati segi empat bersusun enam. Sekali lagi, wow.

Sekolah Menengah Haeyu. Tanyakan pada semua remaja yang gemar berkeliaran tengah malam, atau yang memenuhi pusat permainan, atau yang menyaksikan pacuan kuda, semua secara refleks akan menanggapi bahwa Haeyu adalah tempat berandal-berandal ternama menuntut ilmu, dari generasi ke generasi, angkatan ke angkatan. Selalu saja ada siswa Haeyu yang masuk dalam lima besar berandal paling ditakuti, tidak perduli berapa usianya atau status sosialnya. Dan Bang Sihyuk, pemilik sekolah, malah bangga dengan jenis kepopuleran yang tersemat pada Haeyu.
Apa yang membuat Sihyuk berbangga?

OSIS mengadakan pertemuan, hari ini Sihyuk secara langsung ikut berpartisipasi. Namjoon yang notabene adalah anggota, beranggapan kalau kehadiran Sihyuk agak mengembang-kempiskan hidungnya dengan frekuensi lebih ekstrem; ini hampir tidak pernah terjadi.
"Baik, kita mulai rapatnya," Ketua OSIS berdiri, menatap tiap-tiap wajah disekeliling. "Atas permintaan pemilik sekolah, Pak Bang Sihyuk, kita akan membangun Perisai Haeyu."
"Hah?" Namjoon melongo. "Peri-apa?"
Sihyuk tersenyum lebar. Lalu, mulai dari rapat yang diadakan pada hari Rabu itu, Sekolah Menengah Haeyu diam-diam dibuatkan sebuah perisai.

TAX!
Perkenalan, selesai

Akan dilanjutkan jika review mencapai 10+. Mohon dukungannya!